Pengaruh Aplikasi Pasta CPP-ACP Terhadap Kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca Konvensional Setelah Perendaman dalam Coca Cola

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Aplikasi Pasta CPP-ACP terhadap Kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Setelah Perendaman dalam Coca Cola

Pengaruh Aplikasi CPP ACP terhadap Kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca Pit dan Fissure sealant setelah Perendaman Coca Cola

The Effect of Turmeric Tamarind Solution on Surface Roughness of Conventional

PENGARUH APLIKASI TOOTH MOUSSE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL YANG DIRENDAM DALAM MINUMAN BERKARBONASI

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

3 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

EVALUASI KEKASARAN PERMUKAAN GLASS IONOMER CEMENT (GIC) KONVENSIONAL SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN BERKARBONASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black extention

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

UJI KEKERASAN KOMPOSIT TERHADAP RENDAMAN BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA)

Soraya D.P. Rezky dkk.: Perendaman semen ionomer kaca konvensional dalam kefir 55

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 4 METODE PENELITIAN

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

BAB 4 METODE PENELITIAN

The Hardness Difference of Deciduous Tooth Enamel Between Before and After Soaking with Milk, Tea, and Soda

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi)

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

LAMPIRAN 1. Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

Pengaruh Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat dan Siwak terhadap Kekasaran Permukaan yang Mengalami Demineralisasi

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

Tingkat keasaman minuman ringan mempengaruhi kelarutan mineral gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

ABSTRACT. Key words : composite micrihybrid, composite nanofilled, coffee

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

ABSTRAK. Identitas penyusun : Vania Christiani Wiryadi Nama Pembimbing : Angela Evelyna, drg., M.Kes. Prof. Dr. Ir. Bambang Sunendar P., M. Eng.

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan gigi (Scheid & Weiss, 2013). Daerah ini merupakan tempat

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

Transkripsi:

