SIMAKU 02 PENATAUSAHAAN KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
[B.5] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PENGESAHAN PENGGUNAAN UANG PERSEDIAAN (GU)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18.a TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PELAKSANAAN APBD PERTEMUAN 5

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

[B.2] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU)

BUPATI MUSI BANYUASIN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

[B.1] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN UANG PERSEDIAAN (UP) A. KETENTUAN UMUM B. PIHAK TERKAIT C. ALUR PROSEDUR

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Program Aplikasi SIMDA (Sistim Informasi Manajemen Daerah)

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 06 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

BAB IV PROSEDUR REALISASI ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan. 5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan.

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH SAKIT PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum menguraikan lebih jauh mengenai penyusunan anggaran belanja

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM)

[B.3] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (TU)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

ANALISIS EFEKTIFITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENGGAJIAN DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA BUKITTINGGI

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pencairan Dana

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGIAN V KEUANGAN 310

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DANA BANTUAN KEUANGAN UNTUK SERIKAT PEKERJA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAGIAN II PELAKSANAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV. TINJAUAN SISTEM AKUNTANSI (SPJ) dari APBD pada DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT. 4.1 Landasan teori kuliah kerja praktek

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan. Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat

TAHUN : 2006 NOMOR : 07

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN. REGISTER SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU/SPP-LS. Jumlah. ~ 225 ~ Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah

HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM KOORDINASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH (sumber : Kemendagri) tedi -- last 09/16

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 69 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA

BAB II KERANGKA TEORI. A. Tinjauan Pustaka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

Transkripsi:

SIMAKU 02 PENATAUSAHAAN KEUANGAN I. PENERIMAAN DAN PENCAIRAN DANA A. PRINSIP-PRINSIP PENATAUSAHAAN KEUANGAN CETAK BIRU SIMAKU-PT Semua penerimaan PERGURUAN TINGGI dilakukan melalui rekening kas umum PERGURUAN TINGGI. Setiap unit kerja dan atau unit kerja wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum PERGURUAN TINGGI selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja. Setiap penerimaan harus didukung oleh bukti yang lengkap atas setoran dimaksud. Unit kerja yang mempunyai tugas memungut dan/ atau menerima dan/ atau kegiatannya berdampak pada penerimaan PERGURUAN TINGGI wajib mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut. Penerimaan unit kerja merupakan penerimaan PERGURUAN TINGGI yang tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran (Asas Bruto). Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan / atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang PERGURUAN TINGGI atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan PERGURUAN TINGGI. Semua penerimaan PERGURUAN TINGGI apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum PERGURUAN TINGGI dan apablia berbentuk barang harus segera diakui sebagai aset PERGURUAN TINGGI yang dicatat pada buku inventaris PERGURUAN TINGGI. Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APB PERGURUAN TINGGI tidak dapat dilakukan sebelum APB PERGURUAN TINGGI ditetapkan. SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 1

Pembayaran atas beban APB PERGURUAN TINGGI dapat dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO). Format SKO dipaparkan pada Lampiran 2.1 Pelaksanaan pengeluaran atas beban APB PERGURUAN TINGGI dilakukan berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan dan ditandatangani oleh WR 2 bidang Sumber Daya. B. KETENTUAN UMUM 1. Pengajuan pencairan anggaran hanya bisa dilakukan setelah Rancangan APB PERGURUAN TINGGI ditetapkan sebagai APB PERGURUAN TINGGI oleh Pimpinan PERGURUAN TINGGI dengan pertimbangan senat dan sudah didistribusikan kepada unit kerja. 2. Prosedur pencairan anggaran dibedakan menjadi: a. Prosedur Pencairan Anggaran Non Taktis b. Prosedur Pencairan Anggaran Taktis. 3. Anggaran Non Taktis adalah anggaran yang dibuat untuk melaksanakan aktivitasaktivitas yang sudah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya dalam APB PERGURUAN TINGGI. 4. Anggaran taktis adalah anggaran yang dibuat untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang belum bisa direncanakan nama dan jenis kegiatannya serta waktunya. 5. Anggaran taktis hanya dapat ditempatkan pada anggaran di tingkat Pimpinan yang ditujukan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang bersifat sangat urgen, mendadak, dan harus segera dilaksanakan pada tahun anggaran yang bersangkutan oleh setiap unit kerja terkait dimana kegiatan tersebut tidak tercantum di dalam APB PERGURUAN TINGGI sepanjang kegiatan sesuai dengan RJMU dan RJPdU. 6. Pengajuan Pencairan anggaran hanya dapat dilakukan oleh pimpinan unit kerja satu bulan dua kali. 7. Pengajuan pencairan anggaran yang dilakukan oleh unit kerja antara tanggal 15 bulan x-1 sampai dengan tanggal 1 bulan X direalisasikan pada tanggal 15 bulan X. Pengajuan pencairan anggaran yang dilakukan oleh unit kerja antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 15 bulan X direalisasikan tanggal 1 bulan X+1 yang didahului SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 2

