Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia.

dokumen-dokumen yang mirip
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

Kata kunci: halusinasi audiotorik, sindrom ekstrapiramidal, skizofrenia paranoid, waham bizarre

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis dari berbagai keadaan

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (1995), skizofrenia adalah sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. retak atau pecah (split), dan phren yang artinya pikiran, yang selalu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. usia yang muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi (Kaplan dkk., 1997).

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum menjadi kata skizofrenia, Emil Kraepelin ( )

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbagi atau terpecah (Rudyanto, 2007).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

manusia. Bersifat ekstrim, penderita bisa menyiksa dirinya sendiri

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkadang disertai dengan gangguan mood (Chien et Yip, 2013). Berdasarkan

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN GEJALA DEPRESI DI RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi seseorang biasanya dilakukan perbandingan pencapaian konsumsi zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

Wanita 46 Tahun dengan Skizofrenia Paranoid. 46 Years Old Woman with Paranoid Schizophrenia

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif,

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler ( ), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

RSU Dr. PIRNGADI MEDAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

Transkripsi:

Judul: Skizofrenia Prof. Jayalangkara tanra, (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas pada gangguan skizofrenia pada pasien dewasa Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Materi: Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia Pendahuluan Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang mencakup hampir seluruh sendi kehidupan diantaranya pikiran, perasaan, perbuatan, persepsi, keinginan, dorongan kehendak dan pengendalian. Onset gangguan ini sulit untuk ditentukan dan biasanya didahului oleh fase gejala ringan yang tidak konsisten yang sering kali tidak disadari baik oleh pasien maupun keluarga (fase prodromal). Gejala skizofrenia menunjukkan sifat yang meluas dan majemuk dan perjalanan penyakitnya bersifat kronis dengan deteriorasi yang bergantung dari beratnya gejala, genetik, fisik, maupun sosial budaya. Prevalensi gangguan skizofrenia berkisar 1% dari populasi dan umumnya gejala mulai pada usia muda (antara 16 25 tahun). Dalam perjalanan penyakitnya, pasien dapat mengalami keadaan yang tetap tanpa atau hanya sedikit perbaikan; episode berulang dengan sedikit atau gejala yang stabil; hingga bahkan mengalami fase komlit atau remisi parsial. Sejarah Gangguan ini pertama kali diamati oleh Emil Kraeplin yang memperhatikan perjalanan penyakit dengan deteriorasi kronis serupa pada penyakit demensia, namun berkembang pada usia muda, dan tidak diikuti oleh adanya penemuan gangguan organik di otak yang terdeteksi pada saat itu, sehingga dinamakan sebagai Dementia praecox. Kemudian pada tahun 1911, Eugen Bleuler menemukan adanya perbedaan mendasar antara gangguan ini dengan demensia sehingga kemudian mengubah istilah dementia praecox yang dianggap kurang sesuai menjadi skizofrenia (jiwa / kepribadian yang terpecah). Bleuler juga emudian mengembangkan 4 faktor fundamental dalam menegakkan diagnose skizofreni, yang terangkum dalam konsep 4A (affect blunting, disturbance of association, autism, and ambivalence). Kemudian Kurt Schneider mengembangkan peran dari gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan membuat hirarki the first rank symptoms of schizophrenia yang hingga saat ini masih digunakan sebagai pedoman dalam menegakkan diagnosa, termasuk dalam PPDGJ III (kriteria gejala satu). Genetik dan etiologi Kebanyakan gangguan psikiatrik bersifat multifactorial dimana terdapat interkasi antara faktor genetik dan eksternal yang mengakibatkan timbulnya gangguan. Adapun pada skizofrenia, faktor genetik berperan sekitar 1% pada normal populasi, meningkat sekitar 5.6% pada riwayat orang tua dengan

skizofrenia, berkisar 10.1% pada saudara, dan 12.8% pada anak. Etiologi yang pasti hingga saat ini belum diketahui. Adanya peran dari faktor internal (genetik, masa kehamilan, dan biokemikal) serta faktor eksternal (trauma, infeksi, maupun stress). Hipotesa klasik yang paling terkenal adalah berdasarkan adanya ketidakseimbangan neurotransmitter yang terjadi di otak. Hal ini didasarkan pada: 1. Efek obat antipsikotik yang memiliki kemampuan untuk memblok system dopaminergik di otak 2. Obat-obat yang diketahui berperan dalam pelepasan dopamin (metafetamin, meskalin, LSD) dapat menyebabkan keadaan yang mirip dengan keadaan skizofrenia. 3. Teori dopamin klasik dari skizofrenia: gejala psikotik berkaitan dengan hiperaktivitas dari sistem dopaminergic di otak. Hiperaktivitas ini sebagai akibat dari peningkatan sensitivitas dan densitas dari resepotr dopamin D2 di beberapa bagian di otak. Saat ini, teori tersebut telah berkembang meliputi beragam sistem neurotransmitter yang juga berperan dalam etiologi skizofrenia, diantaranya neurotransmitter serotonin, norepinefrin, glutamate, dan beberapa sistem peptida. Sementara faktor psikososial yang dapat berperan diantaranya adanaya ekspresi emosi yang meluap, stressor dalam kehidupan, kelas ekonomi bawah, serta kurangnya jaringan sosial. TIpe personaliti juga memiliki peran dimana orang dengan ciri kepribadian skizoid lebih rentan untuk berkembang menjadi gangguan skizofrenia. Diagnosa Penegakan diagnosa skizofrenia didasarkan pada pedoman penggolongan diagnosa gangguan jiwa (PPDGJ III) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : a) Thought echo: isi pikiran dirinyasendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isi sama, namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau mengetahuinya; umum b) Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); Delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d) Waham waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). 2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas : e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan- bulan terus menerus. f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. h) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika. 3. Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal); 4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial. Setelah menegakkan diagnosa skizofrenia, maka dapat dilanjutkan dengan mengelompokkan pasien ke dalam sub-kelompok tipe skizofrenia, yang terjabarkan sebagai berikut: 1. Skizofrenia paranoid - Paling sering ditemukan - Halusinasi dan / atau waham harus menonjol: a. Suara yang mengancam / memerintah, bunyi pluit, mendengung, atau tawa b. Pembauan / pengecap rasa, perabaan yang bersifat seksual, jarang visual c. Waham hampirt iap jenis, tetapi yang paling khas adalah dikendalikan, dipengaruhi, passivity, dan dikejar-kejar.

