PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK-ANAK LEWAT SASTRA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

PEMBELAJARAN APRESIASI DONGENG SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, ide-ide, nilai-nilai kejadian-kejadian yang membangun cerita,

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan informasi pada zaman modern ini membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENULIS KREATIF CERITA FIKSI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN MINAT DAN BUDAYA BACA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

Transkripsi:

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL Vidya Mandarani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Kampus I Jl. Mojopahit 666B Sidoarjo Surel: vmandarani@yahoo.com Abstrak Dunia anak-anak merupakan fase yang paling penting di dalam kehidupan sehingga sangat perlu mempertimbangkan jenis pembelajaran yang sesuai dengan dunia mereka. Pembelajaran sastra anak sangat penting diberikan kepada anak didik usia sekolah dasar karena cerita yang terkandung di dalam sastra anak memiliki tema yang mendidik, menggunakan setting yang ada di sekitar dunia anak, penokohannya mengandung nilai keteladanan yang baik, dan gaya bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Kebiasaan membaca yang mulai ditinggalkan oleh anak-anak harus mulai ditanamkan kembali dengan memasukkan kegiatan membaca karya sastra anak di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Salah satu cerita anak yang dapat membentuk kepribadian anak melalui tokoh cerita adalah cerita fabel. Fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yg pelakunya diperankan oleh binatang yang berisi pendidikan moral dan budi pekerti. Fabel merupakan jenis karya sastra yang ditulis untuk konsumsi anakanak sehingga cerita di dalam fabel memiliki bentuk yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak. Dengan membaca fabel, anak-anak mampu belajar dari nilai moral yang terkandung dari cerita sehingga dapat membentuk karakter anak dan tokoh teladan di dalam cerita mampu menginspirasi tingkah laku anak di dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci : Sastra Anak, Fabel. PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan kajian sastra memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan kehidupan. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dapat dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan, antara lain dengan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran sastra yang diberikan di sekolah dasar adalah pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak. Sastra anak bert- umpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Pembelajaran sekolah di dalam membentuk karakter siswa dapat menggunakan media karya sastra anak. Dalam sastra anak muncul variasi tema yang sesuai dengan dunia anak-anak. Karya sastra anak dapat membentuk kepribadian anak melalui tokoh cerita yang akan berpengaruh pada kebiasaan positif anak dan nilai yang terkandung dalam karya sastra anak dapat berupa ajaran-ajaran moral bagi pembaca khususnya anak dalam kaitannya dengan sastra anak, nilai-nilai tersebut secara eksplisit akan dapat mengubah karakter anak. Apresiasi terhadap karya sastra anak adalah dengan membaca dan menikmati bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa yang sederhana, mudah dipahami anak-anak, menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman tertentu dan mengandung 74

nilai estetika tertentu yang mengangkat cerita kehidupan yang berhubungan dengan kehidupan anak-anak. Dalam sastra anak, tokoh cerita memiliki peran yang sangat penting, seperti halnya pada cerita fabel, tokoh yang dihadirkan dalam bentuk binatang yang memiliki karakter baik atau tidak baik. Tokoh yang dihadirkan dalam sebuah karya sastra adalah media untuk menyampaikan pesan penulis. Oleh karena itu, karakter hewan yang digunakan pada cerita fabel menjadi menarik untuk dibahas terkait bagaimana karakter hewan mampu menjadi media penyampai pesan penulis. Pembelajaran sastra di sekolah dasar bertujuan membina apresiasi anak sekolah dasar terhadap karya-karya sastra, sehingga anak dapat mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian untuk mempelajari kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Jika apresiasi telah tumbuh pada diri anak, maka akan memberikan dampak positif terhadap sikap dan karakter anak. PEMBAHASAN Teori Sastra Anak Huck dkk. (1987: 6) menekankan bahwa definisi dari sastra anak, adalah buku atau cerita yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan. Sastra anak sebagai sastra yang menyajikan dunia anak, memiliki karakter yang berbeda dengan sastra lainnya. Menurut Davis (Endaswara, 2005: 212) ada empat sifat sastra anak, yakni: (1) tradisional, yaitu tumbuh dari lapisan rakyat sejak zaman dahulu dalam bentuk mitologi, fabel, dongeng, legenda, dan kisah kepahlawanan yang romantis; (2) idealistis, yaitu sastra yang memuat nilai-nilai universal, dalam arti didasarkan hal-hal terbaik penulis zaman dahulu dan kini; (3) populer, yaitu sastra yang berisi hiburan, yang menyenangkan anak-anak; (4) teoritis, yaitu yang dikonsumsikan kepada anak-anak dengan bimbingan orang dewasa serta penulisnya dikerjakan oleh orang dewasa pula. Menurut Sarumpaet (2010: 23) ciri-ciri sastra anak ada tiga, yakni: (1) berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan; (2) penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan uraian secara langsung, tidak berkepanjangan; (3) memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada anak-anak. Saxby (dalam Nurgiantoro, 2005 :36) mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak membentang dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, bahasa, personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, namun juga petualangan dalam kenikmatan. Sementara itu Huck dkk. (1987) mengemukakan bahwa nilai satra anak secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu nilai personal (personal value) dan nilai pendidikan (education value) dengan masing-masing dapat dirinci menjadi subkategori. Nurgiantoro(2005 :37) menguraian nilai personal meliputi perkembangan emosional, perkembangan intelektual, perkembangan imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, pertumbuhan rasa etis dan religius. Sedangkan nilai pendidikan meliputi eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, perkembangan nilai keindahan, penanaman wawasan multikultural, dan penanaman kebiasaan membaca. Pembelajaran Sastra Anak Pembelajaran sastra di sekolah dasar harus memberi pengalaman pada murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan (1) menumbuhkan kesenangan pada buku, (2) menginterpretasi bacaan sastra (3) 75