Pengaruh Aplikasi Pasta CPP-ACP Terhadap Kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca Konvensional Setelah Perendaman dalam Puti Bianca Sari 1, Ellyza Herda 2, Mia Damiyanti 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia 2 Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia 3 Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia ABSTRAK Skripsi ini membahas pengaruh aplikasi pasta CPP-ACP terhadap kekasaran permukaan semen ionomer kaca (SIK) konvensional setelah perendaman dengan cara merendam dalam akuabides (kontrol),, serta pengaplikasian pasta CPP-ACP yang didiamkan 30 menit atau langsung direndam. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kekasaran permukaan yang signifikan pada kelompok rendaman Coca Cola, penurunan kekasaran permukaan yang tidak signifikan pada SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP langsung direndam dan penurunan kekasaran permukaan yang signifikan pada SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP dan didiamkan 30 menit sebelum direndam. Kesimpulan dari penelitian ini pengaplikasian pasta CPP-ACP baik didiamkan selama 30 menit ataupun langsung direndam tidak menunjukkan perbedaan penurunan kekasaran permukaan yang signifikan. Kata kunci: Casein Phospho Peptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP); kekasaran permukaan; minuman ph rendah ( ); semen ionomer kaca konvensional ABSTRACT This research discusses about the efficacy of application CPP-ACP paste toward surface roughness of conventional glass ionomer cement (GIC) after immersion in by immersing the specimens in aquabides (control group),, applying CPP-ACP paste then immersed in directly or in the next 30 minutes. This research showed that the surface roughness of conventional GIC increased significantly after immersing in, while after applying CPP-ACP paste then immersed in, surface roughness of conventional GIC decreased. Furthermore, there were significant decreasing of surface roughness of conventional GIC after applying CPP-ACP paste then immersed in in the next 30 minutes. The conclusion is the decreasing surface roughness of conventional GIC between after applying CPP-ACP paste then immersed in directly and in the next 30 minutes are not significantly different. Keywords: Casein Phospho Peptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP); conventional glass ionomer cement; low ph beverages ( ); surface roughness PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, konsumsi minuman berkarbonasi semakin populer di kalangan masyarakat. Salah satu minuman berkarbonasi yang populer saat ini adalah. Tingkat produksi di Indonesia selalu mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Saat ini, pertumbuhan penjualan di Indonesia rata-rata 7-8 persen per tahun. 1 Menurut penelitian terdahulu, memiliki ph 2,37 dan merupakan minuman berkarbonasi dengan ph paling rendah dibandingkan dengan minuman berkarbonasi lainnya. 2 Minuman dengan ph rendah, termasuk, tidak baik bagi gigi karena ph rendah dapat melarutkan mineral gigi. Larutnya mineral gigi dapat meningkatkan kekasaran permukaan gigi. Kekasaran permukaan di atas 0,2 µm secara signifikan meningkatkan perlekatan bakteri, maturasi dan keasaman plak sehingga meningkatkan risiko karies gigi. 3 Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan disolusi email gigi oleh asam yang diproduksi dari hasil metabolisme karbohidrat makanan oleh bakteri mulut. 4 Berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi beriringan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memeriksakan kondisi gigi dan mulutnya ke dokter gigi salah satunya untuk menambal gigi kariesnya. Semen ionomer kaca (SIK) konvensional merupakan bahan tumpat yang sering digunakan saat ini karena sifatnya yang unggul dibanding bahan lainnya seperti komposit dan amalgam. Semen ionomer kaca (SIK) konvensional merupakan bahan restorasi sewarna gigi dan memiliki adaptasi yang baik terhadap dentin dibandingkan dengan komposit dan amalgam karena SIK konvensional dan dentin berikatan secara kimia. 5 Selain itu, SIK konvensional juga memiliki kemampuan antikaries yang membuatnya menjadi bahan tumpat populer. Bahan tumpat ini mampu mencegah demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi email dan dentin serta menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies gigi. Hal tersebut disebabkan sifat SIK konvensional sebagai pelepas fluoride yang didepositkan dalam jaringan gigi yang mengelilingi SIK dan membuatnya lebih tahan terhadap asam. 6 Selama ini Casein Phospho Peptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) telah terbukti dapat memberikan perlindungan pada gigi terhadap asam. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengikatan CPP dengan ACP berperan sebagai reservoir ion CaHPO40 yang dibentuk ketika adanya asam. Asam dapat dibentuk oleh bakteri plak gigi dan pada kondisi tersebut CPP mengikat ACP akan berperan sebagai buffer (penyangga) ph plak dan memproduksi ion kalsium dan fosfat, khususnya CaHPO40. Peningkatan CaHPO40 akan mengimbangi turunnya ph sehingga mencegah demineralisasi email. 7 Dalam penelitian sebelumnya dilakukan pengukuran microtensile bond strength dan compressive strength pada SIK konvensional yang telah diberikan CPP-ACP. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan SIK konvensional yang telah diberikan CPP-ACP mengalami peningkatan nilai microtensile