dengan penerbitan Surat Pemintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU). 8. Realisasi pencairan Anggaran dilakukan dengan mekanisme transfer Bank dari rekening Universitas ke rekening unit kerja, setelah SPP diverifikasi oleh Kepala Biro Keuangan dan ditetapkannya SPMU oleh WR 2. C. PROSEDUR PENCAIRAN ANGGARAN NON TAKTIS Prosedur Pencairan anggaran non taktis adalah sebagai berikut: 1. Pimpinan Unit Kerja mengajukan pencairan anggaran dengan mengisi form SPP/SPMU yang dilengkapi dengan pakta integritas yang ditandatangani penanggungjawab aktivitas dan pimpinan unit kerja. Formulir SPP/SPMU dipaparkan pada lampiran 2.2. 2. SPP/SPMU diajukan kepada PR2 melalui Kepala Biro Keuangan. Kepala Biro Keuangan melakukan verifikasi dan otorisasi SPP/SPMU. Apabila hasil verifikasi menunjukkan ketidak sesuaian, maka SPP/SPMU dikembalikan kepada Pimpinan Unit Kerja untuk diperbaiki. Apabila SPP/SPMU sudah sesuai, Kepala Biro Keuangan mengotorisasi SPP/SPMU yang berarti fungsi SPP sudah sah kemudian menyampaikan kepada WR2 untuk dilakukan otorisasi SPP/SPMU oleh WR 2 yang berarti fungsi SPMU sudah sah. SPP/SPMU yang telah diotorisasi selanjutnya disampaikan kembali kepada Kepala Biro Keuangan untuk dilakukan proses pencairan dana oleh Kepala Divisi Pelayanan Biro Keuangan. 3. Berdasarkan SPP/SPMU yang sudah diotorisasi Kepala Divisi Pelayanan Biro Keuangan membuat dan meminta tanda tangan bukti penerimaan kas dari unit kerja atau bukti transfer bersamaan dengan pencairan dana SPP/SPMU ke Unit Kerja. 4. Kepala divisi pelayanan bertugas menginformasikan kepada Pimpinan Unit Kerja bahwa dana (tertuang dalam SPP/SPMU) sudah dapat dicairkan/ sudah ditransfer ke rekening unit kerja. Pemberitahuan di atas dilakukan paling lambat satu minggu setelah tanggal periodisasi realisasi anggaran. 5. Pimpinan Unit Kerja dan Pelaksana Kegiatan menjalankan kegiatan berdasarkan rencana kegiatan yang tertuang dalam APB PERGURUAN TINGGI dan SPP/SPMU untuk kemudian pada saatnya harus dipertanggungjawabkan. SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 3

SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 4

D. PROSEDUR PENCAIRAN ANGGARAN TAKTIS Prosedur pencairan anggaran taktis adalah sebagai berikut: 1. Pimpinan Unit Kerja mengajukan proposal yang berisi rencana aktivitas yang akan dijalankan beserta anggaran dan alasan pentingnya kegiatan serta dilengkapi dengan formulir SPP/SPMU Taktis kepada Rektor/WR bidang terkait melalui Kepala Biro Keuangan. Proposal usulan pencairan anggaran taktis dipaparkan pada lampiran 2.3. 2. Kepala Biro Keuangan memverifikasi proposal dengan mempertimbangkan kewajaran dan ketersediaan dana anggaran taktis dengan berkoordinasi pada BPM untuk memperoleh rekomendasi. Apabila disetujui dan direkomendasi oleh BPM dan Dana tersedia maka Kepala Biro Keuangan memparaf SPP/SPMU dan menyampaiakan kepada Pimpinan PT bidang terkait. 3. Pimpinan PT bidang terkait menganalisis kegiatan yang diajukan oleh unit kerja. Apabila aktivitas disetujui maka Rektor/WR bidang terkait mengotorisasi SPP tersebut sehingga fungsi SPP telah sah dan diberikan kepada WR 2 untuk diotorisasi sehingga berfungsi sebagai SPMU. 4. Proposal dan SPP/SPMU yang sudah ditanda tangani oleh unit kerja, Kepala Biro Keuangan, Rektor/WR bidang terkait, dan WR 2 dapat digunakan sebagai dasar pencairan anggaran. 5. Kepala Biro Keuangan memerintahkan kepada Kepala Divisi Pelayanan untuk melakukan transfer dana, membuat bukti transfer, dan menginformasikan pimpinan unit kerja bahwa dana taktis dapat dicairkan. 6. Pemberitahuan di atas dilakukan paling lambat satu minggu setelah masa realisasi anggaran. 7. Pimpinan Unit Kerja mencairkan dana taktis. 8. Pelaksana/Penanggungjawab aktivitas menjalankan kegiatan taktis berdasarkan rencana aktivitas taktis (tertuang dalam proposal) untuk kemudian pada saatnya harus dipertanggungjawabkan. SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 5

