ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Penyebaran Kuisioner

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

EVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN.

ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE KAJIAN

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

BAB III METODE PENELITIAN

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Analytic Hierarchy Process

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA

BAB 3 METODE PENELITIAN

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN PENDUKUNG KAWASAN STRATEGIS DI PULAU SUMBAWA

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF BIMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN FASILITAS GEDUNG KANTOR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH MENGGUNAKAN METODE AHP Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA Rahmad Hidayatullah *), DR. Ir. Ria A.A. Soemitro, M.Eng. **), Ir. Sumino, M.MT ***) Program Magister Teknik Bidang Keahlian Manajemen Aset FTSP ITS Email : dayatrahmad99@yahoo.com ABSTRAK Jaringan jalan cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada jalan. Program pemeliharaan jalan harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan banyaknya kendala dan permasalahan, seperti keterbatasan anggaran, usulan dari masyarakat yang terus masuk pada Dinas Pekerjaan Umum, maka diperlukan perencanaan program pemeliharaan jaringan jalan secara bertahap dengan menentukan urutan prioritas pemeliharaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan mendapatkan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima dengan menggunakan berbagai kriteria. Untuk menentukan urutan prioritas pemeliharaan jalan digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian ini dilakukan pada 47 ruas jalan yang ada di 5 kecamatan di Kota Bima. Kriteria kriteria yang berpengaruh dalam penentuan urutan prioritas jalan adalah kriteria teknis jalan, kriteria sosial dan kriteria pelayanan jaringan jalan. Urutan prioritas ditentukan berdasarkan jumlah bobot gabungan hasil pembobotan antar kecamatan, kriteria, sub kriteria dan alternatif keputusan ruas jalan. Berdasarkan metode AHP maka urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima berdasarkan nilai bobot tertinggi sampai dengan bobot terendah adalah ruas Jalan Bandeng dengan bobot sebesar 0,0779 merupakan prioritas pertama karena memiliki nilai bobot tertinggi. Sedangkan prioritas selanjutnya adalah ruas Jalan Komplek Terminal Dara dengan bobot 0,0605, ruas Jalan Terminal Dara Pasar Raya dengan bobot 0,0566, ruas Jalan Mujair dengan bobot 0,0447, ruas Jalan Rite Ntobo dengan bobot 0,0407, dan urutan terakhir adalah ruas Jalan Uswatun Hasanah dengan bobot 0,0025. Kata kunci : Pemeliharaan Jalan, Kota Bima, AHP, urutan prioritas. 1. Pendahuluan Jalan merupakan infrastrukur yang dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar pengembangan daerah. Jalan adalah aset yang harus dikelola dan difungsikan secara optimal. Pada kenyataannya, jalan akan mengalami penurunan kondisi yang disebabkan karena kerusakan pada jalan. Maka untuk memperlambat laju penurunan kondisi dan mempertahankan kondisi jalan pada tingkat yang layak, perlu dilakukan pemeliharaan dengan baik agar jalan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan umur manfaat yang direncanakan. Kota Bima memiliki peran yang strategis dalam Konstelasi Regional NTB. Dari aspek transportasi darat, Kota Bima dijadikan sebagai titik asal dan tujuan pergerakan penumpang yang menuju ke kota lainnya di Propinsi Nusa Tenggara Barat maupun propinsi lainnya. Selain itu juga Kota Bima sebagai daerah lintas arus pergerakan barang dari arah barat (pulau jawa) yang menuju kearah timur (Propinsi Nusa Tenggara Timur). Jaringan jalan cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada jalan. Maka diperlukan penanganan untuk menjaga kondisi jalan agar sesuai dengan umur rencananya. Program pemeliharaan jalan harus terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan banyaknya kendala dan permasalahan, seperti keterbatasan anggaran, usulan dari masyarakat yang terus masuk pada Dinas Pekerjaan Umum, maka diperlukan perencanaan program pemeliharaan jaringan jalan secara bertahap dengan menentukan urutan prioritas pemeliharaan. **) ***) Mahasiswa Pascasarjana FTSP ITS - Surabaya Dosen Teknik Sipil FTSP - ITS Surabaya Dosen Pengajar Manajemen Aset

