Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

dokumen-dokumen yang mirip
14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data,

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

Bentuk penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan analisa. Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Siantar Utara jl.

BAB II METODE PENELITIAN. untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh (Arikunto, 1996: 5).

BAB II METODE PENELITIAN. analisa kuantitatif yang menggunakan rumus statistik untuk membantu

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

BAB II METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan dua variabel yang diteliti, yaitu variabel

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB III METODE PENELITIAN. Mardalis (2009: 24) mengartikan metode sebagai:

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan

BAB II METODE PENELITIAN. korelasional dengan analisis kuantitatif dan menggunakan rumus statistik untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

III METODE PENELITIAN. sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Umumnya pengertian survey dibatasi. mewakili seluruh populasi Singarimbun, 1999:3)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu jawaban atas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang gaya kepemimpinan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB II METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui dan menentukan desain penelitian yang akan digunakan. Desain

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mulai dari tenaga, media pembelajaran bahkan kurikulum yang akan digunakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan mutlak harus disertakan. Metode atau metodologi penelitian ini akan

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara dua variabel atau lebih. dengan alamat Jl. Putri Hijau No.2 A Medan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB II METODE PENELITIAN. (Explanatory Research), yaitu untuk menguji hubungan antara variabel yang dihipotesiskan atau untuk

Pengaruh Pembinaan Oleh Kepala Desa Terhadap Kinerja Perangkat Desa di Desa Payung Agung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Lana Maulana ABSTRAK

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bebas X (independent variable) sedangkan yang menjadi variabel terikat Y

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Garut yang berlokasi di Jl. Suherman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

A /'\ purposive. pzzq. ' sampling METODE PENELITIAN sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam setiap penelitian, metode merupakan cara utama untuk mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. mencoba meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Karena penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan:

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono

BAB II METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam hal ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode

FUAD ABDUL HAMID ABSTRAK

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan

BAB II METODE PENELITIAN. melihat apakah ada pengaruh pelaksanaan good governance terhadap efektivitas

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

Transkripsi:

PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PESERTA PROGRAM DI KELURAHAN KERTASARI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2012 Oleh : Teguh Setiadi Abstrak : Penelitian ini ingin mengkaji Pengaruh Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Peserta Program di Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2012. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Jumlah populasi yang ada adalah 65 orang peserta PKH di Kelurahan Kertasari. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh atau sensus. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur dan studi lapangan yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari memperoleh skor rata-rata 204,38 yang termasuk pada kategori cukup, kesejahteraan peserta program memperoleh skor 174,22 yang termasuk pada kategori cukup. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi 0,978 yang termasuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 95,65% artinya implementasi PKH mempunyai pengaruh sangat kuat sebesar 95,65% terhadap kesejahteraan peserta, sedangkan 4,35% adalah faktor lainnya. Kata kunci :Implementasi PKH, Kesejahteraan A. Pendahuluan Pada Tahun 2012 tercatat ada 65 peserta PKH di Kelurahan Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan layanan kesehatan (imunisasi, pemeriksaan kandungan, pertolongan persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP), PKH diharapkan dapat memberikan manfaat dalam jangka pendek berupa income effect kepada RTSM melalui pengurangan beban ekonomi dalam hal pengeluaran rumah tangga serta dalam jangka panjang program ini diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi (Pedoman Umum PKH 2012:5). 1

Namun dalam pelaksanaannya ditemukan permasalahan sebagai berikut: masih rendahnya pemahaman peserta terhadap maksud dan tujuan PKH, peserta menerima bantuan tunai tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PKH, masih adanya kasus anak putus sekolah atau tidak melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta pelayanan kesehatan bagi RTSM yang menggunakan kartu PKH masih mengalami kendala. Adanya berbagai masalah tersebut diduga disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: kurangnya sosialisasi dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH), lambatnya peny aluran dana PKH kepada peserta, dana PKH yang diberikan tidak cukup untuk biaya sekolah anak, serta kesimpangsiuran informasi mengenai pelayanan kesehatan antara Jamkesmas dan kartu PKH. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan di kelurahan Kertasari? 2) Bagaimana kesejahteraan peserta PKH di Kelurahan Kertasari? 3) Bagaimana pengaruh implementasi Program Keluarga Harapan terhadap kesejahteraan peserta program di kelurahan Kertasari? Untuk menyelesaikan beberapa persoalan diatas, penulis memiliki kerangka pemikiran sebagai berikut : Dalam model implementasi yang 2

