PENGHITUNGAN INDEKS FORMULA ERITROSIT PADA UJI SARING THALASEMIA MINOR

dokumen-dokumen yang mirip
1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

Gambaran Validitas Indeks Mentzer dan Indeks Shine & Lal Pada Penderita β-thalassemia Mayor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

PERBEDAAN INDEX ERITROSIT PADA PASIEN ANEMIA GAGAL GINJAL KRONIK DAN THALASSEMIA MAYOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

ABSTRAK. Dewi Tantra, 2008, Pembimbing I : Aloysius Suryawan,dr., SpOG Pembimbing II : Penny Setyawati,dr.,SpPK., M.Kes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah talasemia berasal dari kata Yunani yaitu Thalassa (laut) dan Haema (darah)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK. Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.

PELATIHAN THALASSEMIA 29 November 2010 s/d 1 Desember 2010

Uji Diagnostik Indeks Darah dan Identifikasi Molekuler Karier Talasemia β pada Pendonor Darah di Banyumas

PENDEKATAN DIAGNOSIS LABORATORIUM TALASEMI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik. 1. Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi

Sensitivitas dan Spesifisitas α-globin Strip Assay dalam Mendeteksi Mutasi Thalassemia-α

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

PERBANDINGAN MUTASI BAND

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes

BAB II HEMOGLOBINOPATI

Kata kunci: Prevalensi,Anemia, Anemia defisiensi besi, bayi berat lahir rendah, Hb.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi. pada ibu hamil adalah anemia.

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

Distribusi Pembawa Sifat Thalassemia (α & β) dan Hemoglobin-E pada Penduduk Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau

ABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

ABSTRAK. Kata Kunci: prevalensi, anemia, kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah. vii Universitas Kristen Maranatha

Pemeriksaan Kadar Protein Supernatan Akhir Pada Pemantapan Mutu Komponen Washed Red Cells (WRC) di UTDC PMI Kota Semarang

Proporsi Infeksi HBV, HCV, dan HIV pada Pasien Talasemia-β Mayor di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari Juli 2013

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

Comparison of Routine Hematology Results Based on Local Laboratory Reference Value and Sysmex KX-21 Reference Value in Hasan Sadikin Hospital Bandung

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.


ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bervariasi berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi,

PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN PARAMETER ERITROSIT MENGGUNAKAN HEMATOLOGY ANALYZER SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

Varian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase

ABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh

1 Universitas Kristen Maranatha

Surveilans Penderita Talasemia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2004

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mukosa mulut yang bersifat kambuhan, merupakan salah satu lesi mulut yang

Skrining Thalassemia Beta Minor pada Siswa SMA di Jatinangor

ABSTRAK PREVALENSI KADAR TITER ANTI-A YANG TINGGI PADA POPULASI GOLONGAN DARAH O DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Anemia mempengaruhi secara global 1,62 miliar penduduk dunia,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

Clinical classification Genotype Number of genes present Silent carrier Thalassemia α trait Hemoglobin H disease Hb Barts/ Hydrops fetalis

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA MAYOR DI RSUD KABUPATEN CIAMIS

