BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

POTENSI SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Analisis Isu-Isu Strategis

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 06 TAHUN 2009

BAB IV GAMBARAN UMUM

: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS kabupaten Lumajang. : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Wilayah BPS Kabupaten Lumajang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik. : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Wilayah. Kabupaten Lumajang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB VII P E N U T U P

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

8.1. Keuangan Daerah APBD

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

A. Gambaran Umum Daerah

GROUP I (TGL 24 AGUSTUS S.D 26 AGUSTUS 2015) 1 DINAS PENDIDIKAN - SEKRETARIAT 2 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 3 DINAS KOPERASI, USAHA KECIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah satu kesatuan dalam sistem perencanaan nasional dengan tujuan untuk menjamin adanya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka diwujudkan dalam kerangka perencanaan daerah yang meliputi : Perencanaan Jangka Panjang, Perencanaan Jangka Menengah dan Perencanaan Jangka Pendek yang kesemuanya dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah. Kebijakan otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas luasnya dalam arti daerah memiliki kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya. Prinsip ini dijalankan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada setiap Kepala Daerah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah perencanaan jangka pendek yang berpedoman dan merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan mengacu RPJMD Provinsi Jawa Timur dan RPJMN yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, dan rencana kerja, pendanaan serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Didalam penjabarannya RKPD memuat prioritas dan fokus rencana kegiatan beserta pagu indikatif belanja program dalam rangka mewujudkan target kinerja aggregat (indikator makro daerah). Proses penyusunan RKPD Kabupaten Lumajang Tahun 2014 dimulai dari penjaringan aspirasi masyarakat secara bertahap melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang secara partisipatif dilakukan mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan musrenbang kabupaten yang selanjutnya diformulasikan dalam RKPD. Sejalan dengan prinsip dasar pelaksanaan otonomi yang mengarah pada terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), maka penyusunan RKPD ini diupayakan untuk memenuhi azas tertib, taat pada perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat sebagaimana diamanatkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 1 dari 62

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 59 Tahun 2007 yang mengatur tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dokumen RKPD merupakan dokumen publik sehingga pelibatan semua komponen pelaku pembangunan (stakeholders) dalam proses penyusunan rencana program dan kegiatan menjadi suatu keharusan. Dengan prinsip tersebut, diharapkan dokumen RKPD dapat diakses oleh semua stakeholders baik dalam kapasitas untuk pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Gambar 1.1: Skema alur penyusunan RKPD Gambaran Umum Daerah, Permasalahan, Visi dan Misi Prioritas Pembangunan Sasaran Program Rancangan Ekonomi Daerah Alokasi Dana 1.2 Dasar Hukum Penyusunan RKPD Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 dilandasi oleh berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut : a) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 2 dari 62

c) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); d) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) ; e) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); f) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); g) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); h) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); i) Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 ; j) Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan ; k) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan Atas Peraturan Mentreri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006; l) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; m) Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang Tahun 2010-2014. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 3 dari 62

1.3. Hubungan Antar Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lumajang tahun 2014 ini adalah dokumen perencanaan jangka pendek (tahunan) yang penyusunannya berpedoman dan merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang 2010-2014 dan mengacu RPJMD Provinsi Jawa Timur dan RPJMN yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, dan rencana kerja, pendanaan serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat Selanjutnya Dokumen RKPD Provinsi Jawa Timur menjadi pedoman penyempurnaan bagi rancangan akhir RKPD Kabupaten Lumajang. 1.4. Sistematika RKPD Sistematika Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lumajang Tahun 2012 sebagaimana mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud dan Tujuan BAB II : EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN YANG LALU (2011) DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. BAB III BAB IV BAB V BAB VI 2.1. Kondisi Umum Kondisi Daerah ; 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD ; 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah. : RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ; 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah : PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan ; 4.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Tahun 2014. : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH : PENUTUP Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 4 dari 62

1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD Maksud penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 sebagaimana amanat UU No. 25 Tahun 2004 pasal 26 ayat (2) merupakan dokumen perencanaan yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan RAPBD. RKPD merupakan acuan dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) maupun Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2014, sekaligus sebagai dasar lebih lanjut untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Sebagai dokumen yang diacu dalam penyusunan RAPBD, maka struktur program dan kegiatan pada dokumen RKPD akan diterjemahkan secara operasional dalam konteks penatausahaan anggaran yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Dengan konsep struktur program dan kegiatan antara RKPD, KUA dan PPAS merupakan konsep penterjemahan dalam konteks penatausahaan anggaran adalah merupakan kalkulasi sumberdaya dalam operasionalisasi struktur program dan kegiatan pada RKPD dalam rangka mewujudkan target kinerja masing-masing agenda pada RPJMD Kabupaten Lumajang Tahun 2010-2014. Adapun tujuan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lumajang Tahun 2014 yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, dan rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju adalah untuk memberikan landasan dan pedoman bagi semua pelaku pembangunan (stakeholders). Demikian pula SKPD sebagai pelaksana program dan kegiatan RKPD 2014 dari jajaran Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Lumajang berkewajiban menyusun Renja-SKPD 2014. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 5 dari 62

BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN YANG LALU (2011) DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. 2.1. Kondisi Umum Kondisi Daerah. A. Gambaran Umum Geografis a. Letak Wilayah Kabupaten Lumajang secara geografis terletak diantara 7 52 s/d 23 Lintang Selatan dan 112 50 s/d 113 22 Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Lumajang sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Jember, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Malang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. b. Luas Wilayah Kabupaten Lumajang memiliki wilayah seluas 179.090,00 Ha (1.790,90 Km2) atau sekitar 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Timur. Secara administratif terdiri dari 21 wilayah kecamatan, 205 desa/kelurahan, 1.794 RW dan 6.991 RT. c. Topografi Ketinggian tempat di Kebupaten Lumajang bervariasi pada umumnya ketinggian tempat di Kabupaten Lumajang adalah antara 100-500 m dari permukaan laut sekitar 63.109,15 Ha (35,24% dari luas wilayah) yang tersebar di bagian Tengah-Barat dan Utara wilayah Kabupaten. Ketinggian 0-25 m dpl ada di 9 daerah kecamatan yang luasnya sekitar 4.664,31 Ha (2,60%), ketinggian antara 25-100 tercatat 38.600,86 Ha atau 21,55%, ketinggian 500-1000 meter dpl ada di 9 daerah kecamatan yang luasnya sekitar 30.561,60 Ha (17,06%), sedangkan ketinggian > 2000 meter dpl ada di 3 daerah kecamatan yang luasnya sekitar 6.889,40 ha yang terletak di Kecamatan Pronojiwo, Senduro dan Gucialit. d. Geologi Formasi geologi di kawasan selatan sebagian besar sangat terpengaruh secara langsung dari adanya Gunung Semeru, sehingga menimbulkan struktur geologi yang beragam, seperti pada kawasan yang merupakan bagian dari Kecamatan Tempursari, oleh karena terpengaruh secara langsung dari adanya Gunung Semeru, maka struktur geologinya keseluruhannya merupakan batuan vulkanik. Sedangkan pada kawasan yang merupakan bagian dari Kecamatan Pasirian dan Tempeh formasinya adalah, pada bagian sebelah utara banyak mengandung alluvium sedangkan kawasan yang berbatasan langsung dengan laut jenis batuannya adalah miosen sedimentary. Berdasarkan jenis tanah, kawasan selatan kabupaten Lumajang kecenderungannya sangat beragam seperti pada Kecamatan Tempursari, prosentase jenis tanah tertinggi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 6 dari 62

adalah latosol yaitu 55,67%, sedangkan terendah adalah alluvial hidromorf yaitu 1,14 %. Untuk Kecamatan Pasirian sama dengan Kecamatan Candipuro jenis tanah terbanyak adalah regusol yaitu 68,22 %, sedang terendah alluvial hidromorf yaitu 9,74 %. Kecamatan Tempeh jenis tanah terbanyak adalah regusol yaitu 89,58% sedang terendah gley yaitu 2,93 %. Pada Kecamatan Kunir jenis tanah terbanyak adalah regusol yaitu 65,56 %, sedang terendah alluvial hidromorf yaitu 8,49 %. Kemudian yang terakhir Kecamatan Yosowilangun jenis tanah terbanyak adalah gley yaitu 53,93 %, sedang terendah regusol yaitu 7,24 %. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676m), Gunung Bromo (3.292m) dan Gunung Lamongan. e. Jenis Tanah Berdasarkan jenis tanahnya, daerah ini terdiri dari jenis tanah alluvialhidromorf, aluvial coklat kekelabuan, gley, regusol, andosol, mediteran dan latosol. Jenis tanah didominasi oleh regusol yang tersebar di bagian barat, utara dan bagian tengah wilayah kabupaten (dari mulai Kecamatan Senduro hingga ke kecamatan Lumajang, Kunir, dan Pasirian serta Ranuyoso) yang mencapai 66.284,94 hektar atau 37,01% dari luas wilayah. Jenis tanah yang paling sedikit luas sebarannya adalah alluvial coklat kekelabuan yang hanya mencakup 2,76% saja dari luas wilayah. f. Iklim dan Hidrologi Lokasi Kabupaten Lumajang yang berada di sekitar garis katulistiwa menyebabkan Kabupaten Lumajang mempunyai perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau berkisar pada bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April. Daerah Lumajang mempunyai 3 (tiga) tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan Gunung Semeru. Untuk daerah dengan kategori sedang mencakup daerah Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung dengan rata-rata bulan kering 3-4 bulan per tahunnya. Sedang daerah dengan iklim agak kering meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun. Pemantauan yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bondoyudo - Mayang di Lumajang dalam kurun waktu setahun ini rata-rata hari hujan berkisar antara 1 sampai dengan 19 hari tiap bulannya. Sedangkan rata-rata intensitas curah hujan berkisar antara 0 273,50 mm 3. Berdasarkan pengembangan wilayah serta potensi wilayah, Kabupaten Lumajang terbagi menjadi : Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 7 dari 62

a. Wilayah Utara, meliputi : Kecamatan Klakah, Ranuyoso, Randuagung, dan Kedungjajang dengan pusat perkembangan di Klakah. Wilayah ini mempunyai fungsi wilayah dengan sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah industri, perdagangan, pertanian dan pariwisata. b. Wilayah Tengah, meliputi Kecamatan Lumajang, Sukodono, Sumbersuko dan Tempeh, dengan pusat perkembangan di Lumajang. Wilayah ini mempunyai fungsi wilayah dengan sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan, perdagangan, industri, permukiman, perhubungan dan pariwisata. c. Wilayah Timur, meliputi Kecamatan Yosowilangun, Tekung, Kunir, Rowokangkung dan Jatiroto dengan Pusat perkembangan di Yosowilangun. Wilayah ini mempunyai fungsi wilayah dengan sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan pariwisata. d. Wilayah Barat, Meliputi Kecamatan Senduro, Pasrujambe dan Gucialit, dengan pusat perkembangan di Senduro. Wilayah ini mempunyai fungsi wilayah dengan sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah pariwisata, pertanian, perkebunan dan kehutanan. e. Wilayah Selatan, meliputi Kecamatan Pasirian, Candipuro, Pronojiwo dan Tempursari dengan Pusat perkembangan di Pasirian. Wilayah ini mempunyai fungsi wilayah dengan sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan pariwisata. Disamping pembagian berdasarkan pengembangan dan potensi wilayah Kabupaten Lumajang juga memiliki berbagai potensi kawasan wisata alam yang meliputi: a. Taman wisata pantai, di Desa Bago, Desa Selok Awar-Awar dan Desa Gondoruso Kecamatan Pasirian, Desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun, dan Desa Bulurejo Kecamatan Tempursari. b. Taman wisata pegunungan, Piket Nol di Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo, Besuksat di Desa Kertosari Kecamatan Pasrujambe, dan Perkebunan teh di Desa Kertowono Kecamatan Gucialit. c. Taman wisata telaga, Ranu Klakah di Desa Tegalrandu dan Ranu Pakis di Desa Ranupakis Kecamatan Klakah, Ranu Bedali di Desa Ranubedali Kecamatan Ranuyoso, Ranu Kumbolo dan Ranu Pane di Desa Ranupane Kecamatan Senduro. d. Taman Pemandian Selokambang di Desa Purwosono Kecamatan Sumbersuko, Kolam Renang di Jalan Veteran Kecamatan Lumajang, Pemandian Tirtowono di Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 8 dari 62