dikembangkan Edwards (1980:10-11) terdapat empat variabel yang harus diperhatikan dari suatu implementasi kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Menurut Sunarti (2008:17) terdapat dua indikator untuk mengukur kesejahteraan objektif, yaitu indikator utama dan indikator tambahan. Indikator utama merupakan tingkat pendapatan perkapita per bulan dibandingkan dengan standar garis kemiskinan daerah yang ditetapkan BPS. Sedangkan indikator tambahan meliputi pentahapan keluarga sejahtera sesuai dengan indikator yang digunakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Jika digambarkan, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Direct And Indirect Impact Of Implementation (George.C.Edwards III) Implementasi PKH Kesejahteraan Peserta PKH Pendekatan kesejahteraan objektif (Sunarti) Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti mengemukakan anggapan dasar sebagai berikut: 1) Implementasi PKH adalah program bantuan tunai bersyarat dari pemerintah yang dilaksanakan UPPKH dengan tujuan 3

untuk membantu RTSM dalam bidang kesehatan, pendidikan dan income effect. 2) Kesejahteraan RTSM peserta program adalah situasi yang terjadi ketika peserta program merasa aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan relatif mencukupi. 3) Jika implementasi PKH telah dilaksanakan dengan baik maka kesejahteraan peserta program akan meningkat. Berdasarkan anggapan dasar diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat pengaruh positif antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari. B. Metode Penelitian ini dilakukan di lingkungan Kelurahan Kertasari sepanjang bulan Januari sampai dengan Mei 2013 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif menurut tingkat eksplanasi, yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Jumlah populasi yang ada adalah 65 orang peserta PKH di Kelurahan Kertasari. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh atau sensus, yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur dan studi lapangan yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan observasi. 4

Penelitian ini menggunakan dua variabel yang terdiri dari variabel independen yaitu Implementasi PKH dan variabel dependen yaitu kesejahteraan peserta program. Apabila disajikan dalam bentuk operasionalisasi variabel adalah sebagai berikut : Variabel Dimensi Indikator Alat Ukur Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari Kesejahteraan Peserta PKH di Kelurahan Kertasari Komunikasi, yaitu proses yang terjadi antara pelaksana dan peserta PKH meliputi proses penyampaian dan kejelasan isi program Sumber daya, yaitu sumber daya manusia mencakup kualitas implementor dan sumber daya finansial meliputi dana, fasilitas, sarana dan prasarana. Disposisi, yaitu kecenderungan perilaku atau karakteristik dari petugas. Struktur Birokrasi, aspek struktur ini mencakup dua hal penting yaitu mekanisme dan struktur organisasi pelaksana program. Pendapatan dan kepemilikan aset, merupakan kebutuhan dalam bidang ekonomi. Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan non-ekonomi. Pemenuhan kebutuhan pangan, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal asupan makanan. Pemenuhan kebutuhan pakaian, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal berpakaian. - Kejelasan informasi seputar PKH - Cara penyampaikan informasi yang baik. - Mampu memberikan kualitas pelayanan yang baik. - Fasitas, sarana dan prasarana yang baik. - Penampilan petugas. - Keramahan petugas. - Birokrasi yang tidak berbelit-belit. - Penyaluran dana sesuai jadwal. - Mempunyai penghasilan tetap. - Memiliki tabungan keluarga atau barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, - Beribadah secara teratur. - Hubungan yang baik dengan tetanga - Makan duakali sehari atau lebih. - Makan daging, ikan atau telur minimal seminggu sekali. - Memiliki pakaian yang berbeda untuk beraktivitas (misalnya di rumah, bepergian, bekerja). - Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. 5