mengembangkan kesadaran bersastra, dan (4) mengembangkan apresiasi (Huck dkk, 1987). Pembelajaran sastra harus membuat anak merasa senang membaca. Pengajaran sastra untuk sekolah dasar menurut Huck (1987), terutama kelaskelas awal, difokuskan pada tahap pertama yaitu kesenangan yang tidak disadari (unconscious enjoyment). Jika semua siswa bisa diberi kesempatan menemukan kesenangan terhadap bacaan, mereka akan bisa membangun dasar yang kokoh bagi apresiasi sastra. Diawali dari menyenangi karya sastra yang dibacanya itulah, siswa akan meningkat ke tahap berikutnya. Setelah merasa senang dengan bacaan baru kemudian siswa didorong untuk menginterpretasikan makna cerita. Pengertian Teks Cerita Fabel Cerita fabel adalah teks cerita fiksi yang menggunakan hewan sebagai tokoh yang bertingkah laku seperti manusia. Teks cerita fabel menunjukkan penggambaran moral/unsur moral dan karakter manusia dan kritik tentang kehidupan di dalam ceritanya. Teks cerita fabel digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dan nilai moral kepada pembaca. Adapun ciri-ciri teks cerita fabel antara lain menggunakan hewan sebagai tokoh utama dan dapat bertingkah seperti manusia, menunjukkan penggambaran moral dan dan kritik tentang kehidupan di dalam ceritanya, penceritaan yang pendek dan menggunakan pilihan kata yang mudah, menceritakan antara karakter manusia yang lemah dan kuat, menggunakan setting alam dan memuat informasi berdasarkan khayalan (fiksi) (Aminudin, 2002). Ditinjau dari strukturnya, cerita fabel memiliki struktur, yang pertama, judul adalah kepala karangan yang berfungsi mengarahkan pikiran pembaca tentang gambaran umum isi fabel. Kedua, orientasi adalah kalimat yang terdapat pada awal cerita yang fungsinya untuk pengenalan waktu, tempat & karakter/tokoh. Ketiga, komplikasi adalah bagian/dimana/munculah masalah/atau/konflik cerita. Keempat, klimaks adalah konflik mencapai puncaknya. Kelima, resolusi adalah bagian penyelesaian masalah atau pemecahan konflik pada cerita. Keenam, koda adalah pesan moral dari pengarang (tidak semua pengarang mencantumkan koda pada ceritanya) atau penyelesaian masalah (Aminudin, 2002). Sedangkan ciri bahasa teks cerita fabel menurut Aminudin (2002) adalah bahasa dalam fabel dimanfaatkan untuk menggambarkan sifat-sifat hewan yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan sifat manusia, memuat kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau kepribadiannya, memuat kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar waktu, tempat, dan suasana), memuat kata kerja yang menunjukan peristiwa-peristiwa yang dialami para pelaku. Pemahaman Cerita Fabel Sasaran jangka panjang pengajaran sastra di sekolah dasar ialah mengembangkan kesukaan membaca karya sastra yang bermutu. Sastra anak pada awalnya dimulai dari kebiasaan mendongeng para ibu kepada anaknya sebelum tidur. Tradisi lisan ini lambat laun muncul ke dalam tulisan. Berbagai cerita yang semula hanya dinikmati anak melalui dongengan sang ibu kini dapat dinikmati sendiri oleh anak-anak dalam bentuk teks tertulis. Anak mulai membaca setelah sang anak mampu membaca. Cerita-cerita fabel merupakan contoh sastra anak yang mudah ditemui di masyarakat. Cerita Gajah dan Semut, Kura-kura dan Kelinci atau Si Kancil dan Pak Tani yang menunjukkan kehidupan yang berbeda daripada 76

