PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU

Faktor-faktor kejadian malaria

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN GIGITAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS BONTOBAHARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

PERILAKU MASYARAKAT DAN KEJADIAN MALARIA DI DESA PULAU LEGUNDI KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH, KABUPATEN KAMPAR, 2005/2006

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN CARA PENCEGAHAN MALARIA DI DESA JIKO UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

Relation of a Factor of Work and Environments with the Incidence of Malaria in Sub- District Jaro Tabalong Regency

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT, LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN PESAWARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

Yurike Gitanurani¹, Dina Dwi Nuryani² Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR RISIKO UPAYA MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DBD DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

Elly Yane Bangkele*, Ari Krisna**

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARAKA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGTAHUN 2013

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS KOELODA KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA PROVINSI NTT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013 Norbertha Lerebulan Jeavery Bawotong Julia. Villy. Rottie

Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU

FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA (Studi Kasus di Puskesmas Cluwak dan Puskesmas Dukuhseti) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

TINDAKAN MASYARAKAT TEHADAP PENYAKIT MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT, BAHAN ANTI NYAMUK DAN KEBIASAAN KELUAR RUMAH MALAM HARI TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI DESA LOBU DAN LOBU II KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TAHUN 2013 Priscila E. Asa*Jootje M. L. Umboh*, Jane Pangemanan*, * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Malaria disebarkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Bentuk tindakan pencegahan malaria seperti, pemakaian kelambu, kebiasaan keluar malam, pemakaian obat anti nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kelambu, repellent, bahan anti nyamuk dan kebiasaan keluar malam hari terhadap angka kejadian malaria di Desa Lobu dan Lobu II Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol (case control). Populasi penelitian adalah masyarakat yang pernah/sementara menderita Penyakit Malaria positif melalui data bulan Desember 2012 sampai Februari 2013 di Puskesmas Touluaan dan tidak pernah menderita penyakit malaria yang tinggal di Desa Lobu dan Lobu II sebanyak 80 orang, terdiri atas 40 kelompok kasus dan 40 kelompok kontrol. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji Kai-Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kebiaasaan keluar rumah malam hari p=0,007; OR=3,500, dengan tingkat kesalahan ( ) 0,05 responden yang mempunyai kebiasaan keluar rumah malam lebih dari sama dengan 3 hari berisiko 3,500 kali menderita malaria dari pada responden yang mempunyai kebiasaan keluar rumah malam kurang dari 3 hari di Desa Lobu dan Lobu II. Penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh penggunaan kelambu, tidak ada pengaruh penggunaan repellent, tidak ada pengaruh penggunaan bahan anti nyamuk, dan ada pengaruh kebiaasaan keluar rumah malam hari terhadap kejadian malaria di Desa Lobu dan Lobu II. Kata Kunci : Kelambu, Repellent, Bahan Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Rumah Malam Hari, Malaria ABSTRACT Malaria is spread by Mosquito Biting (female Anopheles). Every year more than 500 million people in the world infected by malaria and more than one million people passed away. The action to prevent it such as; using netting, repellent, material of resistant of mosquito biting, evening hang-out habit. This research aims to know the influence using netting, material of resistant of mosquito biting, repellent, evening hang-out habit toward malaria worsen rate. This research is observational one with case control study planning. Research population is the society who ever / while suffering malaria positively through the data of December 2012 until Pebruary 2013 at Touluaan Public health center and 80 people who never suffering Malaria that live at Lobu village and Lobu II one. They are consist of 40 cases group and 40 controlling group. Removing data using questioners and data analyzing using Kai-quadrate test. The result of this research shows that there is influence of evening hang out habitp=0,007; OR=3,500, with an error rate 5% (α=5%). The respondents who have a habit to hang-out in the evening more equal with three days risk 3,500 times suffering malaria than the respondents who have a habit to hang-out in the evening less than three days at Lobu village and Lobu II one. This research shows that there is no influence of netting using, there is no influence of repellent using, there is no influence of resistant of mosquito biting material, and there is influence of evening hang out habittomalariaincidenceat Lobu village and Lobu II. Key Words: Repellent, mosquito biting resistant material, evening hang-out habit, malaria. 1