bond strength sebesar 33% dan compressive strength sebesar 23%. Namun belum banyak penelitian yang menunjukkan tentang perlindungan CPP-ACP pada bahan tumpat khususnya SIK konvensional terhadap asam. 7 Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai pengaruh aplikasi pasta CPP-ACP terhadap kekasaran permukaan SIK konvensional sebagai efek perlindungan terhadap asam mengingat pentingnya menjaga struktur permukaan suatu bahan tumpat karena permukaan yang kasar cenderung dapat mempercepat pembentukan kolonisasi bakteri, sehingga meningkatkan risiko karies. 3 TINJAUAN PUSTAKA Minuman Berkarbonasi ( ) Minuman berkarbonasi adalah minuman mengandung karbon dioksida yang terlarut dalam air. Adanya gas membuat minuman tersebut berbuih. Minuman terkarbonasi ketika karbon dioksida terlarut dalam cairan dibawah tekanan tinggi. Ketika tekanan dilepaskan, gelembung gas kecil terbentuk. 8 reguler digolongkan dalam minuman berkarbonasi soda. Coca-Cola memiliki kandungan berupa air, gula, asam karbonat, pewarna, asam phosphoric, perasa dan kafein. 9 Coca-Cola merupakan minuman asam dengan ph 2.37. 10 Minuman berkarbonasi ini dapat menyebabkan erosi. Menurut Kelleher dan Bishop dalam Narsimha (2011), erosi tersebut terkait dengan asupan tinggi, frekuensi dan metode konsumsi minuman asam. Kontak berlebihan dari struktur gigi dengan minuman asam menyebabkan hilangnya jaringan keras gigi. 11 Semen Ionomer Kaca (SIK) Konvensional Semen ionomer kaca (SIK) konvensional banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi karena sifat adesifnya terhadap email dan dentin serta kemampuannya dalam meremineralisasi affected dentine. 12 Semen ionomer kaca (SIK) disuplai dalam bentuk bubuk dan cairan. Cairan SIK terdiri atas asam poliakrilat atau kopolimernya sedangkan bubuk SIK terdiri atas kaca kalsium floroaluminosilikat. 13 Reaksi pengerasan pada SIK Konvensional merupakan reaksi asam basa antara asam poliakrilat dan kaca aluminosilikat. Pada pencampuran bubuk dengan cairan, asam menyebabkan degradasi permukaan pada kaca dan melepaskan ion metal seperti strontium, kalsium, alumunium, ion fluoride dan asam silikat. Ion metal bereaksi dengan karboksil (COO-) untuk membentuk garam polyacid yang membentuk matriks semen dan pada perbatasan antara partikel kaca dan matriks semen terbentuk hidrogel silika. Partikel kaca yang tidak bereaksi tetap sebagai filler. 12

Semen ionomer kaca (SIK) konvensional digunakan sebagai bahan filling gigi posterior permanen dan sulung. Selain itu, SIK konvensional tepat digunakan pada pasien anak-anak maupun dewasa dan sebagai tambahan dalam membuat core, liner atau basis pada teknik sandwich. 12 Kekasaran permukaaan dari bahan tumpat dapat mengalami perubahan topografi permukaan. Kekasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karakteristik matriks bahan tumpat, rasio dan ukuran partikel inorganik kaca, terlihat partikel inorganik pada permukaan dan pembentukan gelembung udara. Peningkatan kekasaran dapat menjadi faktor predisposisi kolonisasi mikroba yang selanjutnya berpotensi meningkatkan risiko penyakit mulut. 3 Casein Phospho Peptide Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP) Pasta CPP-ACP telah terbukti dapat meremineralisai lesi di bawah permukaan email in vitro dan in situ. Mekanisme anti kariogenik CPP-ACP adalah melokalisasi ACP pada permukaan gigi sebagai buffer kalsium dan aktivitas ion fosfat, dengan demikian membantu untuk pengendapan pada email gigi serta menurunkan demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Pasta CPP-ACP berpotensi digunakan dalam produk perawatan mulut dan makanan untuk membantu mencegah karies gigi dan memperbaiki penyakit tahap awal. 7 Mekanisme remineralisasi CPP-ACP berupa pengikatan CPP terhadap ACP yang berperan sebagai reservoir pada ion netral CaHPO 0 4 yang dibentuk ketika adanya asam. Asam dapat dibentuk oleh bakteri plak gigi dan di bawah kondisi tersebut CPP mengikat ACP akan berperan sebagai buffer (penyangga) ph plak dan memproduksi ion kalsium dan fosfat, khususnya CaHPO 0 4. Peningkatan plak CaHPO 0 4 akan mengimbangi turunnya ph sehingga mencegah demineralisasi email. 14 Menurut penelitian Mazzaoui dkk. (2003), penggabungan 1,56% w/w CPP-ACP dalam SIK konvensional secara signifikan meningkatkan microtensile bond strength sebesar 33% dan compresive strength sebesar 23% dan secara signifikan meningkatkan pelepasan kalsium, fosfat dan ion fluoride pada ph netral dan asam. 15 METODE PENELITIAN Persiapan Spesimen SIK Konvensional. Semen ionomer kaca (SIK) konvensional (FUJI IX) diaduk di atas paper pad dan ditempatkan dalam cetakan berbahan stainless steel berdiameter 6 mm dan tinggi 3 mm menggunakan plastic filling. Sebelum SIK mengalami pengerasan, permukaan SIK dilapisi dengan mylar strip dan kaca objek di atas permukaan semen ionomer kaca kemudian diberikan beban seberat 500 gram untuk mendapatlan

