Oleh : Wowon Juanda, Eulis Tanti Marlina, Yuli Astuti Hidayati ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

KUALITAS MIKROBA PADA RUANG PENAMPUNGAN SUSU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH BAKTERI DALAM AIR SUSU

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

Analisa Mikroorganisme

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. 18,20 Lemak (g) 25,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin B1 (mg) 0,08 Air (g) 55,90 Kalori (kkal)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

PENENTUAN TINGKAT KELAYAKAN KONSUMSI AIR ES BALOK DAN AIR ES POLAR DI WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS UMS DITINJAU DARI JUMLAH COLIFORM FECAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Mutu karkas dan daging ayam

ANGKA LEMPENG TOTAL DAN CEMARAN Escherichia coli PADA PERALATAN PEMOTONGAN DI TINGKAT PEDAGANG AYAM TRADISIONAL KOTA PEKANBARU

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwidjoseputro, 1978). kuantitas maupun kualitasnya (Entjang, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

Pengaruh Fortifikasi Jumlah Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Yang Berbeda Pada Tahu Terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ABSTRAK ISOLASI BAKTERI KOLIFORM PADA BEBERAPA JENIS SUSU KENTAL YANG BEREDAR DI KOTA AMBON

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Susu Menurut SNI susu segar adalah susu murni yang tidak

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tinggi seperti protein, lemak vitamin B (vitamin B 6 /pridoksin, vitamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

Lama Penyimpanan Daging Broiler terhadap Jumlah Cemaran Coliform pada Showcase Pasar-Pasar Swalayan di Denpasar

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN BAKSO TUSUK DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintah, 2004). Sumber pangan yang berasal dari sumber nabati ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiap tingkatan kehidupan atau untuk tiap bangsa dan negara (Salim, 1986).

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

Ketahanan Daging Rendang Tanpa Pemasakan Ulang Selama Penyimpanan Suhu Ruang Berdasarkan Uji Reduktase dan Organoleptik

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

Transkripsi:

EVALUASI JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN KOLIFORM PADA KARKAS AYAM YANG DISUNTIK DENGAN AIR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP WAKTU AWAL KEBUSUKAN (Studi Kasus Di Pasar Kabupaten Tasikmalaya) EVALUATION OF TOTAL BACTERIA AND COLIFORM COUNT ON WATER INJECTED BROILER CARCASS AND THE EFFECT ON EARLY DETECTION OF SPOILAGE TIME (CASE STUDY IN TASIKMALAYA MARKET) Oleh : Wowon Juanda, Eulis Tanti Marlina, Yuli Astuti Hidayati ABSTRAK Penelitian ditujukan untuk mengetahui jumlah total bakteri dan koliform pada ayam yang disuntik dengan air serta pengaruhnya terhadap waktu awal kebusukan. Penelitian dilakukan di tiga pasar di Kabupaten Tasikmalaya yaitu Pasar Rajapolah, Singaparna, dan Ciawi. Penelitian dilakukan melalui uji organoleptik secara visual dan perabaan serta uji jumlah total bakteri, jumlah bakteri koliform, dan pengujian waktu awal kebusukan terhadap karkas ayam yang disuntik dengan air dan sebagai pembanding dilakukan pengujian terhadap karkas ayam yang tidak disuntik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode purposive sampling. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian secara organoleptik menunjukkan karkas ayam lebih menggembung atau bengkak (visual) dan basah/berair bila daging ditekan (perabaan). Jumlah total bakteri dan koliform pada karkas ayam yang disuntik menunjukkan jumlah yang tinggi, yakni berkisar antara 33,6x10 7-49,7x10 7 cfu/g untuk jumlah total bakteri dan 11,5-13,7 MPN/g untuk jumlah bakteri koliform, melebihi jumlah maksimal cemaran mikroba SNI tahun 2000 yakni 10 4 cfu/g untuk jumlah total bakteri dan 10x0,1 MPN/g.untuk bakteri koliform. Kata kunci : Karkas ayam, suntik air, total bakteri, bakteri koliform, awal kebusukan. ABSTRACT This study was conducted to know total bacteria and coliform count on water injected broiler carcass and the effect on early detection of spoilage time. Sample for this study taken from three markets in Tasikmalaya, they are Rajapolah, Singaparna and Ciawi market. This study using direct contact and visual by organoleptic test, total plate count, coliform bacteria analyses and early detection of spoilage time in water injected broiler carcass compare with regular broiler carcass. This research is a case sudy with purposive sampling and the datas gained were discussed descriptively. The result organoleptic test showed that injected broiler carcass more watery. Total bacteria and coliform count on injected broiler carcass showed higher is 33.6x10 7-49.7x10 7 cfu/g for total bacteria and 11.5-13.7 MPN/g for coliform, over the