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

Gambaran Status Gizi Anak Talasemia β Mayor di RSUP Dr. M. Djamil Padang

Hubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

Golongan Darah. darah donor + resipien. oleh karena terjadi aglutinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGHITUNGAN INDEKS FORMULA ERITROSIT PADA UJI SARING THALASEMIA MINOR Eva Ayu Maharani, Dewi Astuti Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jl. Arteri JORR Jatiwarna Kec. Pondok Melati - Bekasi Email : eva_ankes@yahoo.com ABSTRACT Thalassemia is a genetic disorder caused by impaired synthesis of globin chains in hemoglobin (Hb) molecule which can be partial or total. Since thalassemia is inherited from parents to their children, screening is compulsory to prevent newborn at risk from major thalassemia. The incidence thalassemia cases can be found around the world but majority cases emerge among Mediterranean, easter, and Asian. Thalassemia minor is diagnosed based on erythrocyte indices and confirmed by molecular analysis of Hb and DNA. Currently, several formulas are developed to identify the existence of thalassemia. This cross sectional study was aimed to know how good the formulas is. Thalassemia screening was done to 138 donors with minimum of Hb 12,5 g/dl. Detection and identification proses was conducted by the use of calculation index formulas for erythrocytes namely Mentzer index, Srivastava, Shine & Lal, and England & Fraser. The results showed that all of four indexes can detect? thalassemia minor. The highest degree of sensitivity is Mentzer and Shine & Lal indexs (100%), whereas the highest specificity is Srivastava index (100%). In addition,? thalassemia and Hb variant (HbE) can also be detected, although not 100%. This result shows that the formulas can be used as a screening of thalassemia, especially in areas those have no access to molecular laboratory. Keywords: thalassemia minor, index formula erythrocytes, screening ABSTRAK Thalasemia merupakan kelainan genetik berupa gangguan sintesis rantai globin pada molekul hemoglobin (Hb) baik sebagian (parsial) maupun total. Kelainan ini bersifat herediter yaitu bisa diturunkan dari orang tua kepada anaknya, sehingga tindakan pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum terjadi kelahiran dengan thalasemia mayor. Penderita thalasemia terdistribusi di seluruh dunia, namun lebih banyak ditemukan pada populasi Mediterania, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Diagnosis thalasemia dilakukan berdasarkan parameter hematologi, analisis Hb dan analisis DNA sebagai pemeriksaan konfirmasi. Saat ini telah dikembangkan beberapa formula penghitungan untuk deteksi thalasemia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa baik formula tersebut dalam mendeteksi thalasemia minor. Skrining dilakukan pada 138 donor dengan kriteria inklusi yaitu konsentrasi Hb minimal 12,5 g/dl. Hasil diagnosis thalasemia dibandingkan dengan penghitungan indeks formula eritrosit yaitu indeks Mentzer, Srivastava, Shine & Lal, England & Fraser. Hasil penelitian menunjukkan keempat indeks dapat mendeteksi thalasemia? minor. Derajat sensitifitas tertinggi, indeks Mentzer dan Shine & Lal (100%), sedangkan spesifisitas tertinggi didapat pada indeks Srivastava (100%). Disamping itu, thalasemia? dan Hb varian (HbE) juga dapat terdeteksi walaupun tidak 100%. Hal ini menunjukkan formula tersebut dapat digunakan sebagai skrining thalasemia khususnya pada wilayah yang tidak mempunyai akses pemeriksaan molekuler. Kata kunci : thalasemia minor, indeks formula eritrosit, skrining 53

