BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Miftakhul Jannah. Guru IPA SMP Negeri 2 Pringapus Desa Jatirunggo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ABSTRAK

UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP. Muhamad Kurnia Sugandi 1

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2 Desember 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DI SMA NEGERI PURWODADI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA MELALUI STRATEGI THINK-PAIR-SQUARE DAN EXPLICIT INSTRUCTION

Siti Kiani Pemerhati Pendidikan Matematika -

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

III METODE PENELITIAN

JSEE - Vol. III, No. 1 April 2015 ISSN : Jurnal Sains Ekonomi dan Edukasi

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian ini dilakukan tanggal 6 sampai dengan 20 Mei 2013 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB III METODE PENELITIAN

Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KOLOID DI KELAS XI IPA SMA

BAB III METODE PENELITIAN. berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 34. Rancangan penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

AYUNI DIANA Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

III. METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen merupakan metode yang bertujuan untuk menjelaskan sebab- akibat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII

THE USE OF COOPERATIVE THINK PAIR SHARE (TPS) LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENTS ACHIEVEMENT ON BUFFER SOLUTION AT CLASS XI SAINS SMAN 1 SUNGAI APIT

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN STRATEGI DISCOVERY- INQUIRY. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Badrul Wajdi. STKIP Hamzanwadi Selong, ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Yadika Bandar

Fitri Agustina Lubis. Abstact. Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), Aktivitas, Sistem Pencernaan Pada Manusia.

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACIEVEMENT DIVISION

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD OLEH :

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI SMP N 3 JETIS

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP dengan

Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tinambung

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode quasi-eksperiment. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Lila Amana Nim

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa:

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

Perbedaan Hasil Belajar Fisika melalui Penerapan Metode Problem Solving dan Metode Konvensional di SMP Negeri Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 UBUKLINGGAU.

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Roni Novizal*, Maria Erna**, Johni Azmi** HP:

KARYA ILMIAH OLEH SITI KUMALA SARI A1C110046

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 23

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

BAB III METODE PENELITIAN. tidak bisa mengontrol variabel-variabel lain atau pengaruh lain yang akan

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi hasil penelitian. Desain yang digunakan adalah Pretest-

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas X IPA SMAN 2 Pekanbaru

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA KONSEP REAKSI REDOKS KELAS X MAN MUARO BUNGO KARYA ILMIAH

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS IX SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Farita Sukma*, Elva Yasmi Amran **, Rini*** No.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Persiapan Pelaksanaan Penelitian Deskripsi data dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain pretest dan

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

Program studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

Mohammad Ulil Absor Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen akan diterapkan Model Creative Problem Solving dengan Metode

Transkripsi:

43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini meliputi data hasil belajar siswa pada masingmasing kelas, yaitu kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan kelas Eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Data yang dianalisis diperoleh dari nilai pretest yang diberikan di awal pembelajaran, nilai postest yang diberikan di akhir pembelajaran dan selisih nilai pretest dan postest. 4.1.1 Uji Homogenitas Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu yang terdiri dari 9 kelas. Uji homogenitas dilakukan menggunkan uji F pada taraf signifikan (α = 0,01) dengan kriteria pengujian, jika F hitung < F tabel. Uji homogenitas sampel dilakukan untuk mengetahui bahwa kelas yang akan dijadikan sampel mempunyai varians yang homogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji F, didapatkan untuk kesembilan kelas F hitung < F tabel, ini berarti semua kelas dinyatakan homogen. Dari semua kelas yang homogen tersebut dipilih secara random yaitu kelas X1 dan X4 dengan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan F hitung = 1,50 dan F tabel = 2,35 sehingga kelas tersebut dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Kelas X4 yang menjadi kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan kelas X1 yang menjadi kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). 4.1.2 Uji Validasi Soal Uji validasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat kevalidan soal tes yang digunakan. Penentuan validasi soal ini

