2. Dasar Teori 2.1 Deskripsi Biologi Kuli bia

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN BUNYI DENGAN MEMANFAATKAN ZELSCOPE DALAM PEMBELAJARAN

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. 5. Resonansi

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pipa Organa Terbuka. Gambar: 3.7. Organa Terbuka. Dengan demikian L = atau λ 1 = 2L. Dan frekuensi nada dasar adalah. f 1 = (3.10)

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

3. Resonansi. 1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara

RESONANSI. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan dapat dipandang sebagai

DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 7 No. 2 Februari 2015 SPEKTRUM BUNYI ALAT MUSIK KENTONG BERDASARKAN VARIASI JUMLAH LUBANG

Analisis Frekuensi Dan Pola Dasar Frekuensi Gender Laras Slendro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

Fisika. Materi. Guru : Arnel Hendri, S,Pd, M. Si. Sumber-Sumber Bunyi : Dawai-Pipa Organa-Garpu Tala

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

2 f n = 12 = Angklung

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 6. GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYILATIHAN SOAL BAB 6

1. Pendahuluan Latar Belakang

1. SUMBER BUNYI. Gambar 7

Gelombang Bunyi 8 SMP

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Eksperimen Fisika Dasar 1. Di susun oleh : U. Tini Kurniasih ( ) PEND. FISIKA / B EFD-1 / D

1. SUMBER BUNYI. Gambar 1

sepanjang lintasan: i) A-B adalah 1/4 getaran ii) A-B-C-B-A adalah 4/4 atau 1 getaran iii) A-B-C-B-A-B adalah 5/4 atau 1,25 getaran

PENGENALAN NADA PIANIKA MENGGUNAKAN JENDELA SEGITIGA, DCT, DAN FUNGSI JARAK EUCLEDIAN

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium

METODE MELDE. II. TUJUAN KHUSUS 1. Menentukan laju rambat gelombang pada tali 2. Menentukan laju rambat bunyi dari tegangan dan rapat massa tali

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

BAB III TAHAP EKSPERIMEN

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

SISTEM GETARAN PAKSA SATU DERAJAT KEBEBASAN

A. Tujuan. 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood.

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG MEKANIS

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Getaran, Gelombang dan Bunyi

PERBANDINGAN HASIL EKSPERIMEN SUPERPOSISI GELOMBANG BUNYI BONANG BARUNG SECARA SIMULTAN DAN MIXING BERBANTUAN AUDACITY DAN MATLAB

FISIKA I. OSILASI Bagian-2 MODUL PERKULIAHAN. Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik sederhana

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

PAMUJI WASKITO RAHARJO

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Antiremed Kelas 12 Fisika

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN NADA TUNGGAL KEYBOARD (ORGEN) PADA PC BERBASIS MATLAB

(Acoustic Test of Roentgen Film Waste as an Alternative Material of Drum Musical Instrument)

Pemutaran Bidang Getar Gelombang Elektromagnetik

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA

I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan

PENENTUAN AKOR GITAR DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SHORT TIME FOURIER TRANSFORM

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap III Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMP

METODE MELDE. II. Tujuan Percobaan 1. Menentukan laju rambat gelombang pada tali 2. Menentukan laju rambat bunyi dari tegangan dan rapat massa tali

Antiremed Kelas 8 Fisika

LATIHAN SOAL PERSIAPAN UTS MATERI: GEM, GEL. BUNYI, GEL. BERJALAN, GEL. STASIONER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH CEPAT RAMBAT GELOMBANG TERHADAP FREKUENSI PADA TALI

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik,

Doc Name: SIMAKUI2010FIS999 Doc. Version :

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu

Besaran Fisika pada Gerak Melingkar

Musik Sebagai Iringan Gerak Tari. Oleh: Agus Untung Yulianta

BAB 12 BUNYI. Cepat rambat bunyi pad abebrapa zat.

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan

Antiremed Kelas 12 Fisika

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

LAMPIRAN 5. Tes uji coba soal Nama : Sekolah : Kelas : Hari/tanggal :

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

PERTEMUAN 2 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mengoperasi kan Pekerjaan Peralatan Audio 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasi

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

ANALISA KARAKTERISTIK SPEKTRUM SUARA ANAK PAUD MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT. Juli Hartanti *, Erwin, Riad Syech

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

PETUNJUK AKTIVITAS SMART LAB

GELOMBANG MEKANIK. (Rumus)

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran

1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood.