PENDAHULUAN Malaria disebarkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini jika tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi parah dan kematian. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa malaria menyebabkan sekitar 655.000 kematian pada tahun 2010 (CDC, 2011). Kasus malaria yang ada di Indonesia terjadi peningkatan, dimana API (Annual Parasite Incidence) tahun 2009 yaitu 1,85 per 1.000 penduduk naik menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010 (Depkes RI, 2012). Bentuk tindakan pencegahan malaria seperti, pemakaian kelambu, kebiasaan keluar malam, pemakaian obat anti nyamuk dan lain-lain (Arsin, 2012). Tahun 2010 jumlah kasus malaria yang ada di Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan, dari API (Annual Parasite Incidence) sebesar 1,63 per 1000 penduduk naik menjadi 2,52 per 1000 penduduk pada tahun 2011. Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan salah satu Kabupaten/Kota dengan jumlah kasus malaria yang tinggi, di mana pada tahun 2011 kasus malaria positif adalah 2001 kasus dan terjadi peningkatan kasus pada tahun 2012 menjadi 2005 positif malaria. Data kasus penyakit malaria yang ada di kabupaten Minahasa Tenggara menunjukkan tingginya angka kejadian malaria di Puskesmas Touluaan, dimana jumlah kasus yang positif malaria pada tahun 2011 yaitu 574 dan naik pada tahun 2012 menjadi 962 yang positif malaria (Dinkes Minahasa Tenggara, 2013). Sesuai data yang ada di Puskesmas Touluaan, pada tahun 2011 jumlah kasus malaria yang ada di Desa Lobu yaitu 48 kasus naik menjadi 64 kasus pada tahun 2012. Sama halnya dengan Desa Lobu II yang memiliki jumlah kasus pada tahun 2011 yaitu 51 kasus dan terjadi kenaikan pada tahun 2012 menjadi 87 kasus. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan kelambu, repellent, bahan anti nyamuk dan kebiasaan keluar rumah malam hari terhadap kejadian malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kelambu, repellent, bahan anti nyamuk dan kebiasaan keluar 2

rumah malam hari terhadap kejadian malaria di Desa Lobu dan Lobu II Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara tahun 2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol (case control). Populasi dalam penelitian ini sesuai data pada bulan Desember 2012 sampai Februari 2013 di Puskesmas Touluaan dan data masyarakat yang tinggal di Desa Lobu dan Lobu II Kecamatan Touluaan. Sampel yang diambil berjumlah 80 orang. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Metode pengumpulan data dibagi menjadi 2 yakni data Primer dan data Sekunder. Analisa data yang digunakan yaituanalisa univariat dan analisa bivariat, untuk mengetahui pengaruh penggunaan kelambu, repellent, bahan anti nyamuk dan kebiasaan keluar rumah malam hari terhadap kejadian malaria dengan menggunakan uji Kai-Kuadrat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik umur responden (62,5%) yang terbanyak berada pada kelompok umur 1-15 tahun sedangkan yang paling sedikit terdapat pada responden (2,5%) dengan kelompok umur 46-60 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden diperoleh 52,5% laki-laki dan 47,5% perempuan. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Umur Jenis Kelamin Tempat Tinggal (Desa) Karakteristik Kelompok Total Kasus Kontrol n % N % n % 1-15 Tahun 25 62,5 25 62,5 50 62,5 16-30 Tahun 8 20 8 20 16 20 31-45 Tahun 4 10 4 10 8 10 46-60 Tahun 1 2,5 1 2,5 2 2,5 61-75 Tahun 2 5,0 2 5,0 4 5,0 Laki-Laki 21 52,5 21 52,5 42 52,5 Perempuan 19 47,5 19 47,5 38 47,5 Lobu 16 40 16 40 32 40 Lobu II 24 60 24 60 48 60 3

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tempat dengan 48 responden dan 32 responden di Desa Lobu. tinggal, diketahui bahwa Desa Lobu II Tabel 2. Pengaruh Penggunaan Kelambu, Repellent, Bahan Anti Nyamuk dan Kebiasaan Keluar Rumah Malam Hari Terhadap Kejadian Malaria FAKTOR RESIKO Kejadian Penyakit Malaria Total p Kasus Kontrol Value N % n % n % OR Penggunaan Kelambu Ada 13 32,5 18 45 31 38,75 Tidak Ada 27 67,5 22 55 49 61.25 0,251 1,699 Penggunaan Repellent Selalu 4 10 6 15 10 12,5 Tidak Selalu 36 90 34 85 70 87,5 0,499 1,588 Penggunaan Bahan Anti Nyamuk Selalu 24 40 23 57,5 47 58,75 Tidak Selalu 16 60 17 42,5 33 41,25 0,820 0,902 Kebiasaan Keluar Rumah Malam Hari Kebiasaan yang Positif (<3 hari) 16 40 28 70 44 55 Kebiasaan yang Negatif ( 3 hari) 24 60 12 30 36 45 0,007 3,500 Tabel di atas menunjukkan bahwa malaria dengan OR = 0,574 (CI 95% = CI (95%) 0,237-1,460 0,412-6,122 0,370-2,198 1,386-8,835 berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil, tidak ada pengaruh penggunaan kelambu terhadap kejadian malaria (p = 0,251). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Getas dan Zaetun di sekitar Laguna Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2012 yang membuktikan bahwa pemakaian kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian 0,261-1,261) dan uji statistik menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,168. Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil, tidak ada pengaruh penggunaan repellent terhadap kejadian malaria (p = 0,499). Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Erdinal pada tahun 2005-2006 di Kecamatan Kampar Kiri 4

