Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten BAB II METODE

dokumen-dokumen yang mirip
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Aseupan Banten BAB II METODE

Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Pulosari Pegunungan Akarsari - Banten BAB II METODE

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Gunung Karang

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Analisis Vegetasi Hutan Alam

Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB III METODE PENELITIAN

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

III. METODE PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

12/29/2010. PEMODELAN SPASIAL KESESUAIAN HABITAT TAPIR (Tapirus indicus Desmarest 1819) DI RESORT BATANG SULITI- TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

IV. METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

METODOLOGI PENELlTlAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II METODE A. Waktu dan Tempat Pengambilan data untuk penyusunan profil keanekaragaman hayati dan perubahan tutupan lahan di kawasan Gunung Karang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni s/d 22 Agustus 2014 (60 kerja). Tata waktu pelaksanaan kegiatan pengambilan data di kawasan Gunung Karang ditampilkan pada tabel berikut. Tabel II-1. Tata waktu pekasanaan kegiatan survei di Gunung Karang Kabupaten Pandeglang, Banten. No Kegiatan 1 Persiapan Kegiatan dan Perlengkapan 2 Orientasi Lapangan dan Lokasi studi 3 Survei lapangan 4 Analisis Data 5 Penulisan draft laporan 6 Diseminasi Kegiatan 7 Penulisan Laporan Akhir Juni Juli Agustus IV I II III IV I II II B. Lokasi Pelaksanaan Lokasi kajian keanekaragaman hayati dan perubahan tutupan lahan Gunung Karang dilakukan di kawasan Gunung Karang dan sekitarnya. Fokus area studi pada kawasan Gunung Karang adalah sekitar wilayah Sumur Tujuh, Kawah Gunung Karang, kawasan pemukiman, ladang dan lahan pertanian masyarakat, serta sepanjang jalur menuju puncak Gunung Karang yang menjadi wilayah observasi tim. Fokus lokasi tersebut berada pada wilayah administrasi kecamatan Pandeglang dan Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. BLHD Propinsi Banten II. 1

Gambar II.1. Peta lokasi kajian keanekaragaman hayati dan perubahan tutupan lahan di Gunung Karang (skala peta untuk format A3). BLHD Propinsi Banten II. 2

C. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini secara detail dapat dilihat pada Tabel II-2 dan Gambar II.2. Tabel II-2. Alat yang digunakan beserta kegunaanya. No Nama Alat/bahan Kegunaan 1 Peta kawasan survei Sebagai panduan dalam menentukan posisi plot pengamatan vegetasi 2 Parang Untuk pembuatan jalan/jalur plot 3 Kompas Untuk penentuan arah jalur survei 4 Klinometer Untuk mengukur tingkat kemiringan/kelerangan 5 Meteran (20 m) Sebagai panduan ukuran dalam pembuatan plot 6 Pita survei (merah) Untuk penanda batas/posisi plot 7 Spidol permanen Untuk penanda batas/posisi plot 8 Tally sheet Vegetasi Tabel data isian 9 Phi-band Untuk mengukur diameter pohon 10 Camera Trap Untuk menangkap gambar satwaliar kelompok mamalia terrestrial 11 Mist Net Untuk menjerat satwaliar kelompok burung 12 Monocular, Binocular Untuk pengamatan burung 13 Global Position System Untuk menandai titik koordinat wilayah target penelitian dan tracking jalur survei/plot 14 Photo Camera Untuk mendokumentasikan satwaliar yang telah dijerat/ditangkap. 15 Handling tools (Gunting, cutter, kaos tangan, dll) Alat bantu lapangan 16 Umpan ( Durian, sarden, buah-buahan, dll) 17 Baterai Lithium Sumber energy camera trap dan lampu senter 18 Buku Panduan Identifiksi Mamalia 19 Buku Panduan Identifiksi Burung 20 Buku Panduan Identifiksi Tumbuhan 21 Alat Tulis dan Tallyheet Untuk membantu mengidentifikasi fauna kelompok mamalia Untuk membantu mengidentifikasi fauna kelompok burung Untuk membantu mengidentifikasi flora kategori pohon, herba, dan liana Mencatat data yang diperoleh di lapangan BLHD Propinsi Banten II. 3