Desa Jarit Kecamatan Candipuro, Water Park di Kawasan Wonorejo Terpadu di Desa Wonorejo Kecamatan Kedungjajang. e. Taman wisata gua, Gua Tetes di Desa Sidomulyo Kecamatan Pronojiwo, Gua Cempolong di Desa Gondoruso Kecamatan Pasirian, Gua Bima di Desa Bades Kecamatan Pasirian. f. Wisata air terjun di Desa Kertowono Kecamatan Gucialit, air terjun Antrukan di Desa Senduro dan air terjun di Desa Kandangan Kecamatan Senduro. Namun demikian disamping berbagai potensi sebagaimana tersebut di atas, di Kabupaten Lumajang juga terdapat kawasan rawan bencana yang perlu diantisipasi dampaknya yang meliputi : a. Rawan letusan gunung api, meliputi Kecamatan Pronojiwo, Kecamatan Candipuro, Kecamatan Tempursari, Kecamatan Senduro dan Kecamatan Yosowilangun. b. Rawan gempa, meliputi Kecamatan Pronojiwo, KecamatanTempursari, Kecamatan Candipuro, Kecamatan Pasirian, Kecamatan Pasrujambe dan Kecamatan Senduro. c. Rawan gerakan tanah dan longsor, meliputi Kecamatan Pronojiwo, Kecamatan Tempursari, Kecamatan Candipuro, Kecamatan Pasirian, Kecamatan Pasrujambe dan Kecamatan Senduro. d. Rawan tsunami, meliputi Kecamatan Yosowilangun, Kecamatan Kunir, Kecamatan Tempeh, Kecamatan Pasirian dan Kecamatan Tempursari. e. Rawan banjir akibat dari Gunung Semeru, meliputi Kecamatan Pronojiwo, Kecamatan Candipuro, Kecamatan Tempursari dan Kecamatan Pasirian. Banjir akibat topografi meliputi, Kecamatan Pasrujambe, Kecamatan Padang, Kecamatan Ranuyoso, Kecamatan Senduro dan Kecamatan Klakah. Banjir akibat luapan/genangan disebabkan meningkatnya debit sungai meliputi Kecamatan Rowokangkung, Kecamatan Yosowilangun dan Kecamatan Tempursari. Kemudian dari tingkat kesuburan tanah, wilayah selatan relatif lebih subur dibanding wilayah utara. Masih belum meratanya infrastruktur hampir diseluruh wilayah, khususnya Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Gucialit, Pasrujambe, Pronojiwo, Tekung dan Kunir. Dengan tetap memperhatikan wilayah lain yang juga masih perlu penanganan pembangunan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 9 dari 62

Gambar 1. 1 Wilayah administrasi Kabupaten Lumajang B. Gambaran Umum Demografis Data penduduk sebagaimana data yang lain, sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan sebab penduduk merupakan subyek dan sekaligus obyek dari suatu pembangunan. Jumlah penduduk pada tahun 2012 yang dilaksanakan dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) mencapai 1.180.351 jiwa terdiri dari 584.011 laki laki (49,5%) dan 596.340 perempuan (50,5%), dengan rata-rata kepadatan penduduk 660 jiwa per km 2. Kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Lumajang sebesar 94.507 jiwa dan Pasirian sebesar 94.381 jiwa. Berdasar data BPS Kabupaten Lumajang, struktur mata pencaharian pada tahun 2011 tidak banyak mengalami perubahan dibanding pada tahun 2010. Pada tahun 2010 sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Lumajang sebagian besar masih bergerak di sektor pertanian sebanyak 48,97 persen, di sektor perdagangan sebanyak 19,44 persen dan jasa-jasa 13,37 persen dan di sektor industri sebanyak 8,15 persen. Sedangkan pada tahun 2011 sektor penyerap tenaga kerja terbanyak adalah juga pada sektor pertanian yang mencapai 51,20 persen, sektor perdagangan sebanyak 18,00 persen, jasa jasa 9,40 persen dan sektor industri 9,59 persen. Perbandingan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi peningkatan pada sektor pertanian dan menurun pada sektor perdagangan dan sektor jasa. Penyerapan tenaga kerja terkecil berada di sektor listrik/gas/air yang sebesar 0,07 persen. Prosentase pekerja di sektor industri naik menjadi 9,59 persen dari sebelumya sebesar 8,15 persen. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 10 dari 62

1. Kondisi Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia 1) Indikator Pertumbuhan Ekonomi Daerah a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata per tahun 12,48 persen yaitu dari Rp. 11,13 trilliun tahun 2008 menjadi Rp. 17,46 trilliun pada tahun 2012. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami kenaikan rata-rata 5,90 persen per tahun yaitu dari Rp. 5,70 trilliun pada tahun 2008 menjadi Rp. 7,20 trilliun di tahun 2012. Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lumajang Tahun 2007 2011 (Jutaan Rupiah) No PDRB 2008 2009 2010 *) 2011 **) 2012 ***) ADHB 11.132.920,40 12.369.238,44 13.886.442,96 15.583.420,16 17.461.478,26 ADHK 5.702.076,22 6.013.672,17 6.369.904,28 6.768.517,45 7.202.952,07 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lumajang, Tahun 2012 Keterangan : *) = angka diperbaiki **) = angka sementara ***) = angka estimasi b. Struktur Perekonomian Daerah Selama periode tahun 2008-2012, kontribusi sektor primer cenderung mengalami penurunan meskipun tidak cukup signifikan, yaitu dari 38,37 persen pada tahun 2008 menjadi 35,39 persen tahun 2012, sedangkan kontribusi sektor sekunder cenderung stabil dengan kontribusi pada kisaran 17%, sedangkan kontribusi sektor tersier cenderung mengalami kenaikan yaitu dari 44,61 persen pada tahun 2008 menjadi 47,59 persen tahun 2012. Hal di atas menunjukkan kemajuan struktur perekonomian di kabupaten Lumajang. Lambat laun perekonomian lumajang tidak hanya tergantung pada sektor pertanian, akan tetapi sektor perdagangan, hotel dan jasa mulai menggeliat dan memberikan kontribusi yang signifikan di dalam struktur PDRB Kabupaten Lumajang. Maka, pada masa yang akan datang, sektor-sektor tersier tersebut harus digenjot lebih baik lagi, sehingga memberikan kontribusi lebih bagi masyarakat Lumajang pada khususnya. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 11 dari 62

