Histologi Gonad Abalon Hasil Persilangan Antara Haliotis squamata dan Haliotis asinina

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI ABALON Haliotis squamata Reeve (1846) TURUNAN KETIGA

II. BAHAN DAN METODE

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN ABALON (HALIOTIS SQUAMATA) HASIL DOMESTIKASI

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN INDUK ABALON (Haliotis asinina) HASIL TANGKAPAN DARI ALAM

Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Abalon Dihibrid (Haliotis sp.) yang Dipelihara di Rakit Apung

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

PENGARUH SEKS RASIO TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMIJAHAN PADA KAWIN SILANG Haliotis asinina DENGAN Haliotis squamata

SYSTEM FILTRASI DAN STERILISASI ULTRA VIOLET (UV) PADA PEMELIHARAAN ABALONE (Holiotis tokobushi / squamata)

APLIKASI PERBAIKAN MANAJEMEN DALAM PERBENIHAN TIRAM MUTIARA (Pinctada Maxima)

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

Denpasar, Mei Penulis

Ukuran Telur dan Larva Abalon Haliotis asinina dari Induk yang Diberi Pakan Rumput LautGracillaria arcuata dan Ulva fasciata

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN ABALON Haliotis squamata DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LOMBOK, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

Histologi Gonad Kerang Totok Polymesoda erosa

monovalve dan menutupi hampir seluruh tubuhnya. Pada umumnya berbentuk

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

b. Hasil tangkapan berdasarkan komposisi Lokasi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Kijing Air Tawar yang Hidup di Daerah Tropik

Metoda Transportasi Yuwana Abalon (Haliotis squamata) Hasil Pembenihan

PEMBENIHAN KERANG ABALONE Haliotis squamata DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

MENGENAL LEBIH DEKAT KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) HASIL BUDIDAYA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

MENENTUKAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPlTlNG BAKAU KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAH GAMET

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

PENGARUH ph TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN RAINBOW SAWIAT (Melanotaenia sp.)

3. METODE PENELITIAN

PEMELIHARAAN YUWANA ABALON (Haliotis squamata) TURUNAN F-1 SECARA TERKONTROL DENGAN JENIS PAKAN BERBEDA

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Ida Bagus Jelantik Swasta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K)

Analisis keragaan pertumbuhan benih kerapu hibrida... (Tatam Sutarmat)

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

PRAKTEK KERJA LAPANG

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

KE DUA (F-2) DALAM MENUNJANG TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN KERAPU

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

III. METODE PENELITIAN

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BAB III BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

BAB III BAHAN DAN METODE

PEMBERIAN LARUTAN AMMONIAK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA SPERMA TERHADAP PERSENTASE PEMBUAHAN TELUR ABALONE (Haliotis asinina)

PEMANFAATAN BERBAGAI JENIS MAKROALGA UNTUK PERTUMBUHAN ABALON (Haliotis squamata) DALAM BUDIDAYA PEMBESARAN

PEMATANGAN GONAD INDUK ABALON Haliotis squamata MELALUI PENGELOLAAN PAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

GROWTH AND SURVIVAL RATE OF ABALONE (Haliotis squamata) ON DIFFERENT STOCKING DENSITY

HISTOLOGI GONAD IKAN LELE JANTAN Clarias sp. PADA PERLAKUAN EKSTRAK PURWOCENG Pimpinella alpina PANJI IRAWAN

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

PENGARUH ULVA sp. TERHADAP PERTUMBUHAN YUWANA ABALONE (Haliotis asinina) YANG DIPELIHARA DI PERAIRAN SATHEAN MALUKU TENGGARA

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

POLIKULTUR ABALONE (Haliotis sp) DAN IKAN HIAS CLOWNFISH (Amphiprion sp.) SECARA TERKONTROL DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI WADAH BUDIDAYA.

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting. Ikan mas telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh

APLIKASI PAKAN BUATAN PADA PEMELIHARAAN BENIH ABALON (Haliotis squamata)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam genus Haliotis, hidup di zona intertidal sampai kedalaman 80-

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA

Transkripsi:

