PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KAJIAN EKONOMI PENGOLAHAN JATI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setempat serta keadaan ekologis berbeda dengan di luarnya (Spurr 1973).

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan bahan baku, karena pasokan bahan baku terutama dari hutan alam

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman (tegakan seumur). Salah satu hutan tanaman yang telah dikelola dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

PEMANFAATAN KAYU SENGON UNTUK RUMAH SEDERHANA

PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat. sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 143 jenis bambu yang beranekaragam. manfaat kerna batangnya kuat, kerat dan elastis sehingga membuat bambu

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.9/Menhut-II/2012 TENTANG RENCANA PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI (RPBBI) PRIMER HASIL HUTAN KAYU

Hutan Rakyat. Tonny Soehartono

I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN 1. No. NOMOR POS TRIF

GLOBAL BUSINESS OPPORTUNITY

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

Industri Kayu. Tonny Soehartono

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS PERMUDAAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

SISTEM PEMANTAUAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU DI ERA OTONOMI DAERAH

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

Rantai Perdagangan Kehutanan

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

SIFAT PAPAN BLOK SENGON DENGAN VENIR SILANG KAYU TUSAM

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Business plan..., Bogi Sukmono, FE UI, 2008

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.

Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN STANDARDISASI PRODUK INOVATIF DARI BAHAN BERLIGNOSELULOSA DAN PRODUK BAHAN PENUNJANG INDUSTRI

PENGATURAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN HAK/MILIK DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 647/MPP/Kep/10/2003 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat

POLA PERTUMBUHAN PULAI DARAT

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peran yang penting sebagai motor penggerak

NILAI EKONOMI KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI SUKABUMI JAWA BARAT {The Economic value oftimberfrom agroforest in Sukabumi West Java)

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. mengakibatkan banyaknya sumber daya alam berupa kayu bulat diambil secara

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KAYU JENIS SENGON

STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN BADAN LITBANG KEHUTANAN

Transkripsi:

POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Achmad Supriadi 1) ABSTRAK Industri perkayuan di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama kayu bundar. Kebutuhan bahan baku berupa kayu sekitar 63,5 juta m3 per tahun. Realisasi produksi rata-rata kayu bulat hutan alam hanya 10 juta m3 per tahun. Hal ini berarti hutan alam hanya mampu memasok sekitar 16% dari keseluruhan bahan baku kayu yang diperlukan. Untuk mengurangi kesenjangan antara jumlah pasokan dengan kebutuhan kayu, salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah pemanfaatan jenis kayu yang bersumber dari dari hutan rakyat. Luas hutan rakyat di kabupaten Bogor adalah 10.791,28 ha, terdiri dari areal siap tebang 2.219,73 ha (20,6%), telah ditebang 443,99 ha (4,1%) dan sisanya 8.127,56 ha (75,3%) berupa areal tanaman muda. Komoditas tanaman didominasi oleh jenis sengon, kemudian berturut-turut jenis afrika, mahoni, campuran dan jati. Bogor Barat merupakan wilayah yang memiliki hutan rakyat terluas. Perkiraan potensi kayunya adalah sekitar 1.034.763,18 m 3. Kayu sengon telah dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk, dengan nilai tambah per m 3 berkisar antara Rp6.392 Rp 1.325.000, tergantung jenis dan ukuran produk. Kata kunci : Hutan rakyat, potensi, nilai tambah I. PENDAHULUAN Industri kayu merupakan industri kehutanan yang penting dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam berupa hutan. Industri pengolahan kayu di dalam negeri baik primer maupun sekunder, yang tercatat saat ini hampir 2.000 unit, yang didominasi oleh industri kayu lapis dan penggergajian. Nilai ekspor barang kayu dan hasil hutan lainnya pada tahun 2000 sebesar Rp 24.037.647 juta atau 15,9% dari 1) Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor 58