54 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 53-59 PENDAHULUAN Thalasemia merupakan salah satu jenis kelainan darah yang disebabkan oleh gangguan sintesis rantai globin pada hemoglobin (Hb) karena adanya kelainan genetik pada gen globin (Bain, 2006). Gangguan tersebut disebabkan oleh mutasi dan atau delesi pada gen-gen yang mengkode rantai-rantai globin penyusun Hb. Jika kelainan tersebut terjadi pada gen globin maka disebut sebagai thalasemia, sedangkan jika mutasi tersebut terjadi pada gen globin, maka disebut sebagai thalasemia (Kohne, 2011). Pada individu dewasa normal, molekul Hb yang bersifat dominan adalah HbA1 yang tersusun dari dua pasang rantai globin yang berbeda yaitu dua rantai globin dan dua rantai globin. Rantai globin tersebut disintesis oleh gen-gen yang berbeda. Rantai globin disintesis oleh dua gen globin pada setiap kromosom 16 dan rantai globin oleh satu gen globin pada setiap kromosom 11 (Higgs & Weatherall, 2009; Sacher & McPherson, 2004). Kelainan thalasemia ditandai dengan penurunan kecepatan produksi rantai globin, yang dapat mempengaruhi kualitas sel darah merah (Sacher & McPherson, 2004). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan pengurangan konsentrasi Hb dan penghancuran sel darah merah secara cepat, sehingga dapat terjadi anemia, yang akan menganggu pengiriman oksigen ke jaringan tubuh (Ahmed, et al. 2007; Rogers, 2011). Seperti diketahui, fungsi utama molekul Hb adalah membawa dan menyebarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Bain, 2006). Gejala klinis yang ditimbulkan pada penderita bervariasi, mulai dari tanpa gejala klinis pada pembawa sifat/karier (thalasemia minor), gejala anemia ringan sampai sedang (thalasemia intermedia), dan gejala anemia berat sehingga bergantung pada transfusi darah (blood transfusion dependent thalassemia) bahkan bisa menyebabkan kematian pada janin atau bayi baru lahir (Hydrops foetalis), pada thalasemia mayor (Au & Liang, 2007). Derajat berat manifestasi klinis yang timbul tergantung dari jenis mutasi pada gen globin dan genotipnya (Muncie & Campbell, 2009). Penderita thalasemia tersebar luas di berbagai tempat di dunia dan yang paling utama terjadi di daerah Asia Tenggara dan Cina (Ahmed, et al. 2007). Wilayah Asia Tenggara termasuk Thailand dan Indonesia, terdata 50% individu dengan thalasemia minor dari total populasi dunia, sedangkan wilayah Eropa dan Amerika hanya terdapat 10-13% pembawa dari total populasi dunia (Rathod, et al. 2007). Thalasemia merupakan kelainan bawaan yang bersifat autosom resesif, sehingga jika pembawa sifat / penderita thalasemia minor menikah dengan sesama pembawa sifat, maka pasangan ini berpotensi melahirkan penderita thalasemia. Pada penderita thalasemia minor, lebih banyak yang tidak mengetahui atau peduli terhadap status pembawa sifatnya. Hal ini dikarenakan pada penderita thalasemia minor tidak menunjukkan gejala klinis dan konsentrasi Hb cenderung normal (Rogers, 2011). Kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap status pembawa sifat thalasemia tersebut menjadi penyebab meningkatnya prevalensi lahir penderita thalasemia (Bain, 2006). Deteksi dini dan edukasi pada pembawa gen thalasemia perlu dilakukan untuk mencegah lahirnya penderita thalasemia mayor yang berasal dari kedua orang tua dengan thalasemia minor (Rathod, et al. 2007). Pendekatan terapi yang dilakukan pada penderita thalasemia mayor adalah dengan meningkatkan kualitas penanganan, perawatan dan pengobatan pasien untuk peningkatan kualitas hidup dan menurunkan angka kesakitan (Au & Liang, 2007). Pada Negara yang sudah melakukan kebijakan

