BAB I PENDAHULUAN. Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. skripsi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

PENERAPAN ASAS ULTIMUM REMEDIUM TERHADAP PENJATUHAN SANKSI BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI GORONTALO)

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap

BAB I PENDAHULUAN. berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus. materiil spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VIII/2010 Tentang UU Pengadilan Anak Sistem pemidanaan terhadap anak

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 3 ayat (1), Bangsa

Konsep Pemidanaan Anak Dalam RKUHP. Purnianti Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anak maupun yang menyangkut penyimpangan sikap dan. mengalami proses tumbuh kembangnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Alinea ke-4 Pembukaan (Preamble) Undang-Undang

BAB III PENERAPAN DIVERSI DALAM TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang dapat merusak baik fisik, mental dan spiritual anak.

PENERAPAN ASAS ULTIMUM REMEDIUM DALAM PENJATUHAN SANKSI TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

DIVERSI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN ANAK DALAM PERSPEKTIF SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. Oleh: Sri Rahayu 1

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

TINJAUAN KRITIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA TENTANG ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL KOTA SEMARANG. Diversi : Alternatif Proses Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

Kebijakan Sistem Pemidanaan dalam Upaya Perlindungan Hukum terhadap. Anak yang Berkonflik dengan Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 11

Penerapan Diversi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Fiska Ananda *

BAB III PENUTUP. dalam penulisan hukum ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat kuat, yakni dengan menjadikan Undang-undang Dasar 1945 menjadi pilar

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir

Beby Suryani Fithri M. Hamdan Madiasa Ablisar Jelly Leviza. Abstract

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I. PENDAHULUAN. anak juga memiliki hak dan kewajiban. Terdapat beberapa hak anak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

PENERAPAN ASAS ULTIMUM REMEDIUM DALAM RANGKA PERLINDUNGAN ANAK PECANDU NARKOTIKA

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan hukum (Rechtstaats),

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengadilan Negeri Gorontalo terletak di jalan Achmad Nadjamuddin

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAKSANAAN DIVERSI OLEH PENUNTUT UMUM ANAK DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. kemudian hari. Apabila mampu mendidik, merawat dan menjaga dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. penyalahguna narkotika yang semakin beragam, apalagi saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

A. Pertimbangan Hakim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa dan penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subyek pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara, tidak terkecuali Indonesia 1. Perlindungan anak Indonesia berarti melindungi potensi sumber daya insani dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, menuju masyarakat yang adil dan makmur, materil spritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai belahan dunia, baik negara maju maupun negara-negara terbelakang dan berkembang, menunjukan fenomena yang sama. Anak dengan berbagai alasan harus berurusan dengan hukum 2. Adanya putusan pengadilan anak yang cenderung menjatuhkan pidana penjara terhadap anak yang melakukan tindak pidana, sebenarnya tidak sesuai dengan filosofi dari pemidanaan dalam hukum pidana anak. Penjatuhan pidana secara tidak tepat dapat mengabaikan pengaturan perlindungan anak, karena pemidanaan anak seharusnya adalah jalan keluar terakhir (ultimum remedium/the last resort principle) dan dijatuhkannya hanya untuk waktu yang singkat. Penjatuhan 1 Nashriana. 2011. Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 1. 2 Hadi Supeno. 2010. Kriminalisasi Anak. Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 69-70. 1

pidana sebagai ultimum remedium atau the last resort principle adalah salah satu bentuk perlindungan terhadap kepentingan terbaik anak. Asas ultimum remidium untuk pemidanaan anak, juga memiliki landasan hukum dalam Instrumen-Instrumen Internasional yaitu Beijing Rules, Riyadh Guidelines, Peraturan-Peraturan PBB bagi Perlindungan Anak yang kehilangan Kebebasannya. Ketentuan hukum Internasional seperti Beijing Rules (United Nations Standard Minimum Rules For The Administration of Juvenile Justice) menegaskan bahwa sistem peradilan bagi anak akan mengutamakan kesejahteraan anak dan akan memastikan bahwa reaksi apapun terhadap pelanggar-pelanggar hukum berusia anak akan selalu sepadan dengan keadaan-keadaan baik pada pelanggar-pelanggar hukumnya maupun pelanggaran hukumnya 3. Anak-anak hanya dapat dihilangkan kebebasannya harus sesuai dengan ketentuan yang ada dalam The Beijing Rules. Ditegaskan bahwa, menghilangkan kebebasan seorang anak haruslah merupakan suatu keputusan yang bersifat pilihan terakhir dan untuk masa yang minimum serta terbatas pada kasuskasus yang luar biasa. Ketentuan demikian terdapat dalam bagian satu prinsipprinsip umum butir ke-5 tentang tujuan-tujuan peradilan bagi anak. Selanjutnya dalam The Riyadh Guidelines (United Nations Guidelines for the Prevention of Juvenile Delinquency) butir 54 menyebutkan bahwa tidak seorang anak atau 3 http://www.perlindungan anak. blogspot.com/2010/08/.html//. 2

