BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan lancar. Perusahaan tentu tidak hanya mengharapkan dana dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Nugroho, 2014). bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal dengan menggunakan sumber

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB I PENDAHULUAN. suatu persaingan yang semakin tajam antar perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin bertumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dipakai oleh perusahaan-perusahaan di negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan biaya atau dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan melihat kondisi perekonomian pada saat ini serta persaingan era

BAB 1 PENDAHULUAN. terus tumbuh dan berkembang. Perusahaan harus memiliki strategi yang dapat

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Perkembangan ekonomi selalu dijadikan faktor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULAN. Krisis global yang sedang melanda dunia sekarang ini khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan industri manufaktur food and beverages

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh melemahnya nilai

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian ini sebagai faktor internal perusahaan yaitu Return on Asset (ROA), Debt

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kita perlu memiliki pengetahuan tentang Nilai Perusahaan. Nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berdirinya suatu perusahaan harus memiliki suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, baik dalam bentuk finansial maupun non-finansial. Menurut Rusdin

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat bertahan dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan (IHSG) turut mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan real estate dan properti yang go

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu alasan Indonesia pernah menjadi tempat penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak yang signifikan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) adalah pasar berbagai instrumen. keuangan jangka panjang seperti saham, obligasi, waran yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan termasuk perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman pada dasarnya melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang. Sementara pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan memegang peranan penting bagi perekonomian di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis menyebabkan setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang memberikan return yang paling optimal. Tujuan utama investor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan pada hakekatnya memerlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Jumlah dana tersebut tidak akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan informasi mendorong pertumbuhan dan persaingan di dunia industri semakin kuat. Perusahaanperusahaan yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi baru. Perusahaan ini tidak terbatas pada perusahaan internasional saja, tetapi juga perusahaan domestik, besar maupun kecil. Fokusnya terdapat pada penciptaan laba dan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Dalam perekonomian seperti ini, tidak satu pasar pun yang selamanya aman dari persaingan, baik global maupun lokal. Demikian juga dengan yang terjadi pada perusahaan di sektor industri perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor perdagangan dan jasa merupakan gabungan dari beberapa sub sektor yang membentuknya diantaranya adalah sub sektor perdagangan besar dan produksi, sub sektor perdagangan eceran, sub sektor restoran, sub sektor hotel dan pariwisata, sub sektor periklanan, percetakan, dan media, sub sektor jasa komputer dan perangkatnya, dan sub sektor perusahaan investasi. Persaingan pun terjadi pada perusahaan di masing-masing sub sektor, dan mempengaruhi perkembangan pasar yang tumbuh secara cepat dan dinamis di antara perusahaan-perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan yang ada pada masing-masing sub sektor tentunya memerlukan suatu strategi untuk terus mempertahankan dan meningkatkan kinerja

2 perusahaannya, khususnya perusahaan yang termasuk ke dalam sub sektor periklanan, percetakan dan media. Industri periklanan, percetakan, dan media merupakan salah satu industri yang sangat menjanjikan, salah satunya karena sebagian besar perekonomian Indonesia didorong oleh kuatnya permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga dan investasi. Kuatnya konsumsi rumah tangga ini didukung oleh daya beli yang masih kuat. Industri periklanan, percetakan dan media terdiri dari enam perusahaan yang terdaftar secara resmi di BEI. Keenam perusahaan tersebut adalah PT. Fortune Indonesia Tbk., PT. Indosiar Karya, PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk., PT. Mahaka, PT. Surya Citra, dan PT. Tempo Inti Media Tbk. Industri periklanan, percetakan, dan media tersebut terbagi menjadi tiga kelompok yaitu media cetak yang terdiri dari koran, majalah dan tabloid. Media kedua adalah media audio visual yaitu media televisi. Dan terakhir adalah media audio yaitu radio. Dari seluruh media tersebut, media televisi merupakan media yang mendominasi pangsa pasar pemirsa di Indonesia. Media Partners Asia (MPA), penyedia jasa informasi dalam bidang industri media di Asia, dalam laporannya yang diterbitkan Januari 2011, mencatat pada 2010 media televisi masih menguasai 68% total belanja iklan di media, yaitu lebih dari Rp. 37 triliun atau tumbuh sebesar 26 persen dibanding periode sama tahun lalu. Persaingan di media televisi pun berkembang secara ketat dan dinamis. Hal ini dikarenakan para stasiun televisi swasta berlomba menawarkan berbagai program

