Jurnal Ilmiah Dunia Ilmu Vol.1 Nomor 2 April 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pola Pembentukan Harga Barang Kebutuhan Pokok Penyumbang Inflasi Pasar Tradisional di Kota Dumai ANY WIDAYATSARI HJ.

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi bagi tingkat inflasi di beberapa wilayah di Indonesia. Solopos

Gambar 1.1. Jumlah pulau menurut kabupaten/kota (BPS KEPRI, 2012)

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

Inflasi: perubahan secara umum atas harga-harga barang dan jasa pada rentang waktu tertentu. Inflasi berdampak dan menjadi dasar dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami fluktuasi harga dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

ekonomi Kelas X PASAR DAN TERBENTUKNYA HARGA PASAR K-13 KTSP & K-13 A. PERMINTAAN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price )

PENDAHULUAN. budaya masyarakat sudah mulai bergeser dan beralih ke pasar modern ritel

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Boks 2 PEMBENTUKAN HARGA, STRUKTUR PASAR DAN JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI KOTA KENDARI

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Boks 2. KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pertumbuhan penduduk di negara berkembang merupakan

TEORI ORGANISASI UMUM -EKONOMI- PERMINTAAN DAN PENAWARAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

Jenis-Jenis Pasar PERSAINGAN DAN MONOPOLI DEFINISI PASAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

HUKUM PENAWARAN. Sub Pembahasan : Pengertian Penawaran Hukum penawaran Kurva penawaran Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran Ekuilibrium

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA JULI 2017

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

ACARA 4. ASPEK PEMASARAN

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

Kuliah ke 3, 8 Oktober 2009 Erry Sukriah, SE, MSE MEKANISME PASAR. Permintaan & Penawaran

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2014 INFLASI 0,24 PERSEN

ANALISIS KERAGAAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI RAWIT DI KOTA GORONTALO JURNAL ILMIAH MEIKO SAIDI

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI/ DEFLASI PEDESAAN

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR. Bubba s Ice Cream

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN

POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA. Dr. Muchjidin Rahmat

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

NTP Sulawesi Utara September 2017 Naik 0,79 Persen

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2011

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei pada Pelanggan yang Menggunakan Jasa Pengiriman di Kantor Pos Besar Kota Malang)

BAB I. PENDAHULUAN A.

Transkripsi:

PERILAKU PEDAGANG DALAM PEMBENTUKKAN HARGA BARANG SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK DI KOTA MEDAN Oleh : Rahmat. SE.,MM Dosen akultas Ekonomi UGN Padang Sidempuan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku dari para pedagang dalam pembentukan harga sebelum barang kebutuhan pokok tersebut dijual ke konsumen (pembeli). ditingkat konsumen juga dipengaruhi oleh pola distribusi barang di suatu daerah. beli rata-rata pedagang tradisional dipengaruhi oleh harga pembelian komoditas dari pemasok/pengepul dan kondisi pasokan barang pada saat normal, pasokan barang banyak dan pasokan barang sedikit. Pada saat kondisi pasokan masing-masing komoditas sedikit harga beli pedagang mengalami kenaikan dan pada saat pasokan masing-masing komodtas banyak harga beli pedagang akan turun. jual rata-rata pedagang pasar untuk masing-masing komoditas juga tergantung dari keadaan pasokan barang sedikit dan banyak dibandingkan pasokan barang normal. Pada saat kondisi pasokan barang sedang sedikit harga jual pedagang akan mengalami kenaikan dan pada saat pasokan barang banyak harga jual pedagang akan mengalami penurunan. Secara umum, harga beli rata-rata pedagang lima macam kebutuhan pokok pada saat pasokan barang sedikit naik sebesar 63,78% dari pasokan barang normal, pada saat pasokan barang banyak dibandingkan harga normal harga beli rata-rata pedagang turun sebesar sebesar 28,13%. jual rata-rata pedagang lima macam kebutuhan pokok di pasar tradisional Kota Medan pada kondisi sedikit dibandingkan normal naik sebesar 50%, jika kondisi pasokan barang banyak dibandingkan pasokan barang normal harga jual rata-rata pedagang untuk kelima macam kebutuhan pokok turun sebesar 17,1%. Faktor yang dominan dalam menentukan harga jual pedagang yaitu harga pasar tertinggi sebesar 50% dan harga pesaing atau penjual lain sebesar 40% dan lain lain sebesar 10%. Kata Kunci :, Perilaku Pedagang PENDAHULUAN Medan merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami perkembangan yang pesat dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi yang diakibatkan semakin banyaknya pendatang dari tingkat kelahiran yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap barang kebutuhan pokok terus meningkat. Jika dilihat dari pola kegiatan ekonomi penduduk 106

