PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
Copyright:

KAJIAN OKULASI BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DENGAN PERBEDAAN MATA TUNAS (ENTRES) DAN KLON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

Penyiapan Bahan Tanam Tanaman Karet


PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

KAJIAN OKULASI BENIH KARET. (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DENGAN PERBEDAAN MATA TUNAS (ENTRES) DAN KLON. Tesis

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi

Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

Oleh : Ulfah J. Siregar

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KARET

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

PENYADAPAN TANAMAN KARET

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

Charloq 1) Hot Setiado 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal TRIAGRO FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG. Dewan Redaksi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. : Hevea brasiliensis Muell Arg. penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

Respon Pertumbuhan Beberapa Klon Bibit Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg) dengan Berbagai Ukuran Lobang Tanam Pada Tanah Ultisol

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 312/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS KLON IRR 32 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI ABSTRAK

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 201 ISSN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR BEBERAPA KLON ENTRES TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell.) PADA BATANG BAWAH PB 260 DI LAPANGAN

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III.METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

BISNIS BUDIDAYA KARET

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE

MODUL BUDIDAYA KARET

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

PENGARUH CARA OKULASI TERHADAP BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) LAPORAN PENELITIAN OLEH DJATMIKO NIDN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Perternaka UIN Suska Riau. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari tanggal

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

Transkripsi:

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA Oleh SYUKUR, SP, MP NIP. 19720401 200604 1 019 BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2013

ABSTRAK Syukur, SP, MP. 2013. Pengamatan perkembangan benih karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) klon PB 260 dengan interval pengendalian gulma yang berbeda. Kajiwidya ini dilakukan di Balai Pelatihan Pertanian Jambi. Karet merupakan komoditas perkebunan penting, yang di Indonesia nomor dua setelah kelapa sawit. Untuk meningkatkan produktifitas terutama untuk kebun rakyat, diperlukan klon unggul. Pengendalian gulma yang sesuai juga diperlukan untuk mendapatkan batang bawah untuk okulasi. Kajiwidya bertujuan mengetahui interval pengendalian gulma untuk menghasilkan batang yang baik. Kajiwidya dengan pengamatan langsung dilapangan diselenggarakan antara bulan Desember 2012 hingga Juni 2013. Faktor perlakuan pertama tampa pengendalian gulma, perlakuan kedua pengendalian gulma dilakukan satu kali dalam waktu satu bulan, perlakuan ketiga pengendalian gulma satu kali dalam waktu dua bulan, perlakuan keempat pemgendalian gulma satu kali dalam waktu tiga bulan. Hasil kajiwidya menunjukkan bahwa pengedalian gulma dengan interval satu kali dalam waktu satu bulan memberikan perkembangan jumlah daun, perkebangan diameter batang dan perkembangan tinggi batang terbaik. Kata kunci : tanaman karet, pengendalian gulma

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet (Hevea brasilliensis Mull Arg) merupakan komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting di Indonesia. Selain sebagai sumber devisa Negara kedua setelah perkebunan kelapa sawit, karet juga mampu mendorong pertumbuhan sentrasentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangannya (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2010). Disamping itu tanaman karet juga telah menghidupi jutaan orang, karena sebagian besar perkebunan karet diusahakan oleh rakyat. Luas total perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal tersebut, 84,5% merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% milik negara (Setiawan dan Andoko, 2010 : 47). Dari segi luas lahan, perkebunan karet rakyat terbesar, namun produktifitasnya masih rendah yakni 926 kg/ha jika dibandingkan produktivitas perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha (Dirjenbun, 2010). Selain produksi lateks, pohon karet yang telah habis masa produksi, kayunya dapat digunakan untuk pembuatan mebel (Mokhatar dan Daud, 2011 : 1) Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, (2010) Produktivitas perkebunan besar Negara 1.327 kg/ha dan perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh usia tanaman lebih dari 20 tahun, pemeliharaan kebun kurang baik dan sebagian tanaman menggunakan bahan tanam biji sapuan (seedling), bukan dari klon unggul. Untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet rakyat, pemerintah telah menempuh berbagai upaya antara lain perluasan tanaman, penyuluhan, intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan serta penyebaran klon klon unggul benih karet. Dalam menunjang keberhasilan peningkatan produktivitas perkebunan karet, telah dilakukan