3 informasi kepada masyarakat yang memiliki kebutuhan akan informasi yang tinggi. Banyaknya jumlah stasiun televisi pun menimbulkan persaingan di antara media itu sendiri. Media sebagai pabrik informasi tidak hanya bersaing dengan sesama produsen, tetapi juga harus berkompetisi dalam pasar dengan konsumennya sendiri. Maka dari itu, perusahaan media perlu mengetahui strategistrategi yang harus diterapkan stasiun televisi sehingga mampu bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Dari seluruh perusahaan media sejenis yang terdaftar di BEI, salah satu perusahaan mengalami penurunan dalam kinerja keuangannya, yaitu PT. Indosiar Karya PT. Indosiar Karya merupakan salah satu perusahaan yang tercatat di sektor perdagangan dan jasa dan sub sektor periklanan, percetakan, dan media di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT. Indosiar Karya merupakan anak perusahaan dari PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. dengan kepemilikan saham 84,77%. Sebagai salah satu perusahaan yang beroperasi dalam industri media, sumber pendapatan PT. Indosiar Karya berasal dari penjualan iklan. Pendapatan yang diperoleh merupakan komponen penting untuk menghasilkan laba yang diharapkan. Selama tahun 2011, PT. Indosiar Karya mengalami kenaikan pendapatan dari tahun sebelumnya yakni naik dari Rp. 749,009 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp. 856,47 miliar hingga Desember 2011. Kendati demikian, PT. Indosiar Karya membukukan kinerja yang buruk tahun buku 2011 dengan mencatat rugi bersih sebesar Rp. 96,85 miliar,

4 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatat laba Rp. 8,29 miliar. Menurut laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan, rugi bersih per saham mencatat Rp. 47,81 per lembar. Pada tahun sebelumnya perseroan menghasilkan laba per saham Rp. 4,09 per lembar. Memburuknya kinerja disebabkan oleh meningkatnya beban program dan penyiaran serta biaya keuangan menjadi Rp. 621,73 miliar, dari periode sebelumnya Rp. 398,47 miliar. PT. Indosiar Karya mencatat kinerja buruk pada tahun 2011. Hal ini dapat menyebabkan persepsi investor terhadap nilai perusahaan perseroan akan menurun. Apabila nilai perusahaan perseroan menurun maka akan menyebabkan penurunan kepercayaan dan tingkat investasi yang ditanamkan oleh investor kepada perusahaan. Jika kinerja buruk yang dicatat perusahaan tidak segera ditanggulangi, maka dampak terburuk yang bisa terjadi adalah kebangkrutan perusahaan. Apabila dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya yang berada pada sub sektor yang sama, nilai perusahaan PT. Indosiar Karya merupakan yang terendah dibanding yang lainnya. Nilai perusahaan diukur melalui indikator-indikator yang membentuknya yaitu laba per lembar saham atau earning per share (EPS), harga pasar per lembar saham atau price earning ratio (PER), dan harga pasar per nilai buku atau price to book value (PBV). Pada penelitian ini peneliti menggunakan earning per share (EPS) sebagai alat untuk mengukur seberapa besar nilai perusahaan yang dicapai. Bragg (2007:132) mengemukakan bahwa, EPS adalah sebuah metode tradisonal yang digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Sebagai salah satu pembentuk nilai