Kota Medan hanya sebagian kecil yang bekerja di sektor pertanian sehingga hasil sektor pertanian tidak dapat memenuhi permintaan masyarakat daerah tersebut. Hal ini menyebabkan banyak dari pedagang yang ada di Kota Medan mendatangkan barang kebutuhan pokok dari luar Kota Medan. Kota Medan terletak pada jalur strategis karena merupakan jalur lintas Sumatera. Untuk memenuhi ketersediaan barang kebutuhan pokok masyarakat seperti: beras, cabe merah, bawang merah, kelapa, pisang, jeruk dan tomat pada umumnya didatangkan dari Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara, maka harga barang kebutuhan pokok sangat tergantung dengan keadaan dan masa panen dari kedua daerah tersebut. komoditas barangbarang kebutuhan pokok selalu dipantau oleh pemerintah karena peran pemerintah adalah mengawasi keadaan perekonomian. Jika harga barang kebutuhan pokok naik maka akan memicu terjadinya inflasi. Secara teori inflasi merupakan gejala kenaikan harga barang-barang dan jasa yang bersifat umum dan terus-menerus dalam periode tertentu (Raharja dan Manurung 2002). Sebagai daerah yang bukan merupakan daerah penghasil (produsen) untuk barang barang kebutuhan pokok tersebut, fluktuasi dari harga barang kebutuhan pokok dapat mengakibatkan terjadinya inflasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana perilaku dari para pedagang (penjual) dalam pembentukan harga pasar dari barang kebutuhan pokok di Kota Medan. Penentuan harga barang kebutuhan pokok tersebut berdasarkan 3 keadaan yaitu bagaimana pembentukan harga kebutuhan pokok pada saat kondisi pasokan barang normal, saat pasokan barang sedang banyak dan pada saat pasokan atau ketersediaan barang sedikit. Ketiga kondisi ini akan menyebabkan harga jual dari kebutuhan pokok yang ditetapkan pedagang berbeda-beda terhadap para pembeli (konsumen yang ada di Kota Medan). pasar suatu komoditas dan jumlah yang diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditas tersebut. pasar yang dimaksudkan adalah harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto dkk 2005). Pada dasarnya permintaan adalah keinginan yang disertai dengan ketersediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Jumlah permintaan adalah jumlah dari suatu barang tertentu yang hendak dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga pada waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain tetap (cateris paribus). Penawaran adalah jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga selama jangka 107