2. Metodologi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendapatkan urutan prioritas pemeliharaan jaringan jalan di Kota Bima. Secara garis besar rancangan penelitian ini terdiri dari studi NSPM, identifikasi awal, mengelompokkan ruas jalan dan penanganannya. Kemudian menyusun kriteria yang berpengaruh dalam penentuan prioritas. Setelah itu, menyusun model hirarki, menyusun dan menyebarkan kuisioner. Data pada penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi instansi terkait. Sedangkan data primer berupa data yang diperoleh langsung dengan melakukan survey lapangan untuk melengkapi data data sekunder yang tidak tersedia atau kondisi data yang sudah lama dan tidak akurat lagi. 2.1. Kriteria dan Sub Kriteria Beberapa kriteria awal yang diperkirakan mempengaruhi penentuan urutan prioritas pemeliharaan jaringan jalan diidentifikasi melalui kajian pustaka. Pada penelitian ini direncanakan akan menggunakan kriteria, yaitu: 1. Kriteria sosial, terdiri dari: a. Komoditi unggulan Potensi ekonomi yang akan dihitung adalah hasil komoditi yang ada di Kota Bima pada ruas jalan penelitian. b. Trayek angkutan umum Kriteria trayek umum adalah mengetahui jumlah trayek angkutan umum yang melewati daerah tersebut. c. Luas wilayah Kriteria luas wilayah merupakan luas wilayah kelurahan dimana jalan itu berada. d. Jumlah penduduk Kriteria jumlah penduduk adalah jumlah penduduk kelurahan dimana jalan itu berada. e. Jumlah fasilitas umum. Kriteria fasilitas umum merupakan jumlah dari fasilitas umum yang terdapat di sepanjang jalan penelitian. 2. Kriteria teknis jalan, terdiri dari: a. Kondisi Ruas Jalan Ruas jalan penelitian merupakan ruas jalan yang menjadi kewenangan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Bima. Kondisi ruas jalan diukur berdasarkan nilai tingkat kerusakan perkerasan dan drainase. b. Hirarki jalan Untuk menentukan urutan prioritas ruas jalan berdasarkan kriteria hirarki jalan, yaitu urutan letak ruas jalan penelitian terhadap status jalan yang menjadi ujung dan pangkal ruas jalan penelitian. c. Tingkat pelayanan jalan. Untuk menentukan tingkat pelayanan jalan, yaitu mantap dan tidak mantap. d. Jenis Pemeliharaan jalan. Kriteria jenis pemeliharaan jalan yaitu, pemeliharaan rutin, berkala atau rehabilitasi. 3. Kriteria Pelayanan jaringan jalan, terdiri dari : a. Aksesibilitas Untuk menentukan tingkat kelancaran akses masyarakat terhadap jalan. b. Mobilitas Untuk mengetahui tingkat mobilitas yang dilakukan oleh masyarakat/penduduk pada ruas jalan. c. Tingkat Kecelakaan Untuk mengetahui tingkat kecelakaan yang terjadi pada ruas jalan. Dari kriteria awal tersebut akan diminta pertimbangan dari responden melalui kuisioner tentang kriteria yang berpengaruh dalam penentuan urutan prioritas penanganan pemeliharaan jalan. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan responden adalah penentuan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan adalah para pejabat yang mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang berkaitan dengan pembangunan dan perencanaan jalan.

