BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

PERTEMUAN 4. Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia. penyelenggara dan kedudukan museum. Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN MUSEUM SITUS CAGAR BUDAYA DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan kota saat ini belum menjadi primadona bagi masyarakat,

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional berbeda-beda. Makanan tradisional sendiri merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL. Oleh. Toni Herwanto

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II METODE PERANCANGAN. Adapun maksud dan tujuan perancangan Multimedia Interaktif ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan publik melalui

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

BAB I Pendahuluan. 4. Sarana : Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

mereka dalam masyarakat. Anak-anak juga dapat mendorong orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkannya.nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Merencanakan Pameran Seni Rupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

KEAKTIFAN PUSTAKAWAN DALAM PEMASYARAKATAN PERPUSDOKINFO GUNA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN DAN CITRA POSITIF PERPUSTAKAAN

Transkripsi:

103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang berada di ruang terbuka (outdoor), sehingga pengunjung dapat menikmati koleksi sekaligus keindahan alam yang saat ini sudah jarang ditemui di Jakarta. Sedangkan keunikan museum adalah kawasan museum yang pada awalnya merupakan kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial. Hal tersebut menjadi nilai penting yang menentukan bentuk pengelolaan Museum Taman Prasasti. Museum Taman Prasasti dikategorikan ke dalam jenis open air museum. Museum jenis ini jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia. Walaupun dewasa ini terdapat beberapa museum yang berada di ruang terbuka, namun yang benar-benar menerapkan prinsip open air museum sangat jarang ditemui. Open air museum harus berlokasi di suatu situs arkeologi, mengutamakan keotentikan situs tersebut beserta isinya, dan berupaya merekonstruksi cara-cara hidup di masa lampau melalui pameran dan program lainnya. Museum Taman Prasasti memiliki kemampuan untuk memenuhi kriteria tersebut. Museum sudah berlokasi di suatu situs arkeologi yang berasal dari periode kolonial. Hanya saja, museum masih perlu berupaya mengedepankan nilai keotentikan situs melalui penataan pameran yang sesuai dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Selain itu, museum juga harus mengadakan programprogram edukatif-rekreatif yang berkaitan dengan koleksi museum guna merekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia pada abad ke-18 hingga 20, terutama yang berkaitan dengan pemakaman dan kematian. Museum Taman Prasasti memiliki karakteristik tersendiri yang dibentuk oleh sejarah dan latar belakang pendiriannya. Hal tersebut berkaitan dengan jenisjenis koleksi yang dimilikinya. Konsep museum harus didasari oleh karakteristik museum itu sendiri. Konsep museum harus bersifat dinamis, mengacu pada 103

104 kebutuhan pasar (masyarakat) dan sesuai dengan keadaan museum sebenarnya. Perumusan konsep tidak bisa hanya terpaku pada kebijakan internal tanpa melihat kondisi museum di lapangan. Konsep museum tidak lagi bersifat tradisional yang terfokus pada penanganan objek semata (object oriented), melainkan bersifat melayani masyarakat (public oriented) sebagaimana yang terdapat di dalam prinsip new museology. Sebagai museum yang berada di wilayah Jakarta, Museum Taman Prasasti berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai identitas dan sejarah perkembangan kota Jakarta. Diharapkan masyarakat Jakarta dapat mengetahui dan memahami bentuk perkembangan Kota Jakarta dari masa ke masa melalui informasi-informasi di balik koleksi museum. Selain itu, museum berperan sebagai media pengembangan masyarakat Jakarta melalui programprogram menarik yang berisi muatan edukasi dan rekreasi. Pembahasan yang telah dilakukan mengenai konsep Museum Taman Prasasti menghasilkan rumusan konsep baru yang sesuai dengan karakteristik museum tersebut, yaitu: Visi Terwujudnya Museum Taman Prasasti sebagai lembaga penyelamatan dan pelestarian situs pemakaman kolonial di Jakarta, yang dimanfaatkan untuk tujuan edukasi dan rekreasi bagi masyarakat. Misi 7. Menyelamatkan dan melestarikan situs pemakaman kolonial di Jakarta (Kebon Jahe Kober), beserta kandungan informasi yang terdapat di dalamnya, baik berupa artefak dan fitur, maupun nilai-nilai budaya yang melekat di dalamnya. 8. Memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi utama berupa nisan periode kolonial di Batavia, beserta koleksi penunjang lainnya.