Gambar II.2. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam melakukan kajian landuse dan profil biodiversiti di Gunung Karang, Pegunungan Akarsari, Banten. BLHD Propinsi Banten II. 4

D. Metode Inventarisasi dan Identifikasi Flora D.1. Inventarisasi Flora Pengumpulan data atau inventarisasi jenis flora di kawasan Gunung Karang dilakukan dengan menggunakan 2 cara, yaitu : 1) metode plot vegetasi; dan 2) metode eksplorasi. Plot vegetasi yang dibuat berupa jalur berpetak dengan ukuran 20x100 meter (0,2 ha) dan terdiri atas 5 sub-plot dengan ukuran masingmasing 20x20 meter untuk inventarisasi kelas pohon. Dalam sub-plot terdapat petak yang lebih kecil dengan ukuran 5x5 meter untuk kelas pancang, dan 2x2 meter untuk kelas semai, herba, dan liana. Berikut ini adalah gambaran metode inventariasi jenis flora menggunakan metode plot vegetasi. 100 m 20 m 20 m SubPlot 1 SubPlot2 SubPlot 3 SubPlot 4 SubPlot 5 = Plot Inventarisasi Pohon (Tree, 20 m x 20 m) = Plot Inventarisasi Pancang (Sapling, 5 m x 5 m) = Plot Inventarisasi Semai (Seedling, 2 m x 2 m) Gambar II.3. Desain pembuatan plot vegetasi dengan ukuran 20x100 m; petak ukur inventarisasi untuk kelas pohon 20x20 m, pancang 5x5 m, dan semai 2x2 m. Metode eksplorasi digunakan untuk mengidentitikasi jenis flora terutama kelompok herba dan liana yang terdapat disepanjang jalur eksplorasi. Panjang jalur eksplorasi umunya berkisar anatara 500 m s/d 1.000 m dan lebar jalur eksplorasi adalah 20 meter di kanan dan kiri jalur. Gambaran metode eksplorsi tertera pada gambar berikut. BLHD Propinsi Banten II. 5

Metode Eksplorasi 20 m Jalur eksplorasi / jalan 500 m 1000 m 20 m Gambar II.4. Desain metode inventarisasi jenis vegetasi menggunakan metode eksplorasi. Kegiatan eksplorasi dilakukan pada kanan dan kiri dari jalur pengamatan. Seluruh jenis yang merupakan kategori pohon dikelompokkan berdasarkan kelasnya. Kategori pohon diukur kemudian dicatat nama jenis dan familinya ke dalam talysheet. Kelas pohon dicatat nama jenis, famili, diameter (DBH) 10 cm, serta tinggi pohonnya. Sementara kelas pancang dan semai hanya dituliskan nama jenis, famili, dan jumlahnya saja. Keterangan kategori/tingkatan pohon (seedling, sapling, tree) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II-3. Kategori pohon dalam kegiatan survei dan identifikasi vegetasi. No Kategori Pohon Keterangan 1 Semai (Seedling) Tinggi 2 m 2 Tinggi 2 m Pancang (Sapling) DBH 10 cm 3 Pohon (Tree) DBH 10 cm Catatan : DBH = Diameter Setinggi Dada BLHD Propinsi Banten II. 6

a b c Gambar II.5. Gambaran kategori pohon; a) Semai, b) Pancang, dan c) Pohon. D.2. Identifikasi Jenis Identifikasi jenis flora dilakukan oleh peneliti pengenal jenis tumbuan dan pengambilan bagian dari tumbuhan khususnya daun dari jenis tumbuhan yang tidak dikenal. Daun diambil dari lapangan dan diberi label (tanda) pengenal jenis kemudian diidentifikasi dengan panduan identifikasi jenis tumbuhan. D.3. Analsis Data Data jenis flora (vegetasi) yang diperoleh dari lokasi pengamatan dianalisis untuk mendapatkan informasi dasar yang meliputi kerapatan pohon (individu/ha), frekuensi jenis, dan basal area (m 2 /ha). Dari nilai-nilai kuantitaf tersebut akan diketahui nilai penting jenis (NPJ) dari masing-masing jenis. Struktur dan komposisi jenis vegetasi diketahui berdasarkan informasi daftar jenis flora yang tercatat pada tallysheet. Nilai kerapatan (individu/ha), frekuensi dan dominansi (m 2 /ha), dan Nilai Penting Jenis (NPJ) dari masing-masing jenis tersebut dihitung dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Curtis and Otman, (1964): BLHD Propinsi Banten II. 7