kehidupan si anak justru mampu menarik perhatian anak dan melekat diingatan mereka. Misalnya, dalam sastra anakanak dijumpai cerita fabel, dalam cerita Gajah dan Semut, diceritakan bahwa Gajah yang memiliki tubuh yang sangat besar merasa sombong dan kuat, meremehkan semut yang sangat kecil ukurannya. Kemudian semut membuktikan bahwa kecil bukan berarti lemah dengan mengumpulkan seluruh pasukan semut kemudian menyerang gajah. Gajah pun kebingungan ketika semut-semut sudah mulai masuk ke dalam telinga dan tubuh gajah. Gajah pun kesakitan dan di dalam kesakitannya, gajah menyadari kesalahannya, bahwa binatang kecil pun memiliki kekuatan yang luar biasa. Dari membaca karya sastra, anak akan belajar banyak tentang pengalaman hidup, persoalan dengan aneka ragamnya dan bagaimana menghadapinya. Karya sastra disusun oleh dua unsur. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Pemahaman cerita fabel dalam hal ini ditekankan pada pemahaman unsur intrisik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Tema yang diangkat dalam struktur cerita fabel merupakan inti persoalan yang menjadi dasar dalam sebuah cerita hewan yang hidup di alam atau hutan. Tokoh-tokoh yang dihadirkan di dalam fabel semuanya dalam wujud binatang, misalnya Gajah sebagai tokoh antagonis dan Semut sebagai tokoh protagonis. Dilihat dari cara menampilkan wataknya penokohan, fabel memiliki cerita yang sederhana sehingga cara menampilkan watah penokohan menggunakan cara langsung yaitu watak tokoh bisa dikenali pembaca karena telah dijelaskan langsung oleh pengarang. Tetapi dapat pula pada cerita fabel yang lain menggunakan cara tidak langsung yaitu watak tokoh bisa dikenali pembaca dengan membuat kesimpulan sendiri dari dialog, latar suasana, tingkah laku, penampilan, lingkungan hidup, dan pelaku lain. Dalam cerita Gajah dan Semut ini, pengarang secara langsung menyampaikan bahwa karakter Gajah sangatlah sombong dan menunjukkan bahwa dirinya yang paling kuat dan besar di hutan. Latar mengenai waktu, suasana, dan juga lokasi dimana cerita binatang ini berlangsung dapat dianalisis bahwa waktu yang dihadirkan pada cerita adalah masa yang telah lama berlalu, ditunjukkan pada awal cerita disampaikan dengan kalimat Pada zaman Dahulu. Kemudian untuk latar suasana yang dihadirkan dalam cerita dongeng adalah suasana kehidupan hewan-hewan di hutan, sesuai dengan latar lokasi yang berada di hutan. Alur cerita yang sederhana dari sebuah fabel adalah alur cerita maju, sehingga rangkaian peristiwa cerita fabel Gajah dan Semut ini berjalan sesuai kronologi waktu, yaitu saat pengenalan (pembukaan), saat pengembangan, saat pertentangan (konflik), saat peleraian (rekonsiliasi), dan tahap terakhir adalah saat penyelesaian. Dilihat dari sudut pandang penulis cerita fabel, penulis berada di luar cerita serta tidak terlibat secara langsung pada cerita. Penulis menjelaskan para tokoh didalam cerita dengan menyebut nama tokoh atau kata orang ketiga yaitu dia, mereka. Kemudian unsur intrinsik yang terakhir adalah amanat atau pesan moral yang merupakan nilai-nilai yang terkandung didalam cerita fabel dan 77