Pendidikan anak, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak. Perawatan kesehatan keluarga, merupakan kemampuan untuk menjaga kesehatan dengan baik. Informasi, merupakan kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap berita terkini. Rekreasi, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal memperoleh kesenangan atau kebahagiaan. Aktualisasi diri, merupakan kemampuan untuk mewujudkan eksistensi dalam kehidupan sosial. - Anak usia 0-6 tahun mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) - Anak usia 6-15 tahun bersekolah. - Anggota keluarga tidak ada yang sakit selama tiga bulan terakhir. - Pemeriksaan kesehatan anak balita secara rutin ke Posyandu - Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV atau majalah. - Memperoleh berita atau informasi dari kantor pemerintahan setempat. - Rekreasi bersama (6 bulan sekali) - Meluangkan waktu bersama keluarga - Aktif memberikan sumbangan material secara teratur - Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan. Untuk keperluan kuantitatif maka jawaban setiap item instrumen diberi skor sesuai skala Likert yang mempunyai gradasi sangat positif sampai negatif sebagai berikut : Pilihan Jawaban Skor Selalu 5 Seringkali 4 Kadang-kadang 3 Jarang 2 Tidak pernah 1 Untuk menjawab rumusan masalah, digunakan analisis kuantitatif melalui pengolahan data yang ditabulasikan dan dideksripsikan ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menentukan rentang nilai, yaitu dengan cara skor atau nilai tertinggi dikurangi skor / nilai terendah. 6

Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y) Skor tertinggi : 5 x 65 Responden = 325 Skor Terendah : 1 x 65 Responden = 65 Rentang : 325 65 = 260 Interval Kelas : 260 : 5 = 52 Jika digambarkan dalam bentuk interval kelas akan tampak seperti pada gambar kuartil berikut ini : Tidak Baik Kurang baik Cukup Baik Sangat baik 65 117 169 221 273 325 2) Menentukan Kategori Penilaian Variabel X dan Y 1. Untuk kategori sangat kurang : 65 X/Y < 117 2. Untuk kategori kurang : 117 X/Y < 169 3. Untuk kategori cukup : 169 X/Y < 221 4. Untuk kategori baik : 221 X/Y < 273 5. Untuk kategori sangat baik : 273 X/Y 325 3) Menentukan Persentase Dalam distribusi frekuensi, total skor kenyataan dari masingmasing item dapat dipersentasikan dalam perhitungan sebagai berikut : 100% Sumber : Sumber Arikunto, 1998: 246 Untuk mengetahui ukuran prosentase tersebut, maka penulis menggunakan pedoman persentase sebagai berikut : 7

Interval Persentase 76-100 % 56-75 % 40 55 % < 40 % Sumber Arikunto, 1998: 246 Kategori Persentase Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Untuk mengetahui korelasi hubungan antara dua variabel, maka dilakukan uji statistik parametik dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment (Sugiyono, 2009:184) sebagai berikut : ( ) ( ) Selanjutnya untuk dapat memberikan penafsiran atau interpretasi seberapa kuat hubungan antara variabel x dan variabel y digunakan pedoman sebagai berikut : Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,0-0,199 0,20-0, 399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 Sumber : (Sugiyono, 2009: 184) Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Kemudian untuk menghitung besarnya pengaruh implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari dapat digunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 1982:24) dengan rumus: = 100% Untuk menguji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji t (Sugiyono, 2009:184) dengan rumus : 8

= r n 2 1 (r) Jika t hitung < t tabel : Maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan positif antara implementasi PKH dengan kesejahteraan peserta program. Jika t hitung > t tabel : Maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan positif antara implementasi PKH dengan kesejahteraan peserta program. C. Landasan Teoritis Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses kebijakan publik yang dapat menimbulkan pengaruh (sebab/akibat) kepada masyarakat. Edwards (1980:1) berpendapat bahwa : Implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial, karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan dengan baik implementasinya maka apa yang menjadi tujuan kebijakan tidak akan terwujud. Begitu pula sebaliknya, walau bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau kebijakannya tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan tidak akan bisa tercapai. Edward mengembangkan model implementasi yang disebut dengan Direct and Indirect Impact of Implementation Seperti terlihat dalam gambar berikut : 9