Eva Ayu Maharani, Penghitungan Indeks Formula Eritrosit Pada Uji Saring Thalasemia Minor 55 pencegahan thalasemia, seperti di Hongkong, pemeriksaan prenatal (sebelum melahirkan) dan diagnosis terhadap thalasemia sudah dilakukan. Langkah ini didahului dengan kepedulian masyarakat dan program konseling terkait pola pewarisan thalasemia. Deteksi dini yang dilakukan meliputi pemeriksaan gambaran sel darah merah yang dilanjutkan dengan pemeriksaan elektroforesis Hb. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi thalasemia dan minor secara umum (Au & Liang, 2007). Sampai saat ini, parameter yang paling baik digunakan untuk mendeteksi thalasemia adalah hematologi yaitu pengukuran indeks sel darah merah sebagai deteksi dini dan pendekatan molekular yaitu analisis Hb dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dan analisis DNA sebagai pemeriksaan konfirmasi (Rathod, et al. 2007). Analisis Hb dan analisis DNA merupakan metode standart untuk mendeteksi thalasemia, tetapi metode ini tidak rutin dikerjakan karena biaya dan peralatan yang digunakan cukup mahal. Pemeriksaan indeks sel darah merah merupakan pemeriksaan hematologi rutin dengan efektivitas dan efisiensi yang cukup baik (Rathod, et al. 2007). Selain indeks sel darah merah, saat ini telah dikembangkan beberapa formula (nilai indeks) penghitungan untuk uji saring thalasemia dan untuk membedakan jenis anemia karena thalasemia atau anemia defisiensi besi. Indeks tersebut melibatkan penghitungan Hb, hitung sel darah merah, hemoglobin eritrosit rerata / Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan volume eritrosit rerata / Mean Corpuscular Volume (MCV). Indeks tersebut adalah indeks Mentzer, Srivastava, Shine & Lal, England & Fraser. Keempat indeks tersebut digunakan untuk mendeteksi thalasemia minor (Niazi, et al. 2010). Penelitian ini akan menggunakan keempat indeks untuk skrining thalasemia. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa baik indeks tersebut dalam mendeteksi thalasemia minor. METODE Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013 di Unit Transfusi Darah Daerah (UTDD) PMI DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (Cross Sectional). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh donor di UTDD PMI DKI Jakarta. Sampel penelitian sebanyak 138 donor dengan kriteria inklusi yaitu konsentrasi Hb minimal 12,5 g/dl. Perkiraan besar sampel untuk menghitung berapa besar frekuensi pembawa sifat thalasemia dan pada populasi donor darah menggunakan rumus studi prevalensi Z. Pemeriksaan thalasemia dilakukan pada subjek penelitian yang memenuhi kriteria dan pengambilan sampel dilakukan secara random. Pemeriksaan tersebut meliputi hematologi rutin dan analisis Hb. Pada pemeriksaan tersebut dapat diketahui subjek dengan thalasemia, HbE dan suspek thalasemia. Analisis DNA dilakukan pada sampel suspek thalasemia. Pemeriksaan analisis Hb dan analisis DNA dilakukan di laboratorium molekuler EIJKMAN. Analisis Hb menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC Beta thalassemia short program, Bio-Rad Variant System II). Prosedur analisis DNA meliputi ekstraksi DNA dengan metode puregene, PCR Multipleks, PCR RFLP, dan elektroforesis. Pemeriksaan hematologi rutin menggunakan alat Sysmex KX-21 dengan metode Impedance Counting. Hasil penghitungan keempat Indeks yaitu indeks Mentzer, Srivastava, Shine & Lal, England & Fraser (Tabel 1) dibandingkan dengan hasil diagnosis thalasemia. Penilaian seberapa baik indeks dalam mendeteksi thalasemia minor dilakukan melalui penghitungan sensitifitas dan spesifisitas.

56 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 53-59 Tabel 1 Formula Penghitungan Indeks Pembeda Thalasemia Minor Indeks Formula Thalasemia minor Mentzer MCV / RBC count < 13 Srivasta MCH / RBC < 13,8 Shine & Lal MCV x MCV x MCH /100 < 1530 England & Fraser MCV - (5xHb) - RBC < 0 (Niazi, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN Pada uji saring thalasemia berdasarkan parameter hematologi rutin dan analisis Hb, dari 138 subjek donor didapatkan thalasemia minor tiga subjek (2,17%), Hb varian yaitu HbE tiga subjek (2,17%). Sampel suspek thalasemia adalah sampel yang mempunyai kriteria hasil MCV dan MCH cenderung rendah, yaitu konsentrasi MCV 76-87 femtoliter (fl) dan MCH 25-29 pikogram (pg) serta konsentrasi HbA2 normal (2,4-3,2%). Pada hasil skrining didapatkan 39 sampel yang mempunyai kriteria tersebut, Indeks Variabel sehingga perlu dilakukan analisis DNA untuk menegakkan diagnosis thalasemia yaitu deteksi delesi satu gen globin. Hasil analisis DNA didapatkan sampel dengan thalasemia sebanyak 5 sampel. Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis Fe dan ferritin, sehingga individu dengan suspek thalasemia belum bisa dibedakan dengan anemia defisiensi besi. Hasil penghitungan Indeks Mentzer, Srivastava, Shine & Lal, England& Fraser didapatkan hasil pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Hasil Penghitungan Indeks Terhadap Sampel Positif Dan Suspek Thalasemia Mentzer < 13 Srivastava < 13,8 Shine & Lal < 1530 England & Fraser < 0 Thalasemia 3 (100%) 2 (67%) 3 (100%) 1 (33%) (n=3) HbE 1 (33%) 0 3 (100%) 1 (33%) (n=3) Thalasemia 0 0 2 (40%) 1 (20%) (n= 5) Suspek thalassemia 0 0 4 (11,8%) 2 (5,9%) (n=34) Normal 0 0 0 0 (n=93) Berdasarkan literatur, keempat indeks tersebut digunakan untuk membedakan jenis thalasemia (Niazi, 2010). Hasil penghitungan sensitivitas dan spesifisitas keempat indeks menunjukkan hasil yang bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 3.

