BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Prestasi belajar Geografi siswa SMAN I Tanjung Raya Kabupaten Mesuji dapat

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

Bab 4. Kesimpulan dan Saran. Setelah melakukan analisis pada kelas eksperimen dengan materi sakubun yang

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil penelitian, analisis hasil penelitian, yang

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY)

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat. dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil konstruksi dan uji hipotesis penelitian dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

Bioedusiana Volume 01, Nomor 01, September 2016 ISSN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

ANALISA JURNAL. IDENTITAS : World Applied Sciences Journal 7 (1): 34-42,2009 ISSN IDOSI Publications, 2009

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Meret 2014

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

Oleh: Sudomo,Sumadi,Herpratiwi FKIP Unila, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. belajar tergantung selain pada kemampuan juga pada minat belajar setiap

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

Model pembelajaran matematika di sd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. pembelajaran kolaborasi pada siswa. Adapun penelitian yang telah dilakukan dan sejauh ini

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

DAFTAR ISI. ABSTRAK... KATA PENGANTAR. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

COOPERATIVE LEARNING. (Pembelajaran. Kooperatif) Yuni Wibowo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

PENGOPTIMALAN LOCUS OF CONTROL INTERNAL SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN MATERI STATISTIKA KELAS XI IPA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA KONSEP SUMBER DAYA ALAM DI KELAS III SD NEGERI DARAWATI JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam

BAB I PENDAHULUAN. mutu peserta didik menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENTS (TGT) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATERI PERUBAHAN BENDA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI DI KELAS VI A SDN NO

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan, penelitian dapat disimpulkan bahwa Prestasi belajar Geografi siswa SMAN I Tanjung Raya Kabupaten Mesuji dapat ditingkatkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dan kemampuan awal siswa. Secara rinci temuan-temuan dalam penelitian ini adalah : 1. Terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar geografi. Interaksi tersebut dibuktikan dengan hasil analisis menggunakan ANAVA diperoleh Fhitung = 5,672 lebih besar dari pada nilai p value (sig.a*b) =0,020. 2. Terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar Geografi antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaan prestasi belajar geografi tersebut dibuktikan dengan hasil analisis menggunakan ANAVA diperoleh Fhitung = 107,728 lebih besar dari nilai p value (sig.a*b) =0,000 dan dilanjutkan dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 31,830 > ttabel 1,684. Sedangkan berdasarkan data prestasi geografi hasil pengukuran melalui alat tes diperoleh nilai rata-rata geografi siswa yang diberi pembelajaran tipe Jigsaw adalah 86,39 lebih tinggi daripada rata-rata nilai Geografi siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 75,21 dengan selisih skor nilai 11,18 poin. 3. Terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar Geografi antara siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

153 Perbedaan prestasi tersebut dibuktikan dengan hasil analisis dengan menggunakan ANAVA diperoleh Fhitung = 25,858 lebih besar dari nilai P value (sig.a*b) =0,000 dan dilanjutkan dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 31,552 > ttabel 1,734. Sedangkan berdasarkan data prestasi geografi hasil pengukuran melalui alat tes diperoleh nilai rata-rata geografi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi adalah 90,42 lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa dengan kemampuan awal rendah yaitu 82,36 dengan selisih skor nilai 8,06 poin. 4. Terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar Geografi antara siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah. Perbedaan prestasi tersebut dibuktikan dengan hasil analisis dengan menggunakan ANAVA diperoleh Fhitung = 25,858 lebih besar dari nilai p value (sig.a*b) =0,000 dan dilanjutkan dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 8,965 > ttabel 1,734. Sedangkan berdasarkan data prestasi geografi hasil pengukuran melalui alat tes diperoleh nilai rata-rata geografi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yaitu 76,67 lebih besar daripada nilai rata-rata siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yaitu 73,75 dengan selisih skor nilai 2,92 poin. 5.2 Implikasi Implikasi dari temuan penelitian mencakup dua hal, yakni implikasi teoritis dan praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan kontribusinya bagi perkembangan teori-teori belajar dan pembelajaran sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusinya temuan penelitian terhadap desain pembelajaran yang dikembangkan oleh para pendidik. 153

154 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif secara umum dapat meningkatkan efektivitas belajar bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar. Kemampuan awal yang dimiliki siswa memiliki peranan yang sangat penting dalam mengadaptasi pembelajaran kooperatif sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Implikasi tersebut dapat dijelaskana sebagai berikut: 1) Implikasi teoritis yang berkaitan dengan interaksi pembelajaran kooperatif dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. Interaksi pembelajaran kooperatif dan kemampuan awal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar geografi. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan bahwa pada pembelajaran kooperatif menekankan adanya interaksi sosial diantara anggota kelompok sebagaimana dijelaskan didalam teori sosialkultural Vygotsky yang memandang bahwa siswa belajar bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap. Pembelajaran kooperatif mengakomodasi perbedaan kemampuan awal di dalam kerja kelompok dan memiliki tujuan yang ingin dicapai di dalam kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asimilasi yang terjadi antara siswa yang memiliki perbedaan kemampuan awal akan terciptanya kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Implikasi teoritis berkaitan dengan perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran 154