5 perusahaan, earning per share merupakan indikator fundamental keuangan yang sering dipakai sebagai acuan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal. EPS memberikan informasi penting mengenai analisis keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Earning per share (EPS) adalah ukuran untuk melihat tingkat kesejahteraan para pemegang saham atau menggambarkan tingkat balas jasa bagi pemegang saham biasa. EPS yang tinggi merupakan daya tarik yang kuat bagi investor, karena semakin tinggi EPS maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham juga tinggi. Dibandingkan ketiga indikator nilai perusahaan lainnya, PER dan PBV, nilai EPS PT. Indosiar Karya selama beberapa tahun mengalami tren yang menurun. Berikut ini disajikan informasi gambaran nilai perusahaan yang diukur melalui EPS dari sejumlah perusahaan yang terdapat pada sub sektor periklanan, percetakan dan media di BEI sejak tahun 2008 hingga tahun 2010. Tabel 1.1 EPS Perusahaan Periklanan, Percetakan dan Media pada Sub Sektor Periklanan, Percetakan dan Media di BEI Periode Tahun 2008-2011 (dalam Rp per lembar saham) Perusahaan 2008 2009 2010 2011 PT. Fortune Indonesia Tbk. 20 14 21 28 PT. Indosiar Karya 9.66 4.2 4.09-47.8 PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 23 73 213 45 PT. Mahaka 1.62 0.35 1.2 1.47 PT. Surya Citra 109.9 149.38 276.7 473.3 PT. Tempo Inti 4.43 1.99 7.38 14.32 Jumlah 168.61 242.92 523.37 514.29 Rata-Rata EPS Industri 28.1 40.49 87.23 85.72 Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

6 Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata perkembangan EPS dari perusahaan periklanan, percetakan, dan media mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Namun, pada tahun 2011, nilai rata-rata EPS industri mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 87,23 per lembar menjadi Rp. 85,72 per lembar. Hal ini disebabkan karena terdapat satu perusahaan yang mengalami penurunan nilai EPS yaitu PT. Indosiar Karya Media Tbk. Sebagai salah satu perusahaan besar yang beroperasi dalam bidang periklanan dan media PT. Indosiar Karya seharusnya dapat meningkatkan nilai EPS-nya. Hal ini dikarenakan, PT. Indosiar Karya mengalami peningkatan dalam jumlah penjualan iklan selama tahun 2010 dan 2011 dengan penjualan terbesar disumbangkan oleh kategori iklan makanan dan minuman, perlengkapan mandi dan jasa. Dengan meningkatnya penjualan iklan media, maka akan meningkatkan jumlah pendapatan yang berdampak pada peningkatan laba perusahaan. Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa EPS PT. Indosiar Karya cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, bahkan nilainya di bawah rata-rata EPS sub sektor periklanan, percetakan, dan media. Selama empat tahun terakhir, PT. Indosiar Media Karya Tbk. membukukan nilai yang terus turun dari yang awalnya Rp. 9,66 per lembar pada tahun 2008, turun pada tahun 2009 menjadi Rp. 4,2 per lembar. Pada tahun 2010 terjadi penurunan sedikit dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 4,09 per lembar. Terakhir, tahun 2011 perusahaan mengalami penurunan yang signifikan hingga mencapai rugi per lembar saham

7 sebesar Rp. 47,8 per lembar. Untuk lebih jelas, perkembangan EPS PT. Indosiar Karya dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini. 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 Gambar 1.1 EPS PT. Indosiar Karya Periode Tahun 2008-2011 (Rp per Lembar) 2008 2009 2010 2011 PT. Indosiar Karya Media Tbk. Rata-Rata EPS Industri Sumber: www.idx.co.id (data diolah) Dari gambar 1.1 dapat dilihat bahwa nilai EPS PT. Indosiar Karya Media berada jauh di bawah nilai rata-rata industri perusahaan media. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan pendapatan sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan sejenis di dalam industrinya. Kinerja yang buruk akan berdampak kepada menurunnya nilai perusahaan. Naik turunnya nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Weston dan Brigham (1993) dalam David Sukardi (2010) mengemukakan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktorfaktor internal yang memepengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan dividen,