44 menggunakan tabel skor skala Likert. Dalam penelitian ini validasi soal untuk pokok bahasan reaksi redoks dilakukan oleh 2 orang guru kimia di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu. Dari hasil validasi soal tersebut diperoleh hasil perhitungan validasi dengan menggunakan skala Likert untuk guru kimia pertama diperoleh skala sebesar 79,5% dan untuk guru kimia kedua diperoleh skala Likert sebesar 78% sehingga diperoleh skala Likert rata-rata sebesar 78,75%. Ini berarti kualitas instrumen soal sudah valid atau baik untuk digunakan pada penelitian karena pada tabel skor skala linkert nilai rata-rata yang diperoleh berada dikisaran 68% - 83%. 4.1.3 Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada penelitian ini diperoleh dari nilai pretest, nilai postest dan selisih nilai pretest-postest. Adapun data hasil belajar siswa pada kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Daftar Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Variabel Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Jumlah siswa (n) 32 32 Pretest 31,09 30,15 Postest 73,28 80,16 Δ nilai 42,19 50 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) memiliki nilai rata-rata postest dan peningkatan hasil belajar rata-rata yang lebih tinggi dari pada kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Selisih nilai postest dan selisih nilai peningkatan hasil belajar pada kedua kelas eksperimen berturut-turut adalah 6,88 dan 7,81. 4.1.4 Analisis Data Untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dilakukan beberapa uji statistik terhadap data yang diperoleh. Data

45 yang diujikan adalah data peningkatan hasil belajar (pretest dan postest) dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada pokok bahasan redoks. Adapun uji statistik yang dilakukan yaitu: 4.1.4.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa hasil belajar siswa (pretest, postest dan selisih pretest-postest) pada kedua sampel baik dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Uji normalitas pada data hasil penelitian ini menggunakan chi kuadrat (chi-square) pada taraf signifikan (α = 0,01) dengan kriteria pengujian χ 2 hitung < χ 2 tabel. Hasil perhitungan uji normalitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Jumlah siswa (n) 32 32 Nilai rata-rata (Δx) 42,19 50 Varians (S 2 ) 90,22 104,83 Standar Deviasi (S) 9,498 10,239 χ 2 hitung 7,08697 7,475 χ 2 tabel 11,34 Berdasarkan tabel di atas diketahui uji normalitas pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II didapatkan harga χ 2 hitung < χ 2 tabel. Hal ini menunjukkan bahwa sampel pada kedua kelas eksperimen berdistribusi normal. 4.1.4.2 Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji F pada taraf signifikan (α = 0,01) dengan kriteria pengujian F hitung < F tabel. Uji homogenitas dilakukan untuk membuktikan bahwa data hasil penelitian

46 mempunyai varians yang homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas varians tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians Variabel Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Jumlah siswa (n) 32 32 Nilai rata-rata (x) 42,19 50 Varians (S 2 ) 90,221 104,839 F hitung 1,16 F tabel 2,35 Berdasarkan tabel di atas diketahui uji homogenitas varians pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II didapatkan hasil F hitung < F tabel. Dimana hasil perhitungan uji homogenitas varians kedua kelas eksperimen didapatkan F hitung = 1,16 dan F tabel = 2,35. Ini berarti varian pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dinyatakan homogen. Sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya yaitu uji hipotesis. 4.1.4.3 Uji Hipotesis (uji-t) Setelah data kedua sampel untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang diperoleh dari penelitian kemudian diuji dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil pengujian membuktikan bahwa sampel tersebut berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Maka selanjutnya data tersebut dapat digunakan untuk pengujian hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa kelas X4 yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan X1 yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan (α = 0,01) dan derajat kebebasan (dk) = 62 dengan kriteria pengujian jika t hitung > t tabel. Hasil perhitungan uji-t tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.

47 Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis (Uji-t) Variabel Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Jumlah siswa (n) 32 32 Nilai rata-rata (Δx) 42,19 50 Varians (S 2 ) 90,221 104,839 Standar Deviasi (S) 9,498 10,239 S gabungan 9,8757 t hitung 3,16 t tabel 2,66 Berdasarkan tabel di atas diketahui uji hipotesis pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II telah memenuhi kriteria pengujian yaitu t hitung > t tabel. Dimana hasil perhitungan uji hipotesis pada kedua kelas eksperimen didapatkan hasil bahwa t hitung = 3,16 dan t tabel = 2,66. Hasil ini sesuai dengan kriteria pengujian, artinya hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yang diterima. Data hipotesis ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia pada kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). 4.2. Pembahasan Guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu dihubungkan dengan para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah guru yang mengetahui dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran. Penelitian tentang studi perbandingan hasil belajar siswa antara model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pokok bahasan reaksi redoks di kelas X SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan

Frekuensi 48 ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan reaksi redoks pada kelas yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan kelas yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Hasil belajar siswa untuk ranah kognitif dilihat dari selisih nilai pretest dan postest siswa dari kedua kelas eksperimen. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dimana kedua kelas sampel yang sudah dipilih tadi diberi perlakuan berbeda. Sebelum dilakukannya pembelajaran pokok bahasan reaksi redoks, siswa diberikan pretest terlebih dahulu. Pretest ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang akan diikuti yaitu pokok bahasan reaksi redoks. Hasil tes ini dapat digunakan untuk memperkirakan pada bagian materi apa yang harus diajarkan lebih mendalam, sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Dari hasil penelitian yang diperoleh, pada pertemuan pertama dan kedua didapatkan nilai rata-rata pretest. Dimana nilai rata-rata pretest untuk kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) berturut-turut adalah 31,09 dan 30,15. Perbandingan nilai pretest kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 14 12 10 8 6 4 2 0 10--19 20-29 30-39 40-49 50-59 Rentang Nilai Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Pretest Kedua Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II

Frekuensi 49 Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa nilai rata-rata pretest siswa untuk kedua kelas eksperimen masih rendah. Karena jika dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72, sangat jelas bahwa semua nilai pretest siswa dari kedua kelas eksperimen belum mencapai ketuntasan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan siswa, baik pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tentang materi yang akan dipelajari masih kurang. Kekurangan ini dikarenakan siswa tidak memiliki persiapan yang matang terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai mengenai materi reaksi redoks, sehingga tidak mampu menyelesaikan soal pretest dengan baik. Di akhir pembelajaran, dilakukan postest pada kedua kelas eksperimen tersebut untuk melihat seberapa besar peningkatan pengetahuan yang diperoleh siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Dari hasil penelitian yang diperoleh, pada pertemuan pertama dan kedua didapatkan nilai rata-rata postest. Dimana nilai rata-rata postest untuk kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) berturut-turut adalah 73,28 dan 80,16. Perbandingan nilai postest kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 14 12 10 8 6 4 2 0 60-69 70-79 80-89 90-99 Rentang Nilai Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Gambar 4.2 Perbandingan Nilai Postest Kedua Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Dari nilai rata-rata postest pada Gambar 4.2 terlihat bahwa siswa dari kedua kelas eksperimen telah mengalami peningkatan pengetahuan setelah diterapkan model pembelajaran. Pada kelas eksperimen I jumlah siswa yang mendapatkan

Frekuensi 50 nilai postest di atas KKM 72 sebanyak 16 orang siswa, sedangkan untuk kelas eksperimen II jumlah siswa yang mendapatkan nilai postest di atas KKM 72 sebanyak 23 orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelas eksperimen sudah dapat diterima oleh siswa. Dari hasil nilai postest siswa, terlihat bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai postest di atas KKM 72 lebih banyak kelas eksperimen II dibandingkan dengan kelas eksperimen I. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran materi reaksi redoks dengan menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat menghasilkan peningkatan pengetahuan ranah kognitif lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Leraning). Seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat dari selisih nilai prestet dan postest yang diperoleh siswa. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif untuk kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada kedua gambar di bawah ini. 14 12 10 8 6 4 2 0 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 Rentang Nilai Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Gambar 4.3 Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa memang lebih baik pada kelas eksperimen II dibandingkan dengan kelas eksprimen I. Dimana peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen II

51 lebih banyak berada pada rentang nilai 50-59 sedangkan untuk kelas eskperimen II peningkatan hasil belajarnya lebih banyak pada rentang nilai 40-49. Hal ini juga dapat diketahui dengan melihat rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif kedua kelas eksperimen. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berturut-turut adalah 42,19 dan 50. Makin besar rentang selisih nilai yang diperoleh, makin besar pula peningkatan hasil belajar yang didapatkan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat penguasaan materi siswa pada materi redoks yang telah diajarkan setelah diterapkannya model pembelajaran yang berbeda pada kedua sampel yaitu model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Sehingga, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar siswa ranah kognitif pada kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) lebih baik dibandingkan kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Hasil belajar siswa ranah kognitif pada kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) lebih baik dibandingkan kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) karena pada kelas eksperimen II siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah atau LDS secara mandiri terlebih dahulu tujuannya supaya siswa tersebut dapat mencurahkan ide mereka sendiri dalam menyelesaikan masalah tersebut sebelum akhirnya berpasangan untuk mendiskusikan hasil kerja yang diperoleh dan dipresentasikan kedepan kelas. Ini artinya semua siswa diberi tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan permasalahan dan diberi kesempatan untuk bepikir mandiri dahulu sebelum bertukar pendapat. Hal ini membuat siswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk berpikir dan membuat semua siswa lebih aktif karena keingintahuan mereka semakin besar. Asumsi ini sesuai dengan pendapat Frank Lyman (Lie, 2007), dimana model pembelajaran TPS (Think Pair Share) memberikan kesempatan lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon dan bekerja secara mandiri serta saling bertukar pikiran dengan teman lain untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