2. Skizofrenia hebefrenik - Onset umumnya pada usia yang lebih muda - Diagnostik pertama kali pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun) - Kepribadian premorbid dengan ciri khas pemalu dan senang menyendiri - Untuk diagnosa diperlukan pengamatan kontinu selama 2-3 bulan a. Mannerisme, cenderung menyendiri, hampa tujuan / perasaan b. Afek yang dangkal dan tidak wajar, cekikikan, rasa puas diri, senyum sendiri, tawa menyeringai, ungkapan kata yang diulang-ulang c. Proses pikir disorganisasi, pembicaraan yang tidak menentu, inkoherensi - Dorongan kehendak hilang, tidak ada minat, kadang ingin berbuat sesuatu tetapi segera ditinggalkan, preokupasi yang dangkal dengan tema yang aneh dan sulit untuk memahami jalan pikiran yang bersangkutan. 3. Skizofrenia katatonik - Yang menonjol adalah gambaran psikomotor pasien berupa hiperkinesis, stupor, otomatisme, maupun negativisme - Terdapat lebih dari satu perilaku yang mendominasi gambaran klinisnya: a. Stupor atau mutisme b. Gaduh gelisah c. Posturing (tidak wajar dan aneh) d. Negativisme e. RIgiditas f. Fleksibilitas cerea g. Gejala lain: command automatism, verbigerasi, ekolali, maupun ekopraksi Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien skizofrenia dapat meliputi pemberian farmakoterapi dan juga psikoterapi. Perawatan inap mungkin diperlukan apabila pasien mengalami agitasi berat atau beresiko untuk melukai diri sendiri maupun orang lain. Perawatan inap ini juga berguna untuk mencegah kemungkinan resiko bunuh diri yang berkisar 10% pada pasien dengan skizofrenia. Penatalaksanaan farmakoterapi dengan pemberian obat antipsikotik dapat dibedakan dalam dua bagian besar: obat antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. ANtipsikotik tipikal merupakan obat generasi lama dengan property yang lebih fokus pada penghambatan ambilan kembali neurotransmitter dopamin. Sementara obat antipsikotik atipikal merupakan generasi baru dengan fokus bukan hanya pada neurotransmitter dopamin saja, namun juga pada yang lainnya seperti serotonin, norepinefrin, dan

lainnya. Menurut consensus terbaru, pemberian obat antipsikotik atipikal merupakan lini pertama dalam penatalaksanaan farmakoterapi pada pasien skizofrenia. Yang termasuk dalam obat antipsikotik tipikal diantaranya: chlorpromazine, levopromazine, thioridazine, droperidole, fluphenazine, haloperidol, perphenazine, pimozide, trifluoperazine. Sedangkan yang termasuk dalam golongan antipsikotik atipikal: amisulpiride, clozapine, olanzapine, quetiapine, risperidone, srtindole, sulpiride. Efek samping yang seringkali timbul pada pemberian obat antipsikotik tipikal: - Disotinia akut - Parkinsonisme - Akathisia - Tardive dyskinesia - Sedasi, hipotensi orthostatis, pemanjangan QT, antikolinergik, penurunan ambang kejang, peningkatan prolaktin Efek samping dari obat antipsikotik atipikal: - Sedasi - Hiperglikemia - Efek antikolinergik - Pemanjangan kurva QT - Kadang EPS - Peningkatan kadar lipid Adapun psikoterapi yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia diantaranya: - Edukasi pasien dan keluarga - Penurunan ekspresi emosional yang berlebihan - Terapi kognitif dan perilaku - Rehabilitasi - Terapi kerja Prognosis Sekitar 22% pasien yang mendapatkan terapi farmakologi maupun psikoterapi yang adekuat mengalami episode tunggal dan tanpa gejala sisa. Sekitar 35% mengalami episode rekuren tanpa gejala sisa, 8% mengalami episode rekuren dengan kerusakan non pprogresif yang signifikan, serta sekitar 35% mengalami episode rekuren dengan kerusakan signifikan yang progresif. Prognosis yang baik biasanya dikaitkan dengan beberapa hal, diantaranya: - Perempuan - Onset pada usia dewasa atau lebih tua - Menikah - Menetap pada negara maju - Kepribadian premorbid yang baik - Tidak ada riwayat gangguan jiwa sebelumnya - Riwayat pendidikan dan pekerjaan yang baik - Onset akut, gejala afektif, dan patuh pada pengobatan