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC

Lembar Kegiatan Siswa

SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Teknik Industri Kode Mata Kuliah : TKI-112 Nama Mata Kuliah : Fisika Industri Jumlah SKS : 3 Semester :

Transkripsi:

dijelaskan secara teknis. Sebagai contoh, hanya dengan melihat bentuk salah satu jenis kuli bia, posisi yang tepat untuk pembuatan lubang tiup sehingga dapat menghasilkan bunyi bisa ditentukan. Kesalahan pelubangan akan menyebabkan kuli bia tidak menghasilkan bunyi yang baik. Setelah kuli bia dilubangi, maka dilanjutkan dengan penentuan nada yang dilakukan dengan cara ditiup dan bunyi yang dihasilkan dibandingkan dengan bunyi seruling. Lubang tiup yang menghasilkan bunyi yang tidak baik akan langsung ditutup dan dibuat lubang tiup yang baru (Horhorouw, wawancara, Januari 2011). Keterbatasan kemampuan dalam membuat lubang tiup yang tepat pada kuli bia yang hanya didasarkan pada pengetahuan yang diperoleh turun temurun tanpa bisa dijelaskan secara ilmiah inilah yang menyebabkan alat musik ini sulit dikembangkan. Kemampuan ini biasanya hanya dimiliki oleh orangtua yang memiliki riwayat keluarga pembuat kuli bia. Proses pembuatan yang rumit menjadi salah satu alasan bagi generasi muda Maluku saat ini untuk tidak berkecimpun dalam dunia ini. Jika hal ini tidak ditindaklanjuti, maka tanpa disadari suatu saat alat musik ini akan menjadi alat musik yang langka. Masalah di atas akan menjadi semakin rumit jika sumber daya alam yang tersedia semakin sulit diperoleh. Dari penelusuran literatur, diperoleh sedikit sekali informasi mengenai kuli bia ini. Bahkan tidak ada litetur yang membahas alat musik ini secara ilmiah. Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih ilmiah tentang kuli bia ini khususnya mengenai frekuensi yang dihasilkan kuli bia jika kuli bia tersebut diberi lubang tambahan (seperti halnya lubang nada untuk alat musik seruling). Penelitian ini dibatasi pada analisis pengaruh penambahan lubang terhadap frekuensi yang dihasilkan oleh kuli bia. Variabel yang diukur meliputi 2 hal yaitu jarak lubang tambahan ke lubang tiup dan diameter lubang tambahan yang dibuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh adanya lubang tambahan yang dibuat terhadap frekuensi kuli bia yang dihasilkan. Penelitian ini diharapkan dapat berguna pada pengembangan dan pelestarian alat musik tradisional Maluku dimana secara teoritis dapat memberikan kontribusi sebagai sumber informasi ilmiah dan secara praktisnya dapat menghasilkan kuli bia dengan nada lebih dari satu nada. 2. Dasar Teori 2.1 Deskripsi Biologi Kuli bia Kuli bia atau cangkang siput yang digunakan sebagai alat musik, biasanya berasal dari Filum Moluska, kelas Gastropoda. Gastropoda merupakan anggota Moluska yang memiliki cangkang tunggal, yang morfologinya bervariasi sesuai dengan spesiesnya [4]. Cangkang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para budayawan Maluku sebagai alat musik tiup setelah diberi perlakuan yaitu dengan melubangi cangkang tersebut. Ada empat jenis bia yang biasa digunakan sebagai alat musik oleh masyarakat Maluku yaitu bia capeu, bia tahuri, bia murex/duri lemon, spider konch/tataratol. 2

Namun hanya satu jenis kuli bia yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu bia capeu (Cassis cornuta). Gambar 1. Cassis cornuta 2.2 Cara memperoleh nada Ada beberapa cara memperoleh nada pada alat musik tiup. Kuli bia merupakan salah satu alat musik tiup yang belum banyak dideskripsikan keberadaannya. Namun menurut Horhorouw (2011), untuk memperoleh nada pada kuli bia, selain dilubangi pada posisi yang tepat biasanya bagian badan cangkang dipecahkan. Dalam penjelasan lebih lanjut, walaupun bagian badan cangkang telah dipecahkan namun nada yang dihasilkan masih bisa diatur dengan cara menutup lubang atau memasukkan tangan ke dalam rongga. Prinsip kerja yang demikian hampir sama dengan prinsip kerja alat musik tiup lain, khusunya alat musik tiup kayu/buluh. Cara memperoleh nada pada alat musik tiup kayu yaitu mengubah panjang kolom udara getar dengan mengubah panjang efektif tabung dengan cara menutup atau membuka lubang di sisi tabung. Ini dapat dilakukan dengan menutup lubang dengan jari atau menekan suatu kunci yang akan menutup lubang [8]. Jika semua lubang di sisi tabung ditutup, maka nada yang dihasilkan adalah nada rendah, dan sebaliknya, jika lubang di sisi tabung dibuka maka nada yang dihasilkan adalah nada tinggi [3]. 2.3 Nilai Frekuensi Nada [7] Ada tujuh jenis nada pokok yang dikenal yaitu nada C, D, E, F, G, A dan B. Tiap nada ini memiliki nilai frekuensi dengan perbandingan tertentu. Berikut adalah tabel nilai frekuensi 7 nada pokok: Tabel. 1: Nilai nada dan frekuensi nada dalam Hertz Oktaf ke- Nada 1 2 3 4 5 6 7 8 C 66,00 132,0 264 528 1056 2112 4224 8448 D 74,25 148,5 296 594 1188 2376 4752 9504 E 86,50 165,0 330 660 1320 2640 5280 10560 F 88,00 176,0 352 704 1408 2816 5632 11264 G 99,00 198,0 396 792 1584 3168 6336 12672 3