seluruh nilai ekspor Indonesia (Deperindag, 2002). Dari nilai ekspor tersebut sebesar Rp 1.655.295 juta (6,9%) disumbang dari industri pengolahan kayu skala kecil dan menengah. Sedangkan sisanya sebanyak 93,1% oleh industri skala besar. Industri tersebut saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama kayu bundar, karena kemampuan produksi kayu bundar terutama dari hutan alam yang terus menurun. Kebutuhan bahan baku berupa kayu sekitar 63,5 juta m3 per tahun. Realisasi produksi rata-rata kayu bulat hutan alam hanya 10 juta m3 per tahun (Laban, 2003). Mengingat kondisi hutan secara umum di Indonesia, diperkirakan kekurangan ini makin lama makin membesar jumlahnya. Kesulitan yang dialami industri dalam memenuhi bahan bakunya, dikhawatirkan menjadi pemicu maraknya penebangan dan perdagangan kayu secara illegal di Indonesia. Dampak negatif dari kondisi ini antara lain tutupnya perusahaan-perusahaan pengolahan kayu, rusaknya hutan beserta ekosistim di dalamnya dan makin besarnya tekanan dunia internasional terhadap manajemen hutan dan produk hasil hutan dari Indonesia. Untuk menanggulangi atau paling tidak mengurangi berbagai permasalahan ini, pemanfaatan kayu tidak cukup hanya mengandalkan sumber-sumber dari hutan alam, tetapi harus terus dikembangkan juga dari sumber-sumber lainnya di antaranya dari hutan rakyat. Di dalam pemanfaatannya harus tetap diusahakan penghematan penggunaan kayu, antara lain melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan kayu dan diversifikasi produk kayu. Makalah ini menyajikan tentang potensi kayu dari hutan rakyat di Kabupaten Bogor dan nilai tambah yang diperoleh dari pemanfaatan kayu hutan rakyat. Sasarannya adalah tersedianya data dan informasi tentang potensi hutan rakyat di Kabupaten Bogor, pemanfaatan kayu sengon dan nilai tambah yang diperoleh dari pemanfaatan kayu sengon. II. POTENSI HUTAN RAKYAT Luas areal hutan rakyat di Kabupaten Bogor tahun 2005 tercatat 10.791,28 ha, terdiri dari areal siap tebang 2.219,73 ha (20,6%), telah ditebang 443,99 ha (4,1%) dan sisanya 8.127,56 ha (75,3%) berupa areal tanaman muda. Areal hutan rakyat di kabupaten Bogor terdiri dari berbagai jenis tanaman yang terluas adalah sengon 59

(4.745,02 ha), kemudian berturut-turut diikuti oleh jenis afrika (2.620,95 ha), mahoni (1.937,78 ha), campuran (1.040,84 ha) dan jati (446,68 ha). Pengusahaan hutan rakyat telah mampu memberikan lapangan kerja bagi 53.995 orang. Data rekapitulasi potensi hutan rakyat selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi hutan rakyat Kabupaten Bogor tahun 2005 No. 1. 2 3 4 5. Luas areal (ha) Komoditas Total Siap tebang 4.745,02 1.026,09 1.937,78 412,75 2.620,95 557,93 446,68 1,64 1.040,84 221,33 Sengon (Albizia falcataria) Mahoni (Switenia sp.) Afrika (Maesopsis sp.) Jati (Tectona grandis) Campuran Ditebang 205,22 82,55 111,59 0,33 44,31 Produksi (M3) 20.551,41 8.252,06 11.154,20 32,70 4.429,46 Jumlah tenaga kerja (orang) 23.718 9.685 13.100 2.250 5.202 Jumlah 10.791,28 2.219,73 443,99 44.383,83 53.955 Sumber : Anonim, 2006. Berdasarkan sebaran arealnya, Bogor Barat merupakan wilayah kabupaten Bogor yang memiliki areal hutan rakyat terluas hampir untuk semua jenis tanaman yakni 7.362,27 ha atau sekitar 67,4% dari seluruh luas areal hutan rakyat di kabupaten Bogor, selanjutnya diikuti oleh wilayah Bogor Timur 1.837,65 ha (16,8%) dan sisanya wilayah Bogor Tengah1.837,65 ha (15.7%). Luas hutan rakyat di kabupaten Bogor berrdasarkan sebaran wilayahnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi luas areal hutan rakyat per wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005 (ha) Wilayah Sengon Mahoni Afrika Jati Campuran Jumlah Bogor Barat Bogor Tengah 3.311,98 606,76 826,28 1.269,99 284,02 383,76 1.815,58 408,65 409,45 184,02 250,83 125,13 780,70 167,12 93,03 7.362,27 (67,4%) 1.717,38 (15,7%) 1.837,65 (16,8% Bogor Timur Jumlah 4.745,02 1.937,77 2.633,68 559,98 1.040,85 10.917,30 (100%) Sumber : Anonim, 2006. Data diolah 60