Histologi Gonad Abalon Hasil Persilangan Antara Haliotis squamata dan Haliotis asinina Fitriyah Husnul Khotimah, Gusti Ngurah Permana, Ibnu Rusdi dan Bambang Susanto Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng fitrihk.rimgdl@gmail.com Abstract Fitriyah Husnul Khotimah, Gusti Ngurah Permana, Ibnu Rusdi dan Bambang Susanto. 2013. Histologi Gonad Abalon as the result of crossing between Haliotis squamata and Haliotis asinina. Konferensi Akuakultur Indonesia 2013. The mass production of Abalon fry (Haliotis squamata) have been developed. The main problem of abalon farming is slow growth of juvenile stage and low survival rate. This is affected by genetic and environmental factors. Hybridization among abalone species has been suggested as an altenative to increase their growth rates for aquaculture. This study was aimed to determine the level of gonad development from hybrids of Haliotis squamata and Haliotis asinina with histological observation. The study was conducted at the Institute for mariculture research and development, Gondol in 2012 through artificial spawning. The results showed that F1 hybrids obtained closer to the parent H. squamata. Most of the hybrid abalones had normal oocyte and sperm development with parental species. Keywords : Abalone; Gonad histology; Haliotis asinina; Haliotis squamata; Hybridization Abstrak Produksi benih abalon H. squamata skala massal di hatcheri telah berhasil dilakukan. Permasalahan utama dalam pengembangan budidaya abalon adalah pertumbuhan yang lambat dan sintasan yang rendah. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Hibridisasi antara spesies abalon merupakan salah satu cara yang untuk meningkatkan laju pertumbuhan abalon sehingga dapat memperbaiki keragaan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan gonad abalon hasil persilangan Haliotis asinina dan Haliotis squamata melalui pengamatan histologi. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol pada tahun 2012 melalui pemijahan buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hibrida F1 yang diperoleh lebih dekat dengan induk H..squamata. Sebagian besar hibrida abalon memiliki perkembangan oosit dan sperma yang normal sama dengan spesies parentalnya. Kata kunci : Abalon; Histologi gonad; Haliotis asinina; Haliotis squamata; Hibridisasi Pendahuluan Abalon (Haliotis squamata) tergolong ke dalam klas Gastropoda, famili Haliotidae dan merupakan salah satu jenis kerang laut yang sangat prospektif untuk dikembangkan budidayanya karena bernilai ekonomis tinggi dan sebagai salah satu komoditas ekspor. Permintaan abalon semakin meningkat dari tahun ke tahun. Terbatasnya pemenuhan kebutuhan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat produksi. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran konsumsi dan sintasan benih abalon H. squamata umur 2 bulan berkisar 6,3 18,4% (Rusdi et al., 2009), merupakan kendala yang dihadapi oleh petani dalam proses produksi, sehingga abalon dikenal memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lambat. Selain spesies H. squamata, spesies lainnya yang sudah berkembang adalah H. asinina yang lebih tahan terhadap penyakit dan mempunyai cangkang lebih tipis serta pertumbuhan lebih cepat tetapi kualitas daging dan harga relatif lebih rendah. Teresa (2002) melaporkan bahwa untuk mencapai abalon ukuran konsumsi (market size) paling tidak membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk H. asinina. Menurut Permana et al. (2011) menunjukkan bahwa variasi genetik yang dimiliki oleh populasi H. squamata asal Bali (0,074) dan 214

H. asinina asal Lombok-NTB (0,098). sehingga diharapkan hasil persilangan abalon dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada parentalnya. Berdasarkan pertumbuhan abalon yang relatif lambat tersebut maka manipulasi genetik dengan cara hibridisasi merupakan salah satu solusi. Hibridisasi disarankan sebagai metode yang mungkin dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan sintasan dalam memperluas budidaya abalon (Sakai dan Kijima, 1998 dalam Ahmed et al., 2008). Umumnya individu hibrid mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat, lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan memiliki keragaan yang lebih baik daripada induknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan gonad abalon hasil persilangan Haliotis asinina dan Haliotis squamata melalui pengamatan histologi gonad. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perkembangan gonad abalon hasil persilangan, sehingga dapat dilakukan pencegahan lepasnya hibrida abalon tersebut ke populasi alam yang berdampak pada terdesaknya populasi asli. Materi dan Metode Abalon yang digunakan berasal dari hasil persilangan interspesies abalon (H. asinina dan H. squamata) yang dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Wadah yang digunakan untuk memelihara abalon hibrid tersebut yaitu bak fiberglass dengan volume air ±1 m 3. Pergantian air dengan sistem air mengalir berdebit air 5-6 L/menit. Setiap bak ditempatkan sebanyak 4 buah keranjang berlubang berukuran 0,58 x 0,39 x 0,31 m³ yang dilengkapi dengan potongan pipa PVC diameter 4 inch berukuran panjang 0,45 m yang dibelah dua berfungsi sebagai substrat abalon. Setiap keranjang masing-masing diisi sebanyak 15-20 ekor abalon. Induk abalon diseleksi berdasarkan jenis kelamin dan diperiksa TKG awal dan dimatangkan gonadnya dengan pemberian jenis pakan rumput laut Gracillaria sp. + Ulva sp. Pakan rumput laut diberikan dengan dosis 20-25% dari berat biomassa dan diberikan setiap 2 hari sekali. Penyiponan untuk membersihkan sisa pakan dan feses abalon dilakukan setiap hari. Sampel Gonad abalon hasil persilangan interspesies antara H. asinina dan H. squamata jantan dan betina sebanyak masing-masing tiga ekor dikoleksi dari calon induk hibrid abalon. Ujung kerucut yang berisi gonad dan kelenjar pencernaan dipotong sebagian dari panjang keseluruhan, kemudian dilakukan histology gonad tersebut. Kegiatan pembuatan histologi gonad ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi. Gonad abalon sebelumnya sudah di isolasi dan kemudian di fiksasi menggunakan larutan Bouin s. Dalam pembuatan histologi gonad dilakukan beberapa tahap yang dijelaskan pada Gambar 1. Setelah preparat selesai dibuat, selanjutnya dilakukan pengambilan gambar dan pengamatan untuk mengetahui perkembangan gonad jantan dan betina secara histologis. 215

