DAMPAK SISTEM INTEGRASI PADI DAN TERNAK DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (BUNGIN, 2003), dan kuantitatif, data dianalisa secara deskriptif (

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DESA MASDA MAKMUR, RAMBAH SAMO RIAU DARI PEMBUATAN KOMPOS ASAL KOTORAN SAPI PADA SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

SISTEM INTEGRASI PADI DAN TERNAK SAPI KELOMPOK TANI MAWAR DI PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI MENUJU PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI ORGANIK DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990).

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

SAFARUDDIN /PWD

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EFESIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

ZIRAA AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman e - ISSN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

STUDI KOMPARATIF DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG MELALUI KELOMPOK PETERNAK DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

PROGRAM SIMULASI PENGELOLAAN TRAKTOR UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN SAWAH (STUDI KASUS : KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

PROGRAM SIMULASI PENGELOLAAN TRAKTOR UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN SAWAH SKRIPSI OLEH : SERINITA BARUS

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

POHON KINERJA DINAS PERTANIAN

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

PROSPEK PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PEMBIBITAN SAPI BALI DI LAHAN MARGINAL UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SAPI BAKALAN DI NUSA TENGGARA BARAT

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

Transkripsi:

DAMPAK SISTEM INTEGRASI PADI DAN TERNAK DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA (The Impact of Integration of Livestock and Paddy System on Cow Development at Serdang Bedagai District, North Sumatera) KHAIRIAH dan WASITO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Jl. A.H. Nasution no 1 B, Medan 20143 ABSTRACT Integration of livestock and paddy system Program (SIPT) was introduced in Lubuk Bayas village in 2003 and Melati II village in 2005 at Perbaungan Sub district, Serdang Bedagai district. A participative research was paddy system on cow development using survey method to indept interview with questioner and focus group discussion. The participants were farmers in Lubuk Bayas and Melati II vilages and secondary data was obtained from the agriculture district, Assessment Institute of Agricultural Technology and Livestock Services report. All existing data was selected according to the research, and descriptive analysis was done. Results of study indicate that: (1) Cow population in SIPT Lubuk Bayas until 2006 year increased to 152 (72 cows, 2 bulls and 79 calves) and Melati II increased to 16 cows and 15 calves; (2) Impact of SIPT was expanding cow ownership Lubuk Bayas, Tanjung Sari, lubuk Rotan around 100 cow, Melati II, Gajahan, Bingkat and Suko Sari village, making of compost, exploiting of ox urin. All of these give contribution to the increasing income and farmer prosperity. Key Words: Impact, ILPS, Serdang Bedagai ABSTRAK Program sistem integrasi padi dan ternak sapi diperkenalkan pada tahun 2003 di desa Lubuk Bayas dan pengembangannya pada tahun 2005 di desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.Tulisan ini bertujuan melihat dampak Sistem integrasi padi dan ternak dalam rangka pengembangan peternakan sapi. Untuk mengetahui fenomena tersebut dilakukan pengkajian dengan metode survei melalui wawancara dengan kuesioner secara mendalam, dan focus groups discussion berpola partisipatif pada petani koperator di Desa Lubuk Bayas dan desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dan dilengkapi dengan data sekunder, berupa laporan Dinas Pertanian, BPTP Sumut, Sumut Dalam Angka dan Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka. Semua data yang ada dipilih sesuai tujuan penelitian, lalu dibuat dalam bentuk tabel-tabel, selanjutnya di analisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) Perkembangan ternak SIPT di Desa Lubuk Bayas sampai tahun 2006 berjumlah 152 ekor (72 ekor induk, 2 ekor pejantan dan 79 ekor anak) dan desa Melati II berjumlah 16 ekor induk 15 ekor anak; (2) Dampak SIPT terhadap peternakan sapi adalah berkembangnya pemeliharaan ternak sapi di Desa Lubuk Bayas, Desa Tanjung Sari, Lubuk Rotan sekitar 100 ekor; Tanah Merah, Nagalawan, Sukarame dan Desa Melati II, Desa Gajahan, Desa Bingkat serta Desa Suko Sari, pembuatan kompos, pemanfaatan urin sapi. Semuanya memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak. Kata Kunci: Dampak, SIPT, Serdang Bedagai PENDAHULUAN Jenis ternak yang dipilih untuk sistem integrasi padi dan ternak (SIPT) adalah ternak sapi. Pemilihan ternak sapi untuk SIPT cukup beralasan antara lain karena: a. Ternak sapi mudah dalam pemeliharaan, tahan beberapa jam dibawah sinar matahari atau di ditempat yang kering dan tidak perlu dimandikan tiap hari seperti ternak kerbau. b. Sebagai pabrik kompos, karena dari 1 ekor sapi yang beratnya 350 kg dapat 333