a) Kerapatan Jenis Kerapatan (K) Luas individu petak contoh Kerapatan suatu jenis K Relatif (KR) x100% Kerapatan total seluruh jenis b) Frekuensi F rekuensi ( F) Sub petak ditemukan suatu jenis Seluruh sub petak contoh Frekuensi suatu jenis F Relatif ( FR) x100% Frekuensi total seluruh jenis c) Dominansi Dominansi (D) Luas bidang dasar suatu Luas petak contoh jenis D Relatif Dominansi suatu jenis (DR) Dominansi total seluruh jenis x 100% Nilai Penting Jenis (NPJ) untuk masing-masing jenis pohon diperoleh dari hasil penjumlahan informasi dasar seperti pada rumus di atas, sehingga untuk menghitung NPJ digunakan formulasi sebagai berikut : NPJ = KR + FR + NPJ Pohon Sedangkan untuk vegetasi kategori pancang dan semai besar Nilai Penting Jenis (NPJ) diperoleh dari jumlah kerapatan relatif dan frekuensi relatifnya, sehingga formulasi NPJ pancang dan tiang adalah: NPJ = KR + FR NPJ Pancang / Semai Berdasarkan data yang teridentifikasi akan dihasilkan gambaran struktur dan komposisi vegetasi sehingga dapat dijadikan acuan untuk menganalisis kehadiran tingkat keanekaragaman jenis flora pada kawasan Gunung Karang. BLHD Propinsi Banten II. 8

E. Metode Inventarisasi dan Identifikasi Fauna Kelompok Mamalia E.1. Pengamatan Langsung dan Tidak Langsung Metode transek merupakan metode pengamatan langsung yang sering digunakan untuk melihat satwa mamalia. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah mencatat semua satwa yang dijumpai sepanjang jalur menuju fokus area studi. Selain pencatatan kehadiran mamalia secara langsung, tandatanda kehadiran satwa secara tidak langsung juga dicatat, seperti tanda kehadiran berupa jejak kaki, kotoran, bekas cakaran, suara, bau, sarang, dan tanda kehadiran lainnya. Jejak kaki satwa merupakan petunjuk yang baik bagi kehadiran satwaliar di lokasi penelitian. Selain pada transek pengamatan dapat dilakukan pula pada beberapa daerah yang diperkirakan sering dikunjungi oleh satwaliar, seperti daerah tepi sungai, daerah tepi hutan, sekitar pohon pakan, maupun pada daerah yang memiliki tutupan vegetasi yang rapat. Kehadiran mamalia secara tidak langsung juga diidentifikasi berdasarkan informasi maysarakat setempat yang diperoleh melalui wawancara. Gambar II.6. Kotoran satwa yang menandakan adanya kehadiran satwa pada wilayah kajian keanekaragaman hayati. BLHD Propinsi Banten II. 9

E.2. Pemasangan Camera Trap Camera trap ditujukan untuk mengetahui jenis dan kehadiran mamalia pada lokasi kajian. Kamera dipasang pada jalur yang diindikasikan sebagai jalur lintasan satwa mamalia. Untuk memudahkan dan mempercepat perolehan gambar (foto), pada jalur ditempatkan umpan untuk memancing mamalia yang datang sehingga bisa terekam oleh kamera. Umpan yang digunakan adalah buahbuahan yang berbau tajam serta daging dan sarden yang juga memiliki bau amis yang tajam. Kamera dipasang dalam rentang waktu yang dianggap cukup untuk memperoleh data lapangan, dalam kajian di wilayah Gunung Karang, kamera dipasang selama satu minggu. Gambar II.7. Pemasangan Camera Trap pada batang pohon di sekitar jalur lintasan satwa. BLHD Propinsi Banten II. 10