permukaan yang halus. Seluruh spesimen semen ionomer kaca konvensional yang berjumlah 24 spesimen, direndam dalam akuabides dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37 o C. Pengukuran Nilai Kekasaran Permukaan Awal. Kekasaran permukaan awal diukur di tiga lokasi berbeda dengan menggunakan Surface Rougness Tester merek Mitutoyo SJ301, Japan. Pengaplikasian Pasta CPP-ACP. Semen ionomer kaca dibagi menjadi 4 kelompok. Enam spesimen pertama dan kedua tidak diberi perlakuan berupa pengaplikasian CPP-ACP. Enam spesimen ketiga dan keempat, dioleskan selapis tipis pasta CPP-ACP pada permukaannya yang telah distandardisasi dengan ditimbang seberat 8,3 mg pasta untuk tiap spesimen. Enam spesimen keempat didiamkan selama 30 menit sebelum menuju tahap selanjutnya. Perendaman SIK Konvensional dalam Minuman Berkarbonasi ( ). Keempat kelompok semen ionomer kaca direndam dalam pada temperatur lemari pendingin 9 o C selama 30 menit. Perendaman 30 menit diasumsikan sebanding dengan konsumsi selama 6 hari karena waktu yang dihabiskan untuk minum satu kali umumnya 5 menit. Diasumsikan selama satu hari, mengkonsumsi 1 kali. Pada penelitian ini perendaman dilakukan selama 30 menit sebanyak 3 kali. Jadi total lama perendaman adalah 30 menit x 3 = 90 menit, sehingga penelitian ini menggambarkan konsumsi selama 18 hari (90 menit/5 menit= 18 hari). Sebelum dan setelah dilakukan perendaman, dilakukan pengukuran ph dengan indikator ph. Pengukuran dilakukan dengan mencocokkan warna dengan indikator ph. Pengukuran Nilai Kekasaran Permukaan Akhir. Kekasaran permukaan akhir diukur di tiga lokasi berbeda dengan menggunakan Surface Rougness Tester merek Mitutoyo SJ301, Japan. Pengulangan Perlakuan. Pengaplikasian pasta CPP-ACP, perendaman serta pengukuran kekasaran permukaan pada setiap kelompok perlakuan dilakukan tiga kali. Analisis Data. Analisis data menggunakan statistik repeated ANOVA dan One Way ANOVA.

HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 1 menunjukkan terdapat perbedaan nilai kekasaran SIK konvensional setelah diberi perlakuan berbeda yaitu perendaman dalam akuabides, perendaman dalam, pengaplikasian pasta CPP-ACP lalu perendaman dalam dan pengaplikasian pasta CPP-ACP yang didiamkan selama 30 menit lalu dilanjutkan dengan perendaman dalam. Tabel 1. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan ( Ra) SIK Konvensional Kelompok Kekasaran Permukaan/Ra ± SD (µm) Awal 30 menit pertama 30 menit kedua 30 menit ketiga Akuabides 0.774 ± 0.147 0.805 ± 0.139 0.867 ± 0.185 0.962 ± 0.176 0.774 ± 0.147 0.923 ± 0.227 1.167 ± 0.220 1.453 ± 0.403 CPP-ACP + Coca 0.774 ± 0.147 0.711 ± 0.144 0.613 ± 0.149 0.591 ± 0.147 Cola CPP-ACP (30 menit) + Coca Cola 0.774 ± 0.147 0.652 ± 0.128 0.557 ± 0.132 0.480 ± 0.072 Nilai kekasaran permukaan SIK konvensional yang direndam dalam akuabides menunjukkan adanya perubahan nilai kekasaran permukaan yang berbeda namun tidak bermakna secara keseluruhan (p>0,05). Perbedaan bermakna terlihat secara statistik (p<0,05) antara kekasaran permukaan awal dengan kekasaran permukaan 30 menit ketiga dan antara kekasaran permukaan 30 menit kedua dengan kekasaran permukaan 30 menit ketiga. Nilai kekasaran permukaan SIK konvensional yang direndam dalam menunjukkan adanya perubahan nilai kekasaran permukaan yang berbeda namun tidak bermakna secara keseluruhan (p>0,05). Perbedaan bermakna terlihat secara statisik (p<0,05) antara kekasaran permukaan awal dengan kekasaran permukaan 30 menit kedua dan 30 menit ketiga, kekasaran permukaan 30 menit pertama dengan kekasaran permukaan 30 menit kedua dan 30 menit ketiga serta kekasaran permukaan 30 menit kedua dengan 30 menit ketiga. Nilai kekasaran permukaan SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP lalu direndam dalam menunjukkan adanya perubahan nilai kekasaran permukaan yang berbeda namun tidak bermakna secara keseluruhan (p>0,05). Hasil uji statistik menunjukkan adanya perubahan nilai kekasaran permukaan yang berbeda bermakna pada pengukuran kekasaran permukaan awal dengan kekasaran permukaan 30 menit kedua dan 30 menit ketiga (p<0,05).

Nilai kekasaran permukaan SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP dan didiamkan selama 30 menit lalu direndam dalam menunjukkan adanya perubahan nilai kekasaran permukaan yang berbeda bermakna secara keseluruhan (p<0,05). Perbedaan bermakna terlihat secara statistik (p<0,05) antara kekasaran permukaan awal dengan kekasaran permukaan 30 menit kedua dan 30 menit ketiga serta nilai kekasaran permukaan 30 menit pertama dengan kekasaran permukaan 30 menit kedua dan 30 menit ketiga. Grafik perubahan nilai kekasaran permukaan SIK konvensional dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Nilai Kekasaran Permukaan ( Ra) SIK Konvensional Nilai Ra (µm) 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Awal 30 menit pertama 30 menit 30 menit kedua ketiga Waktu Pengukuran Akuabides Coca Cola CPP ACP + Coca Cola CPP ACP (30 menit) + Coca Cola Tabel 2 Perbedaan Rerata Kekasaran Permukaan Antar Kelompok pada Pengukuran 30 Menit Pertama Akuabides CPP-ACP+ CPP-ACP (30 menit) + Akuabides - 0,118 0,097 0,150 0,118-0,215* 0,268* CPP-ACP + Coca 0,097 0,215* - 0,053 Cola CPP-ACP (30 0,150 0,268* 0,053 - menit) + Coca Cola (*) Nilai berbeda bermakna secara statistik. Hasil dari uji One Way ANOVA (p<0.05) Hasil uji statistik pada tabel 2 menunjukan adanya perbedaan nilai kekasaran permukaan yang bermakna antara kelompok SIK konvensional yang direndam dalam Coca Cola dengan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan dengan pasta CPP-ACP lalu direndam dalam dan antara kelompok SIK konvensional yang direndam dalam

