INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

1. Tinjauan Umum

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

ANALISIS INFLASI MARET 2016

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

4. Outlook Perekonomian

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

SEKRETARIAT DAERAH PROVlNSl DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. NOTA DlNAS

Tabel Tringulasi Kontroversi Kebijakan Impor Beras Di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. subur, namun kenyataannya Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB VI LANGKAH KEDEPAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

KETAHANAN PANGAN: B E R A S

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non. Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

Kondisi Perekonomian Indonesia

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Transkripsi:

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011 Sekretariat Negara Republik Indonesia Tahun 2010 telah terlewati dan memberi catatan inflasi diatas yang ditargetkan yakni mencapai 6,96%. Inflasi tersebut melampaui target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di awal tahun yaitu 5±1% dan juga melampau target inflasi pemerintah sebesar 5,3 %. Namun, inflasi inti secara keseluruhan tahun 2010 masih cukup terkendali sejalan dengan penguatan nilai tukar, relatif terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat, dan sisi penawaran yang masih memadai dalam merespons kenaikan permintaan (Laporan BI, 2011). Inflasi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, kelebihan likuiditas di pasar yang memicu konsumsi, atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. (Business news, 3 Januari 2011) Inflasi merupakan hal yang penting untuk dipantau karena berkaitan erat dengan daya beli masyarakat. Dengan demikian akselerasi laju inflasi di penghujung tahun 2010 perlu dicermati. Berikut gambaran pergerakan inflasi tahun 2009-2010: Trend pergerakan inflasi antara tahun 2009 dan 2010 menunjukkan hal yang berlawanan. Tahun 2009 trend laju inflasi menurun sementara tahun 2010 trend laju inflasi meningkat. Tahun 2009 dimulai dengan inflasi yang cukup tinggi yakni 9.17% namun di akhir tahun tingkat inflasi tersebut dapat turun secara signifikan menjadi 2.78%. Sementara untuk tahun 2010, inflasi dimulai dari level yang rendah yakni 3,72 %, namun ditutup dengan level inflasi yang lebih tinggi yaitu 6.96%. Inflasi sebesar 6,96% tergolong tinggi. Penyebab tingginya inflasi didominasi oleh tekanan bahan pangan yang antara lain disebabkan terkendalanya pencapaian target produksi pangan akibat anomali cuaca. Kondisi cuaca yang tidak normal mengakibatkan menurunnya pasokan beberapa komoditas pertanian seperti cabe merah dan cabe rawit sehingga tidak dapat menahan lonjakan harga komoditas tersebut. Selain itu, kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia pada akhir tahun 2010 mendorong kenaikan harga minyak goreng domestik dan menjadi salah satu penyumbang inflasi. Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok volatile food pada Desember 2010 mencapai 3,29% (mtm) atau 17,74% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,69% (mtm) atau 13,77% (yoy) (Tinjauan Kebijakan Moneter BI-Januari 2011).

Perubahan cuaca ini tak hanya melanda Indonesia, tapi juga melanda hampir semua negara di dunia. Perubahan cuaca tersebut membuat laju inflasi volatile food mencatat kenaikan tertinggi. Inflasi menurut kelompok bahan pangan selama tahun 2010 dapat digambarkan sebagai berikut: Dari grafik diatas dapat dilihat inflasi kelompok bahan pangan pada bulan Desember 2010 mencapai 2,81%. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan. Apalagi dari inflasi bahan pangan itu, beras merupakan komoditas terbesar penyumbang inflasi, yakni sebesar 1,29%. Berikut dapat digambarkan 10 komoditi penyumbang utama inflasi tahun 2010: Grafik tersebut menunjukkan bahwa komoditi terbesar penyumbang inflasi tahun 2010 adalah beras (1,29%) dan dilanjutkan dengan tarif listrik sebesar 0,36 persen dan cabai merah sebesar 0,32 persen. Tingkat inflasi beras yang tinggi akan menggerus daya beli masyarakat dikarenakan beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Keadaan ini selanjutnya akan meningkatkan garis batas kemiskinan sehingga berpotensi untuk meningkatkan jumlah masyarakat miskin. Kenaikan Harga Beras