requirements standard of Maximum Microbe Limit SNI 2000, they are total bacteria 10 4 cfu/g and coliform 10x0.1 MPN/g. Key word : Broiler carcass, water injected, total bacteria, coliform, early detection of spoilage time. PENDAHULUAN Bahan pangan pada dasarnya mudah mengalami kerusakan, terutama disebabkan kontaminasi mikroba. Mikroba dapat mengkontaminasi bahan pangan pada saat penanganan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada permukaan atau di dalam daging yaitu, faktor dalam (intrinsik) seperti nilai nutrisi dalam daging, kadar air, ph, dan adanya substansi penghalang dan penghambat pertumbuhan mikroba, sedangkan faktor luar (ekstrinsik) yang terdiri atas faktor lingkungan, temperatur, kelembaban, ada tidaknya oksigen, dan bentuk atau kondisi daging (Soeparno, 1994). Mikroba yang sering menkontaminasi daging ayam sehingga menimbulkan kerusakan adalah bakteri. Bakteri yang merusak daging ayam dapat berasal dari infeksi saat ternak hidup dan kontaminasi daging postmortem (setelah pemotongan). Pemotongan ayam harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Pemerintah melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang tertuang dalam SNI 01-6160-1999 tentang Rumah Pemotongan Unggas (RPU). Pada kenyataannya, daging ayam yang dijual di pasarpasar tradisional dipotong di tempat yang tidak memenuhi persyaratan higienis seperti yang ditetapkan oleh pemerintah. Kontrol yang kurang dari pihak yang berwenang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam menangani daging ayam yang akan dijual. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat berupa ayam tiren, yaitu ayam mati yang diperjualbelikan, pencucian karkas ayam dengan formalin, atau merendam/menyuntik karkas ayam yang akan dijual agar diperoleh penambahan berat karkas. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penyuntikan daging ayam dilakukan setelah ayam bersih. Penyuntikkan dilakukan di kedua paha bawah dan kedua sayap. Peralatan suntik berupa selang yang ujungnya dipasang pipa besi kecil yang ujungnya runcing. Selang itu kemudian dihubungkan dengan keran air. Segala sesuatu yang kontak dengan daging secara langsung atau tidak langsung dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba (Soeparno, 1994). Air yang digunakan sebagai perendam karkas ayam merupakan salah satu sumber kontaminasi bakteri pada daging ayam. Air merupakan pembawa penyakit yang lebih banyak dibandingkan dengan makanan. Bakteri Escherichia coli dan kelompok koliform paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya polusi secara keseluruhan (Jenie, 1988). Semua anggota kelompok koliform mungkin berasal dari kotoran manusia. Organisme dari kelompok koliform secara keseluruhan adalah tidak umum terdapat di dalam air dan ditemukannya di dalam air sedikitnya dapat dianggap sebagai petunjuk adanya polusi dalam arti luas (Buckle dkk, 1987). Adanya bakteri koliform dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 1989). Bakteri koliform bersifat aerob dan fakultatif anaerob, gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk batang dan mampu memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu 32 o C atau 35 o C selama 48 jam (Marshall, 1992). Sumber koliform berasal dari saluran pencernaan hewan. Air yang terkontaminasi kotoran ternak dapat mengandung koliform yang dapat bermigrasi pada karkas.

