Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

dokumen-dokumen yang mirip
Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Lingkungan Rumah Ideal

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Rumah Impian Mahasiswa

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

Mushola di dalam Rumah

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Ruang Favorit dalam Rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

Kriteria Kota Ideal berdasarkan Persepsi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Perencanaan Berbasis Partisipasi dalam Rangka Mencapai Pembangunan Kampung yang Layak Huni

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Prospek Analisis Kualitas Lingkungan Faktual untuk Meninjau Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat Stirena Rossy Tamariska Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Permukiman padat merupakan hal yang biasa ditemukan di kota-kota besar Indonesia. Permukiman padat ini tumbuh di tengah kota, dan keberadaannya seringkali dianggap mengganggu oleh masyarakat kota. Kota adalalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen dan dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Maka, masyarakat kota adalah masyarakat yang menghuni suatu kota, baik itu di permukiman padat ataupun perumahan elit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat kota terhadap keberadaan permukiman padat dan harapan masyarakat kota kepada pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat itu sendiri. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pengumpulan data survey online dan metode analisis data teks secara kualitatif. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa persepsi permukiman padat bagi masyarakat kota adalah daerah dengan kepadatan yang tinggi, minim fasilitas dan utilitas, kumuh, lahan yang terbatas dan sesak. Sedangkan harapan masyarakat kota kepada pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat adalah dengan relokasi, penegasan peraturan, pembinaan dan revitalisasi. Kata-kunci : masyarakat kota, pemerintah, permukiman padat Pengantar Setiap tahunnya, pertumbuhan penduduk terus meningkat, diiringi dengan urbanisasi yang terjadi di kota besar di Indonesia. Bagi kota yang mulai padat penduduknya, pertambahan penduduk tiap tahun jauh melampaui penyediaan kesempatan kerja di dalam wilayahnya sehingga menambah permasalahan di kota-kota besar. Tekanan ekonomi dan kepadatan tempat tinggal memaksa kaum urban tertentu untuk menempati daerah-daerah pinggiran (slum area) hingga membentuk lingkungan permukiman kumuh (Suud dan Navitas, 2015). Hal ini sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesenjangan sosial. Adanya perbedaan kelas sosial ekonomi yang makin lama makin mencolok mengakibatkan golongan yang mampu makin berkuasa sedangkan golongan miskin ber-tambah miskin. Semakin besar, semakin padat dan heterogen penduduknya, semakin jelaslah ciriciri tersebut (Sarlito, 1992). Batas ini memunculkan persoalan-persoalan baru di kalangan menengah bawah dalam lingkungan bermukimnya. Diantaranya adalah permasalahan sampah, pembangunan yang tidak mementingkan estetika, kemacetan, hingga masalah kriminalitas yang mengganggu masyarakat kota. Kota adalalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen dan dihuni oleh orangorang yang heterogen kedudukan sosialnya (Wirth, 1938). Maka, masyarakat kota adalah semua masyarakat yang menghuni suatu kota. Permukiman padat adalah bagian dari kota sehingga seharusnya menjadi perhatian bagi masyarakat kota. Kesibukan setiap warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatian terhadap sesamanya. Apabila hal ini berlebihan akan menimbulkan sifat acuh Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 G 093

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat tak acuh atau kurang mempunyai toleransi sosial (Bintarto, 1989). Sejauh ini, belum ada studi yang menjabarkan pendapat masyarakat secara umum terkait dengan pemukiman padat. Dalam penelitian ini akan diungkap bagaimana persepsi masyarakat kota terhadap keberadaan permukiman padat, dan apa harapan masyarakat kota kepada pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat tersebut. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana jawaban responden merupakan jawaban yang natural dan dapat digali kebenarannya. Penelitian ini juga bersifat eksploratif (Groat dan Wang, 2002) digunakan untuk mengeksplorasi pemahaman responden mengenai permukiman padat, lalu mendapat wawasan, menyusun teori, identifikasi variabel dan setelah itu menyusun pemahaman dan kerangka (Creswell, 2002). Metode analisis data yang dilakukan adalah metode analisis data teks atau content analysis. Keseluruhan jawaban responden yang terkait dengan definisi permukiman kumuh dan harapan kepada pemerintah digali, lalu diidentifikasi kata kuncinya (open coding). Setelah itu dilakukan tahapan axial coding, dengan mengelompokkan setiap kata kunci yang muncul dari tahapan open coding. Kemudian dilakukan tahapan selective coding untuk mengetahui hubungan antar kategori yang muncul (Creswell, 2006). Karakteristik Responden Didapat responden sebanyak 134 orang, memiliki rentang umur 17-58 tahun dan didominasi oleh kelompok usia 23-28 tahun (diagram 1). Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Grounded Theory (Creswell, 2006). Grounded theory adalah sebuah riset kualitatif dimana peneliti menghasilkan penjelasan umum dari proses, tindakan atau interaksi oleh pandangan dari sejumlah besar responden (Strauss & amp; Corbin, 1998). Data didapatkan melalui metode Snowball, yaitu penyebaran kuesioner online yang dibagikan secara bebas kepada masyarakat yang tinggal di kota-kota besar di Indonesia, baik melalui media sosial maupun secara langsung. Kemudian responden diminta untuk menyebarkan kuesioner kepada orang di sekitarnya (non random sampling). G 094 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Diagram 1. Histogram Karakteristik Usia Responden Dengan melihat tujuan pengumpulan data yang dilakukan, karakteristik mayoritas responden adalah kalangan usia dewasa dengan pendidikan S1 (diagram 2) dan profesi sebagai mahasiswa (diagram 3). Diagram 2. Histogram Karakteristik Pendidikan Responden Diagram 3. Histogram Karakteristik Profesi Responden