2.2. Proses AHP Penyusunan model hirarki untuk proses AHP pada penelitian terdiri dari level 1 adalah tujuan utama penelitian, level kedua adalah kecamatan, Level ketiga adalah kriteria teknis jalan, kriteria sosial, dan kriteria pelayanan jaringan jalan, pada level keempat merupakan sub kriteria sub kriteria, seperti kondisi jalan, hirarki jalan, tingkat pelayanan, jenis pemelharaan, produk unggulan, trayek angkutan, luas wilayah, jumlah penduduk, fasilitas umum, aksesibilitas, mobilitas, tingkat kecelakaan dan pada level kelima merupakan urutan prioritas pemeliharaan jalan. Pembobotan tingkat kepentingan kriteria dengan analisa multi kriteria adalah analisa yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan menggunakan metode penilaian dan pembobotan terhadap kriteria yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Langkah pertama dalam proses AHP yang harus dilakukan adalah membuat matriks berpasangan, yaitu elemen elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang telah ditentukan. Dalam mengisi matriks berpasangan digunakan skala perbandingan berpasangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya. Untuk memperoleh prioritas menyeluruh bagi suatu persoalan keputusan dalam proses AHP dengan matriks perbandingan berpasangan harus disatukan dengan melakukan pembobotan dan penjumlahan untuk menghasilkan bilangan tunggal yang menunjukkan prioritas setiap elemen. Tingkat Kepentingan Definisi 1 Sama pentingnya dibanding yang lain 3 Moderat pentingnya dibanding yang lain 5 Kuat pentingnya dibanding yang lain 7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain 9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain 2,4,6,8 Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan Reciprocal jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan dengan elemn j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibanding elemen i Gambar 1. Skala Dasar Urutan Tingkat Kepentingan. Setelah diperoleh bobot kriteria dan nilai rasio konsistensi < 0,1, maka langkah selanjutnya adalah merubah nilai nilai dari masing masing kriteria menjadi skala, karena masing masing nilai mempunyai satuan yang berbeda, nilai skala diperoleh dengan membuat interval. Setelah diperoleh skala nilai kriteria, maka langkah selanjutnya adalah mengalikan skala tersebut dengan bobot masing masing kriteria yang telah diperoleh dan ditetapkan, kemudian dihasilkan nilai manfaat. Nilai manfaat masing masing kriteria dijumlah berdasarkan ruas jalan yang diteliti dan hasilnya disebut nilai prioritas. Kemudian dilakukan penyusunan prioritas dengan mengurutkan dari ruas jalan yang mempunyai nilai terbesar sampai ruas jalan yang mempunyai ruas jalan terkecil.

Gambar 2. Model Hirarki Penentuan Urutan Prioritas Pemeliharaan Jalan di Kota Bima 3. Hasil dan Diskusi Proses penentuan kriteria yang digunakan dalam penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima adalah berdasarkan proses penentuan ruas jalan yang dilakukan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Bima dan berbagai dokumen perencanaan dan peraturan perundang undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil kajian didapat kriteria kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan kota. 3.1. Penyebaran Kuisioner Responden pada penelitian ini adalah 19 orang, responden merupakan para perencana yang terkait dalam membuat keputusan penentuan urutan prioritas program pemeliharaan jalan di Kota Bima. Sehubungan dengan itu, teknik sampling yang digunakan dalam penentuan responden adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan adalah responden merupakan para pejabat yang terkait dan dengan perencanaan program pemeliharaan jalan. Untuk mengetahui pendapat responden berkaitan dengan kriteria kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan, maka dilakukan pengisian kuisioner penentuan kriteria yang dilakukan oleh masing masing responden. Hal ini dilakukan untuk menyatukan pendapat tiap responden yang berasal dari dinas / instansi yang berbeda beda.

