BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BULETIN AGROKLIMAT KALIMANTAN SELATAN September, 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Januari 2018

Buletin Edisi September 2017

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, September 2017 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, GOEROEH TJIPTANTO, M.T.I NIP

Buletin Edisi Desember 2016

KATA PENGANTAR. Buletin Edisi Januari 2017

[Document title] [Document subtitle] Klimatologi

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Hujan 2014/2015 Provinsi Kalimantan Selatan ini disusun berdasarkan hasil

Buletin Edisi Oktober 2017

Prakiraan Musim Kemarau 2015 KATA PENGANTAR

BULETIN AGROKLIMAT KALIMANTAN SELATAN KATA PENGANTAR. Buku Buletin Agroklimat Bulan Oktober2014 memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Hujan 2013/2014 Provinsi Kalimantan Selatan ini disusun berdasarkan hasil

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB 2. PEMERINTAHAN. Tabel Table :

NO. KODE NAMA MADRASAH NEGERI SE-KALSEL KAB/KOTA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PARINGIN BALANGAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR KELAS II BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Januari Volume VI - No.

I. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari 2015 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Januari 2015

BAB II LANDASAN TEORITIS

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR KELAS II BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Desember Volume V - No.

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR KELAS II BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. November Volume V - No.

3.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 28 TAHUN 1995 (28/1995) Tanggal: 23 AGUSTUS 1995 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

RENCANA KERJA TAHUN 2018

Presiden Republik Indonesia,

BAB IV PENGOLAHAN DATA

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Presiden Republik Indonesia,

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

TIM PENYUSUN. : Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhayati, M.Sc. : Triyogo Amberkahi, ST

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

PERAMALAN CURAH HUJAN DI KALIMATAN SELATAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN. Gt. Khairuddin Indra Permana, Akhmad Yusuf, Nur Salam

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

Analisis Hujan Bulan April Prakiraan Hujan bulan Juni, Juli, AgJl~tus2015 ]

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Desember 2014 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Desember 2014

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

: Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhaya, M.Sc

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Nopember 2014 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Nopember 2014

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR KELAS II BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Oktober Volume V - No.

SISTEM DRAINASE KHUSUS

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Juli Volume V - No.

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Juni Volume V - No.

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Mei 2013 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Mei 2013

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

HASIL. Survei Daerah Sebaran clan Intensitas Penyakit Pustul Bakteri Kedelai di Kalirnantan Selatan

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

SISTEM INFORMASI DAN DOKUMENTASI PENATAAN RUANG WILAYAH TENGAH BUKU PROFIL PENATAAN RUANG PROPINSI KALIMANTAN SELATAN 2003

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

TIM PENYUSUN. : Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhayati, M.Sc. : Triyogo Amberkahi, ST

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Maret 2015 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Maret 2015

STASIUN KLIMATOLOGI KAIRATU

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, September 2014 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi September 2014

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. September Volume V - No.

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

Verifikasi Data Curah Hujan dari Satelit TRMM dengan Pengamatan Curah Hujan BMKG Di Provinsi Kalimantan Selatan

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Agustus Volume V - No.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekeringan merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak sirkulasi musiman ataupun penyimpangan iklim global seperti El Nino dan Osilasi Selatan. Dewasa ini bencana kekeringan semakin sering terjadi bukan saja pada episode tahun-tahun El Nino, tetapi juga pada periode tahun dalam kondisi iklim normal. Dampak akibat terjadinya kekeringan sangat luas, secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. B. Tujuan Dengan menggunakan data curah hujan bulanan untuk analisis kekeringan dan ketersediaan air terutama bagi wilayah tadah hujan di Kalimantan Selatan, diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang lebih detil tentang kondisi yang terjadi disuatu wilayah guna mendukung informasi mengenai jumlah curah dan sifat hujan bulanan yang telah berjalan. C. Ruang Lingkup Data curah hujan yang digunakan untuk analisis kekeringan melalui Indeks Standard Curah Hujan atau Standardized Precipitation Index (SPI) di wilayah Kalimantan Selatan menggunakan data curah hujan bulanan dari 87 pos peramatan, baik data peramatan dari stasiun BMG, SMPK, maupun pos hujan observatorium kerjasama. (data terlampir) 1