8 struktur permodalan, risiko, dan pertumbuhan laba. Dan faktor eksternal yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya keadaan ekonomi baik domestik maupun global, kondisi pasar modal negara yang bersangkutan, khususnya bursa saham, dan lingkungan keuangan lainnya. Dari pernyataan tersebut membuktikan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menentukan struktur modal perusahaan. struktur modal ditunjukkan oleh perimbangan perbelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara utang jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri di luar jangka pendek (Sartono, 2000:221). Penggunaan utang atau disebut juga financial leverage dalam struktur modal akan menentukan tingkat pendapatan yang dapat dihasilkan perusahaan dari hasil penjualan saham dan menggunakan dana ditambah utang untuk membeli saham perusahaan yang tidak memiliki utang. Menurut Franco Modigliani dan Merton Miller (1963) dalam Agus Sartono (2010) mengemukakan bahwa, Dengan adanya pajak maka nilai perusahaan atau harga saham dipengaruhi oleh struktur modal. Semakin tinggi proporsi utang yang digunakan maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Tetapi, pada suatu titik tertentu yakni struktur modal yang optimal, nilai perusahaan akan mulai menurun dengan semakin besarnya proporsi utang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang menjadi lebih kecil dibanding dengan biaya yang timbul atas penggunaan utang tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk sejumlah tertentu, Penggunaan

9 utang memang lebih baik, tetapi utang yang begitu besar tidak baik bagi perusahaan. Untuk mengukur tingkat penggunaan utang (financial leverage) dalam struktur modal digunakan rasio leverage DER atau debt to equity ratio atau rasio utang terhadap modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa financial leverage kemungkinan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Gambaran tingkat financial leverage PT. Indosiar Karya dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 DER PT. Indosiar Karya Periode Tahun 2008-2011 (dalam %) No. Tahun Utang Modal DER Perubahan 1 2008 930.375 281.847 330-2 2009 857.779 290.36 295-11% 3 2010 652.893 308.882 211-26% 4 2011 759.766 136.14 558 164.45% Sumber: Laporan Keuangan PT. Indosiar Karya (data diolah) Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari segi financial leverage, PT. Indosiar Karya memiliki tingkat utang yang lebih tinggi dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Tingkat DER tertinggi diraih oleh PT. Indosiar Karya Media Tbk. pada tahun 2008 dengan nilai DER sebesar 330%. Pada tahun 2009 nilai DER perusahaan mengalami penurunan sebesar 11% dibanding tahun sebelumnya

10 menjadi 295%. Penurunan ini dikarenakan perusahaan secara berangsur memulai pembayaran pokok pinjaman kepada pihak bank sehingga menurunkan angka kewajiban konsolidasi dan disertai dengan kenaikan modal dari laba bersih konsolidasi. Pada tahun 2010 terjadi penurunan kembali sebesar 26% dibanding tahun sebelumnya menjadi 211% dikarenakan terjadi penurunan kewajiban konsolidasi yang disertai dengan membaiknya arus kas perusahaan. Namun, pada tahun 2011, terjadi kenaikan sebesar 164,45% dibanding tahun sebelumnya atau menjadi 558%. Kenaikan ini dikarenakan adanya peningkatan pada utang usaha, beban yang masih harus dibayar dan rencana untuk merestrukturisasi semua pinjaman kepada bank sebesar Rp. 420,5 miliar pada tahun 2012. Nilai DER yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan variabel utang dibandingkan dengan modal sendiri untuk membiayai aktivanya. Semakin tinggi nilai DER maka tingkat risiko yang ditanggung perusahaan semakin besar, yang artinya investor yang menanamkan modal pun meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Namun semakin kecil tingkat DER maka semakin baik. Untuk keperluan calon investor, rasio leverage sebaiknya menunjukkan modal sendiri lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Dan dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa tingkat DER perusahaan mengalami perubahan negatif yang ditandai dengan peningkatan yang signifikan dari nilai DER pada tahun 2011. Untuk lebih jelas tingkat DER dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut.