14.00 12.00 Jawaban Responden 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 - Tingkat Kecelakaan Mobilitas Aksesibilitas Jumlah Fasilitas umum Jumlah Penduduk Luas Wilayah Trayek Angkutan Umum Komoditi Unggulan Jenis Pemeliharaan Tingkat Pelayanan Hirarki Jalan Kondisi Jalan STP TP CP P SP Gambar 3. Jawaban Responden Terhadap Tingkat Kepentingan Kriteria. Keterangan : STP = Sangat Tidak Penting CP = Cukup Penting SP = Sangat Penting P = Penting TP = Tidak Penting 3.2. Ruas Jalan Penelitian Untuk penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima, dipilih 47 (empat puluh tujuh) ruas jalan yang terbagi atas 10 (sepuluh) ruas jalan di Kecamatan Asakota, 10 (sepuluh) ruas jalan di Kecamatan RasanaE Barat, 10 (sepuluh) ruas jalan di Kecamatan Mpunda, 10 (sepuluh) ruas jalan di Kecamatan Raba, dan 7 (tujuh) ruas jalan yang ada di Kecamatan RasanaE Timur. Pemilihan ruas tersebut berdasarkan pada kondisi ruas jalan tahun 2009 yang memerlukan pemeliharaan, baik rutin maupun berkala. 3.3. Proses AHP dan Penilaian Kriteria, Sub Kriteria. Berdasarkan proses urutan prioritas usulan program pemeliharaan jalan kota di Kota Bima yang hanya mengacu pada kriteria kondisi jalan dan usulan dari masyarakat, maka perlu diterapkan metode penilaian dan pembobotan terhadap kriteria kriteria selain kondisi jalan yang merupakan kriteria kriteria yang sesuai dengan tujuan pembangunan daerah seperti aspek sosial, ekonomi dan aspek pelayanan jaringan jalan. Setelah data persepsi responden terkumpulkan, maka proses selanjutnya adalah membentuk matriks perbandingan berpasangan dan melakukan uji konsistensi. Kemudian menghitung bobot relatif setiap kecamatan untuk masing masing responden dan digabungkan untuk mendapatkan bobot kecamatan, bobot kriteria, bobot sub kriteria dan bobot alternatif keputusan secara keseluruhan. Pada penelitian ini ada 5 kecamatan yang akan dibandingkan yaitu Kecamatan Asakota, Kecamatan Rasana e Barat, Kecamatan Mpunda, Kecamatan Raba dan Kecamatan Rasana e Timur. Pada penelitian ini ada 3 kriteria yang akan dibandingkan yaitu kriteria sosial, kriteria teknis jalan dan kriteria pelayanan jaringan jalan. Pada penelitian ini ada 12 sub kriteria yang dikelompokkan dalam 3 kriteria yaitu: 1. Kriteria Sosial a. Sub Kriteria Komoditi Unggulan b. Sub Kriteria Trayek Angkutan Umum c. Sub Kriteria Luas Wilayah d. Sub Kriteria Jumlah Penduduk e. Sub Kriteria Jumlah Fasilitas Umum dan Sosial 2. Kriteria Teknis Jalan a. Sub Kriteria Kondisi Jalan b. Sub Kriteria Hirarki Jalan c. Sub Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan d. Sub Kriteria Jenis Pemeliharaan 3. Kriteria Pelayanan Jaringan Jalan a. Sub Kriteria Aksesibilitas b. Sub Kriteria Mobilitas

c. Sub Kriteria Tingkat Kecelakaan Pada level pembobotan alternatif keputusan, penentuan bobot dilakukan pada setiap kecamatan sebagai alternatif keputusan dalam setiap sub kriteria yang ada. Untuk 5 kecamatan diwakili oleh 47 ruas jalan. Jawaban dari setiap responden dihitung rata ratanya dengan menggunakan rata rata geometrik (Geometrik Mean). Setelah nilai rata rata dari jawaban seluruh responden didapat, langkah selanjutnya adalah menghitung bobot prioritas kecamatan dan penentuan nilai konsistensi. Berikut ini diuraikan langkah langkah perhitungan bobot : 1. Memasukkan nilai matriks yang diperoleh dari hasil rata rata jawaban responden. 2. Membuat matriks normalisasi perbandingan berpasangan, dengan membagi semua nilai pada kolom dengan jumlah dari semua nilai per kolom. 3. Kemudian menjumlahkan semua hasil normalisasi perbandingan berpasangan (tahap 2) per baris, kemuadian masing masing hasil penjumlahan dibagi dengan jumlah kecamatan untuk mendapatkan bobot. 4. Menghitung nilai eigen vector (λ maks ) yaitu dengan menjumlahkan hasil perkalian antara jumlah kolom matrik perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan bobot. 5. Menghitung indeks konsistensi (CI) CI = λ maks n n 1 6. Menghitung Rasio Konsistensi (CR). CR = CI RI Jika CR < 0,1 maka matriksnya konsisten. Dari langkah diatas maka dapat diketahui urutan prioritas tiap level pembobotan. Tabel 3.1. Hasil Pembobotan di Kecamatan Asakota Tabel 3.2. Hasil Pembobotan di Kecamatan Rasana E Barat

Tabel 3.3. Hasil Pembobotan di Kecamatan Mpunda Tabel 3.4. Hasil Pembobotan di Kecamatan Raba Tabel 3.5. Hasil Pembobotan di Kecamatan Rasana E Timur 3.4. Penentuan Urutan Prioritas Penentuan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima dilakukan berdasarkan pada urutan besarnya nilai/bobot gabungan dari masing masing alternatif. Dengan matrik gabungan maka akan diperoleh bobot prioritas dari alternatif keputusan dalam mencapai tujuan untuk urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima, kemudian dihitung bobot gabungan dari alternatif keputusan urutan prioritas pemeliharan ruas jalan. Dari hasil perhitungan bobot gabungan keseluruhan ruas jalan penelitian (47 ruas Jalan) maka diurutkan dari bobot yang tertinggi sampai dengan bobot terendah untuk mendapatkan urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima dengan menggunakan metode AHP.