No. Tabel 2.2. Struktur Perekonomian Kabupaten Lumajang Tahun 2007 2011 KELOMPOK SEKTOR KONTRIBUSI PDRB ADHK (%) 2008 2009 2010 *) 2011 **) 2012 ***) 1. PRIMER 38,37 38,51 37,60 36,39 35,39 a. Pertanian 36,45 36,59 35,72 34,56 33,62 b. Pertambangan & Penggalian 1,92 1,92 1,88 1,83 1,77 2. SEKUNDER 17,02 16,79 16,84 16,96 17,02 c. Industri Pengolahan 13,50 13,31 13,37 13,46 13,50 d. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,59 0,58 0,58 0,57 0,57 e. Bangunan 2,93 2,90 2,90 2,93 2,95 3. TERSIER 44,61 44,70 45,56 46,65 47,59 f. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,22 23,42 24,31 25,22 26,01 g. Pengangkutan dan Komunikasi 4,50 4,40 4,37 4,42 4,45 h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,29 4,26 4,31 4,38 4,41 i. Jasa-Jasa 12,60 12,62 12,57 12,64 12,72 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lumajang, Tahun 2012 (diolah) Keterangan : *) = angka diperbaiki **) = angka sementara ***) = angka estimasi Perkembangan struktur PDRB Kabupaten Lumajang dilihat kontribusi tiap sektornya, sektor pertanian masih tetap menempati urutan pertama. Seperti tahun-tahun sebelumnya bahwa walaupun pengaruh krisis global masih terasa namun struktur perekonomian Kabupaten Lumajang masih didominasi oleh sektor pertanian, di samping itu urutan kontribusi masing-masing sektor atas dasar harga berlaku tidak terjadi pergeseran dari tahun lalu. Struktur PDRB Kabupaten Lumajang tahun 2008-2012 atas dasar harga berlaku masih sama yaitu didominasi oleh 3 (tiga) sektor yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, serta indistri pengolahan dengan kontribusi masing-masing di atas 13 persen, dengan urutan sebagaimana tabel berikut: No. Tabel 2.3 Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Lumajang Atas dasar harga konstan (dominan) KONTRIBUSI PDRB ADHK (%) KELOMPOK SEKTOR 2008 2009 2010 *) 2011 **) 2012 ***) 1. Pertanian 36,45 36,59 35,72 34,56 33,62 2. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,22 23,42 24,31 25,22 26,01 3. Industri Pengolahan 13,50 13,31 13,37 13,46 13,50 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lumajang, Tahun 2012 (diolah) Keterangan : *) = angka diperbaiki **) = angka sementara ***) = angka estimasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 12 dari 62

No. Tabel 2.4 Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Lumajang Atas dasar harga konstan (di bawah 13 persen) KELOMPOK SEKTOR KONTRIBUSI PDRB ADHK (%) 2008 2009 2010 *) 2011 **) 2012 ***) 1. Jasa-Jasa 12,60 12,62 12,57 12,64 12,72 2. Bangunan 2,93 2,90 2,90 2,93 2,95 3. Pengangkutan dan Komunikasi 4,50 4,40 4,37 4,42 4,45 4. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,29 4,26 4,31 4,38 4,41 5. Pertambangan & Penggalian 1,92 1,92 1,88 1,83 1,77 6. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,59 0,58 0,58 0,57 0,57 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lumajang, Tahun 2012 (diolah) Keterangan : *) = angka diperbaiki **) = angka sementara ***) = angka estimasi Dari tabel tersebut diatas, jika melihat perkembangan PDRB Kabupaten Lumajang mulai tahun 2008-2012, perdagangan, hotel dan restoran, dan industri pengolahan serta jasa-jasa sampai dengan 2012 mengalami kenaikan kontribusi sektoral dibandingkan 6 (enam) sektor lainnya, meskipun dalam pertumbuhannya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Selanjutnya untuk distribusi sumbangan PDRB dapat dijelaskan melalui grafik berikut : Grafik 1 Distribusi Sumbangan PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2012 Berdasarkan Harga Berlaku (Rp. Juta) Keuangan, P.sewahan & Js. Persh; 745.266,09 Pengangkutan dan Komunikasi; 725.883,35 Jasa-jasa; 2.082.584,48 Pertanian; 5.835.322,25 Perdagangan, Hotel & Restoran; 4.572.986,34 Pertambangan dan Penggalian; 261.724,30 Industri Pengolahan ; 2.369.280,16 Bangunan; 766.577,95 Listrik, Gas dan Air bersih; 101.853,35 Jika dilihat dari sumbangannya terhadap PDRB ADHB Tahun 2012 sebagaimana tersaji pada tabel diatas, sektor pertanian yang dominan peranannya terhadap PDRB, yaitu: 5.835.322,25 (Rp. juta) atau sebesar 34,92 persen dari total PDRB ADHB. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 13 dari 62

c. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lumajang selama 5 tahun terakhir cenderung fluktuatif. Pada tahun 2008 tumbuh 5,43 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 6,42 persen. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terlihat pada grafik sebagai berikut: 10 Grafik 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 P.E 5,43 5,46 5,92 6,26 6,42 Inflasi 8,86 5,35 5,99 5,61 5,29 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lumajang, Tahun 2012. Kondisi lain yang dapat disampaikan bahwa, secara agregat inflasi dengan system point to point sampai dengan tahun 2012 cenderung mangalami penurunan seiiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi, tahun 2012 menurun menjadi 5,29 persen jika dibandingkan dengan inflasi tahun 2008 yang mencapai 8,86 persen, maka inflasi tahun 2012 lebih rendah 3,57 persen. Laju inflasi pada tahun 2009 sebesar 5,35 persen relatif rendah. Sejalan dengan itu, harga minyak dunia dan pangan cenderung naik selanjutnya tekanan inflasi pada 2010 melemah sebesar 0,34 persen dan kembali lebih terkendali pada tahun 2011 menjadi 5,61. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran dinamis yang digunakan untuk melihat kinerja perekonomian di suatu wilayah. Sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Demikian pula di Kabupaten Lumajang, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010 2014, laju pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang sangat penting untuk selalu dievaluasi. Agar lebih valid perubahan tersebut diukur dengan acuan satu ukuran/satu periode yang disebut kondisi ekonomi pada tahun dasar dan menggunakan ukuran atas dasar harga tetap (konstan). Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 14 dari 62

2) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Selanjutnya, capaian kinerja pemerintahan daerah dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lumajang. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) mencakup 3 (tiga) dimensi pembangunan manusia yang dianggap memiliki nilai strategis. Ketiga dimensi itu adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak (decent living). Pada tingkat proporsi IPM Kabupaten Lumajang pada tahun 2011, komponen yang mempengaruhi Indeks Harapan Hidup sebesar 70,64, Indeks Pendidikan (IP) 72,17 dan Indeks Purchasing Power Parity (PPP) 62,52. Kondisi tersebut menunjukkan IK dan IP Kabupaten Lumajang pada level 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 menengah atas. Pada sisi kondisi perekonomian belum cukup stabil yang menyebabkan daya beli penduduk menurun, kemiskinan dan pengangguran merupakan kondisi yang harus segera ditangani. Kondisi perkembangan IPM Kabupaten Lumajang Tahun 2007-2011 tergambar dalam grafik sebagai berikut : Grafik 3 Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Lumajang Tahun 2007-2011 2007 2008 2009 2010 2011 IPM 66,20 66,65 67,26 67,82 68,45 IHH 68,91 69,30 69,79 70,28 70,64 IP 70,63 70,63 70,94 71,11 72,17 PPP 59,05 60,01 61,06 62,07 62,52 Sumber : Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Lumajang Tahun 2011 Memperhatikan perkembangan IPM Kabupaten Lumajang tahun 2011, berdasarkan data BPS Kabupaten Lumajang, bahwa angka IPM Kabupaten Lumajang tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 68,45 dibandingkan dengan angka IPM Kabupaten Lumajang pada tahun 2010 yang mencapai 67.82. Pada tahun 2009 IPM mencapai 67,26 juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Angka IPM tahun 2008 yang mencapai 66,65. Dengan demikian selama 4 (empat) tahun terakhir telah terjadi peningkatan IPM Kabupaten Lumajang sebesar 1,80 poin. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 15 dari 62

3) Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Lumajang secara ekonomis memiliki beberapa keunggulan potensi daerah, dan apabila dapat dimanfaatkan dengan baik akan mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. Beberapa potensi daerah tersebut adalah : a. Posisi wilayah yang strategis. Berdasarkan tinjauan geografis posisi Kabupaten Lumajang terletak pada jalur Surabaya-Lumajang-Jember dan Malang yang merupakan jalur ekonomi yang cukup potensial sebagai jalur lalu lintas komoditi dan mobilisasi masyarakat. Berdasarkan tinjauan geografis ini peluang investasi yang dimiliki Kabupaten Lumajang terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu : pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, industri, perdagangan dan pariwisata. Banyaknya danau/ranu, sungai dan empang-empang serta kawasan selatan yang berbatas dengan Samudera Indonesia merupakan potensi untuk mengembangkan sektor perikanan di Kabupaten Lumajang yang diarahkan pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya ikan tawar. Pemanfaatan kawasan perikanan tangkap di Kabupaten Lumajang meliputi : Kecamatan Tempursari, Pasirian, Tempeh, Kunir dan Yosowilangun. Sedangkan untuk pemanfaaatan kawasan perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Lumajang, meliputi wilayah : Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, Randuagung, Klakah dan Sukodono. Dari berbagai komoditi potensial yang terdapat di Kabupaten Lumajang terdapat beberapa produksi unggulan daerah yang potensial untuk dikembangkan dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain : adanya permintaan, tingkat harga yang berlaku di pasar serta kemampuan dalam pengelolaan komoditi tersebut. Adapun potensi komoditi unggulan tersebut meliputi : buah pisang, manggis, kelapa, kopi, sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ikan lele, ikan bandeng, udang windu, kerajinan bordir, kerajinan perak, kerajinan wayang krucil, kripik pisang, gula kelapa, jointing board, foalding, meubel kayu, pasir bangunan, pasir besi dan obyek wisata. Berdasarkan kondisi topografi lahan kelerengan dan kedalaman efektif tanah, terdiri atas pegunungan, dataran tinggi maupun dataran rendah menjadikan Kabupaten Lumajang memiliki potensi besar untuk pengembangan perkebunan. Pemanfatan kawasan industri masyarakat perkebunan dibagi menjadi 11 (sebelas) kawasan budidaya, antara lain : Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 16 dari 62

a) Kelapa diseluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Lumajang. b) Kopi di Kecamatan Tempursari, Pronojiwo, Candipuro, Randuagung, Senduro, Gucialit, Klakah dan Pasrujambe. c) Cengkeh di Kecamatan Tempursari, Pronojiwo, Candipuro, Senduro, Gucialit, Kedungjajang dan Pasrujambe. d) Pinang di seluruh Kecamatan di Kabupaten Lumajang. e) Tebu diseluruh Kecamatan di Kabupaten Lumajang kecuali Kecamatan Tempursari. f) Tembakau VO di Kecamatan Pasirian, Tempeh dan Yosowilangun. g) Tembakau Burlay diseluruh Kecamatan di Kabupaten Lumajang kecuali Kecamatan Randuagung, Gucialit, Kedungjajang dan Ranuyoso. h) Kakao di Kecamatan Pasirian dan Randuagung. i) Teh di Kecamatan Gucialit. j) Karet di Kecamatan Kedungjajang dan Randuagung. b. Ketersediaan infrastuktur ekonomi daerah Pelaksanaan program dan kegiatan urusan pekerjaan umum secara umum diharapkan mampu meningkatkan kualitas maupun prasarana jalan, jembatan, dan irigasi. Kondisi fisik panjang jalan kabupaten sepanjang 1.051,987 km (jalan beraspal sepanjang 1.011,497 km, jalan kerikil 29,04 km, dan jalan tanah 11,45 km), dengan kondisi baik sepanjang 685,176 km, kondisi sedang sepanjang 129,414 km, rusak sepanjang 134,534 km dan rusak berat sepanjang 102,863. Kondisi jalan baik pada tahun 2012 naik 12,21 persen dari panjang 610,635 km menjadi 685,176 km. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 terjadi kenaikan kualitas kondisi jalan yang merupakan hasil pembangunan dan perawatan jalan yang baik oleh pemerintah daeah Kabupaten Lumajang serta peran serta masyarakat dalam memelihara jalan. Kabupaten Lumajang dari sisi sarana perhubungan memiliki 1 terminal dan sub terminal. Terminal tersebut digunakan sebagai penampung mobilitas penduduk yang dilalui antara Kabupaten Probolinggo dengan Kabupaten Jember. Jumlah kendaraan angkutan barang pada tahun 2012 sebanyak 9.172 unit kendaraan. Jumlah unit angkutan umum tahun 2012 sebanyak 515 unit jumlah tersebut terus mengalami penurunan dari tahun 2011 yaitu sebesar 550 unit. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 17 dari 62