ingin disampaikan agar pembaca mendapatkan pelajaran dari cerita fabel tersebut. Dari cerita Gajah dan Semut tersebut pesan moral yang dapat diambil dari cerita, yaitu menanamkan pendidikan kepada anak-anak tentang bagaimana hidup manusia itu sebenarnya. Ada nilai moral yang terkandung bahwa kita tidak boleh sombong terhadap sesuatu yang kita punya, berbadan besar bukan berarti menjadi yang paling kuat, yang kecil pun belum tentu lemah. Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, sebuah karya sastra pasti selalu berhubungan secara ekstrinsik dengan unsur diluar karya sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembacaan sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Dari cerita fabel, memahami tokoh yang baik dan yang jahat, dimana peristiwa itu terjadi, dan lain sebagainya perlu dilakukan guna mengukur tingkat pemahaman anak tentang cerita fabel yang dibaca. Teks cerita fabel digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dan nilai moral kepada anak-anak. Tujuannya agar anak-anak tidak mudah tergoda untuk melakukan tindakan tercela. Selain itu anak-anak juga terilhami untuk menjadi manusia yang berbudaya dan berbudi luhur. Meskipun dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan nilai moral, bukan berarti cerita fabel kehilangan daya tarik. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, cerita fabel sangat digemari oleh kalangan anak-anak bahkan juga kalangan orang tua, Cerita anak bertokohkan binatang banyak digemari oleh anak-anak, yang berkisah tentang kehidupan binatang diceritakan bertingkah laku selayaknya manusia. Ada kemiripan karakteristik pada dunia nyata yang dihadirkan ke dalam cerita fabel. Di dunia sastra, penokohan sering mengalami persamaan. Misal dalam fabel, dapat dijumpai tokoh hewan serupa, tetapi berperan sebagai tokoh yang berbeda. Pembelajaran Sastra Anak Melalui Cerita Fabel Pembelajaran sastra anak di sekolah dasar mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak. Selain fungsi pendidikan dan hiburan, menurut Suwardi Endraswara (2005), sastra anak juga berfungsi (1) membentuk kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak akan dibentuk melalui karya sastra yang di bacanya. Pembelajaran sastra anak melalui carita fabel juga memberi manfaat yang sangat besar bagi anak-anak, antara lain : Melalui cerita fabel anak- anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka sesuai dengan pemikiran mereka. Sebagai contoh anak-anak dapat mempelajari dan memaknai cerita fabel, dari tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam cerita. Cerita di dalam fabel juga dapat membantu kita membentuk dan menanamkan sikap-sikap positif dar diri anak, anak dapat mengambil teladan dari tokoh protagonis dari binatang yang memiliki sikap baik. Dari cerita tokoh dalam karya sastra, anak-anak dapat 78

mengambil pengetahuan bagaimana sikap tokoh-tokoh dihadirkan dalam cerita, dan pada masa ini anak-anak selalu ingin menjadi seperti tokoh itu, dan dari sinilah anak dapat menemukan dirinya, mengenal pribadinya. Melalui cerita fabel, anak-anak dapat melihat bagaimana tokoh-tokoh hewan saling berinteraksi, dan dengan bimbingan kita anak-anak dapat mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara menyesuaikan diri dengan yang lain. Melalui cerita fabel, anak- anak dapat memahami hubungan makhluk hidup yang dilibatkan dalam cerita, misalnya hubungan antara manusia dan hewan, hewan dan hewan, maupun hubungan antara hewan dan tumbuhan Dalam membaca cerita fabel para siswa dapat memahami pelukisan watak yang mengesankan, sehingga anak-anak dapat belajar dari makna yang terkandung dalam cerita fabel. Oleh karena itu para guru harus memilihkan bacaan sastra yang didalamnya terdapat pesan kesan yang bermakna bagi siswanya. Dalam cerita fabel kata-kata tersusun secara sederhana tepat dan mempesona. Anak dapat belajar tata krama / santun berbahasa dari pengungkapan kata-kata para sastrawan. Dengan demikian karya sastra memudahkan guru dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap anak, guna menjadikan anak yang sopan, santun dan berkarakter mulia di dalam kehidupannya. SIMPULAN Di sekolah dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi. Sesuai dengan fungsi sastra anak dengan membaca dan memahami cerita fabel dapat berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam pembelajaran sastra anak melalui pemahaman cerita fabel memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam cerita fabel dapat membuat anak menyukai bacaan sastra atau senang membaca, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya. DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Algesindo. Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka. Huck, Charlotte S, Susasn Hepler, dan Janes Hickman. 1987. Children s Literatur in The Elementary School. New York: Holt, Rinehart and Winston. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Saxby, Maurice dan Gordon Winch. 1991. Give Them Wings, The Experiences of Children s Literature. Melbourne: The Macmillan Company. K. Toha, Risir Sarumpaet. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 79