Stirena Rossy Tamariska Seluruh data lokasi permukiman padat yang responden pernah lihat, berada di kota-kota besar di Indonesia. Sebagian besar responden melihat adanya permukiman padat di Jabodetabek (diagram 4). Diagram 4. Histogram Lokasi Permukiman Padat yang pernah dilihat Responden Analisis dan Interpretasi Ditahap pertama analisis data teks atau content analysis, dilakukan tahap open coding atau tahapan yang digunakan untuk mengidentifikasi kata-kata kunci dari data teks yang ada. Contoh open coding dari jawaban responden mengenai pertanyaan tentang definisi permukiman padat dan harapan kepada pemerintah dapat dilihat dalam kutipan dari hasil kuesioner di bawah ini. Responden 3: Definisi : Pemukiman yang perbandingan jumlah penduduknya melebihi rasio wajar per meter perseginya. Rasio wajar ini mungkin adalah rasio relatif yang bergantung pada konteks behavior, privasi, dan antropometri. Dan yang jelas tingkat kepadatan pemukiman ini tergolong padat apabila sudah hampir menstimulasi problem- problem pemukiman padat pada umumnya seperti, kelangkaan air bersih, higienitas rendah, kemacetan lalu lintas, udara yang tidak sehat, dsb. Saran untuk pemerintah : Membatasi jumlah populasi dalam suatu wilayah dan merelokasi pada daerah yang lebih baik. Berdasarkan deskripsi tersebut didapatkan beberapa kata kunci dari definisi permukiman padat menurut responden, yaitu jumlah penduduknya melebihi rasio wajar per meter perseginya, kelangkaan air bersih, higienitas rendah, kemacetan lalu lintas, dan udara yang tidak sehat. Sedangkan kata kunci untuk saran bagi pemerintah adalah membatasi jumlah populasi dan merelokasi. Selanjutnya, yang dilakukan adalah tahapan axial coding untuk mengelompokkan kata-kata kunci yang telah didapatkan menjadi kategori tertentu. Untuk menghindari bias, tahapan ini dilakukan dengan berdiskusi bersama temanteman mahasiswa Magister Arsitektur ITB. Setelah mengelompokkan kata kunci, didapatkan 11 kategori untuk persepsi masyarakat kota dan 8 kategori untuk saran bagi pemerintah. Contoh tahap axial coding, baik untuk definisi dan saran untuk pemerintah dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Tabel 1. Contoh penggunaan axial coding dalam analisis isi atau content analysis definisi permukiman padat No Kategori Kata Kunci 1. Kepadatan tinggi 2. Minim fasilitas dan utilitas Rumah berdempetan Jumlah penduduk melebihi rasio wajar Rumah yang sempit Terlalu banyak rumah Kelangkaan air bersih Tidak terdapat ruang hijau Sarana dan Prasarana umum yang rusak Fasilitas sanitasi kurang memadahi Tidak terdapat ruang publik Banyak sampah 3. Kumuh Air tanah tercemar jauh dari kata rapi Masalah kebersihan Tidak ada sirkukasi udara Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 G 095