menghasilkan kotoran sebanyak 8 10 kg/hari atau menghasilkan > 4 kg pupuk kompos/hari. c. Sebagai pabrik pedet (anak), karena sapi dapat beranak setiap tahun jika dipelihara secara intensif. d. Sebagai sumber pendapatan tetap yang menjanjikan baik dari pupuk kompos maupun pedet (anak) yang lahir tiap tahun. Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT) (HARYANTO, 2003) berjalan dengan baik, aktivitasnya meliputi: pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi, selain rumput yang diperoleh dari lokasi perkebunan di sekitarnya dan kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk memperbaiki lahan yang sakit, utamanya untuk pertanaman sawah irigasi. Semua sumberdaya yang ada di desa dioptimalkan penggunaannya untuk kesejahteraan petani. Sistem pertanian zero waste dilaksanakan sehingga hasil ikutan pertanian semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk produk lainnya. Dengan demikian, diharapkan semua kegiatan akan berjalan secara berkesinambungan, secara partisipatif petani melaksanakannya serta mampu memberi peningkatan pendapatan bagi petani dan kelestarian lingkungan terjaga. Pada makalah ini akan dibahas, dampak dari SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II khususnya terhadap pengembangan peternakan sapi. MATERI DAN METODE Metode survei melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur terbuka, wawancara mendalam, serta mengamati dan melibatkan diri pada komunitas masyarakat dalam konteks yang alami (natural setting) (DENZIN dan LINCOLN, 1994) untuk pengumpulan data primer, lalu didukung oleh data sekunder dari laporan Dinas Pertanian, BPTP Sumut, Sumut Dalam Angka dan Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka. Pengkajian dilakukan pada bulan April 2007 di Desa Lubuk Bayas dan Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. Analisis data dilakukan kualitatif (BUNGIN, 2003). secara deskriptif (SINGARIMBUN dan EFFENDI, 1995). Data yang dikumpulkan adalah semua informasi, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data yang dikumpulkan ditabelkan dan diinterpretasikan sesuai tujuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik desa kajian Desa Lubuk Bayas dan Melati II terletak pada satu Kecamatan yaitu Kecamatan Perbaungan. Adapun karakteristik dari kedua desa dapat dilihat pada (Tabel 1). Perkembangan ternak pada dua desa kajian SIPT Sebelum ada program SIPT Sejarah perkembangan ternak di Desa Lubuk Bayas, dimulai dengan adanya program intensifikasi padi, pembukaan lahan baru untuk ditanami padi sehingga diperlukan tenaga kerja untuk mengolah lahan. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan tenaga ternak, Tabel 1. Karakteristik Desa Lubuk Bayas dan Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, 2006 Uraian Desa Lubuk Bayas Desa melati II Jarak dari Kota Medan (km) 60 46 Ketinggian tempat (m dpl) 4 51 Luas sawah-ha/rata-rata luas pemilikan 400/0,4 ha 848/0,5 ha Luas lahan kering/tegalan, perkebunan 80 ha 269.90 ha Jumlah penduduk-jiwa 2.173 (617 kk) 11299 Nama Kelompok Tani Mawar Nusa indah Tipe pengairan sawah Teknis Teknis 334

