BAB II DARI PEMILU KE PEMILU DI BREBES DAN KONDISI GEOGRAFIS BREBES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KABUPATEN BREBES. Data Agregat per Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas menjelaskan tentang latar belakang penelitian,

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. a. menyebarluaskan informasi kegiatan menyangkut tahapan, jadwal dan program Pemilihan;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan informasi yang lajunya begitu cepat saat ini


I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) Capres & Cawapres secara langsung yaitu pada tahun

Hasil Monitoring Penyumbang Dana Kampanye Pilpres Jakarta, 18 September 2014 Indonesia Corruption Watch

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TIM PENYUSUN KATA PENGANTAR. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kelurahan Pekauman merupakan salah satu dari beberapa kelurahan yang

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

BAB III DATA RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

Analisis Isi Media Judul: MIP. No. 97 Pilpres 2014 Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 05/05/2014

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

3 Sukses LSI di Pilpres 2014

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap partisipasi politik siswa dalam pemilu presiden tahun 2014, maka

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

KPU KOTA ADM. JAKARTA BARAT HASIL RISET TENTANG

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Analisis Isi Media Judul: MIP No.160 Jelang Rekapitulasi Akhir Pilpres 2014 Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 22/07/2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Bab VI. Kesimpulan dan Implikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

LAMPIRAN I. 1. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Padang Bulan. 2. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Simpang Limun

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KELOMPOK KERJA PENYUSUNAN DATA PEMILIH UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 KPU KAB TRENGGALEK DOKUMEN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Draft Peraturan KPU tentang Pencalonan Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESI

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB V PENUTUP. telah ditarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang dijadikan fokus. penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi bagaimana strategi

MAYORITAS PUBLIK INGIN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN. Konpers LSI Juli 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIM:UR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. NOMOR: OS/Kpts/KPU-Prov-014/2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

Bab V. Analisis Pengambilan Keputusan Pemilih Pemula

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

Transkripsi:

BAB II DARI PEMILU KE PEMILU DI BREBES DAN KONDISI GEOGRAFIS BREBES Bab dua ini akan membahas kondisi geografis Brebes serta perkembangan pemilu yang telah diselenggarakan. Brebes sebagai salah satu kabupaten yang wilayahnya sangat luas, selalu memiliki partisipasi terendah di setiap pemilu yang diadakan. Dalam penjelasan bab dua juga dilengkapi dengan wawancara dengan warga dan juga komisioner Komisi Pemilihan Umum Jateng sebagai data pelengkap. Hasil wawancara ini sebagai data sekunder yang menjadi pendukung hasil kuesioner. 2.1 Kondisi Geografis Kabupaten Brebes Gambar 2.1 Peta Kecamatan di Brebes Kabupaten Brebes merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak dan terluas kedua setelah Cilacap. Sama halnya dengan Kabupaten Tegal, warga Brebes banyak bekerja di sektor pertanian dan perikanan. Untuk pertanian, Brebes adalah salah satu sentra 37

penghasil bawang merah, dengan jumlah penduduk yang bekerja di sekor ini 70% (Wikipedia.org/wiki/kabupaten_brebes). Jumlah penduduk kecamatan sangat bervariatif, distribusi penduduk Kabupaten Brebes belum tersebar secara merata. Tiga kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Bulakamba 165.023 jiwa (9,35%), Kecamatan Brebes 159.706 jiwa (9,05%), dan Kecamatan Wanasari sebanyak 142.787 jiwa (8,09%), sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan Salem sebanyak 58.018 jiwa atau (3,29%). Namun jika dilihat dari tingkat kepadatannya, di mana luas daerah ikut diperhitungkan, Kecamatan Jatibarang menempati urutan pertama sebagai kecamatan yang paling padat penduduknya di Kabupaten Brebes, di mana kepadatan penduduknya 2.398 penduduk/km2 yang berarti bahwa tiap 1 Km2 ditempati 2.396 penduduk. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah ditempati oleh Kecamatan Salem, di mana kepadatan penduduknya hanya 381 penduduk/km2 yang berarti bahwa tiap 1 Km2 hanya ditempati 381 penduduk (Brebes dalam angka, 2014: 59-60). Berikut adalah grafik yang menunjukkan kepadatan penduduk Brebes. Grafik 2.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Brebes 3000 2500 2332 2398 2000 1500 1330 1369 1375 1603 1918 1420 1973 1000 933 936 819 846 914 860 500 381 435 0 38 kepadatan penduduk (km2)