waktu tertentu cateris paribus (Gilarso 2003). Pengertian permintaan (demand) dan penawaran (supply) baru menunjukkan berbagai jumlah yang mau dibeli (Qd) dan yang mau dijual (Qs) pada berbagai kemungkinan harga (P). Demand sendiri dan supply sendiri (secara terpisah) belum menunjukkan berapa jumlah barang yang sungguh-sungguh diperjual belikan dan berapa sesungguhnya harga barang itu. pasar (P) dan jumlah barang yang diperjual belikan (Q) baru menjadi tertentu dalam interaksi antara permintaan dan penawaran, yaitu apabila permintaan dan penawaran dikombinasikan atau dipertemukan di pasar, dan bersamasama menimbulkan peristiwa tawarmenawar, jual-beli dan harga (Gilarso, 2003). Dalam ilmu ekonomi pengertian pasar lebih luas daripada hanya sekedar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang/jasa. Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak atau interaksi antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap barang yang diperjual belikan ada pasarnya: ada pasar ikan, pasar rokok kretek, pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja. Fungsi pasar adalah sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual (yang mempunyai barang dan menginginkan uang) dengan pembeli (yang mempunyai uang dan menginginkan barang). Penjual dan pembeli tidak bertemu muka dapat melalui surat, telepon atau e-mail, melalui iklan di surat kabar atau dengan bantuan perantar, asal saja keinginan pihak yang satu dapat diketahui oleh pihak lain. Struktur pasar disebut pasar persaingan sempurna menurut teori ekonomi adalah pasar yang mempunyai ciri-ciri yang terdiri dari banyak penjual dan pembeli di pasar dan masing-masing penjual hanya menawarkan barang yang relatif sedikit dibandingkan seluruh barang yang ada di pasar. Barang yang diperjual belikan adalah homogen(sama). Pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap tentang pasar meliputi harga jumlah barang dan kualitas barang (Sudarman 2002) Kenyataannya banyak dari pembeli dan penjual yang tidak mengetahui keadaan pasar secara lengkap dan tepat. Akibatnya proses pembentukan harga keseimbangan dipasar tidak akan begitu lancar antara penjual yang satu dengan penjual yang lain. Permintaan pasar adalah merupakan penjumlahan perimntaan individu-individu yang ada di pasar. 108

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Medan yang memiliki banyak pasar tradisional yang sebagian besar harga dari komoditas atau barang-barang kebutuhan pokok tersebut sangat tergantung dari pedagang yang memperoleh pasokan barang dagangan dari luar Kota Medan.Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan menyajikan pola pembentukan harga barang komoditas barang kebutuhan pokok dari produsen ke konsumen (pembeli) pada saat pasokan barang sedang normal, pasokan barang sedang sedikit dan pasokan barang sedang banyak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Beli Rata-Rata Pedagang Pasar Tradisional Pembentukan harga oleh produsen dan pedagang dipengaruhi oleh perilaku perusahaan yang sangat berhubungan dengan struktut pasarnya. Disamping itu, harga ditingkat konsumen juga dipengaruhi oleh pola distribusi suatu barang semakin panjang saluran distribusi akan semakin mahal harga yang dibeli oleh konsumen akhir. Pola distribusi komoditas kebutuhan pokok di Medan sebagian besar berasal dari Pengepul yang disalurkan ke pedagang besar dan selanjutnya baru ke pengecer dan terakhir ke konsumen. beli rata-rata merupakan harga pada saat pedagang membeli barang yang akan dijual kepada konsumen. pembelian pedagang dibagi atas tiga keadaan yaitu pada saat pasokan barang normal yaitu keadaan dimana pasokan tidak mengalami gangguan sedangkan pasokan barang sedikityaitu keadaan dimana jumlah barang yang dipasok oleh distributor/pengepul mengalami keterlambatan oleh karena putusnya jalur transportasi barang dari daerah produsen. Sedangkan pasokan barang banyak yaitu keadaan terjadi meningkatnyahasil panen atau produksi sehingga pasokan ke pasar tradisional juga mengalami peningkatan.sebagai gambaran harga beli rata-rata pedagang di pasar tradisional untuk produk pertanian yang diperdagangkan yaitu beras, cabe merah, bawang merah, tomat sayur disajikan pada tabel berikut: 109