105 9. Menyampaikan pengetahuan dan informasi mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial secara khusus, dan informasi lainnya, seperti perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. 10. Menyediakan program-program edukatif yang berkaitan dengan koleksi utama museum, yaitu nisan-nisan periode kolonial, kepada masyarakat. 11. Menjadikan kawasan museum sebagai sarana rekreasi di alam terbuka, melalui penataan lansekap dan penyajian pameran yang menarik, serta program-program interaktif yang menghibur masyarakat. 12. Menyediakan ruang terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru Kota Jakarta. Pernyataan Misi Museum Taman Prasasti adalah museum milik Pemerintah DKI Jakarta yang memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi berupa artefak, fitur, dan lansekap yang berkenaan dengan situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober pada umumnya. Museum bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan situs yang berasal dari abad ke-18 di Batavia, serta menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta pada umumnya dan bentuk pemakaman kolonial pada khususnya melalui pameran dan program edukatif-rekreatif. Museum berperan sebagai kawasan cagar budaya dan paru-paru kota yang melayani masyarakat Jakarta pada khususnya, serta masyarakat Indonesia dan manca negara pada umumnya. Konsep tersebut merupakan pedoman bagi setiap aktivitas yang dilakukan Museum Taman Prasasti, baik yang berkaitan dengan penanganan koleksi ataupun program publik. Adapun pengelolaan Museum Taman Prasasti harus didukung oleh struktur organisasi yang tepat dan lengkap, meliputi bagian administrasi,

106 bagian kuratorial, dan bagian operasional. Pekerjaan tidak bisa dilakukan secara rangkap, melainkan dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan demikian, kinerja museum dapat berjalan secara terarah dan tepat sasaran, sehingga tujuan (goal) museum dapat tercapai. Konsep yang telah dirumuskan kemudian dikomunikasikan kepada masyarakat melalui bentuk penyajian yang tepat. Bentuk penyajian museum terdiri dari berbagai cara, namun yang paling utama adalah pameran tetap. Penataan pameran tetap di Museum Taman Prasasti harus sesuai dengan prinsip tata pamer museum dan open air museum. Dengan menggabungkan kedua prinsip tersebut, maka dapat dihasilkan bentuk pameran ideal yang menarik dan informatif. Selain bermaksud untuk menyampaikan informasi, pameran juga bertujuan untuk memberikan kesan dan pengalaman kepada pengunjung. Apabila museum menyajikan bentuk pameran yang kaku, membosankan dan tidak informatif, maka pengunjung akan memiliki kesan yang buruk terhadap museum tersebut. Sedangkan, apabila pameran disajikan menarik dan informatif, maka pengunjung akan memperoleh pengalaman positif yang dapat membuatnya berkunjung kembali ke museum tersebut di lain waktu. Museum Taman Prasasti pada awalnya merupakan kawasan pemakaman yang berasal dari periode kolonial di Batavia. Oleh karena itu, Museum Taman Prasasti bukanlah merupakan suatu bangunan atau kawasan yang dirancang khusus untuk dijadikan museum. Bentuk penataan pameran harus disesuaikan dengan denah dan kondisi museum yang sudah ada. Secara umum, prinsip penataan pameran di Museum Taman Prasasti sama dengan museum lainnya, namun terdapat beberapa hal yang berbeda, mengingat jenis museum yang merupakan open air museum. Museum Taman Prasasti harus mempunyai gagasan yang melatarbelakangi penataan pameran tetapnya. Gagasan tersebut merupakan arahan bagi penyelenggaraan dan pengembangan bentuk pameran. Berdasarkan konsep museum yang telah dirumuskan, maka dihasilkan suatu gagasan yang merupakan tema besar (ide) di balik pameran, yaitu situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober sebagai data arkeologi yang mengungkapkan berbagai informasi di masa lampau.