II. PENGELOLAAN KEUANGAN DI UNIT KERJA A. KETENTUAN UMUM 1. Pengelolaan Keuangan pada unit kerja harus memisahkan fungsi otorisator, ordonator, dan komptabel. 2. Unit Kerja diperbolehkan untuk membentuk rekening bank yang digunakan untuk menampung kas unit kerja atas ijin Rektor B. PENATAUSAHAAN KEUANGAN DI UNIT KERJA 1. Fungsi Otorisator bertugas memberikan otorisasi permintaan pencairan dana di tingkat unit kerja 2. Fungsi ordonator bertugas melakukan verifikasi permintaan pencairan dana dan memerintahkan pembayaran kepada komptabel 3. Fungsi Komtabel bertugas melakukan perncairan dana dan menyerahkan uang kepada sub unit kerja yang memburuhkan dana berdasarkan otorisasi dari otorisator dan perintah pencairan yang ditandatangani oleh ordonator 4. Fungsi ordonator melakukan pencatatan pada buku kendali pencairan kas 5. Fungsi Komptabel melakukan pencatatan pada Buku Kas Umum, Buku Panjar, dan Buku Bank. Format Buku Kas Umum, Buku Panjar, dan Buku Bank dipaparan pada lampiran 2.4, 2.5, 2.6 III. PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN ANGGARAN A. KETENTUAN UMUM 1. Pertanggungjawaban anggaran dilaksanakan oleh Pimpinan Unit Kerja setiap triwulan setelah aktivitas selesai dilaksanakan dengan membuat SPJ yang meliputi SPJ Keuangan dan SPJ Kegiatan. 2. Penyerahan SPJ dilakukan oleh Pimpinan Unit Kerja paling lambat satu minggu setelah tutup triwulan 3. Pertanggungjawaban Anggaran menggunakan Formulir Pertanggungjawaban Keuangan dan Formulir Pertanggungjawaban Kegiatan yang dipaparkan pada Lampiran 2.6 SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 6

4. Pertanggungjawaban keuangan anggaran berisi penjelasan (detail) penggunaan dana dan bukti transaksi anggaran yang sudah dilaksanakan 5. Apabila pertanggungjawaban tidak dilakukan, Kepala Biro Keuangan atas nama WR 2 berwenang untuk melakukan pending terhadap pencairan anggaran untuk triwulan berikutnya. B. PROSEDUR PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN Prosedur pertanggungjawaban anggaran: 1. Pimpinan Unit Kerja membuat surat pertanggungjawaban yang berisi: o Pertanggungjawaban Kegiatan yang terlaksana dan capaiannya. o Pertanggungjawaban Keuangan disertai Bukti penggunaan/penerimaan dana. 2. Satu set SPJ di atas diserahkan kepada Biro Keuangan untuk dianalisis apakah SPJ tersebut diterima atau ditolak pada sisi aspek keuangannya. Apabila ditolak maka SPJ dikembalikan ke Unit kerja untuk diperbaiki. Apabila SPJ tersebut diterima selanjutnya Kepala Biro Keuangan membubuhkan paraf pada Pertanggungjawaban Aktivitas untuk selanjutnya disampaikan kepada BPM untuk diverifikasi dan dijadikan dasar audit kinerja. Ka Biro Keungan menerbitkan Surat Pengesahan SPJ kepada unit kerja. 3. SPJ Keuangan yang sidah diotorisasi Ka Biro Keuangan disampaikan kepada Kepala Div Akuntansi untuk dilakukan proses pencatatan akuntansi anggaran (akuntansi manajemen) dan akuntansi keuangan untuk menghasilkan pelaporan keuangan. III. EVALUASI KINERJA Evaluasi kinerja keuangan anggaran dilakukan oleh Biro Keuangan setiap triwulan. Evaluasi anggaran dinilai berdasarkan analisis varians dari realisasi anggaran yang dibandingkan pada perencanaan anggarannya. Evaluasi Anggaran ini dilakukan dan diselesaikan oleh Biro Keuangan paling lambat satu bulan setelah menerima SPJ anggaran unit kerja dari. Evaluasi kinerja kegiatan dilakukan oleh BPM setiap triwulan. Evaluasi kinerja kegiatan dinilai berdasarkan target output dan target waktu dari setiap kegiatan yang telah dilaksanakan oleh unit kerja. SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 7

--------------------------- SIMAKU 02. PENATAUSAHAAN KEUANGAN 8