F. Metode Inventarisasi dan Identifikasi Fauna Kelompok Burung F.1. Pengamatan Langsung Pengamatan langsung dilakukan dengan mengidentifikasi burung yang hadir dalam lokasi kajian. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan teropong (binocular) dan monocular. Jenis burung yang ditemukan kemudian diidentifikasi menggunkan buku panduan lapangan (fieldguide) burung SKJB (Sumatera Kalimantan Jawa Bali). Kehadiran kelompok burung juga bisa diidentifikasi berdasarkan tanda jejak seperti bekas kotoran dan sarang. Selain pengamatan secara visual, kehadiran burung juga bisa diidentifikasi berdasarkan suara. Gambar II.8. Tim melakukan pengamatan burung secara langsung menggunakan teropong (binocular). BLHD Propinsi Banten II. 11

F.2. Pemasangan Jala Kabut (Mist Neting) Jala kabut yang dipasang untuk inventrisari dan identifikasi burung di Gunung Karang adalah sebanyak 10 (sepuluh) buah dengan ukuran 6 x 2 meter dan mata jala 35 mm. Jala kabut dipasang dengan cara dibentangkan seperti pemasangan net bulu tangkis atau bola voli, dengan dikaitkan pada sebuah tongkat yang ditancapkan ke tanah dan diikat dengan tali rafia berwarna gelap. Setiap titik pemasangan dipasang sebanyak 5 buah jala kabut dan masing-masing jala ditempatkan jarak 50-100 m. Gambar II.9. Contoh pemasangan jala kabut (miss net) yang dibentangkan pada jalur lintasan burung. Jala kabut dipasang pada tempat yang mudah dikenali di dalam hutan agar mempermudah pemasangan dan pembongkaran. Jala kabut dapat ditinggalkan dan dicek setiap 2 (dua) jam, pada malam hari jala kabut dilipat agar tidak menangkap satwa malam seperti kelelawar. Saat burung-burung mulai aktif bergerak pada pagi hari, jala kabut dibuka kembali. Burung-burung yang tertangkap oleh jala kabut langsung dapat diidentifikasi dan diambil dokumentasinya, setelah itu burung tersebut dilepaskan kembali. Lokasi pemasangan jala kabut bisa dipindahkan setelah 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari, karena biasanya penangkapan di atas 3 (tiga) hari tidak lagi memberikan hasil yang signifikan. BLHD Propinsi Banten II. 12

G. Metode Penyusunan Profil Tutupan Lahan Tutupan lahan di Gunung Karang disurvei untuk mengetahui kondisi kekinianny. Metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi kekinian tutupan lagan (landuse) dari kawasan tersebut digunakan dua cara, yaitu : 1) pemetaan menggunaan software GIS dan analisis berdasarkan citra satelit; dan 2) survei lapangan (groundchecking) untuk mengetahui kondisi riil di lapangan. Kedua metode ini kemudian digabungkan sehingga diperoleh data dan informasi yang akurat berdasarkan padu serasi (overlay) hasil pemetaan di lapangan dengan citra landsat yang diperoleh dari satelit. Tahapan survei tutupan lahan tersebut di gambarkan seperti pada bagan alir di bawah ini. Citra lansat liputan terbaru Data penunjang: Peta BPS Peta status Kawasan Hutan Interprestasi Landuse berdasarkan rona, warna, tekstur, dan resolusi menggunakan software GIS Klasifikasi Landuse Peta Interprestasi Landuse sementara Survei Lapangan (ground checking) Data Survei Lapangan (ground checkig) Analisis dan perbaikan Peta Interprestasi Land Use sementara Peta Landuse dan tutupan lahan Gunung Aseupan - Banten Gambar II.10. Bagan alir pemetaan landuse dan tutupan lahan kawasan Gunung Karang, Banten. BLHD Propinsi Banten II. 13

a b Gambar II.11. a) Survei dan mencatat data langsung kondisi terkini tutupan dan atat guna lahan lahan di lapangan dan b) GPS yang digunakan untuk menetukan kordinat masing-masing tutupan lahan yang akan di paduserasi dengan citra Landsat menggunakan software GIS. BLHD Propinsi Banten II. 14