MODEL KURVA PERTUMBUHAN ITIK TEGAL JANTAN SAMPAI UMUR DELAPAN MINGGU

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON PERTUMBUHAN ANAK ITIK JANTAN TERHADAP BERBAGAI BENTUK FISIK RANSUM (GROWTH RESPONSE OF MALE DUCK RESULTING FROM DIFFERENT SHAPE OF RATIONS)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Model Kurva Pertumbuhan Sapi Madura Betina dan Jantan Dari Lahir Sampai Umur Enam Bulan. Karnaen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH PENGGUNAAN LEMAK SAPI DALAM RANSUM SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN ENERGI JAGUNG TERHADAP BERAT BADAN AKHIR DAN PROSENTASE KARKAS ITIK BALI

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang menjadi percobaan yaitu puyuh jepang (Coturnix-coturnix

Ade Trisna*), Nuraini**)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 48 ekor itik Cihateup fase grower dengan

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

Dulatip Natawihardja Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Lampiran 1. Skema Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

USAHA PEMBESARAN ITIK JANTAN DI TINGKAT PETANI DENGAN PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

EFEKTIVITAS ANALISIS PERAGAM UNTUK MENGENDALIKAN GALAT PERCOBAAN PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN MATERI PERCOBAAN TERNAK BABI

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan menggunakan Itik Cihateup pada fase grower dengan umur 14

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ENTOK (Muscovy duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. grower yaitu umur 14 minggu dengan rata-rata bobot badan 1043 gram ± 51,631

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM RENDAH METIONIN TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) Jurusan/Program Studi Peternakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN ENTOK (MUSCOVY DUCK) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

PENGARUH PEMBERIAN BUI PHASEOLUS LUNATUS DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AY AM KAMPUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap kandang

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu Rizki

Efisiensi Ransum yang Mengandung Limbah Mie Pada Itik Pedaging Feed Eficiency that Contain Noodle Waste on Meat Type Duck

1. PENDAHULUAN PADA PRODUKSI JAGUNG DI JAWA TENGAH

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

PENAMBAHAN Lactobacillus sp. DAN INULIN UMBI DAHLIA PADA RANSUM BERBEDA KUALITAS TERHADAP KETERSEDIAAN ENERGI METABOLIS DAN PRODUKSI TELUR AYAM KEDU

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

EVALUASI KINERJA ITIK MANILA JANTAN DAN BETINA PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN ARAS PROTEIN YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

Transkripsi:

MODEL KURVA PERTUMBUHAN ITIK TEGAL JANTAN SAMPAI UMUR DELAPAN MINGGU Dedi Rahmat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian bertujuan untuk menduga model kurva pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu. Itik yang digunakan sebanyak 120 ekor dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing diberi ransum dengan tingkat protein 17%, 19% dan 21% dengan 2800 kkal/kg energi metabolis. Data yang yang diperoleh dibuat tebarannya, kemudian dilihat nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan kuadrat tengah sisa (S 2 ). Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1)tingkat protein dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (2) kurva pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu model alometrik dengan persamaan Y = 46,9570 (X+1) 1,5668 Kata kunci : Itik Tegal, kurva pertumbuhan Abstract The aim of this research was to predict growth curve model of Tegal duck until eight weeks ages.in this research used 120 heads duck, divided into 3 groups, each group fed the ration contains 17%, 19% and 20% protein, with 2800 kcal/kg ME. Scatter plots data is used for estimated determination coefficient (R 2 ) and residual mean square (S 2 ). The result showed that ; ( 1) protein level on ration not significant for growth rate, (2) growth curve model is allometric : Y = 46,9570 (X+1) 1,5668. Key words : Tegal duck, growth curve PENDAHULUAN Daging sebagai salah satu produk peternakan yang merupakan sumber protein khewani permintaannya dari tahun ke tahun selalu meningkat, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan social ekonomi masyarakat. Dari berbagai sumber penghasil daging yang ada, ternak itik merupakan salah satu komoditi ternak yang belum banyak mendapat perhatian, padahal populasi ternak itik di Indonesia cukup tinggi. Di Indonesia itik umumnya dipelihara untuk produksi telur, sedangkan usaha yang mengarah ke ternak potong dewasa ini masih jarang. Bila dibandingkan dengan