Kabupaten Brebes mempunyai visi memiliki perekonomian yang maju didalam masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Masalah masalah di Kabupaten Brebes adalah kemiskinan, pemisahan wilayah karena jauhnya wilayah selatan menuju utara. Kecamatan yang ingin memisahkan diri adalah kecamatan Bumiayu, Sirampong, Bantarkawung, Salem, Tonjong, dan Paguyangan. Kecamatan tersebut ingin membentuk kabupaten sendiri karena kesulitan untuk mengakses pelayanan dan informasi dari pusat pemerintahan Brebes yang harus ditempuh hingga 3 jam (indosiar.com, 2009) Brebes sudah lama terkenal sebagai daerah dengan jumlah perantau tinggi di Jawa Tengah. Hasil ini didukung oleh pertumbuhan jumlah penduduk dalam 10 tahun terakhir tidak meningkat tajam, yakni 17648648 di tahun 2013, sedangkan di tahun 2003 sebesar 1714377, atau terjadi penambahan sebesar 50271 jiwa (Brebes dalam angka, 2014:100). Grafik 2.3 Jumlah Penduduk Datang dan Pergi di Brebes 39

Jumlah penduduk pindah lebih besar dari jumlah penduduk datang. Sebanyak 7194 penduduk baru datang, namun 9739 penduduk pindah. Selain itu jumlah penduduk yang bekerja di kabupaten Brebes juga tinggi, terbesar pertama sebagai buruh tani, petani/peternak, diikuti bekerja sebagai buruh bangunan. Grafik 2.4 Pekerjaan Warga Brebes Sebagian besar masyarakat Brebes memiliki mata pencaharian bertani dan berkebun. Luas lahan yang ada di Brebes yakni 37,7% dari keseluruhan lahan yang ada. Kondisi ini menyebabkan banyak penduduknya yang merantau. Brebes juga dikenal sebagai wilayah dengan tenaga kerja Indonesia terbanyak ketiga di Jawa Tengah setelah Cilacap dan Kendal sebesar 7390 pada tahun 2014 (harianterbit.com, 20 Desember 2014). Jumlah ini menyumbang besarnya jumlah TKI yang dikirim terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Barat sebesar 83397 orang 40

dengan tujuan terbesar ke Malaysia. Salah satu desa di Brebes bahkan dijuluki sebagai desa TKI yakni desa Karangjunti Losari. Disamping hal tersebut, layaknya kondisi nasional, partisipasi terus menurun karena tidak adanya perubahan yang berarti pada warga sebagai pemilih. Hal ini nampak dari pertumbuhan ekonomi brebes yang selalu di angka 5,06% jauh tertinggal dibanding ekonomi Jateng sebesar 6% (olah data BPS). Angka kemiskinan di Brebes juga diatas angka nasional, sebesar 20%, sedangkan angka kemiskinan nasional sebesar 11,66%. Hal ini sebanding dengan tingkat pendidikan di Brebes yang masih banyak lulus sekolah dasar. Grafik 2.5 Tingkat Pendidikan Warga Brebes Potensi Brebes yang bisa dikembangkan adalah sektor industri logam, mesin, elektronika, dan aneka serta industri kimia agro, dan hasil hutan. Industri yang dikembangkan banyak pada sektor konsumsi, pakaian, dan bengkel, tidak ada industri besar yang ada di Brebes. 41

2.2 Perkembangan Pemilu di Brebes Di tahun 2014, untuk pertama kalinya Indonesia mengadakan pemilihan umum langsung, berturut turut hingga tahun 2009, dan tahun 2014. Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai, di tahun 2009 diikuti 35 partai, dan di tahun 2014 diikuti 10 partai. Dalam 3 tahun terakhir, prosentase partisipasi dalam pemilu selalu menurun, seperti dalam tabel berikut: Tabel 2.6 Perbandingan Jumlah Pemilih dari Tiga Pelaksanaan Pilpres Nasional Di Jawa Tengah, partisipasi pemilih di Kabupaten Brebes selalu menempati posisi rendah. Pada setiap pemilu yang diselenggarakan, partisipasi pemilih di Brebes dapat dilihat dari table berikut: 42

