MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Proses erupsi gigi adalah suatu proses isiologis berupa proses pergerakan gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pergerakan gigi isiologis merupakan gerakan gigi secara alami yang terjadi selama dan setelah erupsi. gerakan gigi isiologis melipui:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan ikat termineralisasi yang membalut akar gigi dan merupakan tempat tertanamnya serabut gingiva dan ligamen periodontal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

Salah satu bagian gingiva secara klinis

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

HISTOLOGI JARINGAN KERAS DAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNATIK

1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan erupsi gigi permanen pada anak

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015).

Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi merupakan jaringan keras pada rongga mulut yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 6 Evaluasi pasca perawatan penting untuk mendeteksi penyebab

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit

ASPEK BIOLOGI, BIOKIMIAWI DAN FISIOLOGI SEL-SEL PENYUSUN JARINGAN PERIODONTAL

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

Transkripsi:

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI 1. Mekanisme sel-sel dalam erupsi gigi desidui Erupsi gigi desidui dimulai setelah mahkota terbentuk. Arah erupsi adalah vertikal. Secara klinis ditandai dengan munculnya gigi dalam rongga mulut. Ease erupsi gigi : a. Pre erupsi: pergerakan gigi sebelum muncul dalam rongga mulut, rahang belu berkembang, bakal gigi masih berjejal (rahang berkembang, secar simultan gigi bergerak) b. Erupsi : gigi bergerak dari posisinya dalam tulang rahang, ke posisi fungsional dalam oklusi Terdapat jenis-jenis erupsi gigi: a. Erupsi prefungsional (aktif) : pergerakan dari dalam tulang sampai oklusi b. Erupsi fungsional (aktif) : untuk mempertahankan kontak oklusi, akibat pemakaian c. Erupsi pasif : karena umur tua, ada proses resesi gingiva Mekanisme proses erupsi melibatkan: Pertumbuhan akar (dentin, pulpa, sementum) Tekanan hidrostatik vaskularisasi pulpa Pertumbuhan ligamen periodontal Pertumbuhan tulang alveolus Kontraksi ligamen (terdapat protein kontraktil aktin dan myosin) Permulaan erupsi aktif prefungsional: Bakal gigi pada tulang kripta Ameloblas Sudah berdifferensiasi membentuk email, dentin odontoblas epitel email luar --> mulai membentuk. akar Mahkota bergerak ke atas --> tulang kripta bagian dalam terjadi resorpsi Terjadi deposisi tulang --> permulaan Gerakan vertikal, karena jaringan ikat di atas mahkota "rusak" karena proses digestif sel-sel Terjadi fusi epithelium rongga mulut dengan epitel email luar dan dalam --> kehilangan vaskularisasi --> "kerusakan" --> erupsi klinis Permulaan erupsi aktif fungsional: Universitas Gadjah Mada 1

Bagian servikal mahkota anatomis masih tertutup (epitel email luar dan epitel email dalam) Epitel email luar dan epitel email dalam fusi dengan gingiva --> epithelium rongga mulut. Proliferasi sel-sel selubung akar disertai gerakan erupsi dan resorpsi dasar kripta dengan kecepatan hampir sama Pembentukan akar disertai pembentukan ligamen periodontal. Akar terbentuk dua pertiga bagian, maka gigi beroklusi, ujung akar masi terbuka Tanggalnya gigi desidui: Resorpsi progresif jaringan keras (tulang), sementum, dentin Sel-sel osteoklas, dentinoklas, sementoklas Bentuk sel : ukuran besar, berinti banyak, terdapat "ruffled border" Resorpsi akar disertai resorpsi ligamentum periodontal (fibroblas) Keadaan ini disertai gerakan pre erupsi Gerakan pengunyah berperan positif Mekanisme resorpsi dan tanggal gigi: Lepasnya komponen anorganik (kristal-kristal mineral) (terlihat kristal mineral antara mikrofili dan pada vakuola ruffled border) Proses melibatkan pelepasan lokal, masuk ke lakuna Howship Permulaan kerusakan komponen organ ekstraseluler oleh enzim-enzim kolagenase Hasil degradasi matriks tersebut ke sistem vakuola-lisosom pada daerah ruffled border Universitas Gadjah Mada 2

Dalam vakuola terdapat enzim hidrolitik asam kuat Gerakan erupsi menimbulkan tekanan kuat terhadap gigi desidui Tidak ada gigi permanen --> resorpsi berjalan (lambat) 2 arah luar dalam 2. Mekanisme se-sel dalam erupsi gigi permanen Mekanisme ini pada prinsipnya sama dengan mekanisme pada gigi desidui Pembentukan bakal I, C, P sekitar fase bell gigi i, c, m Mula-mula bakal gigi desidui dan permanen terletak pada groove yang sama (desidui Iebih ke sebelah luar) Setelah gigi desidui mulai erupsi, letak bakal gigi permanen : - sebelah lingual akar gigi desidui - sebelah bawah akar gigi desidui Utk gigi M = perpanjangan dental lamina ke belakang di bawah mukosa Proses erupsi gigi permanen : akan terjadi resorpsi Tulang Jaringan ikat Ligamentum periodontal gigi desidui Akar gigi desidui Proses resorpsi : lambat 1. dinding kripta 2. soket gigi desidui 3. sementum gigi desidui Sifat : intermitten 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme erupsi gigi Delayed erupsi, premature erupsi Pengaruh sistemik : nutrisi, hormonal, iklim, ras, genetik Pengaruh lokal : abses berulang karena gigi desidui gangren, pencabutan gigi desidui terlalu awal, trauma berat yang mengakibatkan rusaknya dental folikel sehingga ligamentum periodontal tidak terbentuk dan terjadi sementosis. Universitas Gadjah Mada 3

Erupsi gigi desidui dapat disertai: Hipersalivasi Memasukkan benda/jari ke mulut Rewel, sukar tidur Demam, diarhee Beberapa kelainan erupsi gigi: a. Natal teeth waktu lahir sudah terdapat gigi b. Neonatal teeth erupsi kurang lebih 30 hari sesudah lahir Pada daerah i Erupsi premature, immature Akar sangat pendek Sangat goyah Supernumerar? Perawatan? 4. Mekanisme sel-sel dalam resorpsi gigi desidui Gigi desidui sifat fisiologis intermitten : aktif, istirahat aktif sel-sel osteoklast pengambilan garam-garam anorganik (Ca) kerusakan matriks organik istirahat reparasi sel-sel osteoblast Dimulai - akar gigi desidui sempurna mahkota gigi permanen terbentuk tidak selalu dari ujung akar, berdasar letak benih gigi permanen Universitas Gadjah Mada 4

Gigi permanen pathologis resorpsi idiopatic, pada I muda Gangguan : Gigi desidui gangren Gigi desidui perawatan syaraf Letak gigi permanen malposisi Universitas Gadjah Mada 5