155 kooperatif tipe STAD. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada prestasi belajar siswa pada pembelajaran tipe STAD. Perbedaan prestasi belajar tersebut disebabkan karena pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw semua siswa dalam kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD tanggung jawab dilakukan secara kelompok bukan individu. 3) Implikasi teoritis berkaitan dengan perbedaan prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah pada pembelajaran Jigsaw. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi pada pembelajaran tipe Jigsaw lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal rendah. Pada siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih mudah mengadaptasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan awal rendah. Hal tersebut disebabkan karena pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menuntut adanya tanggungjawab yang tinggi dari masing-masing anggota. Setiap anggota dalam kelompok mendapat tugas sebagai tim ahli yang bertugas menjadi tutor terhadap temannya sendiri. Bagi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang mendapatkan tugas menjadi tim ahli tidak mengalami kesulitan dalam memahami dan menyampaikan materi yang telah menjadi tanggungjawabnya. Akan tetapi bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan mengalami kesulitan dalam memahami 155

156 dan menyampaikan materi yang telah menjadi tanggungjawabnya. Dengan demikian penguasaan materi pembelajaran pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan awal rendah sehingga hal ini akan berdampak pada prestasi yang dicapai oleh siswa. 4) Implikasi teoritis kaitannya dengan perbedaan pretasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih beroerientasi hasil kerja kelompok. Sehingga pada kerja kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih dominan dan berperan aktif untuk mencapai hasil kerja kelompok. Sedangkan siswa dengan kemampuan awal rendah lebih cenderung pasif, akibatnya pada saat ujian atau kuis siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih mengusai materi dan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran kooporatif tipe Jigsaw pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memiliki aspek efektivitas paling baik sehingga dimungkinkan memiliki dampak berupa rata-rata prestasi belajar yang lebih baik. 156

157 5.2.2 Implikasi Secara Praktis Berdasarkan hasil penelitian, implikasi secara praktis kaitannya dengan kontribusi terhadap perstasi belajar siswa maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Implikasi praktis kaitannya dengan interaksi pembelajaran kooperatif dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran Geografi siswa SMA/MA merupakan hal yang penting, karena akan memberi keleluasaan bagi guru untuk memilih dan metode pembelajaran kooperatif mana yang sesuai dengan pokok bahasan tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa. Pertimbangan kemampuan awal siswa dalam pembelajaran kooperatif sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif. Hal ini dikarenakan kemampuan awal merupakan prasyarat dalam mengikuti proses pembelajaran selanjutnya. 2. Implikasi praktis kaitannya dengan perbedaan prestasi belajar siswa pada pembejaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih dari pada prestasi belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan para ahli diantaranya adalah Jigsaw, STAD, Teams Games Tournament (TGT), Team Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation (GI), Cooperative Integrated Reading an Composition (CIRC), dan lainnya yang mungkin cocok dan efisien digunakan pada pokok bahasan tertentu. 157

158 3. Implikasi praktis kaitannya dengan perbedaan prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adanya perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa dengan dengan kemampuan awal tinggi dan rendah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini menjadi pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran koperatif yang tepat dengan mempertimbangkan kemmpauan awal siswa. Pada siswa dengan rata-rata memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih cocok menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peran aktif anggota kelompok sangat diutamakan sehingga bagi siswa yang berkemampuan tinggi akan lebih cepat mengdaptasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 4. Implikasi praktis kaitannya dengan perbedaan prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa dengan dengan kemampuan awal tinggi dan rendah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini menjadi pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran koperatif yang tepat dengan mempertimbangkan kemampauan awal siswa. Pada siswa dengan kemampuan awal tinggi prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran kooperatif tipe STAD beorientasi kerja kelompok seingga tanggungjawab kelompok cenderung dibebankan kepada siswa kemampuan awal tinggi sedangkan pada siswa kemampuan awal rendah 158

159 cenderung pasif. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran STAD peran aktif guru untuk melakukan bimbingan, supervisi pada saat kerja kelompok sangat dibutuhkan. 5.3 Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi guru disarankan untuk memilih strategi dan teknik pembelajaran yang tepat untuk pokok bahasan yang diajarkan. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dipertimbangkan pada pembelajaran pokok bahasan pembentukan bumi dan jagat raya. Hal ini dikarenakan, pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dituntut tanggung jawab yang lebih besar yaitu membelajarkan teman sehingga dia termotivasi untuk bersungguhsungguh dalam mengkaji materi. 2. Bagi anak yang belum tuntas dalam proses pembelajaran pokok bahasan pembentukan bumi dan jagat raya yaitu belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimal maka dilakukan remedial dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Kepada para peneliti, disarankan agar meneliti pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan tingkat kemampuan awal siswanya. 159