Lebih lanjut Sunarti (2008:15) berpendapat bahwa tingkat kesejahteraan dapat diukur melalui dua pendekatan, yaitu kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan objektif. Dimana kesejahteraan subjektif adalah pengukuran tingkat kepuasan dan kebahagian seseorang terhadap keadaannya dalam waktu tertentu. Sedangkan kesejahteraan objektif diperoleh melalui pengamatan atau observasi dari suatu objek yang dapat dibandingkan dengan standar baku tertentu. Oleh karena itulah maka penelitian ini menggunakan pendekatan kesejahteraan objektif untuk megukur tingkat kesejahteraan peserta PKH, agar sesuai dengan standar baku pengukuran kesejahteraan di Indonesia yang mengacu pada standar BPS dan BKKBN disesuaikan dengan desain penelitian kuantitatif dalam penelitian yang dilakukan. BPS mengartikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. BPS menetapkan batas garis kemisinan daerah Jawa Barat tahun 2012 adalah keluarga dengan pendapatan perkapita per bulan sebesar RP.231.439,- (Berita Resmi Statistik BPS,2012). Untuk menghitung tingkat kesejahteraan BKKBN melakukan pendataan kemiskinan yang dilakukan lewat pentahapan keluarga sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap. Berikut adalah indikator yang digunakan BKKBN dalam pentahapan keluarga sejahtera: 10

Tahap Deskripsi Indikator Ekonomi Non-ekonomi Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin) Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Makan dua kali atau lebih sehari Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya: di rumah, bekerja/ sekolah dan bepergian) Melaksanakan ibadah Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah (misalnya: bambu/kayu berkualitas rendah) Keluarga Sejahtera I (Miskin) Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telur Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru Luas lantai rumah paling sedikit 8m2 untuk tiap orang/ penghuni Ibadah teratur Sehat tiga bulan terakhir (sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik). Punya penghasilan tetap Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin Usia 6-15 tahun bersekolah Anak lebih dari 2 orang, ber-kb Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Sudah dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Memiliki tabungan keluarga / barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya Rekreasi bersama (6 bulan sekali) Meningkatkan pengetahuan agama Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah Menggunakan sarana transportasi Memiliki tabungan keluarga Makan bersama sambil berkomunikasi Mengikuti kegiatan masyarakat 11

Rekreasi bersama (6 bulan sekali) Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah Menggunakan sarana transportasi Keluarga Sejahtera III plus Belum dapat memenuhi beberapa indikator Sudah dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Aktif memberikan sumbangan material secara teratur Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan. Sumber : Togiaratua Nainggolan dkk, 2012 :14-15 D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam proses pengisian kuesioner, penulis meminta responden untuk memberikan identitas diri sebagai penunjang data. Berdasarkan pengisian tersebut, diperoleh hasil yang akan penulis uraikan pada tabel berikut ini: Keadaan Peserta PKH Berdasarkan Tingkat Usia Nomor Tingkat Usia Jumlah Persentase 1 21-30 12 18,46 % 2 31-40 28 43,09% 3 41-50 17 26,15% 4 51-60+ 8 12,30% Total 65 100% Sumber : Data Primer, diolah 2013 Tabel di atas, menunjukan bahwa mayoritas peserta PKH adalah Wanita Usia Subur (WUS). Berdasarkan konsep Departemen Kesehatan Republik Indonesia, WUS adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah (Uu No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan). 12

Keadaan Peserta Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nomor Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1 Tidak Sekolah 17 26,15 % 2 SD 29 44,61% 3 SMP 11 16,92% 4 SMA 8 12,32% Total 65 100% Sumber : Data Primer, diolah 2013 Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan peserta PKH relatif rendah, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mereka semakin miskin atau sebaliknya, kemiskinanlah yang menyebabkan mereka tidak dapat mengenyam pendidikan dengan layak. Keadaan Peserta Berdasarkan Pekerjaan Nomor Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Ibu Rumah Tangga 16 24,62 % 2 Buruh Tani 12 18,46 % 3 Dagang 4 6,15 % 4 Pembantu Rumah Tangga 33 50.77 % Total 65 100% Sumber : Data Primer, diolah 2013 Tabel diatas memberikan gambaran bahwa mayoritas peserta bekerja dengan menjual tenaganya kepada orang lain (buruh). Keadaan Peserta Program Berdasarkan Penghasilan Keluarga Nomor Pekerjaan Jumlah Presentasi 1 kurang dari 100-200 ribu/bulan 44 67,71 % 2 300-400 ribu/bulan 17 26,15 % 3 500-600 ribu/bulan 2 3,07 % 4 700-lebih dari 800 ribu/bulan 2 3,07 % Total 65 100% Sumber : Data Primer, diolah 2013 13

Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa mayoritas peserta program berada dibawah garis kemiskinan merujuk pada batas garis kemisinan daerah Jawa Barat tahun 2012 adalah keluarga dengan pendapatan perkapita per bulan sebesar RP.231.439,- (Berita Resmi Statistik BPS, 2012:5) Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Variabel X Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari No. Indikator Skor Kategori 1 Kejelasan informasi yang diberikan pada peserta 187 Cukup program 2 Cara petugas dalam memberikan informasi pada 220 Cukup peserta program 3 Kualitas pelayanan yang baik pada peserta program 214 Cukup 4 Fasilitas, sarana dan prasarana yang diberikan pada 201 Cukup peserta program 5 Penampilan petugas 262 Baik 6 Keramahan petugas dalam melayani peserta program 214 Cukup 7 Birokrasi yang tidak berbelit-belit 206 Cukup 8 Ketepatan waktu dalam pembayaran dana bantuan pada peserta program 131 Kurang Total Skor 1635 Rata-rata 204,38 Cukup Berdasarkan tabel rekapitulasi dengan 8 item pertanyaan mengenai Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari didapat perhitungan sebagai berikut : Skor rata-rata variabel x = = = 204,38 14

Dipersentasekan =, = 100% = 62,89 % Dengan demikian implementasi PKH memiliki skor rata-rata sebesar 204,38, jika dipersentasekan adalah 62,89%. Karena hasil perhitungan berada di antara 56-75%, sesuai dengan pedoman persentase maka implementasi PKH di Kelurahan Kertasari berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan model Direct And Indirect Impact Of Implementation dapat disimpulkan bahwa implementasi PKH tersmasuk pada kategori cukup karena berada dalam interval 169 X < 221. Artinya implementasi PKH belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik karena masih terdapat indikator yang memiliki skor rendah diantaranya adalah kejelasan informasi dan ketepatan waktu dalam pembayaran dana bantuan pada peserta program. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Variabel Y Kesejahteraan Peserta PKH No. Indikator Skor Kategori 1 Memiliki pendapatan tetap. 103 Sangat Kurang 2 Kepemilikan Tabungan Keluarga Atau Barang yang Mudah Dijual senilai Rp.500.000,- 102 Sangat Kurang 3 Keteraturan beribadah 279 Sangat Baik 4 Hubungan yang baik dengan tetangga 319 Sangat Baik 5 Makan dua kali sehari atau lebih 171 Cukup 6 Konsumsi daging, telur, ikan dalam satu minggu 140 Kurang 15

7 Mempunyai pakaian yang berbeda dalam setiap 233 Baik aktivitas 8 Mempunyai satu stel pakaian baru dalam satu tahun 137 Kurang terakhir 9 Anak usia 0-6 tahun ikut serta dalam PAUD 217 Cukup 10 Menyekolahkan anak dengan usia antara 6-15 tahun 194 Cukup 11 Tidak ada keluarga yang sakit selama tiga bulan 211 Cukup terakhir 12 Pemeriksaan kesehatan anak balita secara rutin ke 225 Baik Posyandu 13 Memperoleh berita dari televisi, surat kabar atau majalah 157 Kurang 14 Memperoleh berita dari kantor pemerintahan 159 Kurang setempat 15 Rekreasi bersama keluarga 70 Sangat Kurang 16 Meluangkan waktu bersama keluarga 193 Cukup 17 Memberikan sumbangan material secara teratur 137 Kurang 18 Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan 89 Sangat Kurang Total Skor 3136 Rata-rata 174,22 Cukup Berdasarkan tabel rekapitulasi dengan 18 item pertanyaan mengenai kesejahteraan peserta PKH di Kelurahan Kertasari didapat perhitungan sebagai berikut : Skor rata-rata variabel x = Dipersentasekan = = = 174,22 =, 100% = 53,60 % 16