Eva Ayu Maharani, Penghitungan Indeks Formula Eritrosit Pada Uji Saring Thalasemia Minor 57 Tabel 3 Sensitivitas, Spesifisitas, Positive Predictive Value, Negative Predicitive Value dan Efisiensi Pemeriksaan Pada Masing-Masing Indeks Penentu Thalasemia Indeks Sensitivitas Spesifisitas Positive Negative Efisiensi predictive predictive pemeriksaan value value Mentzer 100,0 % 99,3 % 75 % 100,0 % 99,3 % Srivastava 66,7 % 100,0 % 100 % 99,3 % 99,3 % Shine & Lal 100,0 % 93,3 % 25 % 100,0 % 93,5 % England & Fraser 33,3 % 97,0 % 60 % 98,5 % 95,7 % Thalasemia merupakan kelainan yang mempunyai karakteristik khusus pada gambaran sel eritrosit, sehingga setiap parameter pemeriksaan yang terkait dengan pengukuran sel eritrosit merupakan informasi yang cukup berharga dalam deteksi dini thalasemia, khususnya pada thalasemia minor yang secara klinis tidak menimbulkan gejala (Bain 2006). Skrining dengan parameter hematologi dan analisis Hb dapat mendeteksi thalasemia dan HbE. Pada individu dengan thalasemia minor yang tidak menunjukkan gejala klinis, dapat ditemukan Hb A2 pada kisaran 4-7% (Fucharoen, et al. 1998). Hal tersebut sesuai dengan hasil pada penelitian ini, tiga sampel yang terdeteksi pembawa sifat thalasemia mempunyai konsentrasi HbA2 4,9-5,7%. Selain itu, pada sampel tersebut terjadi penurunan nilai MCV dan MCH. Nilai MCV 62,9-71,1 fl dan MCH 18,9-22,4 pg. Tiga sampel yang teridentifikasi sebagai HbE mempunyai MCV dan MCH yang cukup rendah seperti pada pembawa sifat thalasemia yaitu MCV 71,6-73,9 fl dan MCH 23,2-24,1 pg. Pada pemeriksaan analisis Hb, didapat konsentrasi HbA2 (+HbE) yang tinggi melebihi konsentrasi pada pembawa sifat thalasemia, yaitu 27,2-28,9%. Pembawa sifat thalasemia mempunyai nilai MCV dan MCH dalam kisaran normal sampai dengan sedikit rendah, sehingga penegakan diagnosis harus dilakukan dengan analisis DNA. Pada penelitian ini didapat lima sampel thalasemia dengan nilai MCV 74,3-88,7 fl, MCH 24,8-28,6 pg dan analisis Hb dengan konsentrasi HbA2 2,4-3,2%. Berbagai macam formula penghitungan telah diciptakan untuk mempermudah proses uji saring, terlebih pada daerah dengan prevalensi tinggi dan tidak mempunyai akses untuk melakukan pemeriksaan analisis Hb dan analisis DNA. Pendekatan hematologi yang dilakukan untuk deteksi dini thalasemia telah dibuktikan cukup bermanfaat pada populasi dengan prevalensi cukup tinggi seperti di kawasan Asia (Rathod, 2007). Pada penelitian ini, dilakukan penghitungan dengan menggunakan indeks formula eritrosit, yang meliputi indeks Mentzer, Srivastava, Shine & lal, serta Fraser & England. Penghitungan tersebut melibatkan parameter hitung sel eritrosit, MCH, MCV dan Hb. Keempat indeks tersebut merupakan pembeda thalasemia dengan anemia defisiensi besi. Pada penderita thalasemia didapat nilai MCV dan MCH yang cukup rendah jika dibandingkan dengan jenis thalasemia lainnya sehingga kondisi anemia lebih mudah ditemukan pada subjek dengan thalasemia minor. Anemia pada penderita dengan thalasemia minor seringkali salah diagnosis dengan anemia defisiensi besi, karena gambaran sel darah merah sama dengan penderita anemia defisiensi besi yaitu mikrositik hipokrom dengan variasi bentuk dan ukuran (Bain, 2006; Judd, 2010). Sehingga diciptakan beberapa jenis indeks formula eritrosit untuk membedakan kondisi tersebut. Hasil penghitungan pada penelitian ini menunjukkan keempat indeks dapat