Luas areal hutan rakyat yang telah ditebang memberikan hasil berupa produksi kayu yang berbeda-beda jumlahnya tergantung kepada jenis kayu dan luas areal. Sebagai contoh pada Tabel 1, dari 205,22 ha penebangan tanaman sengon menghasilkan 20.551,41 m 3 kayu bundar. Sedangkan dari 1.937,78 ha tanaman mahoni menghasilkan 8.252,06 m 3 kayu bundar dan seterusnya. Berdasarkan produksi kayu yang dihasilkan dari luasan areal yang telah ditebang ditebang, maka dapat diperkirakan besarnya potensi kayu setiap jenis tanaman dari hutan rakyat di kabupaten Bogor seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Potensi kayu dari hutan rakyat di kabupaten Bogor No. 1. 2 3 4 5. Komoditas Sengon (Albizia falcataria) Mahoni (Switenia sp.) Afrika (Maesopsis sp.) Jati (Tectona grandis) Campuran Luas areal tanaman muda dan siap tebang (ha) 4.539,80 1.855,23 2.509,36 446,35 Perkiraan potensi kayu (m 3 ) 454.630,60 185.456,93 250.828,06 44.229,23 99.618,36 996,53 Jumlah 10.347,27 1.034.763,18 Sumber : Anonim, 2006. Data diolah Pada Tabel 3 tampak, jumlah luas hutan rakyat dengan tanaman belum ditebang adalah 10.347,27 ha dengan perkiraan potensi kayunya sebesar 1.034.763,18 m 3. Tanaman sengon diperkirakan berpotensi menghasilkan produksi kayu terbanyak yaitu 45.630,60 m 3, kemudian berturut-turut diikuti oleh tanaman afrika 250.828,06 m 3 dan mahoni 185.456,93 m 3. III. KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH PEMANFAATAN KAYU SENGON Kayu sengon di Jawa Barat terkenal dengan nama kayu jeungjing, banyak digunakan oleh penduduk Jawa Barat untuk bahan perumahan (papan, balok, tiang, kaso dan sebagainya). Selain daripada itu dapat juga dipakai untuk pembuatan peti, venir, pulp, papan semen wol kayu, papan serat, papan partikel, korek api (tangkai dan kotak), kelom dan kayu bakar. Dahulu di Maluku, kayu sengon biasa dipakai untuk perisai, karena ringan dan liat serta sukar ditembus (Martawijaya, et. al., 2005). Di Sukabumi 61

banyak industri pengolahan kayu skala kecil menggunakan kayu sengon untuk menghasilkan produk-produk berupa peti kemas, palet, bahan bangunan serta mebel (Sylviani, et. al., 1996). Di Bogor banyak industri penggergajian yang telah biasa menggergaji kayu sengon untuk nantinya dibuat berbagai macam produk kayu. Kayu sengon telah dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk kayu seperti telah diuraikan di atas, sehingga telah dapat meningkatkan nilai tambah dari kayu sengon tersebut. Besarnya nilai tambah yang diperoleh tergantung kepada jenis dan ukuran produk yang dihasilkan. Nilai tambah dari pemanfaatan kayu sengon disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai tambah dari pemanfaatan kayu sengon untuk berbagai macam produk No. Jenis Produk Nilai output (Rp) Nilai input (Rp) Nilai tambah (Rp/m 3 ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kayu gergajian*) Tempat tidur**) Lemari**) Bufet**) Palet***) Peti***) 700.000 600.000 1.200.000 1.500.000 83.750.000 37.754.000 500.000 175.000 175.000 175.000 33.350.000 34.133.500 200.000 425.000 1.025.000 1.325.000 119.290 6.392 Keterangan : *) Pedagang kayu gergajian di Bogor; **) Supriadi, A. dan Osly Rachman (2000); ***) Sylviani, et. al., (1996) IV. KESIMPULAN 1. Luas hutan rakyat di Kabupaten Bogor 10.791,28 ha, terdiri dari areal siap tebang 2.219,73 ha (20,6%), telah ditebang 443,99 ha (4,1%) dan sisanya 8.127,56 ha (75,3%) berupa areal tanaman muda. Komoditas tanaman didominasi oleh jenis sengon, kemudian berturut-turut jenis afrika, mahoni, campuran dan jati. Bogor Barat merupakan wilayah yang memiliki hutan rakyat terluas. 2. Perkiraan potensi kayunya adalah sekitar 1.034.763,18 m 3 3. Kayu sengon telah dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk, dengan nilai tambah per m 3 berkisar antara Rp 6.392 Rp 1.325.000, tergantung jenis dan ukuran produk. 62

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta.. 2006. Monografi Hutan Rakyat Kabupaten Bogor. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Bogor. Laban, B.Y. 2003. Kebijakan restrukturisasi industri kehutanan berbasis pengelolaan hutan lestari. Makalah Utama dalam Ekspose Hasil-Hasil Litbang Teknologi Hasil Hutan di Bogor tanggal 16 Desember 2003. Puslitbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor. Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira dan K. Kadir. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Sylviani, B.M. Purnama dan A. Saiban. 1996. Nilai ekonomi kayu dari hutan rakyat di kabupaten Sukabumi. Buletin Penelitian Hasil Hutan 14(9): 344-354. Puslitbang Hasil Hutan dan Sosek Kehutanan. Bogor Supriadi, A. dan O. Rachman. 2000. Profil industri kecil mebel di Sukabumi. Info Hasil Hutan 7(2): 33-40. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor. 63