terutama ternak kerbau untuk membajak/ meluku lahan sawah. Namun seiring dengan modernisasi pertanian, penggunaan tenaga ternak ini mulai ditinggalkan diganti pemakaian traktor tangan (hand tractor). Alsin pertanian ini sangat disenangi petani, karena pengolahan lahan lebih cepat selesai dan juga karena kelangkaan tenaga kerja. Pemeliharaan ternak besar tidak dilakukan lagi oleh petani, sehingga ternak yang ada hanya didominasi oleh ternak unggas (ayam, itik). Sedangkan ternak kambing dan sapi jumlahnya terbatas. Malahan ternak sapi hanya ada 4 ekor yang dimiliki oleh satu orang petani. Animo masyarakat yang menurun untuk memelihara ternak sapi, akibat keamanan ternak tidak terjamin, sehingga sering terjadi kehilangan ternak. Di desa Melati II pemeliharaan ternak sapi, sudah mulai dipelihara sekitar 25 ekor yaitu dengan cara dikandangkan pada malam hari, pada siang hari digembalakan disekitar perkebunan sawit PTP VI Adolina karena sebelah barat desa Melati II berbatasan dengan PTP VI Adolina. Para peternak pada sore hari mencari rumput untuk pakan ternak pada malam hari dengan menerapkan pola sistem potong angkut (cut and carry) menghabiskan waktunya untuk mengarit rumput dengan jarak dari kandang 50 sampai 2000 meter. Perkembangan sapi SIPT (Sistem Integrasi Padi Ternak) Sejalan dengan adanya program SIPT, dimana semua aspek ditangani secara terpadu, baik tanaman, ternak dan pembinaan petani serta kelembagaan. Pengembangan ternak secara terpadu melalui kegiatan SIPT mulai diperkenalkan. Kalau selama ini secara rutin hanya menanam padi, palawija dan sayuran, saatnya mulai memelihara sapi secara terpadu dengan tanaman padi. Dengan demikian, diharapkan sumber pendapatan petani tidak hanya dari padi saja, tetapi juga dari sumber lain, seperti: ternak sapi. Penggunaan pupuk kandang sebagai sumber bahan organik untuk menyuburkan lahan sehingga produktivitas tanaman meningkat dan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan sapi. Program SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II dengan pola pelayanan pembibitan sapi (sapi induk), yaitu untuk menghasilkan anak sapi, lalu dibesarkan sehingga sumber bahan organik cukup tersedia, sistem perkandangan kelompok, pakan berasal dari jerami dan konsentrat, sistemperkawinan melalui inseminasi buatan (Tabel 2). Pupuk kandang diolah sehingga menjadi kompos, siap digunakan untuk menyuburkan lahan sawah dan lahan pertanian lainnya. Juga aktivitas pemanfaatan jerami yang difermentasi untuk meningkatkan nilai gizi pakan sebelum diberikan pada sapi. Pada awal kegiatan SIPT di Lubuk Bayas tahun 2003, jumlah ternak sapi sebanyak 80 ekor disediakan untuk 80 orang petani. Namun setelah lebih setahun, sebagian anggota ada yang mengundurkan diri sehingga tinggal sekitar 45 orang. Ini akibat keberhasilan SIPT belum nampak, sementara tenaga dicurahkan untuk mengurus sapi, mencari dan memberi makan, juga karena pemilikan sapi belum jelas. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem perkawinan dengan IB (inseminasi buatan) tingkat keberhasilan sangat rendah, akibatnya anak sapi yang lahir sangat rendah, hanya sekitar 25%. Permasalahan ini harus diambil solusinya, melalui musyawarah setelah dilakukan evaluasi dan melaksanakan saran kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Bogor yang meninjau ke Lubuk Bayas, maka diputuskan untuk menjual 4 ekor induk sapi dan ditukar dengan 2 ekor pejantan. Disamping itu, ada juga sapi 2 ekor sakit kemudian dipotong dan 3 ekor terjatuh sehingga sakit dan mati lalu dikuburkan. Maka jumlah populasi sapi menjadi 74 ekor (72 sapi induk, 2 pejantan) dan pada priode pertama, anak sapi yang lahir 25 ekor, namun mati 5 ekor, sehingga sisa 20 ekor (Tabel 3). Kemudian ini dijual kepada anggota menghasilkan dana sekitar Rp. 40 juta dan dibagikan kepada anggota dan sisanya dimasukkan ke kas. Kegiatan SIPT di desa Melati II dimulai pada bulan Desember 2005, jumlah ternak sapi sebanyak 16 ekor untuk dipelihara 16 orang. Kelihatannya perkembangan sapi sangat baik. Pola pelayanan SIPT pada dua desa dapat dilihat pada Tabel 2. 335

