BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

Anestesi spinal adalah pemberian obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seventh Report of Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

BAB I PENDAHULUAN. selama berabad-abad. Bagaimanapun, kemajuan tehnik anestesi modern. memungkinkan operasi menjadi lebih aman. Ahli anestesi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

Kebutuhan cairan dan elektrolit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan tekanan onkotik dan volume intravaskuler. Partikel ini tidak

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konsep Pemberian Cairan Infus

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia bersifat irreversibel dan merupakan fenomena fisiologis progressif

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

LAMPIRAN. : Drs.Rumonda Napitupulu,Apt : Mala Rhodearny Estomihi Munthe. : Mayor (CKM) dr.immanuel Es Stevanus Purba,SpTHT-KL Nama Anak : -

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI CAIRAN

PRESENTASI KASUS ANESTESI SPINAL. Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Akhir Stase Anestesi di RSUD Tidar Magelang

FORMULIR PERMINTAAN PELAYANAN SPIRITUAL BERDASARKAN AGAMA DAN KEPERCAYAAN PASIEN

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

ANESTESIA SPINAL UNTUK SECTIO CAESAREA

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

PERBANDINGAN KEJADIAN MUAL MUNTAH PADA ANESTESI SPINAL ANTARA INFUS KONTINYU EFEDRIN DAN PRELOAD HAES STERIL 6 %

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt.

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reflek (Smeltzer, S C, 2002). Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

SOP RESISUTASI PADA ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan respon stress bagi pasien, dan setiap pasien yang akan menjalani

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

REFERAT ANESTESI ANESTESI REGIONAL

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anestesi Spinal a. Definisi Anestesi spinal adalah suatu cara memasukan obat anestesi lokal ke ruang intratekal untuk menghasilkan atau menimbulkan hilangnya sensasi dan blok fungsi motorik. Anestesi ini dilakukan pada subarachnoid di antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5. 1,3,7 b. Obat yang digunakan Obat obatan yang paling sering digunakan dalam anestesi spinal ini : 1. Lidokain 2 %, berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100 mg ( 2-5ml) 2. Lidokain 5% dalam dekstros 7.5%, berat jenis 1.003, sifat hiperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml) 3. Bupivakain 0.5% dalam air, berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20 mg 4. Bupivakain 0.5% dalam dekstros 8.25%, berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15 mg (1-3ml) c. Efedrin Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan genus efedra yang berasal dari Cina dan termasuk obat golongan adrenergik. Efek farmakodinamik efedrin banyak yang menyerupai efek epinefrin, perbedaannya adalah bahwa efedrin intravena efektif pada pemberian oral masa kerja lebih panjang, efek sentral lebih kuat. 3,8 Penggunaan efedrin intravena sebagai pencegahan sebelum terjadi hipotensi lebih dianjurkan dari pada memberikan efedrin sebagai terapi pada hipotensi yang telah terjadi. Pemberian efedrin intramuskuler sebagai tindakan pencegahan hipotensi mempunyai 5

absorbsi dan efek puncak yang tidak dapat diperkirakan, karena obat ini tidak selalu dapat mencegah hipotensi tetapi dapat menimbulkan hipertensi reaktif. 8 Penelitian Gajraj dkk menyimpulkan bahwa pemberian efedrin secara continuous infusion 5 mg/menit selama 2 menit pertama dan 1 mg/menit selama 18 menit berikutnya efetif untuk mencegah dan mengatasi hipotensi setelah anestesi spinal dan lebih efektif dibandingkan preload dengan kristaloid 15 ml/kgbb. 9 d. Preload Beberapa penelitian membuktikan bahwa preload cairan, baik itu kristaloid ataupun koloid dapat mengurangi insiden hipotensi karena peningkatan volume sirkulasi dapat mencegah/ mengurangi terjadinya hipovolemi relatif oleh karena blok simpatis pada spinal anestesi. 10 Kristaloid adalah suatu kelompok cairan, tanpa penambahan solusio atau non ionik ke dalam air, misalnya NaCl 0,9 %, RL. Cairan ini tidak mengandung partikel ionik karena itu tidak terbatas dalam ruang intravascular. Preload yang paling sering dipakai saat ini adalah cairan laktat karena merupakan cairan isotonik yang paling mirip ekstraselluler. 9,10 Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik sehingga menghasilkan tekanan osmotic yang tinggi terutama dalam ruang intravaskuler. Macam-macam koloid adalah darah, albumin, gelatin, dekstran dan kanji hidroksitil. 3,10 Alasan mengapa preload kristaloid tidak berhasil mencegah hipotensi pada anestesi spinal adalah karena kristaloid memiliki waktu paruh intravaskuler yang pendek yaitu kurang dari 1 jam. Penggunaan kristaloid untuk preload pada anestesi spinal mulai dikenal dan menjadi praktek yang dilakukan secara luas sejak dua penelitian pemberian preload kristaloid sebesar 10-15 ml/kgbb sebelum anestesi spinal. 10,11 6