dengan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan dengan pasta CPP-ACP lalu didiamkan selama 30 menit dan dilanjutkan dengan perendaman dalam pada pengukuran 30 menit pertama. Akuabides CPP-ACP + Coca Cola CPP-ACP (30 menit) + Coca Cola Tabel 3 Perbedaan Rerata Kekasaran Permukaan Antar Kelompok pada Pengukuran 30 Menit Kedua Akuabides CPP-ACP + CPP-ACP (30 menit) + Coca Cola - -0,298* 0,255* 0,312* 0,298* - 0,553* 0,610* 0,255* 0,553* - 0,057 0,312* 0,610* 0,057 - (*) Nilai berbeda bermakna secara statistik. Hasil dari uji One Way ANOVA (p<0.05) Hasil uji statistik pada tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan nilai kekasaran permukaan yang bermakna antara kelompok SIK konvensional yang direndam dalam akuabides dengan kelompok SIK konvensional yang direndam dalam, diaplikasikan pasta CPP-ACP lalu direndam dalam dan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP dan didiamkan selama 30 menit lalu dilanjutkan dengan perendaman dalam pada pengukuran 30 menit kedua. Selain itu, perbedaan nilai kekasaran permukaan yang bermakna juga terjadi pada kelompok SIK konvensional yang direndam dalam dengan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan dengan pasta CPP-ACP lalu direndam dalam dan antara kelompok SIK konvensional yang direndam dalam dengan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan dengan pasta CPP-ACP lalu didiamkan selama 30 menit dan dilanjutkan dengan perendaman dalam pada pengukuran 30 menit kedua

Tabel 4 Perbedaan Rerata Kekasaran Permukaan Antar Kelompok pada Pengukuran 30 Menit Ketiga Akuabides CPP-ACP+ CPP-ACP (30 menit) + Akuabides - 0,180* 0,297* 0,403* 0,180* - 0,477* 0,583* CPP-ACP + 0,297* 0,477* - 0,106 Ra (µm) CPP-ACP (30 menit) + Coca Cola 0,403* 0,583* 0,106 - (*) Nilai berbeda bermakna secara statistik. Hasil dari uji One Way ANOVA (p<0.05) Hasil uji statistik pada tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan nilai kekasaran permukaan yang bermakna antara kelompok SIK konvensional yang direndam dalam akuabides dengan kelompok SIK konvensional yang direndam dalam, diaplikasikan pasta CPP-ACP lalu direndam dalam dan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP dan didiamkan selama 30 menit lalu dilanjutkan dengan perendaman dalam pada pengukuran 30 menit ketiga. Selain itu, perbedaan nilai kekasaran permukaan yang bermakna juga terjadi pada kelompok SIK konvensional yang direndam dalam dengan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan dengan pasta CPP-ACP lalu direndam dalam dan antara kelompok SIK konvensional yang direndam dalam dengan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan dengan pasta CPP-ACP lalu didiamkan selama 30 menit dan dilanjutkan dengan perendaman dalam pada pengukuran 30 menit ketiga. PEMBAHASAN Peningkatan nilai kekasaran permukaan SIK konvensional yang direndam dalam akuabides disebabkan adanya difusi air ke dalam matriks SIK konvensional. Proses difusi terjadi melalui celah-celah mikro dan berikatan dengan ion hidrofilik yang terkandung dalam SIK konvensional. Proses difusi air tersebut menyebabkan terjadinya disolusi matriks dan degradasi permukaan SIK konvensional. Proses disolusi dan degradasi tersebut menyebabkan terbentuknya porus-porus pada permukaan SIK konvensional sehingga meningkatkan kekasaran permukaan SIK konvensional. 16