11 6 Gambar 1.2 DER PT. Indosiar Karya Periode Tahun 2008-2011 (dalam %) 5 4 3 2 DER 1 0 2008 2009 2010 2011 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indosiar Karya (data diolah) Dari gambar 1.2 dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki kinerja yang cukup buruk dalam mengelola tingkat utangnya. Nilai DER yang sangat tinggi menunjukkan tingkat risiko yang dimiliki juga tinggi. Hal ini akan berpengaruh terhadap minat investor dalam mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Selain faktor penggunaan utang (financial leverage) yang mempengaruhi penilaian terhadap PT. Indosiar Karya, diduga terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya nilai perusahaan yaitu profitabilitas. Menurut Frank. J. Fabozzi (2000:868), rasio profitabilitas digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS. Rasio-rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam rangka menilai faktor-faktor yang mendasari laba perusahaan.

12 Profitabilitas ialah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122). Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi (Sartono, 2000:64). Laba merupakan alat ukur akhir dari kesuksesan suatu perusahaan, namun laba harus dihubungkan dengan total aktiva dan modal pemilik. Dengan menghubungkan laba dengan modal pemilik maka dapat ditentukan sebuah alat ukur profitabilitas yaitu rasio return on equity (ROE). ROE adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham. ROE menunjukkan tingkat pengembalian yang dihasilkan atas modal yang diinvestasikan pemegang saham. Semakin tinggi tingkat ROE maka semakin tinggi harapan peningkatan pendapatan para pemegang saham atas modal yang telah diinvestasikan ke dalam saham perusahaan, dan hal ini akhirnya akan berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ROE PT. Indosiar Karya kemungkinan berpengaruh juga terhadap nilai perusahaannya. Berikut gambaran tingkat ROE PT. Indosiar Karya

13 Tabel 1.3 ROE PT. Indosiar Karya Periode Tahun 2008-2011 (dalam %) No. Tahun Laba Bersih Modal ROE Perubahan 1 2008 19.565 281.847 6.94-2 2009 8.513 300.587 2.93-57.80% 3 2010 8.295 308.882 2.69-4.95% 4 2011-96.858 136.14-71.15-2745.00% Sumber: Laporan Keuangan PT. Indosiar Karya (data diolah) Dari tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa ROE PT. Indosiar Karya cenderung menurun selama empat tahun terakhir mulai dari tahun 2008-2011. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2011 dengan nilai -71,15%, berkurang 2.745% dibanding tahun sebelumnya yang bernilai 2,69%. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada beban program dan penyiaran disertai kenaikan pada beban pajak. Dan nilai ROE tertinggi yang mampu diraih PT. Indosiar Karya terjadi pada tahun 2008 dengan nilai ROE sebesar 6,94%. Hasil ini tidak berbeda dengan kinerja pengelolaan utang yang ditunjukkan oleh indikator DER yang menurun. Grafik perkembangan ROE dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut.

14 20 10 0-10 -20-30 -40-50 -60-70 -80 Gambar 1.3 ROE PT. Indosiar Karya Periode Tahun 2008-2011 (dalam %) 2008 2009 2010 2011 ROE Sumber: Laporan Keuangan PT. Indosiar Karya (data diolah) Dari gambar 1.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai ROE PT. Indosiar Karya Media mengalami penurunan yang signifikan hingga mencapai nilai minus 71,15 persen di tahun 2011. Hal ini berarti perusahaan tidak dapat menghasilkan laba yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada suatu perusahaan apabila rasio leverage (DER) semakin tinggi akan mengakibatkan kenaikan pada nilai perusahaan (EPS) karena adanya penggunaan aset sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Agus Sartono (2000:186) mengemukakan bahwa, Meningkatnya leverage akan mengakibatkan nilai perusahaan meningkat karena adanya pengaruh perlindungan pajak atas pembayaran bunga. Tetapi, peningkatan leverage lebih lanjut mengakibatkan nilai perusahaan mulai menurun karena adanya pengaruh biaya kebangkrutan. Dan semakin tinggi tingkat rasio profitabilitas (ROE) maka akan meningkatkan nilai perusahaan karena adanya penggunaan modal yang