BAB II LANDASAN TEORITIS Proses terjadinya kekeringan diawali dengan berkurangnya jumlah curah hujan dibawah normal pada satu musim, kejadian ini adalah kekeringan meteorologis yang merupakan tanda awal dari terjadinya kekeringan. Tahapan selanjutnya adalah berkurangnya berkurangnya kondisi air tanah yang menyebabkan terjadinya stress pada tanaman (terjadinya kekeringan pertanian), Tahapan selanjutnya terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah yang ditandai menurunya tinggi muka air sungai ataupun danau (terjadinya kekeringan hidrologis) Untuk lebih memudahkan dalam pemahaman mengenai kekeringan, maka pengertian kekeringan tersebut dibagi lagi secara lebih spesifik sebagai berikut : A. Kekeringan Meteorologis Kekeringan ini berkaitan dengan besaran curah hujan yang terjadi berada dibawah kondisi normalnya pada suatu musim. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis adalah sebagai berikut; 1. kering : apabila curah hujan antara 70% - 85% dari kondisi normal (curah hujan dibawah normal) 2. sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah hujan jauh dibawah normal) 3. Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh dibawah normal) B. Kekeringan Pertanian Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas tanah) sehingga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan meteorologis. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi pertanian adalah sebagai berikut : 2

1. Kering : apabila ¼ daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena ringan s/d sedang) 2. Sangat kering : apabila ¼ - 2 / 3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena berat) 3. Amat sangat kering : apabila seluruh daun kering (terkena puso) C. Kekeringan Hidrologis Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal terjadinya kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut : 1. kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5 tahunan 2. sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh dibawah periode 25 tahunan 3. Amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh dibawah periode 50 tahunan D. Kekeringan Sosial Ekonomi Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan komoditi yang bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari dari terjadinya kekeringan meteorologis, pertanian dan hidrologis. E. Analisis kekeringan Terjadinya kekeringan meteorologis merupakan tanda awal terjadinya kekeringan, sehingga perlu dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kekeringannya sehingga bisa dijadikan sebagai peringatan awal akan adanya kekeringan yang lebih jauh. Salah satu metode yang digunakan dalam analisis kekeringan meteorologis ini adalah menggunakan metode SPI (Standardized Precipitation Index) yang 3

dikembangkan oleh McKee et al tahun 1993. Metode ini merupakan model untuk mengukur kekurangan/deficit curah hujan pada berbagai periode berdasarkan kondisi normalnya. Perhitungan nilai SPI berdasarkan jumlah sebaran gamma yang didefinisikan sebagai fungsi frekuensi atau peluang kejadian sebagai berikut; G ( x) x 1 g ( x) dx ( a) 0 x 0 t a 1 e x / dx Nilai dan diestimasi untuk setiap stasiun hujan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1 4 A 1 1 4 A 3 A ln( x ) atau ln( x ) n x s x 2 2 untuk x 0 Untuk x = 0 maka nilai G(x) menjadi; H ( x) q (1 q). G ( x) Dengan q = jumlah kejadian hujan = 0 (m)/ jumlah data (n) Nilai SPI merupakan transformasi dari distribusi gamma ( G(x) ) menjadi standar normal dengan rata-rara (mean) 0 dan perbedaan 1, atau menggunakan rumusan dibawah ini; Z SPI t c 0 1 c t 1 1 d t d t d t 2 c t 2 2 2 3 3 2 c c t c t 0 1 2 Z SPI t untuk : 0 H ( x) 0. 5 2 3 1 d t d t d t 1 2 3 4