unggas lainnya, itik cukup potensial untuk dikembangkan mengingat lebih mudah dalam pemeliharaan, lebih tahan terhadap penyakit serta mampu memanfaatkan pakan yang kualitasnya rendah. Salah satu upaya untuk membuat itik lokal jantan menjadi ternak penghasil daging, maka sistem pemeliharaannya harus berorientasi kearah sistem pemeliharaan intensif. Sebagai konsekwensinya peternak harus menyediakan ransum yang memadai karena itik tidak dapat mencari makan sendiri seperti pada pemeliharaan ekstensif. Pada keadaan demikian peternak menghadapi masalah mengenai pola penyusunan ransum serta cara pemeliharaan yang tepat guna menekan biaya produksi. Protein merupakan zat makanan yang sangat penting dalam menyusun ransum, karena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan jaringan, pertumbuhan bulu maupun produksi. Perbedaan tingkat protein dalam ransum akan menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan. Perbedaan pertumbuhan akan menyebabkan adanya perbedaan model kurva pertumbuhan terutama dalam hal parameter dugaanya. Hafez dan Dyer (1969) menelaah pola pertumbuhan berdasarkan kecepatan pertumbuhan, dibedakan atas dua macam fase pertumbuhan yang dibatasi oleh titik belok yaitu : (1) Fase akselerasi yang merupakan saat terjadinya pertumbuhan cepat dengan laju pertumbuhan yang tinggi, dan (2) Fase retardasi yang merupakan saat terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan sampai akhirnya mencapai nol (tidak ada pertumbuhan). Persamaan matematika yang biasa digunakan untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan ternak ialah fungsi perpangkatan atau persamaan alometrik (Natasasmita, 1978) yaitu : Y = ax b atau dalam bentuk transformasi logaritmik adalah : log Y = log a + b log X, dengan Y adalah bobot badan ternak pada waktu X dan X adalah waktu pengamatan (umur). Sedangkan a menunjukkan bobot awal (pada X =0) dan b adalah laju pertumbuhan bobot badan relatif setiap unit penambahan umur. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental, menggunakan 120 ekor itik tegal jantan umur satu hari yang mempunyai bobot badan relative sama, dengan koefisien variasi sebesar 5,23%. Secara acak anak itik dibagi menjadi tiga kelompok masing masing kelompok ditempatkan dalam 8 petak kandang, sehingga setiap kandang

berisi lima ekor, untuk memudahkan pengontrolan dan pengumpulan data setiap itik diberi nomor. Ransum yang digunakan terdiri atas tiga tingkat protein yaitu 17% (R1), 19% (R2) dan 21% (R3) dengan energi metabolis 2800 Kkal/kg. Bahan dan susunan ransum yang digunakan sebagai berikut : Tabel 1. Susunan Ransum Percobaan Ransum Perlakuan Bahan Pakan R1 R2 R3... %... Jagung kuning 13,50 13,00 13,00 Menir 52,83 47,19 42,00 Dedak halus 9,33 6,71 5,00 Bungkil kelapa 5,00 10,00 12,48 Bungkil kedele 10,84 13,10 16,02 Tepung ikan 7,00 8,50 10,00 Tepung kerang 0,50 0,50 0,50 Tepung tulang 0,50 0,50 0,50 Premix A 0,50 0,50 0,50 Penyusunan model kurva pertumbuhan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Dibuat tebaran data, kemudian dicari model fungsi penduga yang paling mendekati tebaran data tersebut. 2. Dilakukan pendugaan parameter masing-masing fungsi melalui metode kuadrat terkecil disertai pengujian koefisien regresinya. 3. Memeilih model terbaik dengan melihat koefisien determinasi (R 2 ) dan dugaan kuadrat tengah sisa (S 2 ) dari masing masing model 4. Membandingkan kurva pertumbuhan itik pada ke tiga tingkat protein ransum yang diteliti. Untuk mengetahui model berimpit atau tidak digunakan uji t. (Gomez dan Gomez, 1976)