usaha khususnya terhadap benih karet (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet dari klon-klon unggul adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan dan Andoko, 2010 : 53). Ada tiga macam tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet, yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut pada prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan umur batang atas (Amypalupy, 2009 : 19) Amypalupy,(1988 : 37) menjelaskan bahwa bahan tanaman karet asal okulasi banyak memberi keuntungan dari sifat-sifat unggul induknya seperti pertumbuhan tanaman seragam, produksi tinggi, mulai berproduksi dalam waktu relatif singkat, mudah dalam penyadapan, dan tahan terhadap penyakit. Menurut Setyamidjaja (1999 : 58), hasil okulasi pada tanaman karet salah satunya adalah stum mata tidur. Stum mata tidur adalah benih hasil okulasi dengan mata tunas okulasi yang belum tumbuh. Dalam melakukan okulasi dibutuhkan persiapan batang bawah yang merupakan bagian tanaman yang akan diokulasikan dengan batang atas. Batang bawah ini harus mempunyai sistem perakaran yang kuat dan pertumbuhan yang baik (Setiawan dan Andoko, 2007 : 55). Pemeliharaan dalam penyediaan batang bawah merupakan pekerjaan yang sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pertanaman karet di kemudian hari. Perawatan batang terdiri atas : penyulaman, penyiangan, pemupukan. Penyiangan dalam budidaya tanaman karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Pada umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam setahun untuk menghemat biaya dan tenaga. Menurut Setiawan dan

Andoko (2005. Hal 88), ada dua cara penyiangan yaitu secara manual dan secara kimia. Selanjutnya dikemukakan oleh Barus (2003) cit Hamidah, (2009 : 1) bahwa tujuan pengendalian gulma umum pada jalur (strip) tanaman karet untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama dengan gulma serta memudahkan pekerjaan okulasi, pemupukan dan pekerjaan pengawasan lainnya. Biasanya pengendalian gulma umum dilakukan jika kondisi penutupan gulma telah mencapai 30 50 %. B. Tujuan Kajiwidya 1. Mengetahui pengaruh pengendalian gulma terhadap pertumbuhan tanaman karet (Hevea brasiliensies Muell Arg.) Klon PB 260. 2. Sebagai bahan untuk proses mendidik, mengajar dan berlatih dalam pendidikan dan pelatihan khususnya pembibitan karet di Balai Pelatihan Pertanian Jambi. C. Manfaat Kajiwidya Hasil kajiwidya ini diharapkan dapat menambah informasi dibidang teknologi pembibitan tanaman karet khususnya penyediaan batang bawah untuk bahan okulasi

II. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan waktu Kajiwidya ini dilaksanakan di Balai Pelatihan Pertanian Jambi yang memiliki ketinggian tempat + 35 M dari permukaan laut. Pelaksanaan selama 6 (enam) bulan, dimulai pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Juni 2013. B. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam kajiwidya ini adalah kecambah karet stadium pancing sampai stadium tombak. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah ayakan, gergaji cangkul, ember, handsprayer, meteran, jangka sorong, mistar, alat tulis dan lain-lain. C. Metode Kajiwidya Kajiwidya ini direncanakan dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah Tampa pengendalian gulma sebagai control, faktor kedua pengendalian gulma satu kali dalam waktu 1 bulan. Faktor ketiga pengendalian gulma satu kali dalam waktu 2 bulan dan faktor keempat pengendalian gulma satu kali dalam 3 bulan. Dengan demikian terdapat 12 unit percobaan, masing-masing unit percobaan ada 33 m 2. Denah penempatan unit percobaan seperti lampiran 2. D. Pelaksanaan Kajiwidya 1. Tempat Kajiwidya Tempat penelitian dipilih dekat dengan sumber air, datar dan terbuka. Areal penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari rumput dan sisa-sisa tanaman lainnya.