Isolasi Organ Fiksasi Larutan Bouin 48 jam Dehidrasi Alkohol 70% 45 menit (2x) Alkohol 90% 45 menit (2x) Alkohol absolut 45 menit (2x) Xylene 45 menit (2x) Parafin cair 45 menit (2x) Embedding Pemotongan Pewarnaan Xylene Alkohol absolut Alkohol 90% Aquades Haemotoxyin Bilas dengan air mengalir Eosin Bilas dengan air mengalir Alkohol 90% Alkohol Absolut Xylene 5 menit 4 menit 2 menit 2 menit 4 menit Covering Preparat Histologi Gonad Gambar 1. Skema pembuatan preparat histologi gonad abalone. Hasil dan Pembahasan Pada pengamatan histologi gonad abalon, tidak dapat dilakukan keterkaitan antara TKG dengan kondisi sel gonad secara histologis. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan sampel tidak dilakukan pencatatan TKG. Secara histologis, kondisi kematangan gonad dapat ditentukan dengan akurat melalui pengukuran diameter oosit. Namun dalam pengamatan ini, pengukuran tidak dilakukan. Pengamatan yang dilakukan adalah menentukan stadia dari oosit dan spermatid yang terlihat pada histologi gonad. 216

a b Oc Ro NL N N NL Ro Y Oc Gambar 2. Histologi perkembangan ovarium gonad betina a. hybrid H. asinina x H.squamata, b. H.squamata. N: Nukleus, NL: Nukleolus, Y: Yolk, Oc: Oosit, Ro: Gonad betina yang penuh dengan oosit (perbesaran 200x). Berdasarkan pengamatan histologi gonad betina hasil persilangan abalon H. squamata dan H. asinina, dapat dilihat bahwa sebagian besar hasil pengamatan dari hibrida abalon memiliki perkembangan oosit yang normal sama dengan spesies parentalnya (Gambar 2). Sebagian telur berbentuk poligonal, dengan inti dan nucleolus didalamnya. a b Tr Tr Sc Sc Gambar 3. Histologi perkembangan testis gonad jantan a. hybrid H. asinina x H.squamata, b. H.squamata. Tr: Trabekula, Sc: Spermatosit, (perbesaran 400x). a b Sg St Sz Gambar 4. Histologi perkembangan testis gonad jantan a dan b. hybrid H. asinina x H.squamata. Sz : Spermatozoa, Sg : Spermatogonia, St : Spermatid (perbesaran 200x). 217