107 Melalui gagasan tersebut, diharapkan pameran dapat berkembang secara dinamis. Pameran tidak hanya menyajikan satu jenis informasi, melainkan berbagai jenis informasi yang unik dan menarik. Informasi tersebut meliputi pengetahuan mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial secara khusus, perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Penataan pameran dilakukan secara sistematis agar dapat memudahkan penyampaian informasi. Gagasan pameran diuraikan melalui alur cerita (storyline) yang disampaikan kepada pengunjung. Alur cerita utama yang dijadikan pengantar perkenalan museum adalah sejarah dan latar belakang pendirian Kebon Jahe Kober. Narasi tersebut akan berkesinambungan dengan sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum. Kemudian, secara garis besar alur cerita di bagi ke dalam dua bentuk informasi. Bentuk yang pertama adalah informasi mengenai keadaan pemakaman kolonial di masa lampau. Informasi itu dapat disampaikan melalui penyajian lansekap dan penataan nisan yang disesuaikan dengan bentuk pemakaman kolonial di masa lampau. Sedangkan bentuk informasi kedua adalah pengetahuanpengetahuan yang bersifat khusus mengenai pemakaman kolonial. Misalnya saja, pengetahuan mengenai komposisi penduduk Batavia dari masa ke masa, tokohtokoh bersejarah yang dimakamkan di Kebon Jahe Kober, perkembangan aksara kolonial, perkembangan gaya seni dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Alur cerita yang telah disusun, kemudian dituangkan ke dalam pameran museum. Area utama pameran disesuaikan dengan kavling-kavling yang telah terbentuk. Makam insitu, makam tokoh terkenal, dan makam masif bergaya seni tinggi merupakan masterpiece yang harus ditonjolkan pada tiap-tiap ruang tersebut. Sedangkan makam eksitu akan diatur kembali dan dikelompokkan berdasarkan tema-tema tertentu berkenaan dengan informasi yang ingin disampaikan museum. Dalam hal ini, tema-tema tersebut adalah periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Penaatan makam eksitu secara tematis bertujuan untuk memudahkan penyampaian informasi sehingga dapat dengan mudah dipahami pengunjung.

108 Hal yang perlu dicatat adalah tidak semua koleksi yang dimiliki museum harus disajikan di ruang pameran. Koleksi-koleksi yang dipamerkan adalah koleksi yang memiliki muatan informasi tertentu, sedangkan koleksi yang bersifat umum disimpan di gudang. Hal tersebut bertujuan untuk membatasi jumlah informasi agar pengunjung dapat fokus dan memahami informasi yang disajikan. Selain itu, penyajian koleksi secara tidak berlebihan juga berkaitan dengan penyesuaian bentuk museum dengan kondisinya di masa lampau, serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam menikmati alam terbuka yang lapang dan indah. Penyelenggaraan Museum Taman Prasasti harus berbasis kepada aspek pelestarian, mengingat kawasan museum tersebut merupakan data arkeologi yang berasal dari periode kolonial. Adapun data-data arkeologi itu meliputi artefak, fitur, dan lansekap. Museum Taman Prasasti adalah suatu usaha penyelamatan yang dilakukan untuk melindungi dan melestarikan situs pemakaman kolonial di Jakarta yang masih bertahan hingga saat ini. 5.2. Saran Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, pembahasan, dan juga kesimpulan dari penelitian mengenai konsep pengelolaan dan bentuk penyajian pada Museum Taman Prasasti, penulis memiliki beberapa saran untuk diajukan. Saran-saran tersebut dibagi ke dalam dua kelompok. Saran yang pertama berkenaan dengan konsep pengelolaan museum. Museum Taman Prasasti sebaiknya mengganti konsep museum saat ini dengan konsep baru yang telah dirumuskan. Konsep museum saat ini dirasakan kurang tepat karena tidak sesuai dengan karakteristik museum yang bersangkutan. Selain itu, konsep Museum Taman Prasasti tidak dapat disatukan dengan Museum Sejarah Jakarta karena karakteristik kedua museum tersebut berlainan. Museum Taman Prasasti harus mempunyai konsep pengelolaan yang lengkap meliputi visi, misi, dan pernyataan misi. Guna mendukung konsep museum, Museum Taman Prasasti sebaiknya mengganti nama museum menjadi Museum Kerkhof Kebon Jahe (Kebon Jahe