Tabel 3.6. Hasil Bobot Gabungan Ruas Jalan Penelitian No. No. Ruas Nama Jalan Panjang Jalan (Km) Bobot Kecamatan 1 469 Jln. Bandeng 0.800 0.0779 Rasana'e Barat 2 485 Komplek Terminal Dara 0.067 0.0605 Rasana'e Barat 3 453 Terminal Dara - Pasar Raya 0.700 0.0566 Rasana'e Barat 4 468 Jln. Mujair 0.260 0.0447 Rasana'e Barat 5 416 Jln. Rite - Ntobo 3.000 0.0407 Raba 6 437 Jln. Rambutan 0.350 0.0333 Raba 7 462.1 Jln. Mawar 0.700 0.0289 Rasana'e Barat 8 Jln. Santi - Soncolela 2.000 0.0276 Mpunda 9 403 Jln. Nangka 0.430 0.0270 Mpunda 10 489 Jln. Sumba 0.200 0.0270 Rasana'e Barat 11 418 Jln. Kesatria 0.600 0.0248 Mpunda 12 406.1 Jln. Ishaka Abdullah 0.900 0.0248 Raba 13 421 Jln. Umar 0.500 0.0247 Raba 14 141.1 Nungga - Toloweri 3.000 0.0243 Rasana'e Timur 15 456 Jln. Bougenvil 0.200 0.0234 Rasana'e Barat 16 488 Jln. Senggol 0.200 0.0228 Rasana'e Barat 17 444 Jln. Imam Bonjol 3.000 0.0223 Mpunda 18 413 Jln. Durian 0.300 0.0212 Raba 19 450 Jln. Sukun 0.400 0.0211 Mpunda 20 451 Penana'E - Kendo 3.000 0.0209 Raba 21 490 Jln. Mangga 0.300 0.0204 Rasana'e Barat 22 420 Jln. LLAJ 0.500 0.0198 Mpunda 23 498 Jln. Diponegoro 1.400 0.0192 Asakota 24 220 Kodo - Lelamase 10.200 0.0179 Rasana'e Timur 25 53 Oimbo - Ntonggu 7.800 0.0172 Rasana'e Timur 26 Jln. Kompi - Karantina 3.000 0.0167 Asakota 27 402 Lingkar Terminal Kumbe 0.380 0.0165 Rasana'e Timur 28 55 Lampe - Kadi 8.000 0.0157 Rasana'e Timur 29 452 Jln. Garuda 0.800 0.0154 Mpunda 30 439 Jln. Perintis I 0.500 0.0154 Raba 31 455 Jln. Komplek Istana 0.100 0.0150 Rasana'e Barat 32 21 Kodo - Dodu 5.000 0.0142 Rasana'e Timur 33 227 Kodo - Nungga 1.100 0.0135 Rasana'e Timur 34 467 Jln. Kepiting 1.100 0.0133 Asakota 35 440 Jln. Perintis II 0.700 0.0132 Raba 36 475 Jln. Mangge Maci 1.400 0.0128 Mpunda 37 Jln. Kedo 1.000 0.0124 Asakota 38 428 Jln. Tandean 1.200 0.0119 Mpunda 39 423.1 Penggilingan 0.800 0.0108 Raba 40 465 Jln. BTN Pepabri 1.500 0.0105 Mpunda 41 419 Jln. Jambu 1.200 0.0101 Mpunda 42 495 Jln. Mongisidi 0.800 0.0096 Asakota 43 446 Jln. Yos Sudarso 0.800 0.0077 Asakota 44 487 Jln. Lumba - lumba II 0.700 0.0049 Asakota 45 482 Jln. Lumba - lumba I 0.800 0.0045 Asakota 46 447 Jln. Baba Mbuku 0.380 0.0044 Asakota 47 473 Jln. Uswatun Hasanah 0.065 0.0025 Asakota