Peningkatan nilai kekasaran permukaan SIK konvensional yang direndam dalam Coca Cola tersebut disebabkan adanya kandungan asam sitrat dan asam fosfor dalam. Asam sitrat dapat mendisolusi ion kalsium dari dalam matriks. Proses disolusi tersebut disebabkan adanya ion H + dari minuman asam. Semakin asam minuman, maka semakin banyak ion H + dan semakin besar pula derajat disolusi materialnya. Terlepasnya ion-ion tersebut dari matriks menyebabkan permukaan SIK konvensional menjadi kasar. Hal ini disebabkan partikel kaca terekspos ke permukaan semen. Asam sitrat membentuk komplek stabil dengan ion Al 3+ dan Ca 2+ (atau Sr 2+ ). (17) Menurut Fukuzawa dalam Zaki (2012), selama perendaman dalam larutan asam, larutan berpenetrasi ke semen dan matriks gel mengalami pertambahan ukuran. Ion hidrogen (H + ) berdifusi ke dalam semen dan bertukar tempat dengan kation metal. Kation metal akan berdifusi ke larutan berdasarkan penurunan gradien konsentrasi. Lepasnya kation metal menyebabkan meningkatnya oksigen tidak berikatan di jaringan kaca dekat permukaan. Permukaan partikel kaca akan terkandung banyak silanol dan terpaparnya permukaan semen secara simultan oleh ion H + akan mendisolusi terus menerus ikatan kaca Si-O-Si. Proses disolusi yang sempurna dari partikel kaca menyebabkan banyak porus di permukaan. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya peningkatan kekasaran permukaan SIK konvensional. 18 Penurunan nilai kekasaran permukaan dari SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP dan dilanjutkan dengan perendaman dalam Coca Cola disebabkan adanya pelepasan kalsium dan fosfat dari CPP-ACP pada ph asam. 15 CPP mengikat ACP berperan sebagai reservoir ion netral CaHPO 0 4 yang dibentuk ketika adanya asam. Di bawah kondisi tersebut CPP mengikat ACP akan berperan sebagai buffer (penyangga) ph dan memproduksi ion kalsium dan fosfat, khususnya CaHPO 0 4. Peningkatan CaHPO 0 4 akan mengimbangi turunnya ph. 14 0 Oleh sebab CaHPO 4 mengimbangi turunnya ph maka ph larutan tidak akan terlampau rendah dan proses degradasi material menjadi berkurang. Pada SIK konvensional juga terjadi deposit ion kalsium dan fosfat dari CPP-ACP namun diperkirakan belum memadai mengisi porus-porus permukaan SIK konvensional yang telah terdisolusi. 19 Hal tersebut yang menyebabkan penurunan kekasaran permukaan yang terjadi tidak signifikan. Selain itu, pada penelitian Moezizadeh (2009) dijelaskan bahwa penggabungan CPP-ACP dengan SIK konvensional dapat meningkatkan pelepasan ion kalsium, fosfat dan fluoride dari SIK konvensional pada ph netral maupun asam. 7 Penurunan kekasaran yang bermakna pada kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan CPP-ACP lalu ditunggu 30 menit dan dilanjutkan dengan perendaman dalam disebabkan adanya peran dari CPP-ACP sebagai penyangga asam dengan

melepaskan ion kalsium fosfat dan mengikat ion H+ dari asam dan membentuk ion netral sehingga dapat meningkatkan ph larutan. 20 Proses ini sama seperti yang terjadi pada kelompok spesimen SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP dan dilanjutkan dengan perendaman dalam tanpa ditunggu 30 menit namun yang membedakan adalah pada kelompok ini terdapat deposit ion kalsium dan fosfat dari CPP-ACP yang telah memadai mengisi porus-porus permukaan SIK konvensional yang telah terdisolusi sebelumnya sehingga kekasaran permukaan menjadi menurun secara signifikan. 19 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca (SIK) konvensional setelah perendaman dalam mengalami peningkatan yang signifikan, sementara itu pada SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP lalu direndam dalam menunjukkan penurunan kekasaran permukaan yang tidak signifikan. Berbeda dengan kelompok SIK konvensional yang diaplikasikan pasta CPP-ACP dan didiamkan dahulu selama 30 menit sebelum direndam dalam menunjukkan penurunan kekasaran permukaan yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian pasta CPP-ACP baik didiamkan selama 30 menit sebelum direndam dalam ataupun langsung direndam, tidak menunjukkan perbedaan penurunan kekasaran yang bermakna. SARAN Beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk melihat perbedaan morfologi permukaan bahan sebelum dan sesudah perendaman dalam Coca Cola dan pengaplikasian pasta CPP-ACP. Selain itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat seberapa banyak material SIK konvensional yang terdisolusi dalam larutan ph rendah dalam hal ini.