52 Sedangkan pada proses pelaksaanan pembelajaran pada kelas kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) siswa berdiskusi menyelesaikan masalah yang diberikan guru dalam bentuk LDS (lembar diskusi siswa) terdiri dari empat orang siswa. Dimana pada proses penyelesaiannya siswa secara berkelompok mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan secara bersama-sama. Di sini guru hanya bertidak sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam menyelesaikan masalah. Pada kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen I ini semua siswa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang diberikan hanya saja pada proses pelaksanaan diskusi yang terdiri dari empat orang tersebut. Lebih banyak ide yang masuk untuk menyelesaikan permasalahan, hanya saja tidak semua ide yang dimiliki oleh anggota kelompok tersebut sama sehingga peserta didik lebih susah untuk mengambil kesimpulan dari permasalahan karena semakin banyaknya anggota kelompok ini berarti ide atau pun pendapat juga semakin banyak, sehingga mereka agak sulit menentukan pilihan yang benar untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Selain itu juga pada proses diskusi terlihat hanya beberapa orang saja dalam kelompok yang lebih dominan dan aktif menyelesaikan masalah yang diberikan, sedangkan yang lain masih terlihat pasif, hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang berjalan. Padahal seharusnya, seperti yang telah dijelaskan oleh Ngalimun (2013) bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Namun pada kenyataan yang telah dilakukan tidak semua siswa memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah karena disebabkan oleh kekurangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh sebab itulah peningkatan hasil belajar yang diperoleh kelas eksperimen II lebih baik dibandingkan kelas eksperimen I karena pada kelas eksperimen I dengan siswa berfikir secara mandiri terlebih dahulu akan membuat siswa memiliki rasa

53 keingintahuan lebih besar, dimana semakin besar keingintahuan siswa terhadap suatu permasalahan maka akan membuat aktivitas siswa lebih aktif untuk memecahkan masalah tersebut yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai dan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Asumsi ini sesuai dengan pendapat (Sardiman, 2011) yang menyatakan bahwa tercapainya tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran itu sangat dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ranah kognitif penerapan model pembelajaran PBL (Probem Based Learning) dan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pokok bahasan reaksi redoks, dilakukan uji t dengan menggunakan data peningkatan hasil belajar kognitif yang diperoleh. Dari uji t yang dilakukan berdasarkan data dari nilai ratarata peningkatan hasil belajar ranah kognitif diperoleh t hitung adalah 3,16. Sedangkan t tabel adalah 2,66. Hal ini artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima. Jadi, ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ranah kognitif siswa pada model pembelajaran PBL (Probem Based Learning) dan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pokok bahasan reaksi redoks.

54 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada kelas eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) diperoleh nilai rata-rata postest sebesar 73,28. Nilai ini telah mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu 72. 2. Pada kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) diperoleh nilai rata-rata postest sebesar 80,16. Nilai ini telah mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu 72. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa pada kelas yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan kelas yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pokok bahasan reaksi redoks. Hasil belajar kognitif siswa pada pokok bahasan reaksi redoks lebih baik pada kelas yang menerapkan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dibandingkan dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). 5.2 Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Pada kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) sebaiknya semua siswa dalam satu kelompok harus memiliki sumber materi lebih banyak selain dari buku cetak yang mereka miliki. 2. Pada kegiatan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) ketika menyelesaikan masalah sebaiknya siswa dipasangkan dengan teman yang tingkat kemampuannya berbeda atau heterogen supaya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.

55 3. Agar siswa lebih bersemangat saat pembelajaran, hendaknya guru lebih meningkatkan motivasi yang dimiliki siswa misalnya dengan cara memberikan reward berupa nilai tambahan untuk siswa yang telah berani mengemukakan pendapatnya atau dengan memberikan pujian.

56 DAFTAR PUSTAKA Amir, M.Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta Astuti, Lin Suciani. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Cahyo, Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jogjakarta: DIVA Press Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Edisi Keenam. Jakarta: Indeks Faizi, Mastur. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksata Pada Murid. Jakarta: Diva Press Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Irianto, Agus. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Jannah, Rikhianati. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Disertai Buku Saku Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia Pada Materi Minyak Bumi Kelas X SMA Negeri Gondangrejo Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Penelitian Kimia, (2), (4) : 19 Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

57 Ricardo. 2010. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Minat Belajar dan Kemampuan Siswa Kelas V Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 03 Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010. Proposal FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Subana & Sudrajat. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori & Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka-Publisher Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Wismono, Jaka. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganesa Exact