Tabel 2. Pola pelayanan SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Parameter Lubuk Bayas Melati II Jenis usaha Pembibitan ternak sapi Pembibitan ternak sapi Jumlah sapi 80 ekor induk untuk 80 orang petani 16 ekor induk untuk 16 orang petani Jenis sapi Madras, Brahman, Simental, dll. Madras, Brahman, Simental, dll. Perkandangan Kandang kelompok (4 unit), sistem sewa lahan Kandang kelompok (1 unit), sistem sewa lahan Pemberian pakan Jerami fermentasi, rumput dan sisa pertanian Jerami fermentasi, rumput lapang dan sisa pertanian, konsentrat Sistem perkawinan Inseminasi Buatan (IB), kawin alam Inseminasi Buatan (IB) Sistem pengelolaan Bagi hasil dikelola KUAT SIGUTIWASKAT ternak Perkembangan SIPT sampai tahun 2006, populasi sapi mengalami peningkatan, apalagi setelah adanya perubahan manajemen pemeliharaan yang selama ini dilaksanakan secara bersama melalui sub kelompok oleh 20 orang. Sistem ini ada kelemahannya, kalau ada anggota yang berhalangan maka pengelolaan (membersihkan kandang, mencari dan memberikan pakan menjadi tanggung jawab orang tertentu saja. Ini mengakibatkan beban bagi anggota yang rajin, ada juga anggota tertentu yang malas membuat berbagai alasan yang tidak masuk akal, akhirnya ada yang mengundurkan diri dan sapi kurang terurus. Sistem ini, akhirnya dirubah, pengelolaan kandang masih tetap kelompok, tetapi pemeliharaan sapi perorangan/individu. Kemudian sekitar 22 ekor sapi dipelihara di luar kandang kelompok, yaitu: 12 ekor di Desa Tanah Merah dan 10 ekor di Desa Lubuk Rotan. Model ini membawa perubahan baru bagi anggota SIPT, sehingga berlomba-lomba untuk menampilkan sapi yang terbaik. Pengelolaan sapi semakin baik, penyediaan dan pemberian pakan, kebersihan kandang, termasuk dalam pengamatan birahi, sehingga sapi dikawinkan tepat waktu sehingga tingkat kelahiran meningkat, maka populasi sapi meningkat dan penampilannya juga bagus. Dengan demikian, tingkat kelahiran sapi meningkat dibandingkan dua tahun pertama, petani juga semakin bersemangat. Sampai saat ini anak sapi yang lahir berjumlah 84 ekor, mati 5 ekor sehingga total 79 ekor (Tabel 3). Tabel 3. Perkembangan sapi SIPT di Desa Lubuk Bayas dan Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai sampai April 2007 Parameter Lubuk Bayas Melati II Jenis usaha Pembibitan ternak sapi sejak tahun 2003 Pembibitan ternak sapi sejak Desember tahun 2005 Jumlah sapi 72 ekor induk, 2 ekor pejantan 16 ekor induk Jumlah anggota 45 orang 16 orang Jenis sapi Madras, Brahman, Simental Madras, Brahman, Simental Kandang Kelompok dan individu Kelompok dan individu Perkawinan IB dan kawin alam Inseminasi Buatan Anak 25 ekor (mati 5 ekor) 15 ekor Penjualan 20 ekor (Senilai = Rp 40 juta) Belum ada penjualan 336