e. Petidine Petidin adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Secara kimia, petidin adalah etil-1metilfenilpiperidin-4-karboksilat. Petidin menimbulkan efek analgesia, sedasi, euphoria, depresi nafas, dan efek sentral lainnya. 12 Absorbsi petidin berlangsung baik dengan pemberian cara apapun. Kadar puncak dalam plsama biasanya dicapai dalam waktu 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu yang sangat bervariasi. Waktu paruh petidin yaitu 5 jam dengan durasi analgesinya pada penggunaan klinis adalah 3-5 jam. 11,12 Petidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis, biasanya petidin dipilih dengan dasar masa kerjanya yang lebih pendek. 12 f. Teknik Anestesi Spinal 1. Persiapan Perlengkapan yang harus dipersiapkan sebelum melakukan blok spinal antara lain : 7 1. Monitor standar : EKG, tekanan darah, pulse oksimetri 2. Obat dan alat resusitasi : Oksigen, bagging, suction, set intubasi 3. Terpasang ases intravena untuk pemberian cairan dan obatobatan 4. Sarung tangan dan masker steril 5. Perlengkapan desinfeksi dan doek steril 6. Obat anestesi lokal untuk injeksi spinal dan infiltrasi lokal kulit dan jaringan subkutan. 7. Jarum spinal. 8. Kasa penutup steril 2. Pengaturan posisi pasien Terdapat 2 posisi pasien untuk dilakukannya anestesi spinal, penentuan posisi ini didasarkan pada kondisi pasien, yaitu : 7 7

1. Posisi lateral dengan lutut ditekuk ke perut dan dagu ditekuk ke dada. 2. Posisi duduk fleksi dimana pasien duduk pada pinggir troli dengan lutut diganjal bantal. Fleksi akan membantu mendapatkan prosesus spinosus dan memperlebar celah vertebra. 3. Teknik insersi Teknik dilakukan dengan sebuah jarum spinal ukuran 22-29 dengan pensil point atau tapered point, biasanya pada section secaria digunakan jarum lumbal dengan ukuran 23 atau 25. Insersi dilakukan dengan menyuntikan jarum sampai ujung jarum mencapai ruang subaraknoid pada bidang median setinggi vertebra L3-L4 atau L4-L5, yang ditandai dengan keluarnya cairan serebrospinalis. Pemakaian jarum dengan diameter kecil dimaksudkan untuk mengurangi keluhan nyeri kepala pasca pungsi. Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi, menggunakan jarum halus atau kapas. Daerah pungsi ditutp menggunakan kasa dan plester, kemudian posisi pasien diatur pada posisi operasi. 14 g. Indikasi dan Kontraindikasi 1. Indikasi Anestesi spinal dilakukan dengan indikasi untuk pembedahan ekstremitas bawah panggul, tindakan sekitar rectum-perineum, bedah abdomen bawah, dan sering digunakan untuk section secaria bagian bedah obstetric-ginekologi. 10 2. Kontraindikasi Kontraindikasi tidak dilakukannya anestesi spinal yaitu infeksi pada tempat penyuntikan, hipovolemia berat, syok, terapi antikoagulan, tekanan intracranial tinggi, kelainan psikis, bedah lama, memiliki riwayat jantung, dan nyeri punggung kronis. 10 8