Dari Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa ruas jalan yang memiliki bobot tertinggi dan menjadi prioritas dalam pemeliharan jalan di Kota Bima adalah adalah ruas Jalan Bandeng yang terletak di Kecamatan Rasana e Barat dengan bobot sebesar 0,0779. Sedangkan prioritas kedua sampai dengan keempat puluh tujuh beserta bobotnya secara berturut turut adalah ruas Jalan Komplek Terminal Dara dengan bobot 0,0605, ruas Jalan Terminal Dara Pasar Raya dengan bobot 0,0566, ruas Jalan Mujair dengan bobot 0,0447, ruas Jalan Rite Ntobo dengan bobot 0,0407, ruas Jalan Rambutan dengan bobot 0,0333, ruas Jalan Mawar dengan bobot 0,0289, ruas Jalan Santi Soncolela dengan bobot 0,0276, ruas Jalan Nangka dengan bobot 0,0270, ruas Jalan Sumba dengan bobot 0,0270, ruas Jalan Kesatria dengan bobot 0,0248, ruas Jalan Ishaka Abdullah dengan bobot 0,0248, ruas Jalan Umar dengan bobot 0,0247, ruas Jalan Nungga Toloweri dengan bobot 0,0243, ruas Jalan Bougenvill dengan bobot 0,0234, ruas Jalan Senggol dengan bobot 0,0228, ruas Jalan Imam Bonjol dengan bobot 0,0223, ruas Jalan Durian dengan bobot 0,0212, ruas Jalan Sukun dengan bobot 0,0211, ruas Jalan Penana e Kendo dengan bobot 0,0209, ruas Jalan Mangga dengan bobot 0,0204, ruas Jalan LLAJ dengan bobot 0,0198, ruas Jalan Diponegoro dengan bobot 0,0192, ruas Jalan Kodo Lelamase dengan bobot 0,0179, ruas Jalan Oi Mbo Ntonggu dengan bobot 0,0172, ruas Jalan Kompi Karantina dengan bobot 0,0167, ruas Jalan Lingkar Terminal Kumbe dengan bobot 0,0165, ruas Jalan Lampe Kadi dengan bobot 0,0157, ruas Jalan Garuda dengan bobot 0,0154, ruas Jalan Perintis I dengan bobot 0,0154, ruas Jalan Komplek Istana dengan bobot 0,0150, ruas Jalan Kodo Dodu dengan bobot 0,0142, ruas Jalan Kodo Nungga dengan bobot 0,0135, ruas Jalan Kepiting dengan bobot 0,0133, ruas Jalan Perintis II dengan bobot 0,0132, ruas Jalan Mange Maci dengan bobot 0,0128, ruas Jalan Kedo dengan bobot 0,0124, ruas Jalan Tandean dengan bobot 0,0119, ruas Jalan Penggilingan dengan bobot 0,0108, ruas Jalan BTN Pepabri dengan bobot 0,0105, ruas Jalan Jambu dengan bobot 0,0101, ruas Jalan Monginsidi dengan bobot 0,0096, ruas Jalan Yos Sudarso dengan bobot 0,0077, ruas Jalan Lumba lumba II dengan bobot 0,0049, ruas Jalan Lumba lumba I dengan bobot 0,0045, ruas Jalan Baba Mbuku dengan bobot 0,0044, ruas Jalan Uswatun Hasanah dengan bobot 0,0025. 4. Kesimpulan Dalam penelitian ini, Pemeliharaan Jalan di Kota Bima menggunakan metode Analytical Hierarchy Procces (AHP). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan penilaian dari responden, sub kriteria yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah sub kriteria kondisi jalan dengan skor 86 dan persentase skornya sebesar 90,53%. Sub kriteria urutan kedua adalah sub kriteria aksesibilitas dengan skor 77 dan persentase skor sebesar 81,05%. Sub kriteria ketiga adalah tingkat kecelakaan dengan skor 75 dan persentase skornya 78,95%. Sub kriteria keempat adalah hirarki jalan dan mobilitas dengan skor 72 dan persentase skornya 75,79%. Sub kriteria dengan kelima adalah fasilitas umum, tingkat pelayanan dan jenis pemeliharaan dengan skor 71 dan persentase skornya 74,74%. 2. Hasil urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima berdasarkan nilai bobot tertinggi sampai dengan bobot terendah adalah ruas Jalan Bandeng yang terletak di Kecamatan Rasana e Barat dengan bobot sebesar 0,0779 merupakan prioritas pertama karena memiliki nilai bobot tertinggi. Sedangkan prioritas kedua sampai dengan keempat puluh tujuh beserta bobotnya secara berturut turut adalah ruas Jalan Komplek Terminal Dara dengan bobot 0,0605, ruas Jalan Terminal Dara Pasar Raya dengan bobot 0,0566, ruas Jalan Mujair dengan bobot 0,0447, ruas Jalan Rite Ntobo dengan bobot 0,0407, ruas Jalan Rambutan dengan bobot 0,0333, ruas Jalan Mawar dengan bobot 0,0289, ruas Jalan Santi Soncolela dengan bobot 0,0276, ruas Jalan Nangka dengan bobot 0,0270, ruas Jalan Sumba dengan bobot 0,0270, ruas Jalan Kesatria dengan bobot 0,0248, ruas Jalan Ishaka Abdullah dengan bobot 0,0248, ruas Jalan Umar dengan bobot 0,0247, ruas Jalan Nungga Toloweri dengan bobot 0,0243, ruas Jalan Bougenvill dengan bobot 0,0234, ruas Jalan Senggol dengan bobot 0,0228, ruas Jalan Imam Bonjol dengan bobot 0,0223, ruas Jalan Durian dengan bobot 0,0212, ruas Jalan Sukun dengan bobot 0,0211, ruas Jalan Penana e Kendo dengan bobot 0,0209, ruas Jalan Mangga dengan bobot 0,0204, ruas Jalan LLAJ dengan bobot 0,0198, ruas Jalan Diponegoro dengan bobot 0,0192, ruas Jalan Kodo Lelamase dengan bobot 0,0179, ruas Jalan Oi Mbo Ntonggu dengan bobot 0,0172, ruas Jalan Kompi Karantina dengan bobot 0,0167, ruas Jalan Lingkar Terminal Kumbe dengan bobot 0,0165, ruas Jalan Lampe Kadi dengan bobot 0,0157, ruas Jalan Garuda dengan bobot 0,0154, ruas Jalan Perintis I dengan bobot 0,0154, ruas Jalan Komplek Istana dengan bobot 0,0150, ruas Jalan Kodo Dodu dengan bobot 0,0142, ruas Jalan Kodo Nungga dengan bobot 0,0135, ruas Jalan Kepiting dengan bobot 0,0133, ruas Jalan Perintis II dengan bobot 0,0132, ruas Jalan Mange Maci dengan bobot 0,0128, ruas Jalan Kedo dengan bobot 0,0124, ruas Jalan Tandean dengan bobot 0,0119, ruas Jalan Penggilingan dengan bobot 0,0108, ruas

