BAB I PENDAHULUAN. informasi atau data yang diperlukan untuk perencanaan kegiatan medis-klinis atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penelitian di bidang ilmu kesehatan pada umumnya bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perbandingan Antara Uji Exact Fisher dan Koreksi Yates

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

Kuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013.

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik obeservasional

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

UJI CHI SQUARE DAN FISHER EXACT

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik korelatif dengan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan desain atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian bidang kesehatan pada umumnya bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk perencanaan kegiatan medis-klinis atau medis sosial, atau untuk mengembangkan ilmu kesehatan itu sendiri yang pada akhirnya akan berguna bagi kesejahteraan manusia. Tingkat penelitian dalam bidang ilmu kesehatan dapat dibagi ke dalam 2 golongan besar, yakni penelitian yang bersifat deskriptif dan analitik. Dalam penelitian deskriptif peneliti mengadakan eksplorasi fenomena tanpa berusaha mencari hubungan antar-variabel di dalam fenomena tersebut, sedangkan dalam penelitian analitik disamping dilakukan identifikasi serta pengukuran variabel, penelitipun akan mencari hubungan antar-variabel untuk menerangkan kejadian atau fenomena tersebut. Peneliti dapat hanya mengukur fenomena alamiah yang ada tanpa melakukan intervensi terhadap variabel (bersifat analitik observasional) akan tetapi ia dapat pula melakukan intervensi terhadap variabel tergantung (penelitian eksperimen atau intervensional) (Sastroasmoro, 1995). Pengujian hipotesis berguna untuk membantu pengambilan keputusan apakah suatu hipotesis yang diajukan, seperti perbedaan atau hubungan cukup meyakinkan untuk ditolak atau tidak ditolak. Setelah hipotesis disiapkan, tentu kemudian dikumpulkan data empiris yang menghasilkan informasi mengenai dapatnya hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Dalam rangka mencapai suatu keputusan objektif

mengenai apakah suatu hipotesis diperkuat oleh data, maka prosedur objektif untuk menolak atau menerima hipotesis harus diterapkan dengan baik (Lenny, 2003). Mengacu pada uraian di atas maka peranan statistik dalam suatu penelitian pada umumnya adalah untuk membantu dalam pengolahan dan analisis data. Analisa statistik yang tepat dan benar dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah hubungan kausalitas antara dua atau lebih vatriabel benar-benar terkait secara benar dalam kausalitas empiris atau apakah hubungan itu hanya bersifat random atau kebetulan saja. Meskipun demikian praktek penggunaan metode statistik dalam suatu penelitian tidak selalu tepat. Beberapa bukti kajian kritis yang dilakukan Ross (1951), Badgley (1961), Schor dan Karten (1966), Gore, Jones dan Rytter (1977) terhadap ratusan laporan penelitian yang dimuat dalam literatur medik antara tahun 1950 dan 1976, mengungkapkan bahwa sekitar 30-50% di tahun 1976 memuat kesalahan-kesalahan pemakaian metode statistik (Murti, 1996). Kesalahan dalam penggunaan metode statistik dapat mengakibatkan bias (penyimpangan) yang mungkin akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan serta kesalahan dalam memberikan informasi-informasi penting sebagai hasil dari sebuah penelitian yang pada akhirnya akan membuat suatu penelitian menjadi tidak mempunyai manfaat dan mengurangi aspek ilmiah dari penelitian tersebut (Lenny, 2003). Dari sekian banyak uji statistik yang dapat digunakan untuk analisis data, uji exact fisher dan uji koreksi Yates merupakan metode analisis non parametrik yang lebih akurat daripada uji chi-kuadrat. Uji kai kuadrat (dilambangkan dengan χ 2 )

digunakan untuk menguji dua kelompok data baik variabel independen maupun dependen berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan sebagai uji proporsi untuk dua peristiwa atau lebih, sehingga datanya bersifat diskret. Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu (dari tabel χ 2 ). Dalam menentukan uji kai kuadrat harus memenuhi syarat : 1) sampel dipilih secara acak, 2) semua pengamatan dilakukan dengan independen, 3) setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1, sel-sel dengan frekuensi harapan < 5 tidak melebihi 20% dari total sel, 4) besar sampel sebaiknya > 40 (Cochran, 1954 dalam Murti, 1996). Keterbatasan penggunaan uji Kai Kuadrat adalah tehnik uji kai kuadarat memakai data yang diskret dengan pendekatan distribusi kontinu. Pendekatan yang dihasilkan tergantung pada jenis dari tabel kontingensi. Untuk menjamin pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar frekuensi harapan tidak boleh terlalu kecil, dengan ketentuan : tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu) dan tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima). Bila terdapat nilai ekspektasi < 5 dalam suatu tabel kontingensi, maka cara untuk menanggulanginya adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke sel lainnya (mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel 2x2 hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah melakukan uji Fisher Exact atau Koreksi Yates (Murti, 1996).