A 110,00 220,0 440 880 1760 3520 7040 14080 B 123,75 247,5 496 990 1980 3960 7920 15840 3. Metodologi Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan memberi perlakuan pada alat (kuli bia). Memberi lubang tambahan pada bagian atas cangkang/daerah sekitar lubang tiup adalah perlakuan yang diberi pada kuli bia. Perlakuan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kuli bia jika diberi tambahan lubang. Pada penelitiann ini terdapat dua variabel yang diukur yaitu jarak dan diameter lubang tambahan yang dibuat. Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuli bia (cangkang siput), bor, lem besi, dan laptop serta software perekam. Softaware perekam yang digunakan yaitu Speech Analyzer 3.0.1. Pengukuran pertama yang dilakukan yaitu pengukuran frekuensi dengan mengubah jarak lubang tambahan terhadap lubang tiup. x Gambar 2. Pengukuran jarak (x) Awalnya, bagian atas kuli bia dilubangii pada satu titik dengan menggunakan bor sampai membentuk lubang dengan ukuran ertentu. Setelah lubang tambahan dibuat, kuli bia ditiup dan direkam bunyinya untuk melihat frekuensi yang dihasilkan. Lubang tambahan yang telah dibuat kemudian ditutup menggunakan lem besi. Hal ini dimaksudkan supaya keadaan fisik kuli bia menjadi seperti semula dan bunyi yang nantinya dihasilkan oleh lubang tambahan yang akan dibuat tidak dipengaruhii oleh keberadaan lubang yang sebelumnya. Perlakuan ini dilakukan beberapa kali pada tempat dengan mengubah jarak lubang tambahan dalam hal ini jaraknya semakin mendekati lubang tiup. Analisa frekuensi bunyi tiap lubang tambahan yang telah direkam berdasarkan hasil pindai yang dilakukan secara kualitatif dengan cara membuat tabel frekuensi tiap lubang tambahan yang diubah-ubah jaraknya. Pengukuran selanjutnya yaitu pengukuran frekuensi kuli bia dengan mengubah diameter lubang tambahan. Pembuatan lubang tambahan pada tahap ini sama dengan tahapan sebelumnya tetapi dengan diameter yang berbeda. Setelah lubang tambahan dibuat, kuli bia ditiup dan direkam bunyinya. Lubang tambahan yang telah dibuat tidak lagi ditutup dengan lem besi tetapi diameternya akan dibuat menjadi lebih besar. 4

Diameter lubang dibuat dengan ukuran 2mm, 3mm, 4mm, 5mm, dan 6mm seperti dalam gambar 3. Gambar 3. Kuli bia dengan diameter yang berbeda-beda Kuli bia ditiup dan bunyinya direkam dengan software yang sama yang digunakan untuk pengukuran pertama. Frekuensi kuli bia untuk tiap diameter kemudian dicatat dalam tabel yang kemudian akan dianalisa. 4. Hasil dan Pembahasan Dari penelitian yang dilakukan dengan mengatur jarak lubang tambahan terhadap lubang tiup, maka didapatkan data yang merupakan hasil pindaian seperti tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Data pengukuran frekuensi kuli bia dengan jarak yang berbeda No Jarak (cm) Frekuensi (Hz) 1. 55,5 333-334 2. 23 341-352 3. 21,5 345-352 4. 10,5 354-367 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kuli bia dengan jarak lubang tambahan terjauh jika ditiup maka frekuensi yang terukur berkisar antara 333-334 Hz. Frekuensi tersebut setara dengan frekuensi nada E. Namun setelah diberi perlakuan/dilubangi (lubang no 1) pada posisi tertentu, frekuensi kuli bia akan mengalami perubahan yaitu menjadi sedikit lebih tinggi dengan kisaran antara 341-352 Hz. Frekuensi kuli bia ini akan terus bertambah tinggi jika posisi lubang tambahan yang dibuat semakin mendekati posisi lubang tiup. Hal ini bisa dilihat pada perlakuan no 2, 3 dan 4 (gambar 4). 5

