Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Lamp. : 1 eks Administratur Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX di Getas Dengan ini disampaikan dengan hormat laporan hasil kunjungan staf peneliti Balai Penelitian Getas ke afdeling Banaran dan Galardowo Kebun Getas, PTP Nusantara IX, pada tanggal 13 dan 28 Mei 2009. Di afdeling Banaran, pemeliharaan dan pemupukan yang selama ini telah dilakukan secara memadai perlu terus dilakukan untuk mengimbangi cekaman lingkungan terutama faktor ketinggian tempat. Sedangkan untuk menghindari timbulnya penyakit sekunder melalui luka karena angin dapat digunakan fungisida berspektrum luas. Toping tanaman hendaknya dilakukan secara penggelungan bukan dengan cara pemangkasan, agar tanaman tidak luka. Di Afdeling Galardowo, usaha usaha pengendalian hama penyakit daun telah dilakukan dengan cukup memadai. Untuk mengantisipasi masalah tersebut perlu dilakukan monitoring secara periodik dan berkelanjutan. Untuk penyulaman tanaman yang sakit karena JAP, lubang tanaman perlu dibebaskan dari sisa sisa akar sakit dan potongan akar kayu tanaman tua sebelumnya. Lubang tanaman perlu disebarkan belerang 125g/lubang dan beberapa hari kemudian disebarkan Triko SP PLUS 100 g/tanaman. Demikian disampaikan atas perhatian dan bantuan Saudara kami mengucapkan terimakasih. Balai Penelitian Getas Pimpinan Harian Ir. Sugiharto MS, SE
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN DI AFDELING BANARAN DAN GALARDOWO KEBUN GETAS PTP. NUSANTARA IX JAWA TENGAH Oleh: Balai Penelitian Getas A. KUNJUNGAN DI AFDELING BANARAN Kunjungan dilakukan pada salah satu blok karet konversi dari tanaman kakao di Afdeling Banaran, Kebun Getas PTP. Nusantara IX sehubungan dengan adanya dugaan serangan penyakit pada blok tersebut atas permintaan Administratur Kebun Getas. Staf peneliti Balai Penelitian Getas yang bertugas adalah Dr. Ir. Hananto Hadi, MS., Budi Setyawan, SP. dan Ari Santosa Pamungkas, SP. Waktu kunjungan adalah tanggal 13 Mei 2009. Lokasi tanaman yang terkendala tersebut terletak di ketinggian lebih dari 700 m dpl, yaitu pada daerah puncak bukit dengan kecepatan angin yang cukup kencang (Gambar 1). Kondisi kelembaban di area tersebut juga relatif tinggi. Sedangkan faktor lain seperti tanah terlihat gembur dan subur yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan tanaman termasuk pemupukan oleh pihak kebun telah dilakukan dengan memadai. Pada hamparan blok tersebut terdiri atas klon BPM 1, PB 260, dan RRIC 100. Gambar 1 Hasil kunjungan pada TBM 2 yang mengalami kendala pertumbuhan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut: Pada daun daun tua terlihat adanya sisa sisa gejala serangan Oidium sehingga penampakan daun pada tanaman yang terserang menjadi cacat (Gambar 2). Tanda keberadaan Oidium yang aktif tidak ditemukan karena pada musim penghujan, spora biasanya tercuci oleh air hujan. Kerusakan http://contoh.in 1
daun diperparah oleh angin yang selalu bertiup cukup kencang pada area tersebut. Tulang daun utama terlihat berbercak kehitaman dan banyak yang patah oleh angin pada titik bercak tersebut. Hal ini mengakibatkan bagian daun mulai dari titik bercak tersebut hingga ujung daun menjadi menguning dan mengering (Gambar 3). Gambar 2 Gambar 3 Kondisi cacat dan tiupan angin yang cukup kencang tersebut dapat mengakibatkan gugurnya daun sehingga beberapa tanaman terlihat gundul (Gambar 4). Tangkai daun yang tidak ikut gugur bersama daunnya sangat mudah digugurkan dengan sedikit sentuhan. Batang terlihat dalam kondisi dorman dan memiliki kulit yang kurang mulus. Tidak terlihat adanya bercak atau gejala penyakit pada tangkai daun maupun pada batas tangkai daun dan batang (Gambar 5). Mata tunas pada batang batang yang dorman tersebut terlihat mulai tumbuh. Dormansi yang terjadi secara umum dapat disebabkan oleh ketinggian tempat yang relatif ekstrim untuk pertumbuhan tanaman karet. Gambar 4 Gambar 5 http://contoh.in 2