Tingkat kontaminasi pada permukaan karkas lebih tinggi darpada kontaminasi dalam daging. Hal ini disebabkan permukaan karkas bersentuhan langsung dengan lingkungan luar, sedangkan untuk bagian dalam daging pada umumnya hanya sedikitbakteri yang hidup (Jay, 1992). Kontaminasi pada karkas ayam broiler akan mengakibatkan pembusukan. Pembusukan merupakan dekomposisi anaerobik dari protein menjadi peptida atau asam amino mengakibatkan bau busuk pada bahan pangan karena terbentuk H 2 S, amonia, metil sulfida dan senyawa-senyawa bau lainnya (Buckle dkk., 1987). METODE Metode yang digunakan survey di pasar Rajapolah, Singaparna, dan Ciawi dengan pengambilan sampel masing-masing di tiga pedagang besar (pemasok pedagang kecil/eceran). Ulangan dilakukan sebanyak enam kali. Hasil akhir dari perhitungan jumlah bakteri dan koliform pada karkas ayam diperoleh dari hasil analisis mean atau rata-rata data pengamatan. Peubah yang diamati adalah jumlah bakteri total dan koliform pada karkas ayam serta waktu awal kebusukan. Metode penghitungan jumlah bakteri total adalah metode Total Plate Count (TPC) dan metode Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah bakteri koliform. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Bakteri Jumlah total bakteri karkas ayam yang disuntik air dari ketiga pedagang cukup bervariasi antara 33,6x10 7-49,7x10 7 cfu/g (Tabel 1). Hal ini memungkinkan karena perbedaan penanganan diantara pedagang, salah satunya sumber air yang digunakan. Sebagai pembanding dari masing-masing pedagang diuji jumlah total bakteri ayam yang tidak disuntik dengan air (ayam kering). Hasilnya jumlah bakteri pada karkas ayam kering berkisar antara 1,2x10 7-2,3x10 7 cfu/g. Hal ini sejalan dengan pendapat Jenie dan Fardiaz (1989) yang menyatakan bahwa air merupakan sumber kontaminan pembawa penyakit pada bahan pangan. Pengamatan secara visual di laboratorium, tampak karkas ayam yang disuntik dengan air lebih basah dan menggembung dibandingkan dengan karkas ayam yang tidak disuntik dengan air. Pada umumnya para pedagang menawarkan ayam yang disuntik dengan air (ayam basah) pada harga yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang tidak disuntik (ayam kering). Ketentuan Pemerintah yang tertuang dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2000 tentang batas maksimum cemaran mikroba, jumlah total bakteri pada daging segar adalah 10 4 cfu/g, sedangkan berdasarkan SK Dirjen POM No. 03726/B/SK/VII/89 batas maksimun cemaran mikroba dalam daging ayam segar adalah 10 6 cfu/g. Dengan demikian daging ayam yang disuntik dengan air mengandung jumlah total bakteri jauh melebihi yang dipersyaratkan.

Tabel 1. Jumlah total bakteri pada karkas ayam yang disuntik dengan air Ulangan Pedagang A B C 10 7 CFU/g 1 33,3 52,2 45,3 2 33,2 43,2 51,2 3 26,0 49,0 44,3 4 44,1 53,0 53,0 5 31,9 43,0 56,7 6 32,8 31,9 47,8 Kontrol 1,2 2,3 1,7 Jumlah 201,3 272,3 298,3 Rataan 33,6 5,9 45,4 7,9 49,7 4,8 Keterangan : Pedagang A : Pemasok ayam di Pasar Singaparna Pedagang B : Pemasok ayam di Pasar Rajapolah Pedagang C : Pemasok ayam di Pasar Ciawi Jumlah Bakteri Koliform Jumlah bakteri koliform pada karkas ayam yang disuntik dari ketiga pedagang berkisar antara 11,5-13,7 MPN/g (Tabel 2), sedangkan pada karkas ayam yang tidak disuntik berkisar 5,4-9,2 MPN/g. Baik pada ayam yang disuntik maupun tidak disuntik (kontrol) jumlah koliform cukup tinggi, melebihi ketentuan SNI tahun 2000 tentang batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam segar yakni 10x0,1 MPN/ml. Hal ini berhubungan dengan kualitas air yang digunakan dalam proses pencucian kemungkinan kurang bersih, sejalan dengan pendapat Pelczar dan Chan (1988) bahwa koliform merupakan salah satu bakteri indikator kebersihan air. Tabel 2 Jumlah bakteri koliform pada karkas ayam yang disuntik dengan air Ulangan Pedagang A B C MPN/g 1 9,2 16,0 16,0 2 16,0 9,2 9,2 3 9,2 9,2 16,0 4 9,2 16,0 16,0 5 16,0 16,0 9,2 6 9,2 16,0 9,2 Kontrol 9,2 9,2 5,4 Jumlah 68,8 82,4 75,6 Rataan 11,5 3,5 13,7 3,5 12,6 3,7 Keterangan : Pedagang A : Pemasok ayam di Pasar Singaparna Pedagang B : Pemasok ayam di Pasar Rajapolah Pedagang C : Pemasok ayam di Pasar Ciawi Setelah dilakukan uji penguat baik pada karkas ayam yang disuntik maupun yang tidak disuntik koliform ada dalam bentuk koliform non fekal. Dengan demikian koliform ini kemungkinan berasal dari tanah yang terbawa dalam air cucian. Waktu Awal Kebusukan