Tabel 1. Beli Rata-Rata Pedagang Produk Pertanian di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2014 No Jenis Pasokan Komodity Normal Banyak Sedikit 1 Beras 8,900.00 7,300.00 10,500.00 2 Cabe Merah 22,000.00 12,000.00 38,000.00 3 Bawang Merah 10,00.000 10,000,00 18,500.00 4 Jeruk 6,000.00 5,000.00 12,000.00 5 Tomat Sayur 5,000.00 3,000.00 6,000.00 Sumber : Data Primer Tahun 2014 Berdasarkan tabel 1 harga pembelian pedagang untuk jenis komoditi beras tidak terjadi fluktuasi yang tinggi karena jika pasokan beras banyak dan sedikit harga beras akan naik dan turun sebesar 17,97%. Untuk komoditas cabe merah, harga pembelian pedagang sangat berfluaktif sekali antara kondisi saat pasokan barang normal dengan pasokan barang sedikit harga pedagang mengalami kenaikan sebesar 72,72% sedangkan pada saat kondisi pasokan normal dengan pasokan barang banyak harga pembelian pedagang mengalami penurunan sebesar 45,45%. Pada saat ini pasokan cabe merah tidak saja berasal dari Sumatera Barat tetapi juga dari Pulau Jawa. Cabe merah yang berasal dari Pulau Jawa disebut cabe kotak karena kemasannya berupa kotak berisi 30 kilogram. beli rata-rata pedagang atas komoditi bawang merah pada kondisi pasokan barang dari normal menjadi sedikit harga pembelian pedagang naik sebesar 85% sedangkan pada kondisi pasokan bawang banyak harga beli pedagang tidak mengalami perubahan. Komoditas bawang merah juga berasal dari Sumatera Barat dan Pulau Jawa. Untuk komoditas tomat sayur dan jeruk harga pembelian produsen pada saat harga pasokan barang normal dengan pasokan barang sedang sedikit akan mengakibatkan harga beli pedagang tomat sayur naik 20% dan jeruk naik sebesar 50%. Kondisi antara pasokan barang normal dengan pasokan barang banyak harga pembelian produsen untuk tomat sayur dan jeruk masing-masing turun sebesar 40% dan 16,7%. Permintaan terhadap tomat sayur lebih sedikit dari permintaan cabe merah. Jual Rata-Rata Pedagang Tradisional Pendapatan atau keuntungan pedagang diperoleh dari hasil penjualan komoditas yang dijual di pasar tradisional dibandingkan harga beli rata-rata pedagang. 110

Sebagai gambaran, harga jual rata-rata Medan disajikan pada tabel 2 berikut : pedagang di pasar tradisional Kota Tabel 2. Jual Rata-Rata Pedagang Produk Pertanian di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2014 No Jenis Pasokan Komodity Normal Banyak Sedikit 1 Beras 9,500.00 8,500.00 11,000.00 2 Cabe Merah 28,000.00 22,000.00 55,000.00 3 Bawang Merah 18,000.00 15,000.00 23,000.00 4 Jeruk 14,500.00 13,000.00 16,000.00 5 Tomat Sayur 6,000.00 4,500.00 9,000.00 Sumber : Data Primer Tahun 2014 Berdasarkan tabel 2 diatas harga jual rata-rata pedagang berbeda pada berbagai kondisi. Dari beberapa komoditas yang diperdagangkan harga jual cabe merah pada kondisi pasokan sedikit mengalami lonjakan harga jual mencapai 96,43% dari harga normal. Tingginya harga disebabkan oleh karena permintaan terhadap cabe merah tetap sama dengan kondisi pada saat pasokan normal yang tidak diimbangi oleh ketersediaan cabe merah di pasar. Pada umumnya cabe merah didatangkan oleh pemasok/ pengepul dari Sumatera Barat, kondisi pasokan cabe merah ditentukan oleh jalur transportasi dari Sumatera Barat ke Medan dan apabila jalur transportasi mengalami hambatan (tanah longsor,dll) pasokan cabe merah akan berkurang sehingga menyebabkan terjadi lonjakan harga cabe. Selain cabe merah komoditas bawang merah pada kondisi pasokan normal dengan pasokan sedikit harga jual naik sebesar 85% jika pasokan barang banyak harga jual tidak mengalami perubahan. jual beras antara pasokan barang sedikit dan pasokan barang banyak hanya naik 15,79% dan turun sebesar 10,53%. Jadi harga jual beras tidak begitu berfluaktif. Komoditas jeruk dan tomat sayur harga jual produsen pada saat antara kondisi pasokan barang normal dan kondisi pasokan sedikit mengalami kenaikan harga sebesar 50% sedangkan pada saat kondisi pasokan barang banyak harga jual pedagang jeruk dan tomat sayur turun masing-masing sebesar 16,67% dan 40%. Setelah mengetahui harga beli rata-rata dan harga jual rata-rata oleh pedagang terhadap kelima macam komoditas kebutuhan pokok masyarakat Kota Medan maka dapat 111

