Debus. Maksud dan Pengertian Debus



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. isu kemanusiaan dapat diangkat menjadi cerita film. dokumenter yang menarik. Dalam karya tugas akhir ini, penulis memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

KESENIAN DEBUS DI KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, cara berpakaian, dan cara berperilaku antara sesama. Kehadiran seni tidak

OLEH KELOMPOK XI IPA 4 ARHAM AMRI ANDI ANSYAR ANANDA ARIK YUDHI PRASETYO MUHAMMAD ARSYAD S.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

TATA TERTIB STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS X (SPESIVIK X) A. TATA TERTIB SPESIVIK

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan

BILANGAN SAMPAI DENGAN 10

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

BENDA DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VI SIMPULAN & REKOMENDASI

Atraksi Ilusi Magic 13 Atraksi Hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN. ATURAN PAKAIAN SERAGAM PUTRA (Gambar dilampiran) Hari Pertama (Rabu, 31 Agustus 2016)

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN. beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan terbuka. Jika ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii

JADWAL KEGIATAN STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS (SPESIVIK) XI 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PENYAJIAN MUSIK IRINGAN TARI LIKOK PULO DI PULAU ACEH KABUPATEN ACEH BESAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

TATA TERTIB ORIENTASI PENDIDIKAN MAHASISWA BARU INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER 2017

Benda dan Sifatnya. Peta Konsep. Benda. Berdasarkan sifat daya hantar panasnya. Penggunaan benda yang bersifat konduktor dan isolator

pengukuran waktu panjang dan berat

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BENTUK PENYAJIAN TARI PELEBAT DI SANGGAR LAC SUKU ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA ABSTRAK

KETENTUAN PAKAIAN PRA MOKA DAN MOKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

Briefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016

5.1. KESIMPULAN FAKTUAL

PERATURAN PERTANDINGAN PENCAK SILAT

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

Disusun Oleh : Oka Dwi Nugroho ( ) Modul Siswa

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RANCANG BANGUN BIBLIOGRAFI BERANOTASI DEBUS BANTEN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1

Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2010, pelaksanaan. pembelajaran berlangsung selama 3x35 menit atau 1 x pertemuan dari

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

TARI MANDAU TALAWANG. Di susun oleh : DAYA SAKTI KALIMANTAN TENGAH

SURVEY GLOBAL KESEHATAN BERBASIS SEKOLAH DI INDONESIA TAHUN 2007

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

BAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG YANG PRAKTIS DAN EFISIEN SERTA BERNILAI EKONOMI

Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala *

Transkripsi:

Debus Maksud dan Pengertian Debus Debus merupakan pencak silat yang berhubungan dengan ilmu kekebalan sebagai refleksi sikap masyarakat Banten untuk mempertahankan diri. Debus juga merupakan sejenis kekebalan yang dimiliki oleh seseorang terhadap benda tajam dan debus merupakan kekuatan gaib atau ajaib yang tahan terhadap benda tajam, tusukan, pukulan dan kobaran api. Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat ekstrim. Tb. A. Sastrasuganda Pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud Kabupaten Serang, mengatakan bahwa kata debus berasal dari kata tenibus (Sandjin Aminuddin, 1997:153). Hal ini kiranya dapat dipahami, sebab melihat alat yang digunakan adalah alat yang tajam yang dapat menembus tubuh. Pengertian lain dari kata debus berasal dari kata gedebus, yaitu nama dari salah satu benda tajam yang digunakan dalam pertunjukan kekebalan tubuh. Benda tajam tersebut terbuat dari besi dan digunakan untuk melukai diri sendiri. Oleh karena itu kata debus di sini diartikan juga sebagai tidak tembus. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa debus sama dengan permainan sulap, yaitu karena kepandaian pemain dalam mengelabui penonton terhadap atraksi orang yang di tusuk tidak mengakibatkan luka apa-apa. Kesenian debus merupakan kesenian yang bersifat religius. Hal ini ditandai dengan adanya doa-doa yang diambil dari ayat-ayat Al-Quran. Kesenian debus berkembang di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, terutama di Kecamatan Walantaka dengan tokohnya M. Idris, di Kecamatan Curug dengan tokohnya Umor, di Kecamatan Cikande dengan tokohnya H. Renam dan di Kecamatan Ciruas dengan tokohnya H. Amad. Latar Belakang Sejarah dan Fungsi Seni Debus. Debus dikenal sebagai kesenian asli masyarakat Banten. Kesenian debus mulai berkembang sejak abad ke-18. Sebagian sumber sejarah mengatakan bahwa, kesenian debus Banten bermula pada abad ke-16,.