h. Komplikasi 1. Komplikasi Dini a. Hipotensi Hipotensi merupakan salah satu komplikasi akut pada anestesi spinal, diagnosis dapat ditegakkan bila terjadi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20-30% dari tekanan darah semula atau bila tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmhg. 7 Mekanisme terjadinya hipotensi terutama disebabkan oleh blockade saraf simpatis preganglionic yang menyebabkan vasodilatasi yang terjadi di arteri, arteriole, vena, dan venule sehingga mengakibatkan penurunan tahanan pembuluh darah perifer. 7 Hipotensi biasanya terjadi 15-20 menit pertama, dan bila dibiarkan tekanan darah akan mencapai tingkat terendah 20-25 menit setelah injeksi subarachnoid maka setengah jam pertama pada anestesi spinal adalah periode yang paling berbahaya. 8 Anestesi spinal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, jenis kelamin, umur,cairan preload: Jenis kelamin Hipotensi lebih sering terjadi pada wanita, hal ini kemungkinan terjadi karena tingkat blok yang lebih tinggi pada wanita. 5,7 Umur Penggunaan anestesi spinal sehingga terjadi hipotensi lebih sering terjadi pada pasien dengan usia tua karena kerja jantung yang sudah berkurang secara fungsional, penggunaan pada usia muda biasanya penurunan tekanan darah lebih ringan. 5,7 Preload Preload baik kristaloid maupun koloid dapat mengurangi insiden hipotensi karena peningkatan volume sirkulasi dapat 9

mencegah atau mengurangi terjadinya hipovolemi relative oleh karena blok simpatis pada anestesi spinal. 5 Penurunan panas tubuh Terjadi arena adanya sekresi katekolamin ditekan sehingga produksi panas oleh metabolism berkurang. 7 b. Mual-muntah Terjadi karena adanya aktifitas parasimpatis yang menyebabkan peningkatan peristaltic usus, dan tarikan nervus dan pleksus N Vagus. 8 c. Blok spinal tinggi Blockade medulla spinal sampai ke servikal oleh suatu obat lokal anestesi. Gejala utama yang terjadi yaitu sesak napas, mual, muntah, gelisah,precordial discomfort dan dapat menyebabkan kesadaran menurun sampai hipotensi berat. 8 i. Terapi Empat tindakan utama terapi hipotensi pada anestesi spinal : 7,16 1. Pengaturan posisi pasien Pengaturan posisi pasien dapat meningkatkan aliran balik vena, yang meningkatkan curah jantung ssehingga terjadi autotransfusion untuk mengembalikan preload. Tindakan mengangkat kaki dapat membantu mengembalikan pooling cairan yang tidak dikehendaki. Posisi trendelenberg (head down) yaitu posisi kepala lebih rendah sekitar 5-8 derajat atau dengan mengangkat kaki. Posisi ini lebih baik tidak dilakukan pada 15 menit awal setelah anestesi spinal, karena bahaya penyebaran ke cephalad obat anestesi lokal hiperbarik. Solusi yang baik adalah dengan fleksi meja operasi sehingga kaki dapat terangkat dan tetap pada posisi datar atau terangkat sehingga aliran balik vena menngkat dan menghambat penyebaran blok simpatis lebih lanjut. 7,18 10

2. Pemberian Oksigen Pemberian oksigen bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen darah arteri sehingga mengurangi hipoksia dan mual muntah. 7,17 3. Pemberian cairan intravena Cairan intravena adalah satu cara untuk mengatasi hipotensi pada anestesi spinal. Cairan yang mengandung garam bertujuan meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan curah jantung. Tindakan ini harus lebih hati-hati pada pasien usia lanjut atau pasien dengan fungsi jantung yang terbatas. 7,19 4. Pemakaian vasopressor Mekanisme vasopressor adalah dengan melalui vasokonstriksi arreriola. Stimulasi pusat vasomotor, stimulasi jantung, dan vasokonstriksi vena yang akan meningkatkan curah jantung dan aliran balik vena. Vasopressor seperti efedrin, fenilefrin, metoksamin, metaraminol, dopamine, dabutamin. 7,17 B. Kerangka Teori Preload Kristaloid dan Koloid usia Spinal Jenis kelamin vasodilatasi hipotensi 11

C. Kerangka Konsep Preload Kristaloid Preload koloid Hipotensi dengan anestesi spinal D. Hipotesis Preload koloid lebih mencegah terjadinya hipotensi anestesi spinal pada wanita dibanding preload kristaloid. 12