58 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 53-59 mendeteksi thalasemia minor. Indeks Mentzer dan Shine & lal dapat mendeteksi keseluruhan individu dengan thalasemia minor (100%). Namun demikian, keempat indeks yang khusus mendeteksi thalasemia, ternyata dapat mendeteksi jenis thalasemia lainnya, seperti pada Indeks Mentzer dapat mendeteksi HbE (33%), indeks Shine & lal mendeteksi keseluruhan sampel HbE, thalasemia (40%) dan suspek thalasemia (11,8%). Indeks England & Fraser dapat mendeteksi thalasemia (33%), HbE (33%), thalasemia (20%) dan suspek thalasemia (5,9%). Hal ini menunjukkan ketiga indeks tidak terlalu spesifik dalam mendeteksi thalasemia. Selain itu, ketiga indeks tersebut hanya mendeteksi sebagian sampel thalasemia, hal ini dimungkinkan karena ada sebagian sampel thalasemia dengan MCV yang cukup rendah. Disamping itu indeks Shine & Lal selain dapat mendeteksi keseluruhan sampel thalasemia dapat juga mendeteksi sampel dengan HbE. Hal itu dimungkinkan karena penghitungan dan nilai rentang yang cukup besar sehingga sampel dengan sedikit penurunan MCV dapat dianggap hasil positif thalasemia. Indeks Srivastava cukup spesifik dalam mendeteksi thalasemia yang ditunjukkan dengan tidak satupun jenis thalasemia non yang masuk dalam nilai, walaupun indeks Srivasta hanya mendeteksi 67% thalasemia. Hasil penelitian lain yang dilakukan Niazi, dkk (2010), didapatkan persentase hasil formula tertinggi dalam mendeteksi thalasemia adalah Indeks Mentzer (86,85%), diikuti oleh Srivastava (82,37%), England & Fraser (78,28%) dan Shine & lal (72,43%). Melengkapi hasil penelitian, dilakukan penghitungan sensitivitas, spesifisitas, positive dan negative predictive value serta efisiensi pemeriksaan. Derajat sensitivitas menunjukkan indeks Mentzer, Shine & lal mempunyai sensitivitas tertinggi, sedangkan spesifisitas tertinggi didapat oleh indeks Srivastava. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Niazi, dkk (2010) didapat indeks Mentzer mempunyai sensitivitas 89% dan spesifisitas 81%. Hasil yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan pada studi yang dilakukan Ghaufouri (2006), yang mendapatkan hasil sensitivitas 90,9% dan spesifisitas 80,3% (Niazi 2010). Pada penelitian ini tidak satupun indeks dengan hasil 100% sensitif dan spesifik, melainkan hanya salah satunya. Hasil sensitifitas/spesifisitas pada penelitian ini dapat mencapai 100%. Hal ini bisa dikarenakan, subjek penelitian merupakan individu sehat dengan Hb 12,5 g/dl tanpa adanya ibu hamil. Seperti diketahui, uji saring thalasemia pada ibu hamil dapat lebih sulit, karena pada ibu hamil terdapat peningkatan volume plasma (40-45%) yang merupakan efek fisiologis dari kehamilan, dan pada trimester ketiga akan mengalami penurunan konsentrasi Hb menjadi 10,5-14,5 g/dl. Disamping itu, anemia defisiensi besi juga sering terjadi selama kehamilan, terlebih jika kedua kondisi ini terjadi pada satu individu, maka deteksi thalasemia minor menjadi lebih sulit (Bain, 2006; Higgs, Olivieri, & Weatherall, 2009). Penilaian efisiensi pemeriksaan, didapatkan keempat indeks tersebut mempunyai persentase hasil yang hampir sama, yaitu berkisar 93,5-95,7%. Indeks tersebut dapat merupakan indeks pembeda yang cukup membantu terlebih jika pemeriksaan analisis Hb dan DNA belum dapat dilaksanakan. SIMPULAN Parameter hematologi rutin dengan alat hematology analyzer merupakan metode pemeriksaan yang cukup baik pada proses uji saring thalasemia minor. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan keempat indeks yang