Sementara itu, pada beberapa tanaman yang sedang flush di sekitar area tersebut tidak terlihat adanya serangan penyakit daun, termasuk pada pucuk pucuk muda yang masih berwarna coklat (Gambar 6). Identifikasi penyakit yang dilakukan di laboratorium dengan pengamatan di bawah mikroskop dan isolasi patogen juga tidak menunjukkan adanya patogen yang menyerang tanaman karet pada umumnya. Gambar 6 Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disampaikan bahwa pemeliharaan dan pemupukan yang selama ini telah dilakukan kebun secara memadai dapat terus dilakukan untuk mengimbangi cekaman lingkungan yang ekstrim, terutama karena faktor ketinggian areal pertanaman tersebut. Upaya untuk mengendalikan penyakit sekunder yang muncul melalui luka gesekan karena angin pada daun dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida dengan bahan aktif berspektrum luas dengan didahului oleh kegiatan monitoring, terutama pada daun daun muda. Upaya lain dapat ditempuh dengan mengurangi luka pada tanaman, yaitu dengan melakukan toping tanpa pemangkasan, misalnya dengan penyanggulan. http://contoh.in 3
B. KUNJUNGAN DI AFDELING GALARDOWO Kunjungan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2009 dilakukan oleh dua orang staf peneliti proteksi Balai Penelitian Getas, yaitu Dr. Soekirman P. dan Budi Setyawan, SP. dan didampingi oleh Bpk. Sumani (Sinder Afdeling Galardowo). Lokasi kunjungan meliputi area TBM 1 di Afdeling Galardowo, kebun entres dan kebun bibit (polibeg dan batang bawah). Berdasarkan hasil kunjungan tersebut dapat disampaikan hal hal berikut: a. Di Afdeling Galardowo, Blok Canggal, pada TBM klon BPM 1 berumur 1 tahun, beberapa pucuk muda tanaman menderita serangan serangga hama dengan gejala daun melengkung ke bawah, berwarna pucat dan gugur (Gambar 7 & 8). Serangga hama penyebab gejala tersebut belum dapat diidentifikasi dengan pasti karena pada saat kunjungan berlangsung, waktu sudah menjelang siang sehingga serangga hama sudah aktif dan meninggalkan daun yang diserangnya. Gambar 7 Gambar 8 b. Di area yang sama, beberapa pucuk muda tanaman tampak berwarna hitam, busuk kebasahan dan gugur karena serangan jamur Colletotrichum (Gambar 9). Gejala tersebut terjadi pada beberapa tanaman dengan jumlah yang sedikit dibandingkan daun sakit yang disebabkan oleh serangga hama. Di samping itu tampak pula adanya tanaman yang terserang jamur akar putih. http://contoh.in 4
Gambar 9 c. Di kebun entres klon PB 260 tampak adanya serangan Colletotrichum yang mengakibatkan pucuk pucuk muda berwarna hitam, busuk kebasahan dan akhirnya gugur (Gambar 10 & 11). Patogen tersebut mengakibatkan daun daun muda gugur terutama pada pucuk pucuk yang masih berwarna coklat. Colletotrichum berkembang dengan baik pada kondisi kelembaban >95% dan curah hujan tinggi seperti yang terjadi pada beberapa bulan terakhir. Identifikasi penyakit yang dilakukan di laboratorium menunjukkan adanya spora Colletotrichum pada daun yang sakit. Gambar 10 Gambar 11 d. Daun daun muda di kebun bibit polibeg dan batang bawah relatif bebas dari serangan penyakit daun Collethotrichum dan Oidium. http://contoh.in 5
Tindakan untuk mengantisipasi masalah tersebut di atas telah dilakukan dengan cukup memadai. Namun demikian yang perlu mendapat perhatian adalah adanya monitoring yang dilakukan secara periodik dan berkelanjutan. Untuk pengendalian hama penyakit daun tersebut di atas, perlu diusahakan dengan pestisida yang sistemik sehingga efektif untuk mengendalikan serangga hama yang bersembunyi di balik daun dan penyakit lainnya. Untuk menyulam tanaman yang sakit karena JAP perlu lubang tanam yang bebas dari sisa sisa akar sakit atau potongan kayu sisa akar tanaman tua sebelumnya. Pada lubang tanam perlu disebarkan belerang 125g/lubang dan beberapa hari kemudian disebarkan Triko SP PLUS 100 g/tanaman. http://contoh.in 6