remaja pun yang menjadi obyek langkah-langkah penghukuman yang keras dan merendahkan martabat di rumah, sekolah atau institusi-institusi lain 4. Asas ultimum remedium merupakan salah satu asas yang dikenal dalam doktrin ilmu hukum pidana, yang mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan hukum. Hal ini memiliki makna apabila suatu perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain (kekeluargaan, negosiasi, mediasi, perdata, ataupun hukum administrasi) hendaklah jalur tersebut terlebih dahulu dilalui. Jika dikaitkan dengan asas hukum pidana yang bersifat publik memang terdapat suatu point dimana kedua asas ini saling bertolak belakang. Dengan asas bersifat publik menyebabkan hukum pidana memiliki karakteristik bahwa walaupun terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang telah dibuat perjanjian perdamaian dengan pihak korban, maka terhadap perkara tersebut tetap juga dapat dilakukan pemeriksanaan lanjutan ditingkat kepolisian. Selain itu dengan karekteristik "publik" nya, terhadap suatu tindak pidana yang memang telah disetujui korban dilakukan terhadapnya, pihak kepolisian tetap dapat memproses tindak pidana tersebut. Saat ini di Indonesia dalam pelaksanaan sistem peradilan pidana anak bertumpu atau berdasar pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak 5. Dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa penjatuhan sanksi terhadap anak tidak hanya berupa penjatuhan pidana berupa sanksi yang harus mereka jalani di dalam lembaga 4 http//kumpulan_artikel.blogspot.com/2010/macam-macam hak anak.html//. 5 Setya Wahyudi. 2011. Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia. Yogyakarta: Genta Publishing. hlm. 3. 3

pemasyarakatan (sanksi pidana) akan tetapi Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 memberikan alternatif lain dalam penjatuhan sanksi kepada anak, yaitu berupa tindakan atau maatregel. Mengenai jenis sanksi terhadap anak dapat dilihat dalam Pasal 23 dan Pasal 24 Ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Pasal 23 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, mengenai jenis-jenis sanksi, yaitu: 1. Pidana Pokok terdiri dari: a. Pidana Penjara b. Pidana Kurungan c. Pidana Denda, dan d. Pidana Pengawasan. 2. Pidana Tambahan terdiri dari: a. Perampasan barang-barang tertentu dan atau, b. Pembayaran Ganti Rugi. Sedangkan dalam Pasal 24 Ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menentukan jenis sanksi tindakan kepada anak, yang terdiri dari: 1. Mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh. 2. Merryerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja, atau 3. Menyerahkan kepada departemen sosial atau organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. 4

Diberlakukannya sanksi tindakan (maatregel) dalam undang-undang pengadilan anak adalah sebagai bukti bahwa dalam undang-undang tersebut tidak hanya menganut sistem satu jalur (single track system) akan tetapi dalam undangundang pengadilan anak menganut sistem dua jalur (double track system). Sistem dua jalur atau double track system adalah suatu ketentuan yang memberikan alternatif kepada hakim dalam menentukan sanksi mana yang tepat dijatuhkan kepada anak yang melakukan suatu tindak pidana, dan secara jelas pula bahwa penjatuhan sanksi berupa penjatuhan pidana penjara kepada anak adalah merupakan upaya terakhir atau yang lebih dikenal dengan asas ultimum remidium. Namun dalam pelaksanaannya seringkali asas ultimum remidium ini terabaikan. Kritikan terhadap penyelenggaraan sistem peradilan pidana anak masih saja terus mengalir. Banyak kalangan menyatakan penyelenggaraan system peradilan pidana anak dalam implementasinya masih jauh keinginan untuk dapat mendukung mewujudkan tujuan kesejahtraan anak dan kepentingan terbaik bagi anak. Beberapa penelitian tentang pelaksanaan peradilan pidana anak terdapat fakta bahwa proses pengadilan pidana bagi anak menimbulkan dampak negatif pada anak, akibat adanya penjatuhan pidana penjara terhadap anak. Pidana penjara bagi anak menunjukkan adanya kecenderungan bersifat merugikan perkembangan jiwa anak di masa mendatang 6. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di lokasi penelitian yaitu pada Pengadilan Negeri Gorontalo pada tahun 2011 sampai 6 Ibid. 5

dengan tahun 2012 terdapat 8 (delapan) perkara anak yang disidangkan di Pengadilan Negeri Gorontalo yang dimana keseluruhannya dijatuhkan sanksi berupa sanksi pidana. Sejalan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian terkait dengan permasalahan mengenai penerapan asas ultimum remidium dalam penjatuhan sanksi terhadap anak yang melakukan tindak pidana dalam proses peradilan pidana anak di Pengadilan Negeri Gorontalo. Untuk itu penulis mengangkat permasalahan ini melalui karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini dengan judul: "Penerapan Asas Ultimum Remidium Terhadap Penjatuhan Sanksi Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus Pengadilan Negeri Gorontalo)". 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan asas ultimum remidium terhadap penjatuhan sanksi bagi anak pelaku tindak pidana di Pengadilan Negeri Gorontalo? 2. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi bagi anak pelaku tindak pidana di Pengadilan Negeri Gorontalo? 6

1.3 Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan asas ultimum remidium terhadap penjatuhan sanksi bagi anak pelaku tindak pidana di Pengadilan Negeri Gorontalo. 2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi bagi anak pelaku tindak pidana di Pengadilan Negeri Gorontalo. 1.4 Manfaat Penelitian Pada dasarnya manfaat penelitian terdiri dari manfaat secara teori dan manfaat secara praktek. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi manfaatnya adalah sebagai berikut: 1. Secara teori, adalah dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya dalam hukum acara pidana berkaitan dengan proses peradilan pidana anak mengenai penerapan asas ultimum remidium dalam menjatuhkan sanksi bagi anak yang melakukan tindak pidana. 2. Secara praktis, adalah memberikan masukan kepada aparat penegak hukum sehingga sedapat mungkin bisa memberikan masukan (input) kepada aparat penegak hukum khususnya dalam penerapan asas ultimum remidium dalam menjatuhkan sanksi bagi anak yang melakukan tindak pidana dalam proses peradilan pidana anak. 7