370 365 Frekuensi (Hz) 360 355 350 345 340 335 330 0 10 20 30 40 50 60 Jarak (cm) Gambar 4. Grafik hasil pengukuran frekuensi dengan jarak yang berbeda. Bentuk terbawah dan bentuk variasi teratas dari frekuensi alat musik variasi Kisaran frekuensi pada bagian yang ditandai dalam gambar 4 menunjukkan bahwa untuk memperoleh frekuensi yang lebih tinggi, maka jarak antara lubang tiup dengan lubang tambahan harus berkisar dari 10cm-23cm. Dalam penelitian ini, diperoleh frekuensi yang setara dengan frekuensi nada F. Jadi, untuk mendapatkan nada yang semakin tinggi, kuli bia harus dilubangi pada jarak yang semakin mendekati lubang tiup. Pengukuran frekuensi dengan mengubah diameter lubang, dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Data pengukuran frekuensi dengan diameter yang berbeda No Diameter (mm) Frekuensi (Hz) 1. 2 345-347 2. 3 344-347 3. 4 348-353 4. 5 348-358 5. 6 348-354 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi kuli bia akan mengalami perubahan jika diameter lubang tambahan yang dibuat juga berubah. Semakin besar diameter lubang tambahan yang dibuat, semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan. 6

Frekuensi (Hz) 360 355 350 345 340 335 330 0 1 2 3 4 5 6 7 Diameter (mm) Gambar 5. Grafik hasil pengukuran frekuensi dengan diameter yang berbeda. Bentuk terbawah dan bentuk variasi teratas dari frekuensi alat musik variasi Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa kuli bia dengan diameter lubang tambahan yang semakin besar akan cenderung menghasilkan frekuensi yang lebih besar pula. Kisaran frekuensi yang dihasilkan pun semakin luas, separti yang ditunjukkan pada bagian yang ditandai (lubang tambahan dengan diamater 4mm,5mm, 6mm). Kuli bia yang ditiup dalam keadaan lubang tambahan dibuka maka kisaran frekuensi yang dihasilkan kuli bia jika dikonversi ke frekuensi nada, maka akan sesuai dengan kisaran frekuensi nada F. Jika kuli bia ditiup dalam keadaan lubang tambahan ditutup, frekuensi yang dihasilkan berkisar antara 339-347 Hz untuk semua diameter. Kisaran frekuensi ini jika dikonversi ke frekuensi nada maka akan sesuai dengan kisaran frekuensi nada E. 7

(a) 333.5 Hz 664.0 Hz 2802.9 Hz (b) Gambar 6. Spektrum gelombang saat kuli bia ditiup, lubang tambahan dalam keadaan tertutup : (a)bentuk gelombang bunyi dalam rentang waktu (detik) tertentu; (b) Spektrum daya-frekuensi yang dihasilkan dalam rentang waktu pada gambar (a). Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kuli bia yang ditiup dengan posisi lubang tertutup, bunyi yang lebih dominan memiliki frekuensi sebesar 333,5 Hz. Frekuensi tersebut bila dikonversi ke frekuensi nada akan sesuai dengan frekuensi nada E oktaf ke-3. Nada pada oktaf selanjutnya tetap ada, tetapi tidak dominan. Kuli bia akan mengalamai perubahan kualitas bunyi saat lubang tambahan dibuka. Hal ini bisa dilihat pada gambar 7 di bawah ini: (a) 694.6 Hz 345.8 Hz 2701.9 Hz Gambar 7. Spektrum gelombang saat kuli bia ditiup, lubang tambahan dalam keadaan terbuka. (a) Bentuk gelombang bunyi dalam rentang waktu (detik) tertentu; (b) Spektrum daya-frekuensi yang dihasilkan dalam rentang waktu pada gambar (a). (b) 8