Uji pasti Fisher merupakan alternatif yang biasa dipakai untuk ukuran sampel kecil. Prosedur uji pasti fisher dapat memberikan hasil yang akurat untuk semua tabel 2 x 2, yang nilai-nilai harapannya terlalu kecil untuk dapat dianalisis dengan uji Kai Kuadrat. Pada kondisi dimana uji Kai Kuadrat boleh digunakan, kedua uji ini akan memberikan hasil yang mendekati sama (Murti, 1996). Atas dasar tersebut maka dilakukan penelitian uji exact Fisher dan uji koreksi Yates untuk melihat perbandingan kedua uji tersebut sebagai suatu nilai koreksi terhadap hasil distribusi kontinu. Peneliti menggunakan data karakteristik ibu dan bayi (0-6 bulan) dengan kejadian infeksi di Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tahun 2010. Dimana data karakteristik ibu dan bayi (0-6 bulan) dan kejadian infeksi berbentuk skala nominal untuk melihat perbandingan kedua uji tersebut. Pemberian makanan tambahan atau MP-ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika tidak disajikan higienis. Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan. Sedangkan pemberian cairan tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen (Pudjiadi, 2003). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2008, menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berusia enam bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP-ASI dengan tepat waktu (usia pemberian MP ASI setelah enam bulan). Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa bayi atau anak

yang usianya lebih dari enam bulan dan telah diberi makanan pendamping ASI dengan tepat, dapat terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas. Sebab dilihat dari berbagai faktor seperti frekuensi pemberian makanan pendamping ASI, porsi pemberian makanan pendamping ASI, jenis makanan pendamping ASI, dan cara pemberian makanan pendamping ASI pada bayi ataupun anak sangat berpengaruh besar untuk terserangnya penyakit diare dan lain-lain (Depkes RI, 2007). Menurut Suhardjo (2004), dari beberapa studi lapangan yang telah dilakukan, terdapat hasil bahwa masih banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI secara dini, juga terkadang ibu memberikan makanan prelakteal (makanan yang diberikan kepada bayi sebelum diberi ASI) dengan alasan agar bayi berhenti menangis dan ASI belum keluar. Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi diberikan pada bayi saat bayi memasuki usia dua sampai tiga bulan tujuannya agar bayi tenang dan tidak rewel. Berdasarkan pemikiran di atas dan dalam rangka pemahaman yang lebih komprehensif tentang metode analisa data, penulis tertarik untuk membandingkan uji exact fisher dan koreksi yates dengan mengunakan data bayi di wilayah kerja Puskesmas Sunggal Kecamatan Sunggal tahun 2010. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan hasil uji Hubungan Karakteristik Ibu dan Bayi dengan Kejadian Infeksi (Studi Kasus pada Bayi 0-6 Bulan yang Diberi MP-ASI di Puskesmas Sunggal Tahun 2010) dapat diketahui dengan uji statistik Exact Fisher ataupun Uji Koreksi Yates.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi yates dalam meneliti hubungan karakteristik ibu dan bayi dengan kejadian infeksi (studi kasus pada bayi 0-6 bulan yang diberi MP-ASI di Puskesmas Sunggal tahun 2010) 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates. 2. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi Yates. 3. Untuk mengetahui hubungan umur bayi dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates. 4. Untuk mengetahui hubungan berat badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates. 5. Untuk mengetahui hubungan tinggi badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates. 6. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan umur ibu dengan kejadian infeksi pada bayi. 7. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan paritas ibu dengan kejadian infeksi pada bayi. 8. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan umur bayi dengan kejadian infeksi pada bayi.

9. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan berat badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi. 10. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan tinggi badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pengguna statistik tentang perbandingan uji exact fisher dan uji koreksi Yates. 2. Sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan degan penelitian ini.