1 t ln( ) untuk : 0 H ( x) 0. 5 2 ( H ( x)) 1 t ln( ) untuk : 0.5 H ( x) 1. 0 2 ( H ( x)) Dengan; c 0 = 2.515517 c 1 = 0.802853 c 2 = 0.010328 d 1 = 1.432788 d 2 = 0.189269 d 3 = 0.001308 Kriteria tingkat kekeringan meteorologis dengan mengggunakan metode analisis Standar Precipitation Index (SPI) terdiri dari : 1. Amat sangat Basah/ Ekstrim basah : nilai SPI : > 1.5 2. Sangat Basah : nilai SPI : 1.0 1.5 3. Basah : nilai SPI : 0.5 1.0 4. Normal : nilai SPI : -0.5 0.5 5. Kering : nilai SPI : -0.5-1.0 6. Sangat Kering : nilai SPI : -1.0-1.5 7. Amat sangat kering/ Ekstrim Kering : nilai SPI : < -1.5 Analisis Kekeringan Meteorologis dengan menggunakan metode SPI ini dapat dilakukan dengan periode waktu bulanan, tiga bulananan, dan seterusnya sesuai dengan tujuan dilakukannya analalisis. 5

BAB III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data Langkah awal dalam menghitung SPI adalah menyusun data curah hujan bulanan yang kemudian dihitung nilai rata-rata dan standar deviasinya untuk mendapatkan nilai α dan β. Sebagai contoh digunakan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi Banjarbaru dengan periode data dari tahun 1974 sampai dengan tahun 2006, sebagai berikut : Tabel 1. Perhitungan SPI Staklim Banjarbaru Bulan x SD α β γ SPI Kriteria Jan 356 97 13,36 26,65 0,54 1,44 SB Feb 288 90 10,25 28,13 0,55 1,30 SB Mar 294 106 7,73 38,06 0,55 1,13 N Apr 242 99 5,97 40,59 0,56 0,96 B Mei 172 75 5,17 33,20 0,56 0,86 B Jun 122 62 3,80 32,01 0,57 0,63 B Jul 95 68 1,96 48,39 0,59-0,02 N Ags 58 57 1,05 55,30 0,63-1,61 EK Sep 65 67 0,96 68,37 0,63-1,61 EK Okt 148 95 2,44 60,60 0,59 0,23 N Nop 223 104 4,58 48,78 0,56 0,78 B Des 347 116 8,93 38,89 0,54 1,22 SB Keterangan : EK : Ekstrim Kering SK : Sangat Kering K : Kering N : Normal B : Basah SB : Sangat Basah EB : Ekstrim Basah 6

Langkah yang sama dilakukan terhadap pos hujan lain sehingga didapatkan hasil analisis SPI bulanan untuk wilayah Kalimantan Selatan yang kemudian ditampilkan dalam bentuk peta. (tabel dan peta SPI terlampir) B. Pembahasan 1. Musim Kemarau a. Bulan Mei Dari hasil analisis data rata-rata curah hujan bulanan dengan jumlah < 150 mm per bulan dimana saat itu diasumsikan sebagai awal terjadinya musim kemarau pada Bulan Mei, hasil analisa kekeringan berdasarkan nilai SPI untuk wilayah Kalimantan Selatan ternyata masih berada pada kisaran kriteria normal dan kriteria basah sebesar sedangkan kondisi pada kriteria kering. Sangat kering dan ekstrim. b. Bulan Juni Pada Bulan Juni wilayah kalimantan Selatan masih didominasi kondisi normal dan wilayah dalam kriteria basah untuk beberapa daerah di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru. Sedangkan untuk kriteria kering, sangat kering dan ekstrim kering masingmasing terjadi disebagian Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Barito Kuala serta bagian barat Kabupaten Banjar. c. Bulan Juli Tidak jauh berbeda dengan kondisi Bulan Juni, pada Bulan Juli umumnya masih dalam kondisi normal. Penyebaran daerah dengan kriteria kering semakin meluas untuk wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut serta sebagian Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru. Kriteria Sangat Kering dan Ekstrim hanya terjadi di beberapa titik di Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Banjar. d. Bulan Agustus Pada Bulan Agustus daerah yang masih berada dalam kriteria normal hanya Kabupaten Tabalong serta sebagian daerah di Kabupaten Tanah Bumbu Kondisi kering mulai mendominasi 7

hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan dan beberapa daerah tertentu dalam kriteria sangat kering sampai dengan ekstrim. e. Bulan September Pada Bulan September kondisi kekeringan hampir telah terjadi di seluruh wilayah Kalimantan Selatan, penyebaran daerah-daerah dengan kriteria sangat kering sampai dengan ekstrim kering bertambah terutama untuk Kabupaten Barito Kuala bagian Utara dan Selatan serta beberapa tempat di Kabupaten Tanah Bumbu. 2. Musim Hujan a. Bulan Oktober Pada Bulan Oktober mulai terjadi peningkatan curah hujan, hampir sebagian wilayah di Kalimantan Selatan mulai berada dalam kriteria normal dan kriteria kering masih terjadi di beberapa daerah di kabupaten Barito Kuala, Banjar dan Tanah laut. b. Bulan Nopember Peningkatan jumlah curah hujan pada Bulan Nopember meningkatkan kriteria indeks standart curah hujan dari bulan sebelumnya, dimana daerah-daerah yang pada Bulan Oktober masih berada pada kriteria kering menjadi normal dan daerah yang pada Bulan Oktober berada pada kriteria normal menjadi basah. c. Bulan Desember Pada Bulan Desember hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan berada pada kriteria basah, daerah dengan kriteria sangat basah terjadi di beberapa tempat di sebagian Kabupatan Hulu Sungai Selatan, Tapin, dan Kabupaten Banjar. Sedangkan daerah-daerah yang masih tetap berada pada kriteria normal hanya terjadi disebagian Kabupaten barito Kuala, Tanah Bumbu dan Kotabaru. d. Bulan Januari Hampir sama dengan kondisi pada Bulan Desember, pada Bulan Januari terjadi penyebaran daerah dengan kriteria sangat basah terutama di kabupaten Tabalong, sebagian besar Kabupaten 8

Banjar serta sebagian kecil pada Kabupaten Barito Kuala dan Kotabaru bagian Timur. e. Bulan Februari Pada Bulan Februari terjadi penambahan daerah dengan kriteria sangat basah untuk beberapa daerah di Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai bagian Selatan serta Barito Kuala dibandingkan dengan bulan sebelumnya. f. Bulan Maret Penurunan jumlah curah hujan pada Bula Maret dibandingkan dengan Bulan Februari hanya menyisakan kriteria sangat basah hanya sebagian kecil pada daerah-daerah di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai, dan Tanah laut. Sedangkan untuk sebagian daerah di Kabupaten Tabalong bagian utara berada pada kriteria normal dan sebagian kecil lainnya pada kriteria kering. g. Bulan April Memasuki periode perubahan musim, pada Bulan April perbandingan daerah dengan kriteria basah dan normal di Kalimantan Selatan hampir sebanding. Daerah dengan kriteria basah terdapat di sebagian Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar, dan Tanah Laut. Sedangkan sisa wilayah lainnya telah didominasi kondisi pada kriteria normal. 9

BAB IV KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil analisa kekeringan dengan menggunakan formulasi Standatdized Precipitation Index (SPI) di Kalimantan Selatan sebagai berikut : 1. Pada priode musim kemarau, kondisi wilayah di Kalimantan Selatan dalam kriteria kering dimulai pada Bulan Juni di beberapa daerah di Kabupaten Barito Kuala dan Banjar serta sekitar Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Balangan. Pada Bulan Juli wilayah dalam kriteria kering pada Kabupaten yang sama semakin meluas serta terjadi pula di sebagian Kabupaten Tanah laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru. Pada Bulan Agustus hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan berada pada kriteria kering, sedangkan di sebagian Kabupaten Tanah laut dan Tanah Bumbu berada pada kriteria sangat kering sampai dengan ekstrim kering. Pada bulan September merupakan puncak bulan kering, dimana kondisi sangat kering sampai ekstrim kering terjadi pula disebagian besar Kabupaten Barito Kuala, Banjar. 2. Pada periode musim hujan, kondisi pada kriteria sangat basah sampai dengan ekstrim basah dimulai pada Bulan Desember terutama pada sebagian Kabupaten Banjar, Tapin dan Hulu Sungai Selatan. Pada Bulan Januari dan Februari sebaran daerah dalam kriteria sangat basah sampai dengan ekstrim basah bertambah Barito Kuala, Banjar, Tabalong dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah sampai Hulu Sungai Utara. 3. Sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan berada pada kriteria normal terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Mei. 10