Berdasarkan pengamatan histologi gonad jantan hasil persilangan abalon H. squamata dan H. asinina, dapat dilihat bahwa sebagian besar hasil pengamatan dari hibrida abalon memiliki perkembangan sperma yang normal sama dengan spesies parentalnya (Gambar 3 dan 4). Hal ini dapat dilihat bahwa dengan adanya differensiasi gonad. Sperma dan telur dikeluarkan melalui rongga dari organ ginjal yang letaknya disebelah dorsal dari hepatopankreas. Kemudian akan dikeluarkan melalui lubang-lubang yang ada pada cangkang. Hasil pengamatan tersebut selaras dengan hasil penelitian histologi Ahmed et al., (2008) yang menyatakan bahwa gonad abalon hasil persilangan H. discus discus, H. gigantea dan H. madaka berkembang secara normal. Pengamatan histologis menegaskan bahwa gonad hibrida abalon tersebut dapat berkembang melalui proses gametogenesis dan menghasilkan gamet yang layak. Tingkat perkembangan reproduksi hibrida abalone selanjutnya didukung oleh keberhasilan produksi generasi F2 dan individu disilang balikkan. Gonad jantan dan betina diselimuti oleh kapsula yang tersusun dari serabut kolagen yang padat bercampur dengan sel otot. Jaringan ikat yang menjulur hingga mencapai bagian dalam gonad membentuk lembaran-lembaran yang disebut trabekula yang kemudian terhubung dengan kapsula tipis yang membungkus hepatopankreas. Oleh karena itu gonad terlihat seperti terbagi menjadi bagian-bagian kecil. Diantara trabekula tersebut terdapat pembuluh yang menyalurkan hemolimph (darah bercampur cairan limfa). Beberapa kapiler mengalami percabangan yang terhubung dengan pembuluh yang lebih besar (Apisawetakan et al., 1997). Hanya terdapat 4 tahap sel germinal perempuan dan 4 tahap sel germinal laki-laki, dengan beberapa tahapan dalam proses spermatogenesis yaitu perubahan spermatid menjadi spermatozoa. Trabekula merupakan tempat melekatnya sel-sel gamet. Sel gamet pada tahap awal yaitu spermatogonia dan oogonia dapat terlihat dengan jelas melekat pada trabekula. Perkembangan selanjutnya dari spermatogonia atau oogonia terlihat berada lebih jauh dari trabekula (Najmuden, 2007). Proses oogenesis diawali dengan adanya sel germinal primodial yang berkembang menjadi beberapa tahapan vitelogenik dan diakhiri dengan pelepasan telur (ova). Proses spermatogenesis diawali dari terbentuknya sel spermatogonia dari epitel germinal hingga mencapai tahap sperma yang matang (Jebreen et al., 2000). Kesimpulan Hasil persilangan abalon Haliotis asinina dan Haliotis squamata memiliki perkembangan oosit dan sperma yang normal sama dengan spesies parentalnya. Pengamatan histologis menegaskan bahwa gonad hibrida abalon tersebut dapat berkembang melalui proses gametogenesis meskipun belum seluruhnya. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf peneliti abalon dan staf teknisi abalon Laboratorium basah Multi spesies Hatchery Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut yang telah banyak membantu selama persiapan sampai pada pelaksanaan penelitian ini, kepada staf laboratorium Biologi dan Patologi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut yang telah membantu dalam analisa histologi di laboratorium. Daftar Pustaka Ahmed, F.,Y. Koike, C.A. Strissmann, I. Yamasaki, M. Yokota and S. Watanabe. 2008. Genetic characterization and gonad development of artificially produced interspecific hybrids of the abalones, Haliotis discus discus Reeve, Haliotis gigantea Gmelin and Haliotis madaka Habe. Aquaculture Research, 39 : 532-541 Apisawetakan, S., A. Thongkukiatkul, C. Wanichanon, V. Linthong, M.Kruatrachue, E.S. Upatham, T. Poomthong and P. Sobhon. 1997. The gametogenic processes in a tropical abalone, Haliotis asinina Linnaeus. J.Sci.Soc.Thailand, 23 : 225 240. 218

Jebreen, J.E., B.T. Counihan, D.R. Fielder and B.M. Degnan. 2000. Synchronous oogenesis during the semilunar spawning cycle of the tropical abalone, Haliotis asinina. Journal of Shellfish Research, 19: 845-851. Permana, G.N.I. Rusdi, B. Susanto, F.H. Khotimah dan Haryanti. 2011. Keragaman genetik dan seleksi pertumbuhan (Haliotis squamata). Laporan teknis BBRPBL-Gondol, Bali. 20 hlm. Rusdi, I., B. Susanto, R. Rahmawati, S. Ismi, H.T. Yudha dan R. Septory. 2009. Perbaikan kualitas induk dan larva-juvenil abalon (Haliotis squamata) Melalui Pengelolaan Lingkungan. Laporan teknis BBRPBL-Gondol, Bali. 35 hlm. Teresa, V.M. 2002. Abalone aquaculture an overview in manual of fish culture. Vol III. Due published in 2002. Najmudeen, T.M. 2007. Gonad maturation of the tropical abalone Haliotis varia Linnaeus 1758 (Vetigastropoda : Haliotidae). Molluscan research, 27(3) : 140-146. 219