Eva Ayu Maharani, Penghitungan Indeks Formula Eritrosit Pada Uji Saring Thalasemia Minor 59 dapat mendeteksi thalasemia. Disamping itu, thalasemia dan Hb varian (HbE) juga dapat terdeteksi dengan perhitungan indeks, walaupun tidak 100%. Dari keempat indeks, yang dapat mendeteksi thalasemia dengan sensitivitas baik yaitu indeks Mentzer, Shine & Lal. Indeks yang mempunyai spesifisitas baik yaitu indeks Srivastava. Indeks formula eritrosit yang ada saat ini memang belum mencapai derajat sensitifitas dan spesifisitas 100%, akan tetapi indeks ini merupakan formula dengan hasil yang cukup baik dan efisien. Jika dibandingkan dengan pemeriksaan molekuler, maka parameter hematologi mempunyai kelebihan yaitu cukup efektif, efisien, alat tersedia dan dapat dilakukan secara rutin, serta biaya yang dikeluarkan lebih rendah jika dibandingkan dengan pendekatan molekular, seperti metode HPLC (Rathod, et al. 2007). Deteksi thalasemia melalui pendekatan molekuler, yaitu analisis Hb dan DNA tetap merupakan pemeriksaan konfirmasi untuk menentukan jenis thalasemia dan pola pewarisannya (Bain, 2006). Kedua pendekatan pemeriksaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Indeks formula eritrosit yang ada dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik yaitu analisis Hb dan analisis DNA. DAFTAR RUJUKAN Ahmed, N., Dawson, M., Smith, C., & Wood. 2007. Biology of disease, T & F informa, UK. Au W.Y, & Liang, R. 2007. 'Thalassemia management in Hong Kong', ISBT science series, vol.2, p:160-166. Bain, B.J. 2006. Blood cells a practical guide. 4th ed., Australia: Blackwell publishing. Higgs, D.R., Olivieri, N.F., & Weatherall, D.J. 2009, Disorders of hemoglobin, Genetics, Patophysiology, and clinical management 2nd ed, eds. Steinberg MH, Forget BG, Higgs DR, & Weatherall DJ, Cambridge University Press, UK. Judd, S. J. 2010. Health reference series, genetic disorders sourcebook. 4th ed. USA: Omniographics. Fucharoen S., et.al. 1998. Prenatal and postnatal diagnoses of thalasemias and hemoglobinopathies by HPLC. Clinical chemistry, Vol.44, No.4 :740-747. Kohne, E. 2011. Hemoglobinopaties clinical manifestation, diagnosis, and treatment. Dtsch Arztebl Int, Vol.108, No.31-32 : 532-540. Muncie, H. L., & Campbell, J. S. 2009. alpha and beta thalassemia. American family physician, vol.80, no.4, p: 339-344. Niazi, M., Tahir, M., Raziq, F.E. & Hameed, A. 2010. Usefulness of red cell indices in differentiating microcytic hypochromic anemias. Gomal Journal of Medical Sciences, vol.8, no.2, p:.125-129. Rathod, D.A., et.al. 2007. Usefulnes of cell counter-based and formulas in detection of?-thalasemia trait in areas of high prevalence. American society for clinical pathology, vol.128, p:.585-589. Rogers, K. 2011. The human body, blood physiology and circulation, New York USA : Britannica educational publishing. Sacher, R.A., & McPherson, R.A. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.ed. Hartanto, H. Jakarta: EGC.