Ada Pendapat yang mengatakan bahwa, pada masa Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) digunakan sebagai seni untuk memikat masyarakat Banten dalam rangka penyebaran agama Islam. Kesenian ini mempertontonkan kekuatan tubuh terhadap senjata tajam atau benda keras atau disebut dengan debus. Pada masa lalu pertunjukkan debus dilakukan disuatu ruangan di dalam Mesjid Banten yang disebut dengan Tiama, yaitu pada tingkat dua (lantai dua) bangunan mesjid. Selama pertunjukkan berlangsung dipimpin oleh seorang atau dua orang Guni yang disebut Khalifah atau Syekh dan bertanggung jawab terhadap kelancaran permainan juga menjaga keselamatan para pemain. Pada mulanya permainan debus diperagakan oleh kaum laki-laki namun setelah mengalami perkembangan, seni debus diminati pula oleh kaum perempuan. Pendapat lain mengatakan bahwa, debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad yang diperkenalkan ke daerah Banten sebagai salah satu cara penyebaran Islam. Yang lain mengatakan bahwa, debus berasal dari Tarekat Rifa iyah Nuruddin al-raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848-1908). Kesenian debus tidak dapat dipisahkan dari penyebaran agama Islam di Indonesia. Debus tumbuh di Banten sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam di daerah Banten. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa abad ke-17 Masehi (1651-1652), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah Belanda (Sandjin A, 1997:156). Oleh karenanya kesenian tersebut lebih bersifat kesenian beladiri dan pemupukan percaya diri. Dalam rangka mempertebal semangat prajurit dan pejuang- pejuang Banten, Sultan Ageng Tirtayasa memberikan suatu pengetahuan tentang ilmu kekebalan tubuh kepada para pengikutnya dengan memberikan pelajaran ayat-ayat suci Al-Quran. Ayat-ayat tersebut dihafalkan dan diresapi secara mendalam sehingga dapat mempertebal semangat moral dalam melawan penjajah Belanda. Oleh karena itu lahirnya debus di daerah Banten sebagai akibat adanya perlawanan rakyat Banten terhadap Belanda yang dilandasi oleh ajaran agama Islam sebagai pembentuk semangat dan keyakinan dalam melakukan perjuangan. Menurut Sandjin Aminuddin (1997:156-157) pengaruh seni debus terhadap masyarakat cukup luas, karena faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kesenian debus bergerak dibidang kekebalan. Kekebalan identik dengan bela din. Dengan demikian kesenian ini disenangi Masyarakat Banten umumnya karena fanatik agama, sehingga hanya kesenian yang bermanfaat bagi agamalah yang bisa berkembang di masyarakat tersebut. Kesenian yang berkembang di masyarakat pada saat itu adalah Rebana, Kasidah, Mawalan yang bernafaskan keagamaan. Sedangkan kesenian debus selalu membawakan dzikiran yang memuji serta mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa dan Nabi Muhammad 2. Kesenian debus merupakan kesenian yang langka dan digemari oleh masyrakat sebagai hiburan yang menarik 3. Kesenian debus dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat sehingga mudah diterima oleh rakyat 4. Para Alim Ulama menganggap kesenian debus tidak bertentangan dengan fahamnya dan mereka menerimanya

Pertunjukkan Seni Debus Salah satu kesenian debus yang cukup populer di Banten adalah Seni Debus Surosowan Banten di Kecamatan Walantaka Serang yang dipimpin oieh Moh. Idris. Persyaratan yang harus ditempuh untuk mempertunjukkan debus Surosowan adalah sebagai berikut : Melakukan puasa selama 40 hari Setiap selesai sholat fardu membaca Bismillah sebanyak-bayaknya. Membaca wiridan sebanyak sebelas kali Harus yakin dengan apa yang dipelajarinya dan diamalkannya Menjauhi larangan yang telah ditetapkan dalam agama Islam Tahap-tahap pertunjukkan debus dilakukan sebagai berikut: 1. Pembukaan (Gembung), yaitu pembacaan sholawat dan puji-pujian yang diiringi instrumen musik tabuh selama 2 3 menit 2. Pelaksanaan dzikir kepada Allah dan sholawat kepada Nabi serta para Sahabatnya sambil diiringi tabuh musik 3. Beluk, yaitu nyanyian yang dibawakan oleh pendzikir dengan suara keras, melengking, bersahutsahutan dan diiringi dengan tabuh tabuhan. Beluk ini dilakukan sampai dengan pertunjukkan berakhir 4. Silat, ketika beluk dimulai maka keluarlah satu orang atau dua orang yang pesilat mendemonstrasikan kebolehannya dalam bersilat dengan tangan kosong 5. Permainan Debus, dua orang menggunakan peralatan debus : satu orang memegang Al-Madad (Gedebus) ditempelkan keperutnya dan satu orang lagi memegang pemukul atau gada yang siap dipukulkan ke Al-Madad 6. Mengupas kelapa dengan menggunakan gigi. Setelah kelapa selesai dikupas dipecahkan dan dipukulkan ke kepala hingga pecah. Setelah kelapa tersebut pecah maka dimakan berikut tempurungnya 7. Mengerat bagian tubuh seperti lengan, betis dan paha dengan menggunakan pisau atau parang 8. Menggoreng kerupuk dan telur di atas kepala. Di atas kepala seorang pemain diletakkan sejenis tungku api yang terbuat dari buah kelapa yang dibelah, kemudian diisi dengan kain yang sudah direndam dengan minyak tanah lalu dibakar. Setelah api menyala maka diletakkan wajan yang telah diisi dengan minyak kelapa dan setelah mendidih barn dimasukkan telur dan kerupuk untuk digoreng 9. Membakar anggota tubuh dengan api dan menyisir rambut dengan api 10. Menaiki dan menduduki tangga golok yang tajam 11. Memakan kaca Gemrung, yaitu permainan instrumen untuk mengakhiri pertuniukkan Dewasa ini kesenian debus biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, upacara Magic dan untuk menghibur masyarakat.