Salah satu penyebab mahalnya harga beras adalah menurunnya pertumbuhan produksi padi antara lain akibat imbas dari perubahan cuaca. Perubahan cuaca tersebut juga telah membuat negara pengekspor beras utama dunia yaitu Vietnam dan Thailand melakukan pengetatan ekspor beras. Meskipun kedua negara ini mengalami surplus beras, mereka telah mengumumkan bahwa akan membatasi ekspor beras terkait anomali cuaca yang melanda. Hal ini menjadi sinyal kuat bagi Indonesia bahwa pengendalian harga beras tidak dapat diandalkan melalui impor. Berikut pergerakan harga beras domestik tahun 2010: Trend meningkatnya harga beras memang tak lepas dari hukum permintaan dan penawaran barang. Indonesia sebagai negara Asia dengan konsumsi beras sangat tinggi yakni mencapai 139 kg per kapita per tahun. Padahal negara-negara Asia lainnya tak lebih dari 100 kg per kapita per tahun. Dengan demikian, total permintaan beras Indonesia menjadi sangat besar mengingat jumlah penduduknya lebih dari 230 juta jiwa. Permintaan terhadap beras yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi beras yang memadai di dalam negeri. Pada saat ini jumlah permintaan dan penawaran beras di Indonesia relatif berimbang, dalam arti jumlah yang tersedia dan jumlah yang dikonsumsi berselisih tipis. Keadaan tersebut sangat riskan, karena apabila terjadi goncangan permintaan atau penawaran, harga beras akan mudah berfluktuasi. Disamping itu, cadangan beras untuk pengamanan ketersedian oleh Pemerintah dilakukan dengan kebijakan impor. Instrumen impor inilah yang digunakan dalam mengantisipasi perilaku pasar agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang justru memperkeruh pasar seperti aksiaksi spekulasi. (Warta Ekonomi, No.26/XXII/29 Desember 2010-12 Januari 2011). Mengandalkan pengamanan stok beras kepada impor merupakan problematika tersendiri. Misalnya, pada saat terjadi perubahan cuaca seperti sekarang ini, membuat negara eksportir beras mengamankan cadangan berasnya sendiri dengan menutup keran eskpor. Dengan demikian Indonesia tidak lagi dapat menggantungkan diri pada instrumen impor. Tak ada pilihan lain, Indonesia harus meningkatkan produktivitas beras dalam negeri. Salah satunya dengan memberikan insentif dan fasilitas tambahan kepada petani agar petani lebih bergairah, terutama jaminan harga jual padi pada musim panen. Indonesia sebetulnya memiliki kisah sukses dalam meningkatkan produksi beras nasional pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Kisah sukses ini berawal dari Rapat Kerja Presiden/Wakil Presiden R.I di Departemen Pertanian pada tanggal 8 Januari 2007 yang membahas tentang: Peningkatan Produksi Beras 2 juta ton pada tahun 2007 untuk Memantapkan Ketahanan Pangan Dalam Negeri, dengan arahan Presiden sebagai berikut: (a) Agar Menteri Pertanian, Gubernur dan Bupati dapat mencapai sasaran peningkatan produksi beras sebanyak 2 juta ton; (b) Agar Menteri Pertanian membuat