Waktu awal kebusukan pada ayam yang disuntik berkisar pada 326,7-348,3 menit (Tabel 3), sedangkan pada karkas ayam yang tidak disuntik (kontrol) waktu awal kebusukan relatif lebih lama, yakni berkisar antara 430-485 menit. Hal ini sejalan dengan jumlah total bakteri dan bakteri koliform pada ayam yang disuntik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang tidak disuntik. Terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang dapat merusak makanan (pembusukan), diantaranya kelompok koliform seperti Pseudomonas dan Proteus vulgaris, dan juga bakteri jenis lain seperti alcaligenes, Lactobacillus casseliflavus, Clostridium juga dapat menyebabkan pembusukan pada daging ayam segar (Buckle dkk., 1987; Pelczar dan Chan, 1988; Srikandi, 1992). Bakteri-bakteri tersebut dalam metabolismenya menghasilkan H 2 S yang dapat berikatan dengan Pb asetat yang ditandai dengan timbulnya warna kecoklatan pada kertas saring yang menempel pada daging. Pengujian secara organoleptik melalui perabaan dan penciuman, pada awal kebusukan daging sudah tercium bau busuk, namun lendir belum terbentuk. Bau busuk terbentuk akibat adanya penguraian protein oleh bakteri proteolitik menjadi asam amino, amin, amonia, dan hidrogen sulfida. Pada penyimpanan suhu ruang daging ayam dapat membusuk dengan cepat. Hal ini disebabkan pada kisaran suhu 7 o -60 o C organisme akan tumbuh dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam hal penampilan, rasa, bau, serta sifat-sifat lain pada bahan pangan (Pelczar dan Chan, 1988). Tabel. 3. Waktu awal kebusukan karkas ayam yang disuntik dengan air Ulangan Pedagang A B C menit 1 345 325 340 2 330 310 325 3 410 345 330 4 310 310 320 5 380 310 310 6 315 360 335 Kontrol 460 430 485 Jumlah 2090 1960 1960 Rataan 348,3 39,3 326,7 21,4 326,7 10,8 Keterangan : Pedagang A : Pemasok ayam di Pasar Singaparna Pedagang B : Pemasok ayam di Pasar Rajapolah Pedagang C : Pemasok ayam di Pasar Ciawi KESIMPULAN Karkas ayam yang disuntik dengan air mempunyai tampilan yang lebih basah di antara selaput jaringan kulit dan daging, terutama pada bagian pangkal paha dan bawah sayap. Jumlah bakteri total dan koliform pada ayam yang disuntik jauh melebihi batas minimal cemaran mikroba pada daging ayam segar yang dipersyaratkan dalam Sandar Nasional Indonesia tahun 2000, yakni 10 4 cfu/g untuk total bakteri dan 1x0,1 MPN/g untuk jumlah koliform. Waktu awal kebusukan pada daging ayam sejalan dengan jumlah total bakteri awal yang terkandung pada karkas ayam. Semakin tinggi jumlah bakteri awal semakin pendek waktu awal kebusukan.

DAFTAR PUSTAKA Betty S.L. Jenie. 1988. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Buckle, K.A., R.A. Edwards,G.H. Gleet dan M. Wotton. 1987. Food Science. Diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia Fardiaz, S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Mikrobiologi Pangan. Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Jay, 2000. Modern Food Microbiology. Second Edition. Wayne State University. D.Van Nostrand Company. Gaithersburg, Maryland. Pelczar, M.J and R.D. Reid. 1982. Microbiology. International Student Edition. McGraw-Hill Book Inc. New York. Toronto. London. Pelczar, J.M., dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi (2). UI-Press. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba. Badan Standardisasi Nasional Indonesia. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-2. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.