Tengah Kabupaten Kampar, diperoleh nilai OR = 2 (CI 95% = 0,755-5,435). Uji statistik menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,245 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh pemakaian repellent terhadap kejadian malaria. Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh penggunaan bahan anti nyamuk terhadap kejadian malaria (p=0,820). Hal ini disebabkan walaupun responden lebih banyak menggunakan bahan anti nyamuk namun mereka masih mempunyai kebiasaan keluar rumah malam hari dan tinggal di daerah endemis malaria sehingga masih memungkinkan dapat digigit oleh nyamuk. Tempat istirahatnya nyamuk bisa di luar rumah. Nyamuk bisa bersifat eksofagik yang artinya menggigit di luar rumah (Sucipto, 2011). Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil bahwa ada pengaruh kebiasaan keluar rumah malam hari terhadap kejadian malaria (p = 0,007). Sesuai tabel di atas, diperoleh nilai OR>1 yaitu 3,500 maka dapat dikatakan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan keluar malam hari lebih dari sama dengan 3 hari ( 3 hari) berisiko 3,500 kali menderita penyakit malaria dari pada responden yang mempunyai kebiasaan keluar rumah malam hari kurang dari 3 hari (< 3 hari). Penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayat di Kecamatan Nongsa tahun 2009 dengan menggunakan analisis statistik uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara aktifitas keluar rumah malam hari dengan angka kejadian malaria. Uji statistik menunjukkan OR = 1,623 (p = 0,019) dimana orang-orang yang beraktifitas di luar rumah pada waktu malam hari memiliki risiko terjangkit malaria sebesar 1,6 kali dibandingkan dengan orang-orang yang tidak beraktifitas di luar rumah pada waktu malam hari. KESIMPULAN Tidak ada pengaruh penggunaan kelambu terhadap kejadian malaria, tidak ada pengaruh repellent terhadap kejadian malaria, tidak ada pengaruh bahan anti 5

nyamuk terhadap kejadian malaria dan ada pengaruh kebiasaan keluar rumah malam hari terhadap kejadian malaria berarti responden yang mempunyai kebiasaan keluar rumah malam hari lebih dari sama dengan 3 hari ( 3 hari) berisiko 3,500 kali menderita penyakit malaria dari pada responden yang mempunyai kebiasaan keluar rumah malam hari kurang dari 3 hari (<3 hari) di Desa Lobu dan Lobu II Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara tahun 2013. DAFTAR PUSTAKA Arsin, A. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Makasar: Masegena Press. CDC. 2011. CDC s Malaria Program. diakses pada tanggal 15 Februari 2013, dari http://www.cdc.gov/. Dinkes (Minahasa Tenggara). 2012. Laporan di Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, 2005/2006. (Online), Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (http://repository.ui.ac.id/) diakses 29 Januari 2013. Getas, I dan Zaetun, S. 2012. Faktor Risiko Penularan Penyakit Malaria di Sekitar Laguna Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. (Online), Mataram: Poltekes Kemenkes Mataram. (http://ipsdmataram.com) diakses 23 Januari 2013. Hidayat, A. 2010. Hubungan Aktifitas Keluar Rumah pada Malam Hari dan Penggunaan Kelambu dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Nongsa dan Galang Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2009. Tesis (Online), Bulanan Penemuan dan Pengobatan Semarang: FakultasKesehatan Penderita Malaria. Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara. Erdinal. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria Masyarakat Universitas Diponegoro. (http://journal.undip.ac.id) diakses 29 Januari 2013. Sucipto. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: KDT. 6

7