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Halaman i BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 1 C. Ruang Lingkup... 1 BAB II LANDASAN TEORITIS 2 A. Kekeringan Meteorologis... 2 B. Kekeringan Pertanian... 2 C. Kekeringan Hidrologis... 3 D. Kekeringan Sosial Ekonomi... 3 E. Analisis Kekeringan... 3 BAB III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 6 A. Analisa Data... 6 B. Pembahasan... 7 1. Musim kemarau... 7 2. Musim hujan... 8 BAB IV KESIMPULAN... 10 TINJAUAN PUSTAKA ii LAMPIRAN 1. Tabel Analisis SPI Pos Peramatan Hujan Kalimantan Selatan iii 2. Peta Analisis SPI Bulanan Kalimantan Selatan vi i

TINJAUAN PUSTAKA Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik I, LP3ES, Jakarta, 1983. Handoko, Dr. Ir., Klimatologi Dasar Landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur iklim, Pustaka Jaya, Bandung, 1993. Indawan Sani, Analisis Ketersediaan Air Tanah dan Kekeringan, Modul Diklat Teknis Analisa Data Klimatologi dan Kualitas Udara, Pusdiklat BMG, 2006 Soepangkat, Pengantar Meteorologi, BPLMG, Jakarta, 1991. ii

Lampiran 1a. Tabel Analisis SPI Pos Peramatan Hujan Kalimantan Selatan KABUPATEN / POS JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES TABALONG 1. Muara Uya SB B K N N N N N N N B B 2. Maburai SB SB B B N N N N N N B B 3. Tanjung B SB B B B N N N N N B SB 4. Kelua / Kel. Pulau SB N SB N N N N N SK N B B 5. Haruai / Kembang Kuning SB EB N B N N K N K N B SB 6. Murung Pudak / SB N N N B K N N N B N N 7. Upau / Masingai I EB EB SB SK K B N N EK K N B 8. Banua Lawas / Sei Anyar SB SB B N N SK N K N SK N N 9. Muara Harus / Tantaringin SB SB SB N N SK N N SK K N B BALANGAN 1. Paringin / Balida SB SB SB N SK N K K K N N B 2. Juai / Makmur B B B N K N K SK SK N N B 3. Batu Mandi B B B N N N N K N B B B HS UTARA EB EB EB EB EB EB EB EB EB EB EB EB 1. Amuntai Utara / T. Daun B SB B N N EK N K K N N B 2. Sei Sandung SB B B N N N N SK K N B B 3. Danau Panggang B B B N K N N N SK N B B 4. Amuntai Tengah SB EB N N K SK N K N EK N N 5. Banjang B SB EB EK K K N K K K K N HS TENGAH 1. Barabai B B SB N B N K SK SK N B SB 2. Kapar / BAS N B B B N N K SK EK N B B 3. Pantai Hambawang B SB B B EK N N N N N B SB 4. Kasarangan / LAU B SB SB B N N N SK N N B SB 5. Hantakan EB B B N N K SK K SK N N N 6. Batu Benawa EB EB EB N N K N K N N N N 7. Pandawan EB SB EB N N N N K EK K N N 8. Batang Alai Utara SB EB SB EK EK K N K K N K N HS SELATAN 1. Negara B B B B B N N N N N B SB 2. Padang Batung SB SB B B N N N N K N B SB 3. Sungai Raya SB SB B SB B N N SK K N B SB 4. Angkinang B SB B B B N EK EK SK N B SB 5. Simpur B B SB SB N N N N K N B SB 6. Kandangan B SB SB B B B N N K N SB B 7. Telaga langsat B SB SB N B N N EK N N B B 8. Loksado N N B B B SK N N SK SK N B 9. Kalumpang EB B EB N N K N K K SK N N iii