Tabel 2.7 Partisipasi Pemilu Brebes dan Jateng Penyebab rendahnya partisipasi pemilih karena kurang sosialisasi dan juga warga yang merantau. Kabupaten Brebes dalam partisipasi pemilih selalu menempati posisi rendah di Jawa Tengah, bahkan pada pemilihan presiden 2014, Kabupaten Brebes menempati posisi terendah dengan selisih partisipasi pilpres 2009 sebesar 2,42%. Dibanding dengan 2 kabupaten lain yang juga memiliki partisipasi rendah, selisih partisipasi di Kabupaten Brebes paling tinggi. Hasil wawancara dengan salah satu responden yang merupakan tokoh agama, Abdul Halim partisipasi pemilih di Kecamatan Songgom Brebes rendah disamping pemilih yang merantau, dalam hal ini merantau namun KTP yang dimiliki masih sesuai domisili, juga disebabkan politik uang yang dilakukan oleh oknum. Sebelum pilpres 2014 berlangsung, berturut turut Brebes menjalankan pemilihan legislative yang juga di tahun 2014, pemilihan gubernur Jawa Tengah 2013 dengan angka partisipasi rendah dibanding pemilu lain, serta pemilihan 43

bupati tahun 2012 dengan partisipasi yang tinggi karena adanya politik uang. Ia mengakui bahwa calon pemilih diajak berwisata gratis serta diberi uang saku, sehingga masyarakat merasa harus membalas perlakuan baik dari tim sukses yang telah menjamu dengan baik tersebut. Adanya uang ini juga yang menyebabkan warga malas pulang untuk memilih. Banyak perantau masih menggunakan KTP Brebes dan tidak mengurus kepindahan domisili. Ia menambahkan bahwa di daerahnya (Jatirokeh, Songgom) memiliki basis NU yang kuat, sehingga Nampak bahwa mayoritas penduduk disana yang masih berada di lingkup desa mengikuti pengajian rutin yang diselenggarakan pemimpin. Kecamatan Songgom, sebagai kecamatan terendah partisipasinya di Kabupaten Brebes memiliki perolehan suara sebagai berikut: Tabel 2.8 Grafik Perolehan Suara Kecamatan Pilpres 2014 Brebes 44

Berdasar data exit poll Indikator pada 9 Juli lalu pasca pemilihan, pemilih yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok NU memilih Prabowo Hatta sebesar 43,1% dan 42,2% memilih Jokowi Jusuf Kalla. Sementara kelompok yang menyatakan dirinya sebagai pengikut Muhammadiyah, jumlah pemilih Prabowo Hatta sebesar 46,9% dan Jokowi Jusuf Kalla sebesar 36,6%. Hasil evaluasi pilpres 2014, kualitas pilpres dapat dikatakan cukup baik (Institut Riset Kepemiluan, 2014:5). Pilpres 2014 yang diikuti dua pasang kandidat merupakan salah salah satu pemilihan umum yang paling marak yang pernah diselenggarakan di Indonesia. Jumlah pemilih menyentuh hingga 134.953.967 juta orang. Atau setara dengan hampir 53,21% dari total keseluruhan pendudukan Indonesia yang berjumlah 253.609.643 jiwa (Institut Riset Kepemiluan, 2014:68). Tidak banyak warga Brebes yang berlangganan koran, hasil wawancara dengan salah satu reponden, warga tidak banyak yang membaca koran, mereka mengandalkan pada televise sebagai sumber informasi. Warga yang merupakan pekerja ini menambahkan bahwa hanya pegawai negri saja yang membaca koran, karena di kantor berlangganan koran, selebihnya tidak banyak. Berdasarkan data BPS, jumlah media yang ada di Brebes seperti pada tabel berikut (Brebes dalam angka, 2014:54): 45

Grafik 2.9 Jumlah Media Massa di Brebes Berdasar hasil wawancara dengan salah satu komisioner KPU Jateng, Wahyu Setiawan media yang banyak diakses oleh warga di kabupaten adalah media elektronik. Hal ini berkaitan dengan kemudahan akses warga dibanding jika mengeluarkan biaya tambahan hanya untuk konsumsi media. Selain itu daya beli masyarakat yang tinggal di pedesaan lebih rendah untuk sektor informasi dibanding masyarakat yang tinggal di perkotaan. Media yang diperbandingkan adalah koran, karena koran banyak beredar di perkotaan dibanding di pedesaan. Tanpa membandingkan dengan internet, media elektronik mudah dinikmati kapan saja bahkan dengan bersantai. Menurut Wahyu Setiawan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tingkat partisipasi rendah. Faktor pertama adalah teknis ekonomis seperti di Brebes dan Tegal di mana banyak warganya merantau. Pendekatan pada pencatatan pemilih berdasar de jure akibatnya tingkat 46