Tanjung Sari Lubuk Bayas (2003) L Rotan Tanah Merah Sukarame Sei Nagalawan Gajahan Melati II (2005 ) Sukaraja Sukosari Bingkat Gambar 1. Distribusi ternak sapi di sekitar Desa Lubuk Bayas dan Desa Melati II, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai Adanya kegiatan SIPT di Desa Lubuk Bayas, mampu memberikan motivasi dan rangsangan kepada beberapa petani sekitar untuk membeli dan memelihara sapi sendiri, sekitar 14 orang. Anak sapi yang berasal dari SIPT sebanyak 20 ekor (tahap pertama) dan dijual kepada petani untuk dipelihara sendiri, ini tersebar di Desa Lbk Bayas 7 ekor, Lubuk Rotan 1 ekor, Tanah Merah 3 ekor, Nagalawan 1 ekor, Sukarame 4 ekor, Sukasari 4 ekor (HALOHO dan SEMBIRING, 2006). Sampai saat ini pemeliharaan ternak sapi semakin berkembang sekitar 100 ekor, antara lain: di Desa Lubuk Bayas, Desa Tanjung Sari, Lubuk Rotan (Desa yang bersebelahan dengan desa Lubuk Bayas). Adapun ketertarikan pemeliharaan ternak sapi setelah adanya ternak SIPT di desa Melati II adalah perkembangan sapi di desa Melati II, desa Bingkat, Sukaraja, Gajahan dan desa Suko Sari semakin berkembang sekitar 1000 ekor sapi. Petani koperator selain sapi SIPT mereka menambah sapinya dengan membuat kandang pribadi karena di kandang kelompok sudah semakin penuh karena fisik kandang belum ada penambahan. Pembuatan kompos Di Desa Lubuk Bayas pupuk kandang yang berasal dari feses dan urin ternak sapi setelah difermentasi masih berupa gumpalan sehingga tidak praktis dalam penggunaan. Atas kesepakatan kelompok membeli mesin penghalus pupuk kandang menjadi kompos sedangkan di desa Melati II belum ada mesin penghalus pupuk kandang tetapi penggunaan pupuknya sudah diberikan ke sawah untuk tanaman padi, tanaman sayuran dan tanaman hias terutama sawah koperator, penggunaan kompos ini akan semakin meningkat, karena petani sudah mengetahui fungsi pupuk kandang. 337

Urin sapi Urin sapi ditampung dari hasil pembuangan ternak kemudian disimpan dalam drum plastik, setelah diolah dengan ramuan dan diendapkan dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman padi, sayuran dan tanaman lainnya melalui penyemprotan daun. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan 1. Perkembangan ternak SIPT di Desa Lubuk Bayas sampai tahun 2006 berjumlah 152 ekor (72 ekor induk, 2 ekor pejantan dan 79 ekor anak) di Desa Melati II 16 ekor induk dan 15 ekor anak. 2. Dampak adanya SIPT terhadap peternakan adalah berkembangnya pemeliharaan ternak sapi di Desa Lubuk Bayas, Desa Tanjung Sari, Lubuk Rotan sekitar 100 ekor; Desa Melati II, Bingkat, Sukosari, Gajahan, Sukaraja sekitar 1000 ekor. Juga adanya pembuatan kompos dan pemanfaatan urin sapi. Implikasi kebijakan Program SIPT, berdampak pada peningkatan populasi ternak sapi. Tentunya akan menambah sumber penghasilan yang selama ini hanya mengandalkan dari lahan sawah yang sempit. Dampaknya yang sangat positip maka diharapkan petani SIPT Desa Lubuk Bayas dan Melati II sekitarnya terus dibina dan dikembangkan ke wilayah lain. Dengan demikian, pendapatan dan kesejahteraan petani secara perlahan akan tercapai. DAFTAR PUSTAKA BUNGIN, BURHAN. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. HARYANTO, B. 2003. Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Depetemen Pertanian. SINGARIMBUN, M. dan S. EFFENDI. 1995. Metode Penelitian Survai. Penerbit PT Pustaka LP3ES Indonesia, Cetakan Kedua. DENZIN, NORMAN K. dan Y.S. LINCOLN. 1994. Introduction, Entering the Field of Qualitative Research. In: DENZIN, NORMAN K. dan Y.S. LINCOLN (Eds.) 1994. Handbook of Qualitative Research. SAGE Publication. - 338