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai dengan Awal Tahun 2011 dan Realisasi RPJMD. Target ekonomi makro pada Tahun 2014 tetap diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan terus meningkatkan pertumbuhan PDRB Kabupaten Lumajang. Rencana Target Pemerintah Kabupaten Lumajang melakukan peningkatan pada dunia usaha di sektor dominan : 1. Sektor pertanian diupayakan terjadi pertumbuhan sebesar 3,56% pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 3,52%; 2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diupayakan terjadi pertumbuhan sebesar 9,87% pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 9,75%; 3. Sektor industri pengolahan diupayakan terjadi pertumbuhan sebesar 6,87% pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 6,78%. Ketiga sektor tersebut diatas merupakan pendorong utama kegiatan perekonomian di kabupaten Lumajang karena lebih dari 70% kontribusi kegiatan ekonomi berasal dari sektor tersebut. Sedangkan sektor pendukung PDRB lainnya yang meliputi : 1. Sektor pertambangan dan penggalian 2. Sektor konstruksi sebesar 3. Sektor pengangkutan dan komunikasi 4. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5. Sektor listrik, gas dan air bersih 6. Sektor jasa-jasa sebesar tetap dilakukan upaya peningkatan sesuai kondisi ekonomi dan kemampuan menarik investasi yang berkembang di Tahun 2012. Guna mendukung peningkatan ketiga sektor dominan dan sektor pendukung lainnya, maka langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang antara lain : 1. Melakukan intensifikasi produksi sektor pertanian, melalui berbagai terobosan program dan kegiatan yang mendukung, serta memberikan kepastian akan ketersediaan pupuk termasuk mendorong kesediaan pemerintah memberikan kepastian terhadap harga gabah sehingga petani tidak terombang-ambing dalam melakukan upaya peningkatan hasil produksi; 2. Memfasilitasi dan mendukung dunia usaha untuk berkembang dan mampu menciptakan lapangan kerja di Kabupaten Lumajang; 3. Melakukan pembenahan infrastruktur dalam upaya memperlancar arus lalu lintas yang akan berdampak pada kelancaran distribusi barang/jasa. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 18 dari 62

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah. Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang telah ditetapkan tidak akan dapat diimplementasikan dengan baik jika pemerintah tidak tanggap terhadap kondisi yang berkembang di masyarakat maupun kondisi yang ada di pemerintahan. Oleh sebab itu pemerintah harus peka terhadap seluruh permasalahan pembangunan di daerah yang sedang berkembang dan segera mengambil langkah-langkah strategis guna mengatasi permasalahan-permasalahan mendesak yang sedang berkembang di masyarakat. Beberapa permasalahan pembangunan daerah yang saat ini masih menjadi kendala dalam upaya terwujudnya kesejahteraan masyarakat, antara lain : 1. Masih rendahnya pendapatan petani dan produktivitas pertanian dalam arti luas; Kabupaten Lumajang termasuk daerah agraris sehingga mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani atau bekerja di bidang pertanian. Dengan demikian untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, bidang pertanian harus menjadi prioritas utama. Produksi padi sebagai komoditas utama daerah, selama tahun 2009-2010 sudah menunjukkan penurunan. Hal ini karena adanya penurunan produktivitas, yaitu 59,41 Kw/Ha di tahun 2009 menjadi 58,87 Kw/Ha di tahun 2010. Produksi jagung selama tahun 2009-2010 mengalami kenaikan karena adanya peningkatan produktivitas, yaitu 41,57 Kw/Ha di tahun 2009 menjadi 45,39 Kw/Ha di tahun 2010. Produksi kedelai selama tahun 2009-2010 juga mengalami kenaikan, yaitu 13,07 Kw/ha di tahun 2009 menjadi 13,40 Kw/Ha di tahun 2010. Tabel 2.5 Jumlah produksi dan produktivitas dalam tahun 2011 dan 2012 Tahun 2011 Tahun 2012 No URAIAN Luas Luas Produksi Produktivitas panen panen Produksi Produktivitas (Ha) (Kw) (Kw/Ha) (Ha) (Kw) (Kw/Ha) 1 Padi 73.706 4.339.072 58,87 77.889 4.627.461 59,41 2 Jagung 32.142 1.458.975 45,39 32.931 1.553.456 47,17 3 Kedelai 3.184 42.665 13,4 1.251 18.193 14,54 4 Kacang tanah 4.134 51.967 12,57 3.821 47.573 12,45 5 Ubi kayu 2.167 485.646 224,11 2.216 515.447 232,6 Total 115.333 6.378.326 55,3 118.650 6.853.639 57,76 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang Tahun 2011 Terhadap rendahnya pendapatan petani dan berfluktuatifnya produktivitas pertanian, antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Terjadinya serangan hama pada tanaman komoditas pertanian. Hal menyebabkan kegagalan dan penurunan produktivitas tanaman. Hal ini tidak hanya terjadi di Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 19 dari 62