prosentasenya rendah. Terdapat kewajiban pemerintah untuk melindungi warga negara dengan memiliki kartu tanda penduduk, sehinggga setiap pemilu akan selalu seperti itu. Jika pencatatan berdasarkan de facto partisipasi bersifat tinggi. Faktor kedua adalah sikap politik, di mana calon tidak mewakili warga dan pemilih tidak yakin bahwa dengan memilih akan memengaruhi tingkat kehidupannya. Faktor ketiga adalah optimalisasi sosialisasi dari KPU termasuk di dalamnya dari partai politik ternyata belum optimal. Wahyu mengakui bahwa di Brebes perlu dikaji jumlah pemilih dan oplah media massa terutama koran, jumlahnya tidak sama seperti di kota besar, disamping itu belum tentu warga mau membaca karena tingkat pendidikan juga memengaruhi. Wahyu juga mengatakan bahwa Brebes lebih efektif dengan pola pola patronase seperti ketokohan lokal. Untuk pemilu lokal, peran televisi tidak banyak, sedangkan pemilu yang sifatnya nasional peran televisi tinggi, Komisi pemilihan umum memiliki beberapa langkah sebagai panduan, monitoring, asistensi, konsultasi, dan sosialisasi. Bagi pemilih muda, sasaran KPU Jateng adalah kampus, sedangkan KPU kabupaten kota sasarannya pelajar SMA. Untuk kota besar sasaran sosialisasi adalah televisi maka kabupaten kota dengan radio. Daya jangkau KPU kabupaten kota terbatas oleh karena itu KPU bermitra dengan organisasi masyarakat dan tokoh agama dan organisasi agama dan eberadaan mereka sangat membantu. Wahyu menambahkan bahwa untuk pemilih muda seperti mahasiswa saat ini belum digarap secara optimal, oleh karena itu pendekatannya berbeda. KPU Jateng memiliki program road to campus untuk sosialisasi di sekolah, melalui upacara, pemilihan ketua OSIS, serta pendidikan politik sekolah. 47

Evaluasi dari KPU Jateng bahwa di kota besar pembaca koran adalah kelas kelas tertentu dan oplah tidak seimbang, sedangkan sosial media bagi warga yang melek teknologi saja. Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan mengakses hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pemilu. Secara internal KPU mengoptimalkan kegiatan sosialisasi sampai dengan tingkat RT. Sistem penyelanggaraan pemilu di Jawa dan luar Jawa lebih bagus di Jawa. Wilayah wilayah di Jateng memiliki karakteristik yang tidak sama. Wilayah dengan kondisi alam kondusif lebih makmur, selain itu jenis pekerjaan yang miskin seperti buruh tanu tidak dijumpai di wilayah subur tersebut, mereka rata rata adalah juga pemilik alat produksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Brebes ekstrim tingkat kemiskinannya dan infrastrukturnya juga tidak bagus. Sementara ketua KPU Brebes mengatakan sosialisasi yang dilakukan antara lain melalui parpol dan tokoh masyarakat, muspida, keluarga TNI dan Polri, kelompok perempuan, LSM, penyandang kebutuhan khusus, dan penghuni lembaga pemasyarakatan. Kelompok kelompok tersebut dipilih karena termasuk kelompok yang menyumbang suara besar setiap pemilihan. Hal ini berbeda dengan laporan penelitian evaluasi pilpres 2014, peran media cukup berarti dalam turut mempromosikan pelaksanaan pilpres sekaligus para kandidat. Tidak saja media cetak, namun pula media televisi yang saat ini semakin memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan politik, khususnya kampanye. Media memainkan peran efektif karena mampu menjangkau wilayah yang cukup luas dan menembus hingga relung-relung paling prifat para pembaca atau pemirsanya. Melalui media ini mengalir beragam informasi seputar pilpres, baik dalam soal yang bersifat adminsitratif maupun yang bersifat substansi dari arti penting pelaksanaan pilpres. Lebih dari itu, media juga secara gencar memperkenalkan rekam jejak masing-masing kandidat berikut analisis berbagai asumsi atau perkiraan kualitas pemerintahan yang nantinya mereka bentuk. Ini memungkinkan khalayak untuk lebih mengetahui latar 48

belakang dan agenda politik masing-masing kandidat. Media juga memperjelas pihak mana saja yang berafiliasi dengan seorang kandidat dan pihak mana saja yang merupakan lawan seorang kandidat (Institut Riset Kepemiluan, 2014:76). 49