Dari gambar dapat dilihat bahwa, frekuensi akan bertambah besar jika lubang tambahan dibuka. Berdasarkan hasil pindai, bunyi yang lebih dominan memiliki frekuensi sebesar 694 Hz. Jika dikonversi ini dikonversi ke frekuensi nada, maka aka berada pada kisaran frekuensi anatara nada E dan nada F pada oktaf 4. Spektrum gelombang bunyi kuli bia berbeda jika dibandingkan dengan spektrum gelombang pada alat musik tiup lainnya seperti flute. (a) 660.9 Hz 1321.9 Hz 1976.9 Hz 2680.5 Hz (b) Gambar 8. Spektrum gelombang flute pada nada E: (a)bentuk gelombang bunyi dalam rentang waktu (detik) tertentu; (b) Spektrum daya-frekuensi yang dihasilkan dalam rentang waktu pada gambar (a). Gambar di atas menunjukkan bahwa bunyi yang dihasilkan flute lebih dominan berada pada frekuensi 660Hz yang jika dikonversi ke frekuensi nada akan sesuai dengan frekuensi nada E pada oktaf ke-4. Jika dibandingkan dengan spektrum gelombang kuli bia (gambar 6), spektrum gelombang flute akan lebih teratur. Hal ini bisa dikarenakan oleh faktor luar yaitu peniup alat musik tersebut. Cara meniup yang berbeda dapat menyebabkan frekuensi yang agak melebar. 5. Kesimpulan Secara umum, dari kedua penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa kuli bia jenis Cassis cornuta yang telah diberi perlakuan (diberi lubang tambahan yang berfungsi sebagai lubang nada) dapat menghasilkan dua nada yang berjarak ½ laras yaitu nada E dan nada F. Jika kuli bia ditiup dan lubang tambahan dalam keadaan ditutup, maka kuli bia akan menghasilkan frekuensi yang setara dengan frekuensi nada E. Dan jika kuli bia ditiup dan lubang tambahan dalam keadaan dibuka, maka kuli bia akan menghasilkan frekuensi yang setara dengan frekuensi nada F. Untuk menghasilkan frekuensi nada yang lebih tinggi (nada F oktaf ke-3), maka jarak lubang tambahan yang dibuat harus berkisar antara 23-10,5 cm mendekati lubang tiup dengan diiameter kuli bia yang berkisar antara 2-3mm. 9

Perubahan jarak dan diameter lubang tambahan yang dibuat akan berpengaruh pada kualitas bunyi yang dihasilkan. Semakin kecil jarak antara lubang tiup dan lubang tambahan (dibawah 10cm) maka kuli bia semakin sulit menghasilkan bunyi yang baik (bunyi yang jernih). Diameter lubang tambahan yang dibuat semakin besar (diatas 3mm) juga akan untuk menghasilkan bunyi yang tidak baik (banyak desah). 6. Saran Dalam upaya pengembangan dan pelestarian alat musik ini, disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan kuli bia dengan jenis yang berbeda. Pengaturan jarak dan diameter lubang tambahan juga harus lebih diperhatikan. Untuk penentuan jarak antara lubang tambahan dan lubang tiup sebaiknya lebih diatur lagi agar memudahkan pengukuran. Sedangkan untuk diameter, sebaiknya saat diberi perlakuan (dilubangi), kuli bia harus dalam keadaan diam. Secara keseluruhan, saat dilubangi, kuli bia harus tegak lurus terhadap alat bor. Hal ini dimaksudkan supaya lubang tambahan yang dibuat dapat menghasilkan bunyi yang lebih baik. Disarankan juga untuk penelitian selanjutnya menggunakan software yang lebih memudahkan penelitian. Dianjurkan juga untuk hanya menggunakan satu orang peniup saja, karena peniup dengan kekuatan meniup yang berbeda akan menghasilkan bunyi kuli bia yang berbeda juga sehingga frekuensi yang dihasilkan pun akan lebih teratur. 7. Daftar Pustaka [1] Anonim., 1994. Deskripsi Musik Kuli bia. Maluku: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Maluku [2] Badan Pusat Statistik Maluku., 2010. Hhttp://maluku.bps.go.id/?pilih=malH (diakses 28 Maret 2011) [3] Backus, J., 1969. The Acoustical Foundation of Music. New York: W.W Norton & Company. Inc [4] Dharma, B., 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Jakarta: PT Sarana Graha [5] Hall, Donald E., 2002. Musical Acoustics. USA: Brooks/Cole [6] Halliday, David. Resnick, Robert. 1998. Fisika. Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga [7] Kurnia, A 2011, Penala Nada Alat Musik Menggunakan Ahli Ragam Fourier, Universitas Diponegoro [8] Wikipedia Indonesia., 2011 Hhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alat_musik_tiupH (diakses 28 Maret 2011) 10