Dengan demikian kesejahteraan peserta PKH memiliki skor ratarata sebesar 174,22, jika dipersentasekan adalah 53,60%. Karena hasil perhitungan berada di antara 40-55%, sesuai dengan pedoman persentase maka kesejahteraan peserta PKH di Kelurahan Kertasari berada pada kategori kurang baik. Berdasarkan pendekatan kesejahteraan objektif (Sumarti, 2008:17), maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan peserta PKH termasuk pada kategori cukup karena berada dalam interval 169 X <221. Artinya kesejahteraan peserta PKH belum sepenuhnya mengalami kemajuan karena masih terdapat indikator yang memiliki skor rendah diantaranya adalah pendapatan tetap, kepemilikan tabungan keluarga, rekreasi dan aktualisasi diri. Setelah menganalisis variabel x (implementasi PKH) dan variabel y (kesejahteraan peserta) selanjutnya penulis menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu pengaruh implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Untuk mengetahui hubungan tersebut dapat dilihat dari perhitungan statistik berikut : (Sugiyono,2009:184) ( ) ( ) = 5561,54 = 2310,46 = 14002,06 (, ).(, ),, = 0,978, 17

Dari perhitungan korelasi tersebut diperoleh nilai korelasi product moment sebesar 0,978. Berdasarkan interval koefisien dan determinasi, maka koefisien korelasi sebesar 0,978 termasuk pada kategori sangat kuat. Jadi terdapat hubungan yang sangat kuat antara implementasi PKH dengan kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari dapat dihitung dengan menghitung koefisien determinan dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi. Untuk mengetahui koefisien determinan maka dihitung dengan rumus berikut : = 100% = 0,978 2 x 100% = 95,65% Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinan dalam penelitian ini didapat nilai 95,65%. Artinya implementasi PKH mempunyai pengaruh positif sebesar 95,65% terhadap kesejahteraan peserta, sedangkan 4,35% adalah faktor lainnya. Untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan di awal penelitian, maka penulis membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel dengan menggunakan rumus : = ( ) (Sugiyono, 2009:184) 18

t hitung =,, t hitung =,,, t hitung = 36,964 Untuk mencari t tabel dengan tinggi keyakinan 95% dengan = 0,05 dan n = 65 maka diperoleh t tabel sebesar 3,452. Karena t hitung sebesar 36,964 > 3,452 Maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis yang diajukan penulis yaitu : Terdapat pengaruh positif antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari diterima. E. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan terkait dengan perumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1) Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kertasari pada tahun 2012 telah dilaksanakan dengan cukup baik, terbukti dari hasil perolehan skor rata-rata yang mencapai angka 204,38 yang berada pada kategori cukup. 2) Kesejahteraan peserta PKH di Kelurahan Kertasari pada tahun 2012 dalam keadaan cukup baik, terbukti dari hasil perolehan skor rata-rata yang mencapai 174,22 yang berada pada kategori cukup. 3) Terdapat hubungan positif antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan 19

Kertasari pada tahun 2012, terbukti dari hasil perhitungan korelasi ditemukan koefisien determinan sebesar 95,65%, artinya implementasi PKH mempunyai pengaruh positif sebesar 95,65% terhadap kesejahteraan peserta, sedangkan 4,35% adalah faktor lainnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis memberi masukan atau saran terkait dengan rumusan masalah yang ada, sebagai berikut: 1) BPS perlu memberikan data yang up to date sesuai dengan standar dan karakteristik penduduk di daerah sehingga penyaluran dana PKH benar-benar tepat sasaran. 2) UPPKH melakukan pendataan ulang penerima PKH. 3) Implementasi PKH harus lebih transparan dengan memberikan informasi yang bisa diakses publik. 4) Diperlukan usaha untuk meminimalisir keterlambatan, agar peserta program menerima dana bantuai tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam pedoman umum PKH. 20