15 diinvestasikan untuk menghasilkan laba. Agus Sartono (2000:4) menyatakan bahwa, Profitabilitas dan risiko secara bersama-sama akan mempengaruhi nilai perusahaan (value of the firm). Namun, fenomena yang terjadi adalah pada tahun 2008-2011 tingkat DER mengalami kenaikan, sedangkan ROE dan EPS mengalami penurunan. Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rasio leverage (DER) dan rasio profitabilitas (ROE) terhadap nilai perusahaan (EPS). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai permasalahan tersebut ke dalam skripsi dengan judul: Pengaruh Financial Leverage dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada PT. Indosiar Karya 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Tujuan perusahaan adalah memakmurkan pemegang saham dengan memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Maka harga saham dijadikan tolak ukur sebuah nilai perusahaan. Dan yang menjadi indikator harga saham adalah earning per share (EPS), dimana EPS mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan yang siap dibagi kepada pemegang saham dari hasil penjualan investasinya. Selama empat tahun terakhir mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, PT. Indosiar Karya mengalami penurunan tingkat EPS. Hal ini akan berdampak buruk pada penilaian kinerja perusahaan. Untuk mengatasinya

16 maka perlu dilakukan analisis kinerja keuangan. Penurunan ini dapat terjadi apabila kinerja keuangan perusahaan ikut menurun. Kinerja keuangan perusahaan memperlihatkan kondisi keuangan perusahaan yang menunjukkan tingkat keuntungan dan risiko yang terkandung dalam perusahaan. Beberapa faktor yang memicu penurunan ini adalah rasio leverage dan rasio profitabilitas. Penggunaan financial leverage dalam keuangan akan menimbulkan risiko yaitu risiko keuangan. Semakin tinggi tingkat utang yang digunakan maka akan meningkatkan risiko dari pemakaian utang tersebut dan kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hasil pada pemegang saham akan semakin kecil. Dan rasio profitabilitas menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas yang dipakai adalah ROE. Semakin tinggi ROE maka akan semakin tinggi nilai perusahaan, sebaliknya jika ROE semakin rendah maka nilai perusahaan juga rendah. Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah ini adalah: 1. Bagaimana tingkat financial leverage PT. Indosiar Karya? 2. Bagaimana tingkat profitabilitas PT. Indosiar Karya? 3. Bagaimana nilai perusahaan PT. Indosiar Karya? 4. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap nilai perusahaan PT. Indosiar Karya? 5. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan PT. Indosiar Karya?

17 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menganalisis tingkat financial leverage PT. Indosiar Karya 2. Mengetahui dan menganalisis tingkat profitabilitas PT. Indosiar Karya 3. Mengetahui dan menganalisis nilai perusahaan PT. Indosiar Karya 4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh financial leverage terhadap nilai perusahaan PT. Indosiar Karya 5. Mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan PT. Indosiar Karya 1.3.2 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini sangat penting untuk meningkatkan kaidahkaidah ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. b. Kegunaan Praktis 1. Bagi peneliti

18 Hasil penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan serta penerapan ilmu yang telah penulis pelajari di dalam kondisi praktis yang ada di perusahaan, terutama dalam bidang keuangan mengenai faktor financial leverage dan profitabilitas dalam meningkatkan nilai perusahaan. 2. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang dapat dijadikan masukan untuk perusahaan yang memakai kebijakan leverage dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat bantu bagi investor dalam menilai kondisi keuangan perusahaan yang menggunakan financial leverage sebagai penggunaan sumber dana bagi pengembangan perusahaan, juga untuk mengetahui pengaruh financial leverage dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada PT. Indosiar Karya