Pemain dan Waditra Seni Debus Debus merupakan pertunjukkan seni secara berkelompok. Pemainnya sebanyak 12 sampai 15 orang, yang masing-masing pemain mempunyai tugas sebagai berikut: 1 orang Juru Gendang 1 orang Penabuh Terbang (Rebana besar) 2 orang Penabuh Dogdog Tingtit 1 orang Penabuh Kecrek 4 orang sebagai Pendzikir 5 orang Pemain Atraksi 1 orang sebagai Sychu Sedangkan waditra yang biasanya digunakan adalah: Sebuah gendang tanggung yang berfungsi sebagai pengiring gerakan. Gendang tanggung ini lebih kecil dari gendang degung dan lebih besar dari kulantar yang bagian depan bergaris tengah 20 atau 25 cm. Garis tengah bagian belakang sekitar 15 cm serta mempunyai panjang 50 cm 2 buah Kulantar (Gendang Kecil) merupakan pelengkap gendang tanggung. Gendang ini sama seperti layaknya kulantar pada gamelan degung Sebuah terbang (Rebana Besar) yang berfungsi sebagai Goong, terbang ini terbuat dari kayu dan kulit kerbau yang bagian depannya bergaris tengah 60 cm, bagman belakang 40 cm serta mempunyai tebal 25 cm 2 buah tingtit (dogdog kecil), terbuat dari kayu dan kulit kerbau seperti dogdog yang digunakan dalam permainan reog. Alat ini mempunyai garis tengah bagian depan 15 cm 1 buah kecrek yang berfungsi sebagai pengatur serta memantapkan gerakan pemain. Kecrek ini terbuat dari beberapa keping logam (perunggu tipis) yang berbentuk lingkaran yang bergaris tengah 15 cm dan ketebalan 0,3 cm Selain itu terdapat juga peralatan yang digunakan untuk atraksi debus seperti At-Madad (Gedebus) dan Gada. Al-Madad adalah sejenis besi tajam yang bergagang kayu dengan bentuk bulat panjang berukuran 0,5 cm. Sedangkan gada berfungsi sebagai alat pemukul. Selain itu digunakan juga alat Iainnya seperti golok, pisau, jarum, paku dan silet. Busana Yang Digunakan Dalam Seni Debus Busana yang digunakan dalam pertunjukkan seni debus didominasi oleh warna hitam yang terdiri dari : Baju Kampret yaitu baju tanpa kerah yang mempunyai kantong 2 buah dibagian bawah kiri dan kanan, serta bertangan panjang Celana Pangsi yaitu celana yang dibuat tanpa ikat pinggang. Bila dipakai digilung seperti memakai sarung dan banu diberi ikat pinggang. Ukuran bagian kaki cukup lebar untuk memudahkan bergerak dalam beratraksi

Lomar (Ikat Kepala) terbuat dari kain batik, berbentuk segi tiga atau segi empat yang dilipat menjadi segi tiga Demikianlah kesenian debus. Lepas dari pro dan kontra yang menyertai kesenian tersebut, hendaklah debus kita jaga kelestariannya karena merupakan salah satu budaya dan ilmu bela diri Indonesia. Nara Sumber: Profil Seni Budaya Banten; Pemerintah Provinsi Banten; 2003 Penulis : Achmad Juniarto, Nunik Sumasni