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat Tabel 2. Contoh penggunaan axial coding saran masyarakat kota untuk pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat No Kategori Kata Kunci 1. Relokasi 2. Penegasan Peraturan 3. Revitalisasi Rumah susun Dipindahkan ke daerah yang masih sepi Dipulangkan ke desa Gusur Program subsidi Penertiban pkl Lakukan program dengan tegas Memperketat perizinan Mendisiplinkan regulasi Penataan kembali Penambahan fasilitas Mengajak warga berpartisipasi Membenahi daerah bersama warga Pengendalian limbah Dari kategori-kategori yang telah didapatkan, kemudian dianalisis frekuensinya menggunakan analisis distribusi. Analisis distribusi ini dilakukan untuk mengetahui jawaban dominan mengenai persepsi masyarakat kota tentang permukiman padat dan harapan kepada pemerintah. Hasil analisis distribusi untuk persepsi masyarakat kota tentang permukiman padat dapat dilihat pada diagram 5 di bawah. Terlihat bahwa persepsi masyarakat kota yang paling banyak frekuensinya adalah kepadatan tinggi dengan jumlah 132 jawaban (45,67%) lalu urutan kedua adalah minim fasilitas dan utilitas dengan jumlah 37 jawaban (12,8%) kemudian disusul dengan jawaban kumuh dan lahan terbatas dengan frekuensi masing-masing 21 jawaban. Diagram 5. Analisis Distribusi persepsi masyarakat kota tentang permukiman padat Hasil analisis distribusi persepsi masyarakat menunjukkan bahwa jawaban dominan mengenai permukiman padat adalah Kepadatan Tinggi. Kepadatan tinggi yang dimaksud adalah rumah yang berdesak-desakan, jalan yang sempit, dan terlalu banyak penduduk dan rumah. Selain itu, hal lain yang identik dengan permukiman padat bagi masyarakat kota adalah Minim Fasilitas dan Utilitas. Masyarakat kota menilai bahwa di permukiman padat kurang terdapat fasilitas sanitasi ataupun sarana prasarana umum yang menunjang. Kurang adanya ruang publik dan ruang terbuka hijau sehingga lahan cenderung terkesan kumuh, dan juga permasalahan lahan yang terbatas. Dari konsep yang dipahami responden tentang permukiman padat, terlihat jelas bahwa imej permukiman padat ini dinilai negatif hanya dari definisi apa itu permukiman padat. Sebelum masuk pada saran pemerintah, dalam kuesioner terdapat pertanyaan apakah responden sebagai masyarakat kota terganggu dengan adanya permukiman padat, dan hasilnya adalah sebanyak 96 responden (72%) merasa terganggu, dan sisanya 38 responden (28%) merasa tidak terganggu (diagram 6). G 096 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Stirena Rossy Tamariska peraturan kepemilikan lahan ataupun batasbatas GSB atau KLB yang menjadikan rumahrumah di permukiman padat berdiri bebas tak teratur. Diagram 6. Analisis Distribusi ketergangguan akan keberadaan permukiman padat Saran kepada pemerintah Untuk saran bagi pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat (diagram 7), jawaban responden yang paling banyak frekuensinya adalah relokasi dengan jumlah 131 jawaban (45,32%). Lalu pada urutan kedua adalah pengasan peraturan dengan jumlah 56 jawaban (19,37%), lalu disusul pembinaan dan revitalisasi, masing masing 35 (12,11%) dan 34 jawaban (11,76%). Pembinaan kepada warga juga dinilai penting, karena warga permukiman padat perlu adanya sosialisasi tentang menjaga kebersihan, ataupun sosisalisasi kesehatan, mengingat di daerah mereka adalah daerah yang rentan penyakit dan kumuh. Revitalisasi sebagai wadah untuk warga ikut berpartisipasi juga hal baik yang menjadi harapan dari masyarakat kota, karena dengan melibatkan warga sebagai penghuni permukiman, maka akan lebih mudah dalam menata permukiman padat tersebut. Korespondensi antara persepsi dan harapan masyarakat kota Berikutnya adalah tahapan analisis hubungan korespondensi antara persepsi dan keinginan masyarakat kota terhadap keberadaan permukiman padat menurut responden. Visualisasi dari hasil analisis korespondensi kemudian digambarkan dalam bentuk dendrogram, yaitu diagram bentuk hubungan antar kategori. Dari diagram 8 dapat dilihat kelompok kategori yang saling berhubungan. Diagram 7. Analisis Distribusi saran masyarakat kota tentang permukiman padat Hal ini menunjukkan bahwa jalan yang paling efektif menurut masyarakat kota adalah dengan relokasi, karena mereka layak mendapatkan tempat yang layak huni dibandingkan dengan tempat tinggal mereka saat ini, di permukiman padat. Beberapa yang menjadi masukan terkait relokasi adalah dengan pembangunan rumah susun, dipindahkan ke daerah yang masih sepi penduduk, atau de-urbanisasi. Lalu, hal kedua adalah penegasan peraturan. Beberapa masyarakat kota mungkin masih menganggap bahwa dalam pelaksanaannya mengentaskan permukiman padat, pemerintah masih kurang tegas baik dalam megatur Aksesibilitas susah (15) Ekonomi rendah (10) pembinaan (35) Kepadatan tinggi (132) Minim fasilitas dan utilitas (37) penegasan peraturan (56) revitalisasi (34) Kumuh (21) Merusak citra kaw asan (17) relokasi (131) Lahan terbatas (21) Tidak memenuhi syarat (13) program kb (10) pemerataan pembangunan (7) Masalah kesehatan (7) Ganggu kepentingan umum (7) membuat ruang terbuka hijau (9) Rasa kurang aman (9) pemerataan lapangan kerja (7) Diagram 8. Dendogram hubungan antara persepsi dan saran masyarakat kota untuk pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 G 097