Kabupaten Lumajang, akan tetapi juga pada kabupaten/kota lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca saat ini yang sulit diprediksi dan kondisi musim yang tidak menentu. 2. Pemanfaatan jumlah air yang semakin mengecil seiring dengan meningkatnya penggunaan air untuk rumah tangga dan industri. 3. Jumlah kepemilikan lahan pertanian yang semakin kecil seiring dengan kebutuhan lahan non pertanian yang setiap tahun meningkat. 4. Adanya perbedaan persepsi tentang pengertian penyuluhan pertanian, baik dari para pembinanya di tingkat pusat maupun para pelaksananya di daerah dan dalam penyelenggaraannya dilakukan dengan menggunakan pendekatan, sistem kerja dan metode yang tidak sesuai dengan paradigma baru pembangunan yang partisipatif. 5. Pembinaan jabatan fungsional penyuluh pertanian di Kabupaten tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga tidak meningkatkan profesionalisme penyuluh pertanian yang berakibat rendahnya kinerja mereka. 6. Beberapa perubahan lingkungan strategis (globalisasi, berlakunya otonomi daerah, perubahan kebijakan pembangunan pertanian, perubahan kondisi petani dan pergeseran paradigma) mempunyai implikasi yang luas terhadap penyuluhan pertanian menghendaki perubahan sistem penyuluhan pertanian secara menyeluruh. 7. Kemampuan petani mengakses kredit dengan aturan dan suku bunga masih seperti yang diterapkan pada usaha komersial lain (di luar agribisnis). 2. Masih rendahnya aksesibilitas dan kualitas pendidikan; Aksesibilitas dan kualitas bidang pendidikan bisa diartikan kemampuan masyarakat dalam menjangkau kebutuhan terhadap penyediaan pendidikan oleh Pemerintah yang memadai dan berkualitas. Aksesibilitas bidang pendidikan selama tahun 2010-2012 secara umum masih perlu untuk terus ditingkatkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan indikator APM, APK dan Angka Putus Sekolah. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk tingkat SD/MI dan tingkat SMP/MTs selama tahun 2010-2012 menunjukkan perbaikan. Angka putus sekolah murid ditingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA selama tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan cukup baik dan sudah di bawah satu persen. Sedangkan Angka partisipasi murni dan angka partisipasi kasar SMA/MA selama tahun 2010-2012 menunjukkan kenaikan, namun baik APM elama tahun 2010-2012 rata-rata masih dibawah 50%. Kualitas pendidikan dilihat dari nilai rata-rata ujian nasional dan UASBN selama tahun 2010-2012 untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA menunjukkan kenaikan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 20 dari 62

Tabel. 2.6 Capaian Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan Tahun 2010-2012 CAPAIAN Target Capaian INDIKATOR 2010 2011 2012 Nasional Provinsi Angka Melek Huruf 97,6 97,66 97,76 97,84 97,25 Angka Partisipasi Kasar SD/MI 107,7 107,35 106,67 101,68 113,82 Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs 105,36 106,58 106,88 96,18 103,55 Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK/MA 51,53 53,23 56,11 64,28 73,7 Angka Partisipasi Murni SD/MI 99,73 99,75 99,77 93,53 97,81 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs 99,1 99,18 99,27 95 95,24 Angka Partisipasi Murni SMA/SMK/MA 48,67 49,33 52,04 38,5 57,79 Angka Putus Sekolah SD/MI 0,1 0,09 0,08 1,41 0,23 Angka Putus Sekolah SMP/MTs 0,58 0,52 0,31 2,07 0,29 Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA 0,74 0,67 0,47 1,85 0,73 Sumber data : Dinas Pendidikan Kab. Lumajang Tahun 2012. URAIAN Banyaknya Tenaga Pendidik (orang) Tabel 2.7 Pelayanan Pendidikan CAPAIAN 2010 2011 2012 TK/RA/PAUD 3.426 3.429 3.517 SD/MI 7.487 7.527 7.030 SMP/MTs 3.475 3.484 3.058 SMA/SMK 1.826 1.877 1.440 Banyaknya Sekolah (unit) a. TK/RA 440 511 531 b. SD/MI 742 748 749 c. SMP/MTs 165 175 177 d. SMA/SMK 63 68 74 Banyaknya Kelas (ruang) TK/RA 997 1.122 1.142 SD/MI 5.987 6.023 6.025 SMP/MTs 1.231 1.261 1.292 SMA/SMK 602 617 741 Banyaknya Siswa (anak) TK/RA 36.415 37.442 37.627 SD/MI 110.971 108.991 109.877 SMP/MTs 46.568 46.799 47.335 SMA/SMK 24.373 25.266 26.420 Rasio Murid : Guru (negeri dan swasta) TK/RA 11 12 13 SD/MI 15 15 15 SMP/MTs 13 14 15 SMA/SMK 13 13 13 Rasio Murid : Sekolah (negeri dan swasta) TK/RA 20 20 20 SD/MI 25 25 25 SMP/MTs 40 32 32 SMA/SMK 44 40 40 Pendidikan Luar Sekolah PBHKF 9.600 6.100 8.380 Kejar Paket A Setara SD 112 345 390 Kejar Paket B Setara SMP 840 1.766 1.294 Kejar Paket C Setara SMU 275 1.249 1.009 Sumber data : Dinas Pendidikan Kab. Lumajang Tahun 2012. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 21 dari 62