Jalan BTN Pepabri dengan bobot 0,0105, ruas Jalan Jambu dengan bobot 0,0101, ruas Jalan Monginsidi dengan bobot 0,0096, ruas Jalan Yos Sudarso dengan bobot 0,0077, ruas Jalan Lumba lumba II dengan bobot 0,0049, ruas Jalan Lumba lumba I dengan bobot 0,0045, ruas Jalan Baba Mbuku dengan bobot 0,0044, ruas Jalan Uswatun Hasanah dengan bobot 0,0025. Referensi Departemen Pekerjaan Umum, (1990), Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Di Wilayah Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, (1990), Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, (1992), Manual Pemeliharaan Rutin Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, (2005), Teknik Pengelolaan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, (2005), Teknik Pemeliharaan Perkerasan Lentur, Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, (2007), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 42/PRT/M/2007 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus di Bidang Infrastruktur, Jakarta. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, (2001), Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum, Jakarta Hardiyatmo, C H, (2009), Pemeliharaan Jalan Raya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kosasi S, (2002), Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System) Konsep dan Kerangka Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Teknologi Informasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta. Pemerintah Rebuplik Indonesia, (1993), Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas Jalan, Jakarta. Pemerintah Rebuplik Indonesia, (2004), Undang - undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jakarta. Pemerintah Rebuplik Indonesia, (2006), Peraturan pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, Jakarta. Saaty, (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.