3. Bahan Tanam Bahan tanam berupa benih karet dari persemaian yang sudah tumbuh berbentuk stadia pancing dan stadia jarum dimana pada kondisi ini benih akan lebih tahan karena masih terdapat cadangan makanan dari biji. 4. Pemeliharaan Tanaman. Pemeliharaan benih karet selama kajiwidya meliputi penyiraman, penyiangan gulma sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Penyiraman dilakukan pada pagi hari sampai akhir kajiwidya, Pengendalian gulma dilakukan secara manual. E. Variabel Yang Diamati 1. Jumlah Daun Jumlah daun dihitung dimulai pada 1 bulan setelah tanam, kemudian dilanjutkan 1 bulan satu kali sampai pada akhir kajiwidya. 2. Diameter Batang Pengukuran diameter dimulai pada 1 bulan setelah tanam, kemudian dilanjutkan 1 bulan satu kali sampai pada akhir kajiwidya. Untuk keseragaman pengukuran dilakukan 2 cm diatas leher akar pada setiap tanaman sampel dengan mengukur dua sisi tunas. Pengukukuran dilakukan dengan mengunakan jangka sorong dengan satuan mm. 3.Tinggi Batang Pengukuran tinggi batang dimulai pada 1 bulan setelah tanam, kemudian dilanjutkan 1 bulan satu kali sampai pada akhir kajiwidya. Untuk keseragaman pengukuran dilakukan diatas leher akar / diatas permukaan tanah pada setiap tanaman sampel dengan mengukur dua sisi tunas. Pengukukuran dilakukan dengan mengunakan mista dengan satuan cm.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan jumlah daun. Gambar 1. Perkembangan jumlah daun dengan perlakuan interval pengendalian gulma Dari gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah daun tertinggi terjadi pada pengendalian gulma satu bulan satu kali yaitu sebanyak 11,48 lembar. Perkembangan rata-rata tertinggi dari bulan ke bulan terjadi pada bulan ke tiga menuju bulan keempat sebanyak 3,16 lembar pada pengendalian gulma satu kali satu bulan. Perkembangan jumlah daun terendah tejadi pada perlakuan tampa penyiangan sebanyak 5,75 lembar, sedangkan perkembangan jumlah daun pada perlakuan penyiangan satu kali dalam waktu dua bulan dan satu kali dalam tiga bulan masing-masing sebanyak 7,85 dan 7,33 lembar. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3 30 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3 10 cm pada ujung-ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul, tidak tajam (Nazarudin dan Paimin, 2006).

B. Perkembangan diameter batang Gambar 2. Perkembangan diameter batang dengan perlakuan interval pengendalian gulma Dari gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan diameter batang tertinggi terjadi pada pengendalian gulma satu bulan satu kali yaitu sebanyak 4,2 mm. Perkembangan rata-rata tertinggi dari bulan ke bulan terjadi pada bulan ke dua menuju bulan ketiga sebesar 1,69 mm terjadi pada pengendalian gulma satu kali satu bulan. Perkembangan diameter batang terendah tejadi pada perlakuan tampa penyiangan sebanyak 2,77 mm, sedangkan perkembangan diameter batang pada perlakuan penyiangan satu kali dalam waktu dua bulan dan satu kali dalam tiga bulan masing-masing sebanyak 2,99 dan 3,00 mm.

C. Perkembangan tinggi batang Gambar 3. Perkembangan tinggi batang dengan perlakuan interval pengendalian gulma Dari gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan tinggi batang tertinggi terjadi pada pengendalian gulma satu bulan satu kali yaitu setnggi 102,37 cm. Perkembangan rata-rata tertinggi dari bulan ke bulan terjadi pada bulan ke lima menuju bulan enam sebesar 21,39 cm terjadi pada pengendalian gulma satu kali satu bulan. Perkembangan tinggi batang terendah tejadi pada perlakuan tampa penyiangan setinggi 62,48 cm, sedangkan perkembangan tinggi batang pada perlakuan penyiangan satu kali dalam waktu dua bulan dan satu kali dalam tiga bulan masingmasing sebanyak 63,69 mm. Tinggi rendahnya batang pertama (payung pertama) pada benih karet ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya perkembangan batang kedua yang secara tidak langsung akan berpegaruh dengan singkat atau lambatnya tanaman karet siap disadap (matang sadap).waktu yang dibutuhkan untuk membentuk satu payung tunas berkisar 60 hari. Kecapatan tinggi tanamana diduga dipengaruhi oleh faktor genetic yaitu

faktor internal seperti keberadaan fitohormon dan faktor eksternal (lingkungan), selain itu pada umur 2 bulan setelah tanam sudah mulai terbentuknya tunas kedua (payung kedua) faktor faktor internal sudah malai tampak. Seiring dengan itu menurut Goncalves et al., (2006) kecepatan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetic berkorelasi dengan fanotif dan lingkungan yaitu tingkat kesuburan tanah dan tingkat kebersihan lahan dari gulma.