KEPUSTAKAAN 1. Aprilia EU. Penjualan Coca Cola Amatil Ditargetkan Tumbuh 10 Persen. [Online].; 2010 [cited 2012 September 20. Available from: http://www.tempo.co/read/news/2010/11/25/090294602/penjualan-coca-cola-amatil- Ditargetkan-Tumbuh-10-Persen-160. 2. El Zainy MA, Halawa AM, Rabea AA. The Effect of SomeCarbonated Beverages on Enamel of Human Premolars (Scanning snd Light Microscopic Study). Journal of American Science. 2012; 8(3): p. 632-643. 3. Preto R. Surface Roughness of Glass Ionomer Cement Indicated for Atraumatic Restorative Treatment (ART). Brazil Dental Journal. 2006; 17(2): p.1-6. 4. Decker RT, Loveren Cv. Sugars and Dental Caries. The American Journal of Clinical Nutrition. 2003: p. 1-4. 5. Hidayat I. Material Restorasi Direk yang Sering Dipakai pada Bidang Kedokteran Gigi [Skripsi]. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara; 2006. 6. Zraikata HA, Palamarab JEA, Messerb HH, Burrowb MF, Reynoldsb EC. The Incorporation of Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate Into A Glass Ionomer Cement. Dent Mater. 2011; 27(3): p. 235-243. 7. Moezizadeh M, Moayedi S. Anticariogenic Effect of Amorphous Calcium Phosphate Stabilized by Casein Phosphopeptid. Research Journal of Biological Sciences. 2009; 4(1): p. 132-136. 8. Cyprus, Sheri. What Is a Carbonated Beverage? [Online]. 2012 [cited 2012 Desember 18. Available from: http://www.wisegeek.org/what-is-a-carbonated-beverage.htm. 9. Attin T, Weiss K, Becker K, Buchalla W, Wiegand A. Impact of Modified Acidic Soft Drinks on Enamel Erosion. Gottingen: Gottingen University, Department of Operative Dentistry; 2005. 10. Peeples. Why is Coca Cola Corrosive?, Environmental Program Management; 1998. 11. Narsimha VV. Effect of Cola on Surface Microhardness and Marginal Integrity of Resin Modified Glass Ionomer and Compomer Restoration. People's Journal of Scientific Research. 2011 Juli; 4(2): p. 34-40. 12. Burrow MF, Tyas MJ. Adhesive Restorative Materials. Australian Dental Journal. 2004; 49(3): p. 112-121.

13. Craig RG. Restorative Dental Materials. 11th ed. Missouri: Mosby; 2002: p. 614-616. 14. Mount GJ, Hume W. Preservation and Restoration of Tooth Structure. In. Queensland: Knowledge Book and Software; 2005. p. 111-118, 164. 15. Mazzaoui SA. Incorporation of Casein Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate into a Glass Ionomer Cement. J Dent. Rest. 2003; 82(11): p. 914-918. 16. Hadi MR, Rahmatallah SS, Alameer SS. Water Sorption of Newly Formulated Resin- Modified and Conventional Glass Ionomer Cements. J Bagh College Dentistry. 2010; 22(4): p. 28-31. 17. Gao F, Matsuya S, Ohta M, Zhang J. Erosion Process of Light-cured and Conventional Glass Ionomer Cement in Citrate Buffer Solution. Dental Materials Journal. 1997 September; 16(2): p. 170-179. 18. Zaki DYI, Hamzawy EMA, Halim SAE, Amer MA. Effect of Simulated Gastric Juice on Surface Characteristics of Direct Esthetic. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 2012; 6(3): p. 686-694. 19. Prabhakar AR, Mahantesh T, Vishwas TD. Effect of Surface Treatment with Remineralizing on The Color Stability and Roughness of Esthetic Restorative Materials. Revista de Clínica e Pesquisa Odontológica Journal. 2009 Januari; 5(1): p. 19-27. 20. Elsayad I, Sakr A, Badr Y. Combining casein phosphopeptide-amorphous calcium phosphate with fluoride: synergistic remineralization potential of artificially demineralized enamel or not? Journal of Biomedical Optics. 2009 July; 14(4): p. 1-6.