â œperformance Agreementâ dengan Pemerintah Daerah untuk mencapai sasaran peningkatan produksi beras tersebut; (c) Dalam waktu 2-3 minggu Gubernur dan Bupati agar menyiapkan program aksi nasional peningkatan produksi beras sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Gubernur dan Bupati agar menyampaikan Program Aksi tersebut dan melaporkan pelaksanaannya setiap bulan kepada Presiden dan Wakil Presiden R.I; (d) Peningkatan produksi beras sebanyak 2 juta ton merupakan program prioritas. Oleh karena itu program ini harus didukung oleh APBD; (e) Agar program peningkatan produksi beras melibatkan petani; (f) Gubernur agar memperhatikan kenaikan harga beras dan melakukan Operasi Pasar untuk stabilisasi harga. Seminggu setelah rapat kerja tersebut, pada tanggal 15 Januari 2007 Presiden melaksanakan kunjungan kerja ke Provinsi Gorontalo untuk mencanangkan peningkatan produksi beras nasional. Presiden menyatakan, tahun ini ditargetkan peningkatan produksi beras sebanyak 2 juta ton. Lebih lanjut Presiden menyampaikan dukungan pemerintah diberikan dalam bentuk bantuan benih unggul, subsidi pupuk dan penyuluhan. Beliau juga mengatakan, upaya peningkatan produksi beras sebanyak 2 juta ton tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, tetapi juga diharapkan dapat menghasilkan cadangan pangan yang aman. Pencanangan peningkatan produksi beras ini selanjutnya lebih dikenal sebagai â œgerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (GP2BN)â. Sejak dicanangkan pada awal Januari 2007, Departemen Pertanian menyusun target produksi padi nasional dengan target tahun 2007 sebesar 58,182 juta ton, tahun 2008 sebesar 61,11 juta ton dan tahun 2009 sebesar 63,525 juta ton. Sesuai arahan Presiden target produksi ini disusun dan disepakati antara Menteri Pertanian dan para Gubernur serta Bupati. Pelaksanaan peningkatan produksi dipantau secara ketat oleh Tim dibawah koordinasi Wakil Presiden. Dengan dilaksanakannya arahan Bapak Presiden tersebut diikuti komitmen yang tinggi dari Gubernur dan Bupati untuk mencapai target produksi serta didukung oleh monitoring yang ketat, fakta menunjukkan bahwa produksi padi nasional meningkat tajam, dengan produksi padi sebagai berikut: (a) Tahun 2007 mencapai 57,16 juta ton atau naik 4,96% dibanding tahun 2006; (b) Tahun 2008 mencapai 60,33 juta ton atau naik 5,54% dibanding tahun 2007; (c) Tahun 2009 mencapai 64,4 juta ton atau naik 6,75%. Sebagai perbandingan peningkatan produksi padi sejak tahun 2001 sampai tahun 2006 berturut-turut mencapai -2,7%, 2,04%, 1,26%, 3,74%, 0,12%, 0,56%. Kenaikan produksi padi dalam tiga tahun tersebut merupakan rekor tertinggi berturut-turut yang belum pernah dicapai sebelumnya sehingga Indonesia kembali dengan sukses meraih swasembada pangan terutama beras. Pencapaian produksi padi yang cukup tinggi tersebut telah mengamankan harga beras dalam negeri sehingga terhindar dari gejolak harga akibat meroketnya harga beras dipasar internasional yang mencapai USD 1000/ton ketika krisis ekonomi global tahun 2008 mencapai puncaknya. Kunci sukses keberhasilan ini selain dari komitmen yang tinggi dari jajaran pemerintah mulai dari pusat sampai daerah adalah tersedianya benih unggul dan pupuk secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu serta dukungan sekolah lapang yang giat dilaksanakan sebagai percontohan. Pada tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan III (ARAM III) yang diterbitkan BPS produksi padi diperkirakan mencapai 65,98 juta ton atau naik 2,46% dibanding tahun 2009. Kenaikan produksi tahun 2010 ini jauh dibawah tingkat kenaikan produksi berturut-turut dalam tiga tahun sebelumnya. Turunnya tingkat pertumbuhan produksi padi tahun 2010 antara lain, berkemungkinan disebabkan oleh: - a) Mengendurnya komitmen untuk peningkatan produksi yang selama ini diimplementasikan didalam GP2BN. Kini GP2BN sudah tidak terdengar lagi gaungnya bahkan di website Kementerian Pertanian gerakan ini sudah tidak ditemukan sejak tahun 2009.

- b) Tim monitoring yang anggotanya terdiri dari berbagai instansi seperti Ditjen Tanaman Pangan, BPS, Bulog, BPKP, Setwapres, PT.PUSRI (pupuk), PT. Sang Hyang Sri (benih) sejak tahun 2009 sudah tidak melakukan kegiatan monitoring. Tim monitoring terpadu ini selain berperan melakukan pemantauan di sentra-sentra produksi sekaligus juga berperan menyelesaikan permasalahan di lapangan seperti pupuk yang tidak sampai kepada petani atau benih unggul yang belum tersedia maupun permasalahan hambatan administrasi dalam pengadaan benih. - c) Faktor perubahan cuaca yang hampir sepanjang tahun ditandai oleh curah hujan yang cukup banyak mengakibatkan menurunnya produksi padi lebak, meningkatnya serangan hama tanaman dan rusaknya tanaman padi akibat terendam banjir serta sulitnya mengeringkan gabah hasil panen. Kini perlu dibangkitkan kembali momentum GP2BN untuk mendongkrak produksi padi nasional yang diikuti oleh kebijakan-kebijakan lainnya seperti peningkatan stok beras oleh Bulog, pengadaan mesin pengering gabah dan menjaga kelancaran distribusi beras serta untuk jangka panjang segera memulai pembangunan pertanian beras dalam skala besar seperti yang direncanakan di Merauke Papua. Jika semua ini berhasil dilakukan diharapkan kontribusi inflasi dari volatile food dapat dikendalikan pada tahun 2011 dan seterusnya. ( Chairil / Hamidi / Prima )