diketahui penetapan harga jual oleh tabel berikut ini pedagang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Beli Rata-Rata dan Jual Rata-Rata Pedagang Kebutuhan Pokok di Kota Medan Tahun 2014 No Kondisi Pasokan Rata-Rata Beli () Rata-Rata Jual () 1 Normal 51,900.00 76,000.00 2 Banyak 37,300.00 63,000.00 3 Sedikit 85,000.00 114,000.00 Sumber : Data Primer Tahun 2014 Jika dilihat dari tabel 3 harga beli rata-rata pedagang dari lima macam kebutuhan pokok dengan kondisi pasokan barang sedikit dibandingkan pasokan barang normal harga naik sebesar 63,78% pada pasokan barang banyak dibandingkan pasokan barang normal maka harga beli atas pedagang kebutuhan pokok turun sebesar28,13%. jual rata-rata pedagang terhadap lima macam kebutuhan pokok pada kondisi antara pasokan barang sedikit yaitu naik sebesar 50%. Pada saat kondisi pasokan barang normal dan pasokan barang banyak maka harga jual rata-rata komoditi kebutuhan pokok turun sebesar 17,1%. Pada umumnya, 50% pedagang tradisional menetapkan harga jual kepada konsumen adalah berdasarkan harga pasar tertinggi sebesar 50%, sedangkan harga pesaing atau penjual lain sebesar 40%, sisanya sebesar 10% ditentukan oleh biaya produksi yang dikeluarkan pedagang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penetapan harga beli dan harga jual pedagang pedagang kebutuhan pokok di pasar tradisional Kota Medan pada umumnya di pengaruhi oleh pasokan komoditas kebutuhan pokok oleh distributor/pengepul dan kondisi pasokan barang dalam keadaan banyak dan sedikit dibandingkan pasokan normal. Pada saat kondisi pasokan barang banyak harga beli rata-rata pedagang kebutuhan pokok di pasar tradisional mengalami penurunan sebesar 28,13% dan pada saat pasokan barang sedikit harga beli rata-rata pedagang akan mengalami kenaikan sebesar 63,78%. Sedangkan, harga jual rata-rata pedagang lima macam bahan kebutuhan pokok mengalami penurunan sebesar 17,1%. Pada kondisi barang banyak dibandingkan kondisi barang normal. Jika pasokan barang sedikit dibandingkan pasokan barang dalam keadaan normal maka harga jual rata- 112

rata kelima macam kebutuhan pokok naik sebesar 50%. Pada umumnya, 50% pedagang tradisional menetapkan harga jual kepada konsumen adalah berdasarkan harga pasar tertinggi sebesar 50%, sedangkan harga pesaing atau penjual lain sebesar 40%, sisanya sebesar 10% ditentukan oleh biaya produksi yang dikeluarkan pedagang. Saran Untuk penetapan (pembentukan) harga oleh pedagang tradisional di kota Medan terhadap kebutuhan pokok hendaknya ada kontrol (pengawasan) dari pemerintah baik dilihat dari pola saluran distribusi masing-masing komoditas dari daerah asal. Pemerintah harus mengetahui dengan cepat keadaan, pasokan komoditas kebutuhan pokok tersebut terutama pada saat sedang sedikit. Hal ini bertujuan supaya harga kebutuhan pokok dapat terjangkau bagi konsumen yang daya belinya kurang. DAFTAR PUSTAKA Alma Buchari, 2000, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alphabeta, Bandung Amirullah dan Imam Hardjanto, 2005, Pengantar Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta Gilarso T, 2003, Pengantar Ekonomi Mikro, Kanisius, Yogyakarta Nitisemito S Alex, 2004, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta Raharja Prathama dan Manurung, 2002, Teori Ekonomi Makro, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Sudarman Ari, 2002, Teori Ekonomi Mikro, Bpfe, Yogyakarta Sugiarto, Tedy Herlambang, Brastoro, Rachmat Sujana, Said Kelana, 2005 Ekonomi Mikro, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 113