HASIL DAN PEMBAHASAN Model Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Dalam mempelajari pertumbuhan ternak itik, pemakaian model matematika sangat membantu untuk memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. Dalam pendugaan tersebut bobot badan merupakan peubah tidak bebas dan waktu pengamatan (umur dalam minggu) merupakan peubah bebas. Pemilihan spesifikasi model yang baik untuk kurva pertumbuhan bobot badan itik Tegal jantan yang diamati selama 0 sampai 8 minggu, berdasarkan hasil tebaran data ada dua model kurva pertumbuhan yang akan ditelaah yaitu : Y = 0 X 1 ε...(1) Y = α 0 α X 1 ε.(2) Bentuk linear dari kedua model tersebut diatas adalah : log Y = log 0 + 1 log X + log ε...(3) log Y = log α 0 + X log α 1 + log ε. (4) Pengukuran bobot badan dimulai sewaktu anak iti umur sehari dan satuan umur dinyatakan dalam satuan minggu sehingga umur sehari sama dengan 0 minggu. Untuk model (1) peubah umur ditransformasi dari X menjadi X+1 sehingga berubah menjadi Y = 0 (X+1) 1 ε (5) bentuk linearnya adalah : log Y = log 0 + 1 log (X +1) + log ε.(6) Anggapan yang diperlukan bagi analisis regresi yang telah ditransformasi kedalam bentuk logaritmik adalah galat harus bebas, menyebar normal dan ragam yang konstan (Ostle dan Mensing, 1974). Parameter model regresi (4) dan (6) diduga dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Snedecor dan Cochran, 1975). Cara ini didasarkan pada pengertian bahwa penduga yang baik dapat diperoleh melalui pendugaan yang menghasilkan simpangan pengamatan dari nilai rataannya, yang jumlah simpangan kuadratnya paling kecil. Metode kuadrat terkecil dilakukan dengan meminimumkan ε 2 i, sedangkan ε i adalah simpangan titik pengamatan (Yi) terhadap garis regresi dugaan (Y) atau ε i = Yi Y. Kriteria yang digunakan dalam memilih model regresi terbaik adalah nilai koefisien determinasi (R 2 ) terbesar dengan dugaan ragam atau kuadrat tengah sisa (S 2 )

terkecil. Hasil pendugaan parameter regresi beserta perhitungan koefisien determinasi dan dugaan kuadrat tengah sisa dari model (4) dan (6) dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Dugaan Parameter Regresi, Koefisien Determinasi (R 2 ) dan Kuadrat Tengah Sisa (S 2 ). Model (4) (6) Parameter Regresi R 2 dan S 2 log α 0 log α 1 R 2 S 2 log 0 1 R 2 S 2 Tingkat Protein Ransum 17% 19% 21% 1,9071 1,9573 2,0131 0,1719 0,1716 0,1668 0,9239 0,8945 0,8623 1,3961 1,4785 1,5706 1,6337 1,6674 1,7143 1,5563 1,5807 1,5635 0,9853 0,9870 0,9862 0,6391 0,6656 0,7035 Berdasarkan table 2 terlihat bahwa koefisien determinasi (R 2 ) pada model (6) untuk itik yang diberi ransum dengan tingat protein 17%, 19 % dan 21% lebih besar dibandingkan dengan pada model (4), demikian juga dugaan kuadrat tengah sisa (S 2 ) model (6) lebih kecil dibandingkan dengan model (4). Nilai koefisien determinasi yang diperoleh pada model (6) untuk tingkat protein 17%, 19% dan 21% masing masing adalah 98,53, 98,70 dan 98,62%, hampir mendekati satu. Drapper dan Smith (1969) menyatakan apabila R 2 = 1 berarti peubah bebas dalam regresi dapat menerangkan sepenuhnya keragaman peubah tidak bebasnya. Makin dekat nilai R 2 ke satu dan makin kecil S 2, maka model makin baik. Dengan demikian model regresi (6) dapat dipergunakan sebagai model kurva pertumbuhan itik tegal jantan dari umur nol sampai delapan minggu. Kurva regresi model (6) pada masing masing tingkat protein ransum dapat dilihat pada gambar 1.