IV.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Penyiangan yang dilakukan satu bulan selali memberi pertumbuhan tanaman yang paling baik. 2. Selain pengendalian gulma, pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh genetic dari tanaman itu sendiri dan kesuburan tanah. B. Saran Pengendalian gulma merupakan hal yang mutlak dilakukan guna mempercepat tanaman karet sabagai batang bawah untuk dapat diokulasi.

DAFTAR PUSTAKA Amypalupy, K. 1988. Pengaruh Pengunaan Mulsa dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Dalam kantong Palstik. Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera Selatan. Amypalupy, K. 1990. Pengaruh Tinggi dan Pemotongan Batang Bawah Pada system Pencabutan Dengan Mengunakan Dongkrak Bibit Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Dalam polybag. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera Selatan. Amypalupy. K, 2009. Pembuatan Bahan Tanam Dalam Sapta Bina Usaha Tani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Sumatera Selatan. Boerhendy, Kuswandi dan Amypalupy, 1992. Polybag Mini Untuk Mendukung Pengembangan Karet Rakyat. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera Selatan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2008-2010. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. Dinas Perkebunan, 2009. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi tahun 2009. Dinas Perkebunan Jambi. Hadi dan Anwar, 2006. Dukungan Pusat Penelitian Karet Dalam Penyediaan Benih Karet. Warta Perkareta. 25(1):1-12. Hamidah (2009) Pengaruh Pengendalian Gulma dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Mull. Arg) Pada Klon PB 260. ISSN 2085-3584 Mokhatar, S, J, Daud, N, W. (2011). Performance of Hevea brasiliensis on Haplic Acrisol Soil as Affected by Different Source of Fertilizer. Department of Crop Science, Faculty of Agriculture University Putra Malaysia, (1) 1: 50 Nazaruddin dan F.B.Paimin, 2006. Karet Budidaya dan Pengolahan StrategiPemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Pukesmawati.E.S. 2006. Respon Bibit Tanaman Karet (Hevea brasilliensis Mull Arg) di Polybag Terhadap Pemberian Kinetin. Tesis Universitas Andalas Padang Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2010. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Lampiran 1. Denah Penempatan Satuan Percobaan di Lapangan Faktor dalam Rancangan Acak Lengkap P3 I P2 I P1 II P0 III P1 III P0 II P3 II P2 II P0 I P1 I P2 III P3 III Keterangan : P : Perlakuan I, II, III : Ulangan

Lampiran 2. Dekripsi Klon Karet Prang Besar (PB) 260 Nama Klon : PB 260 Silsilah Asal Batang Kulit batang Mata Payung Daun : Persilangan PB5/51 X PB49 : Prang Besar, Malaysia : Jagur, Tegak lurus, Bentuk lingkar silendris : Coklat tua, corak alur sempit, putus-putus : Rata,bekas pangkal tangkai kecil agak menonjol : Mendatar, ukuran lurus, kerapatan sedang-agak tertutup, jarak Antar payung dekat - sedang Tangkai daun : Mendatar, bentuk lurus, ukuran agak sedang besar, panjang Sedang agak panjang, bentuk kaki rata-rata menonjol Anak tangkai : Posisi mendatar, bentuk lurus, ukuran besar sedang, ukuran Panjang sedang, sudut anak tangkai sempit Helaian daun : Warna hijau muda-hijau, kilauan kusam, bentuk oval, tepi daun agak bergelombang, penampang memanjang lurus, penampang melintang rata-rata cekung, letak helaian daun terpisah bersinggungan Warna lateks Ciri-ciri Khusus : Putih : Bentuk cemara, tidak perlu inisiasi percabangan