Lampiran 1b. Tabel Analisis SPI Pos Peramatan Hujan Kalimantan Selatan KABUPATEN / POS JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES TAPIN 1. Rantau B B EB B N N N N N N SB SB 2. Lok Paikat B B N B B N N EK N N B B 3. Margasari Hilir N B N B B N K SK SK K B N 4. Tambarangan SB B B B N N N K SK N B SB 5. PK. Hilir N SB SB N N N SK K N K N B 6. P. Pinang Utara B B B B N N N N K EK N SB 7. Bungur SB EB SB N N K EK N N EK N B 8. Baringin B EB EB N N N N N K N N N 9. Bakarangan EB B EB K N N SK K SK N N N BANJAR 1. Staklim Banjarbaru SB SB N B B B N EK EK N B SB 2. Stamet Syamsuddin Noor SB SB SB B B B N EK K N B SB 3. Banjarmasin SB SB SB B B N N SK SK N B SB 4. Sungai Tabuk SB SB SB B N N N N SK B B SB 5. Sungkai B B B B N B N SK EK N B B 6. Karang Intan SB B B B B N SK K K N B SB 7. Aluh - Aluh B SB B B N EK N EK K N N B 8. Gambut SB SB B B N B K N EK N B B 9. Astambul SB B B N N N EK SK K N N SB 10. Kertak Hanyar SB EB B SB B N N N N N B SB 11. BPTPH / Land. Ulin B EB B N N N SK N N SK N N 12. Martapura SB SB SB B B N K N SK N B SB 13. Atanik/ Danau Salak SB SB B N N K N N N SK SK B 14. Munggu (308 G) / Danau Salak N N EB B N SK SK SK SK K K N 15. Umbul / Danau Salak B N N K K N B EK N N N K 16. Lawa / Danau Salak EB SB B N SK K K N SK SK K N 17. Lawa Baru (308 K) / Danau Salak SB EB EB N N SK K N N EK N N 18. Gunungsari (308 F) / Danau Salak N EB B N EK K N N K N K K 19. Atayo (308 D) / Danau Salak SB SB B B N SK SK N N K N K 20. Salam (308 J) / Danau Salak B EB N B K K N N SK N K B iv

Lampiran 1c. Tabel Analisis SPI Pos Peramatan Hujan Kalimantan Selatan KABUPATEN / POS JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES BARITO KUALA 1. Belawang B SB EB N B N K N N N N B 2. Anjir SB B B B N N N SK K N B B 3. Tamban Saribaru SB SB B B N N K N SK N N SB 4. Marabahan SB B SB B B N K N N N B SB 5. Mandastana B B B B B N N SK K N B B 6. Barambai N N SB B N K N SK K K B B 7. Rantau Badauh SB B N B B K K N EK SK N B 8. Tabunganen SB SB SB N N N N SK K EK K N 9. Wanaraya N EB EB N N N N N N SK SK N TANAH LAUT 1. Jorong B B SB N N N N EK N K K B 2. Pelaihari SB SB B B B N K K N N N B 3. Bati - Bati SB SB SB B B N N K K K B SB 4. Kurau SB SB SB B B N N K K N B B 5. Takisung B N B B N N K EK K N B B 6. Batu Mulia SB SB B B B N N K K N B B 7. Kintap B SB B N N N N N SK SK N N TANAH BUMBU 1. Mudalang B B B B B B N EK K N N SB 2. Batu Licin N N N K N N K N N B B K 3. Lasung B N N N N N N K K SK B B 4. Sebamban N B SB N N B B EK EK K K B 5. Satui B N B SB N N N N N N N SB KOTABARU 1. Stamet Stagen SB B B B B N K N SK N B B 2. Kotabaru / PL. Utara SB SB EB B N B N K N N N SB 3. Berangas SB SB N N N K N K N N N B v

Lampiran 2.a. Peta Analisis SPI Bulanan Kalimantan Selatan vi

Lampiran 2.b. Peta Analisis SPI Bulanan Kalimantan Selatan vii

Lampiran 2.c. Peta Analisis SPI Bulanan Kalimantan Selatan viii

Lampiran 2.d. Peta Analisis SPI Bulanan Kalimantan Selatan ix

Lampiran 2.e. Peta Analisis SPI Bulanan Kalimantan Selatan x

Lampiran 2.f. Peta Analisis SPI Bulanan Kalimantan Selatan xi

ANALISA STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX ( SPI ) DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : IRMAN SONJAYA Stasiun Klimatologi Banjarbaru B A N J A R B A R U 2 0 0 7 i