Bobotbadan(gram) 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur (minggu) 17% 19% 21% Gambar 1. Kurva pertumbuhan itik tegal jantan pada tingkat protein ransum 17%, 19% dan 21%. Perbandingan Kurva Pertumbuhan Setelah didapatkan penduga kurva pertumbuhan bobot badan dalam bentuk persamaan regresi, dilakukan pengujian apakah ketiga persamaan regresi itu berimpit atau tidak, dengan kata lain apakah ketiga persamaan regresi itu sama atau tidak, untuk itu dilakukan pengujian menggunakan uji t sesuai dengan pendapat Gomez dan Gomez (1976). Hasil pengujian antar persamaan regresi model (6) disajikan pada table 3. Tabel 3. Hasil Uji Keberimpitan Regresi Model (6) Regresi pada Tingkat Protein Ransum t hit t.05 17% VS 19% 0,044 ns 2,36 17% VS 21% 0,013 ns 2,36 19% VS 21% 0,030 ns 2,36 Berdasarka hasil uji pada table 3, ternyata bahwa persamaan regresi untuk ketiga tingkat protein tidak berbeda nyata dengan kata lain ketiga regresi tersebut berimpit. Adanya keberimpitan persamaan regresi ini menunjukkan bahwa tingkat protein dalam

ransum 17%, 19% dan 21% pertumbuhan itik tidak berbeda nyata. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Readdy, dkk (1980) pada itik Khaki Campbell. Weisberg (1985) mengemukakan bahwa untuk dua atau lebih persamaan regresi yang berimpit dapat dibuat persamaan regresi gabungan. Persamaan regresi gabungan untuk ketiga tingkat protein dalam ransum berdasarkan model (6) adalah : log Y = 1,6717 + 1,5668 log (X+1), model kurva regresinya disajikan pada gambar 2. 1600 1400 1200 1000 800 600 Bobotbadan(gram) 400 200 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur (minggu) Gambar 2. Model kurva pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu Laju Pertumbuhan Untuk mencari laju pertumbuhan setiap periode umur didapatkan dengan jalan mencari turunan pertama atau mendiferensialkan model pertumbuhannya. Model pertumbuhan yang didapatkan adalah : log Y = 1,6717 + 1,5668 log (X+1), dengan demikian laju pertumbuhannya adalah : dy/dx = (46,9570)(1,5668)(X+1) 0,5668 Hasil perhitungan dugaan laju pertumbuhan pada setiap periode umur disajikan pada table 4. Berdasarkan table 4, tampak bahwa laju pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu masih mempunyi kecenderungan menaik.

Tabel 4. Dugaan Laju Pertumbuhan Itik Tegal Jantan Sampai Umur delapan Minggu. Umur ( minggu) Laju Pertumbuhan (gram) 1 108,97 2 137,13 3 161,41 4 183,18 5 203,12 6 221,66 7 239,09 8 255,60 KESIMPULAN 1. Tingkat protein dalam ransum (17%, 19% dan 21%) tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu. 2. Model kurva pertumbuhan itik Tegal jantan sampai umur delapan minggu adalah model alometrik dengan model penduga : log Y = 1,6717 + 1,5668 log (X+1) atau Y = 46,9570 (X+1) 1,5668 3. Laju pertumbuhan itik Tegal jantan sampai umur delapan minggu masih mempunyai kecenderungan menaik. Daftar Pustaka Draper, N.R. and H. Smith. 1969. Applied Regression Analysis. Jhon Wiley & Son. New York. Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1981. Statistical Procedures for Agricultural Research with Emphasis on Rice. IRRI Los Banos Laguna Philipines. Hafez, E.S.E. and I.A. Dyer. 1969. Animal Growth and Nutrition. Lee & Febiger. Philadelphia. Natasamita, A. 1978. Body Composition of Swam Buffalo (Bubalus bubalis). A study of Developmental Growth and of Sex Differences. PhD Thesis. University of Melbourne. Melbourne Australia.

Ostle, B and R.W. Mensing. 1974. Statistics in Research. The Iowa State University Press. Reddy, M.S., V.R. Reddy and P.M. Reddy. 1980. Studies on Protein and Energy Requirements in Khaki Campbell Ducklings. Indian.J.of Poultry Sci. 15:233 Snedecor, W and W.G. Cochran. 1975. Statistical Methods. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi. Weisberg, S. 1980. Applied Linear Regression. Jhon Willey & Sons. New York. USA