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat Dari diagram dendogram di atas, dilihat kategori yang saling terkait antara persepsi masyarakat kota (warna hitam) dan saran bagi pemerintah (warna biru). Keterkaitan ini muncul ketika beberapa kategori tertentu diungkapkan oleh responden yang sama. Semakin banyak hal itu dijawab, maka jaraknya akan semakin dekat dalam diagram dendogram. Misalnya pada kategori kepadatan tinggi, minim fasilitas dan utilitas, penegasan peraturan dan revitalisasi. Diagram dendogram menunjukkan kemungkinan bahwa sebagian besar responden yang menjawab kepadatan tinggi dan minim fasilitas dan utiitas akan disertai saran penegasan peraturan dan atau revitalisasi. Sedangkan pada kategori kumuh, merusak citra kawasan dan relokasi, dalam dendogram berkemungkinan bahwa kebanyakan responden merasa untuk permukiman yang kumuh dan merusak citra kawasan penanganannya adalah dengan relokasi. Kondisi hubungan antara kategori kata kunci tersebut dapat dibuktikan dari jawaban dari responden, misalnya responden 24 dan responden 59 yang diungkapkan dalam tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Contoh hubungan antara persepsi dan saran masyarakat kota untuk pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat Pertanyaan Jawaban Kategori Suatu tempat Pengertian yang tidak lagi Kumuh, tentang mencerminkan merusak citra permukiman keindahan dari kawasan padat suatu kota, kumuh Saran untuk pemerintah Pengertian tentang permukiman padat Saran untuk pemerintah Menyebar permukiman padat Permukiman yang ditinggali banyak penduduk dan berdempet dempetan Menata ulang permukiman sehingga lebih rapi Relokasi Kepadatan tinggi Revitalisasi Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat kota terhadap permukiman padat adalah permukiman dengan kepadatan yang tinggi, minim fasilitas dan utilitas, kumuh, lahan yang terbatas dan sesak. Dengan keberadaan permukiman padat ini, tidak sedikit yang merasa terganggu. Sedangkan harapan masyarakat kota kepada pemerintah terhadap keberadaan permukiman padat ini adalah dengan relokasi, penegasan peraturan yang telah ada, pembinaan dan revitalisasi. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam hal pemecahan masalah permukiman padat di kota-kota besar dan memberikan masukan untuk pemerintah Indonesia. Penelitian ini dirasa masih memiliki banyak kekurangan karena pengumpulan data yang terbatas pada responden yang dapat disurvei secara online. Untuk itu, penulis berharap adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam terkait penanganan permukiman padat dengan kajian yang lebih baik beserta solusi yang solutif bagi masyarakat dan pemerintah terkait. Daftar Pustaka Ahmad, Kaikaus. (2009). Slum Growth in the Rapidly Urbanizing Developing World. Disertation The University Of Texas At Dallas. Bintarto. (1989). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia. Creswell, J.W. (2006). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing among Five Approaches. California: Sage Publications, Inc. Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Sarlito. WS. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Suud, Barno & Navitas, Prananda (2015). Faktorfaktor Penyebab Kekumuhan Permukiman di Kelurahan Tanah Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print), hal.33-35. Wirth, Louis. (1938). Urbanism as a Way of Life. The American Journal of Sociology, Vol. 44, No. 1, (Jul., 1938), pp. 1-24. Published by: The University of Chicago Press. G 098 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016