109 Memorial Museum), mengingat sebenarnya situs yang digunakan sebagai museum adalah sebuah makam (kerkhof) Belanda yang didirikan pada akhir abad ke-18. Nama tersebut dirasakan lebih tepat karena memberikan gambaran langsung mengenai isi museum. Saran yang kedua berkaitan dengan bentuk penyajian Museum Taman Prasasti. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penataan Museum Taman Prasasti harus mengacu pada prinsip open air museum, yaitu mengutamakan keotentikan situs beserta pelestariannya, dan mengupayakan rekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia di masa lampau, khususnya yang berkenaan dengan pemakaman dan kematian. 2. Makam-makam insitu tidak dapat dipindahkan dan diubah bentuknya. makam-makam tersebut menjadi perhatian utama museum (masterpiece) dan harus dapat bercerita banyak kepada pengunjung. Masterpiece lainnya adalah makam tokoh-tokoh terkenal dan makam masif bergaya seni tinggi. Kedua jenis makam tersebut diperlakukan selayaknya makam insitu. 3. Tidak semua makam eksitu disajikan di dalam ruang pameran. Hanya makam-makam yang memiliki informasi tertentu yang dipamerkan, sedangkan makam yang bersifat umum disimpan di gudang. Dalam penataannya, makam eksitu diklasifikasikan ke dalam tema-tema tertentu antara lain, periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Selain itu, koleksi yang dipamerkan juga memuat informasi mengenai perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. 4. Penataan lansekap harus sedapat mungkin disesuaikan dengan bentuk kondisi Kebon Jahe Kober di masa lampau. Melalui foto, gambar, dan dokumen lainnya, dapat diketahui bentuk penataan lansekap dan jenisjenis vegetasi yang ditanam. Mengenai hal ini, diperlukan penelitian yang mendalam mengenai bentuk pemakaman Belanda pada masa kolonial dan jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam. Tujuannya adalah agar pengunjung

110 dapat merasakan secara langsung bentuk pemakaman kolonial di masa lampau sehingga memudahkan proses penerimaan informasi. 5. Alur pengunjung dibuat secara teratur dan sistematis melewati tiap-tiap kavling tersebut. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati koleksikoleksi yang dipamerkan secara berurutan dan tidak ada yang terlewatkan. Pada perbatasan antara kavling satu dengan kavling lainnya dibuat batasan ruang yang jelas sebagai penanda adanya pergantian ruang. Batas tersebut dapat berbentuk pagar taman yang indah ataupun vegetasi yang masif. Pembuatan batas-batas kavling harus diperhatikan keserasian dan keindahannya. 6. Museum Taman Prasasti harus mempunyai introduction room yang berfungsi untuk memberikan persiapan dan menyatukan pemikiran (mind set) pengunjung terhadap informasi yang akan mereka peroleh di dalam pameran. Dengan demikian, pengunjung dapat lebih fokus dan memahami bentuk-bentuk informasi yang disampaikan museum. Berdasarkan kondisi yang telah ada, introduction room sebaiknya ditempatkan di sebelah barat ruang serba guna (kavling J). Penempatan tersebut dirasakan tepat karena lokasinya yang berada di dekat pintu masuk sehingga sesuai dengan alur pengunjung. Selain itu, pada kavling J tidak terdapat makam insitu. Koleksi-koleksi yang terdapat pada kavling J dapat dipindahkan dan ditempatkan di lokasi yang sesuai. 7. Museum Taman Prasasti harus mempunyai gudang yang memadai untuk menyimpan koleksi-koleksi yang tidak dipamerkan. Gudang tetap berlokasi pada tempat yang sama, yaitu di sebelah timur museum (dekat toilet), namun bahan material gudang harus diganti dengan bahan yang masif dan kuat. Tujuannya adalah untuk menjaga dan melindungi koleksi. Gudang harus mempunyai ruangan yang cukup luas sehingga koleksi dapat diatur secara rapi dan aman. Nisan-nisan dijajarkan secara teratur dengan memberi lapisan pengaman yang membatasi satu nisan dengan nisan lainnya. Kemudian, nisan-nisan itu diberi nomor urut dan didaftarkan ke dalam katalog yang mencatat koleksi-koleksi yang disimpan digudang.

111 8. Selain pameran, Museum Taman Prasasti harus meningkatkan bentuk penyajian lainnya, baik itu berupa acara audio visual, ceramah dan diskusi, program interaktif, serta publikasi dan penerbitan. 9. Sebagai open air museum, Museum Taman Prasasti harus menyediakan berbagai program interaktif yang kreatif dan inovatif yang berkaitan dengan rekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia di masa lampau, khususnya yang berkenaan dengan pemakaman dan kematian. 10. Museum Taman Prasasti harus meningkatkan sarana penunjang lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung, antara lain toilet yang memadai, pusat informasi dan perpustakaan yang lengkap, bangkubangku taman, toko souvenir, dan kafe.