3. Masih rendahnya aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan; Dari bidang kesehatan, derajad kesehatan masyarakat yang optimal adalah issue yang essensial dalam mewujudkan kesejahteraan umum, sebagaimana cita-cita bangsa dalam pembukaan UUD 1945. Disisi lain, derajad kesehatan masyarakat yang optimal adalah merupakan hasil resultante dari serangkaian upaya pembangunan oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat (Pembangunan berwawasan kesehatan). Dari semua upaya untuk mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang optimal, sesungguhnya ditentukan oleh seberapa besar kesadaran masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rangka mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu, PHBS sudah selayaknya untuk mendapatkan prioritas dalam pembangunan ini. Banyak kasus-kasus kesakitan bahkan kematian, akibat dari masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk ber-phbs. Kasus-kasus demam berdarah yang setiap tahun selalu ada dan sulit untuk dituntaskan, kasus-kasus kurang gizi masih selalu dijumpai pada balita, utamanya karena PHBS masyarakat terkait keluarga sadar gizi masih rendah, kasus-kasus kematian ibu dan bayi yang sangat erat dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih saja terjadi, diantaranya karena masih terbatasnya kemampuan masyarakat terkait sarana transportasi dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Untuk menunjukkan dampak masih rendahnya PHBS terhadap beberapa indikator kinerja bidang kesehatan, adalah sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.8 Capaian Indikator Pembangunan di Bidang Kesehatan No. Indikator Target Capaian 1 Angka Kematian Bayi/1.000 KH 9,5 10,12 2 Angka Kematian Ibu Melahirkan/ 100.000 KH 47,9 51,59 3 Angka Kematian Balita/1.000 KH 10,3 10,58 4 Prosentase Balita Gizi Buruk (%) 0,55 0,5 5 Universal Child Immunization UCI (%) 95 (SPM) 64,88 6 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 (%) (SPM) 100 7 Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 94 (%) (SPM) 101,83 8 Cakupan Rumah Tangga Sehat (%) 60 40,52 9 Cakupan Air Bersih (%) 63 77,54 10 Cakupan Jamban Keluarga (%) 69 69,08 11 Cakupan SPAL (%) 79 77,17 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang 2012 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 22 dari 62

4. Pengendalian Angka Pengangguran Terbuka Dalam kurun waktu lima tahun terakhir angka pengangguran terbuka di Kabupaten Lumajang menunjukkan jumlah yang berfluktuasi. Data BPS menunjukkan angka pengangguran terbuka pada tahun 2012 sebanyak 14.326 orang atau sebesar 2,73%, angka ini dihitung berdasarkan jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebesar 520.497 orang dikurangi jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 496.036 orang. Apabila dibandingkan dengan angka pengangguran terbuka tahun 2011 sebanyak 19.067 orang, maka angka tersebut menurun sebesar 1,12%. Walaupun angka pengangguran terbuka cenderung menurun, tetapi Pemerinrah Daerah tetap harus melakukan antisipasi untuk tujuan jangka panjang, mengingat kondisi perekonomian secara makro sulit diprediksi, sehingga apabila di tahun-tahun mendatang terjadi gejolak perekonomian yang kurang menguntungkan, pemerintah daerah dan masyarakat telah siap mengantisipasinya. Dalam rangka mengantisipasi meningkatnya angka pengangguran terbuka, Pemerintah Kabupaten Lumajang diharapkan mampu mengarahkan dan menggerakkan terbukanya lapangan usaha yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Untuk itu peran pemerintah daerah dalam menggerakkan dan meningkatkan usaha mikro, kecil dan menengah menjadi sangat penting, dengan memberikan pembinaan-pembinaan dan penyediaan fasilitas bantuan/pinjaman modal kerja kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat pencari kerja di Kabupaten Lumajang mampu menciptakan lapangan kerja secara mandiri. 5. Belum Optimalnya Pengelolaan Pariwisata. Kabupaten Lumajang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar yang tersebar di seluruh wilayah. Obyek wisata yang ada sangat beragam seperti wisata pantai, wisata danau dan pemandian alam, wisata goa, air terjun, wisata gunung, wisata buatan, wisata budaya dan masih banyak jenis wisata yang lainya. Namun demikian sektor pariwisata belum dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap pendapatan daerah. Dalam periode 2011 sampai dengan 2012, konstribusi Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari sektor pariwisata sebesar Rp. 3.302.073.450,00. Sejak tahun 2009, pengelolaan sektor pariwisata dilaksanakan oleh Kantor Pariwisata. Beberapa permasalahan terkait dengan pengelolaan pariwisata di Kabupaten Lumajang diantaranya adalah : a. Pariwisata belum dikelola secara professional karena minimnya SDM yang memiliki ketrampilan dalam mengelola pariwisata baik yang ada di Kantor Pariwisata maupun pihak ke tiga. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 23 dari 62

b. Rendahnya minat investor dalam mengelola periwisata, hal ini disebabkan karena masih kurangnya promosi yang dilakukan oleh pengelola pariwisata dan Pemerintah Daerah. c. Sebagian besar obyek wisata belum memiliki infrastruktur / sarana dan prasarana penunjang yang memadai. 6. Rendahnya tingkat kemandirian daerah dalam mendanai kewenangan yang TAHUN menjadi urusan Daerah. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD. Dalam rangka penyelanggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah diperlukan adanya sumber-sumber pendanaan yang mampu menjamin terlaksananya program dan kegiatan sebagaimana tertuang di dalam APBD. Salah satu sumber pendanaan dalam rangka membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber yang digali dari potensi yang ada di daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan perusahaan daerah dan lain-lain PAD yang sah. Tingkat kemandirian daerah dalam membiayai urusan yang menjadi kewenangannya dapat diukur dari seberapa besar kontribusi PAD mampu menutup sebagian kebutuhan belanja pemerintah daerah. Semakin tinggi kemampuan PAD dalam menutup belanja maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian daerah, yang berarti pula berkurangnya tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana perimbangan yang selama ini di dapatkan dari Pemerintah Pusat. Berikut ini disajikan realisasi PAD dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu periode 2008 s/d 2012 yang diperbandingkan dengan total pendapatan daerah dan total belanja daerah. Tabel 2.9 Indikator kemandirian daerah dalam mendanai kewenangan yang menjadi urusan Daerah Tahun 2008 s/d 2012 TOTAL PENDAPATAN (Rp.) BELANJA DAERAH (Rp.) REALISASI PAD (Rp.) % PAD THD. PENDAPATAN (Rp.) % PAD THD. BELANJA (Rp.) 2008 715.188.988.399 803.332.013.544 54.974.535.912 7,69% 6,84% 2009 743.242.068.031 824.541.595.989 65.341.361.835 8,79% 7,92% 2010 847.467.087.982 928.485.218.896 77.540.295.111 9,15% 8,35% 2011 1.018.088.513.384 1.122.087.108.548 84.336.944.496 8,28% 7,52% 2012 1.120.766.352.225 1.222.094.683.310 101.249.327.871 9,03% 8,28% Sumber data : DPKD Kabupaten Lumajang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 - Hal 24 dari 62