BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

2016 PERANG ENAM HARI

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III SIKAP OKI TERHADAP KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL. Arab/Palestina-Israel lalu kegagalan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dalam menangnai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

A. Sejarah konflik Israel-Palestina

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah. Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015

BAB 3 LATAR BELAKANG SEJARAH KONFLIK ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

Jadi tanpa pengawalan tim dari Indonesia? Ya. Di perbatasan, kita percaya saja. Obat dijemput oleh representasi pemerintah Palestina.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT PADA ERA BARACK OBAMA MENGENAI KONFLIK ISRAEL-PALESTINA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dessy Pricilla, 2013

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anita Indriana, 2014 Wacana Polemik Pemberitaan Rokok dalam Harian Umum Kompas

UPAYA SOLUTIF YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PALESTINA DAN ISRAEL UNTUK MENCAPAI KESEPAKATAN DALAM NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB PENDAHULUAN. menjadikan kawasan ini sebagai ajang unjuk kekuatan negara-negara besar. yang memiliki kepentingan akan energi. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

Sejarah Palestina, Berdirinya Negara Palestina, Palestina Pasca British Mandat, Sistem Politik & Pemerintahan, dan Konflik Israel - Palestina

Hari Tanah Palestina

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

BAB V PENUTUP. di Yogyakarta dan mengapa demikian?. Permasalahan kedua adalah: Bagaimana strategi pemberitaan dimanfaatkan untuk membangun perspektif

BAB I PENDAHULUAN. Itulah yang kemudian dituangkan dalam media komunikasi, baik berupa media massa cetak

Bagan 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

HIZBULLAH DI TENGAH KONFLIK LIBANON-ISRAEL

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik Israel-Palestina sudah sejak lama menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Bahkan, konflik antara kedua negara ini senantiasa dijadikan agenda utama dalam sidang umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sejak PBB baru terbentuk usai Perang Dunia II (Nababan, dikutip dari Sejarah Konflik Palestina Israel, http://en.wikipedia.org/wiki/middleeast). Akan tetapi, hingga saat ini konflik Israel-Palestina belum dapat terselesaikan, meskipun ratusan resolusi telah dikeluarkan oleh PBB. Ditinjau berdasarkan sejarahnya, konflik Israel-Palestina merupakan konflik perebutan wilayah antara dua bangsa. Konflik berawal ketika gerakan zionisme atau nasionalisme Yahudi, yang dipopulerkan oleh seorang jurnalis berkebangsaan Austria bernama Theodore Herzl, mulai marak di kawasan Eropa sebelum tahun 1920-an (Garaudy, 1985: 3). Gerakan ini menyebabkan terjadinya perpindahan masyarakat Yahudi dari Eropa ke kawasan Timur Tengah. Sementara, pada saat itu, kawasan Timur Tengah termasuk wilayah Israel atau Palestina yang dikenal saat ini masih berada di bawah kekuasaan Imperium Ottoman. Eksistensi Imperium Ottoman di kawasan Timur Tengah berakhir setelah mengalami kekalahan pada Perang Dunia I. Kekalahan Ottoman tidak hanya disebabkan oleh Inggris dan Prancis, melainkan juga oleh bangsa Arab sendiri yang berada di bawah kekuasaan Ottoman. Bangsa Arab memberontak kepada Imperium Ottoman karena janji Inggris untuk membantu terbentuknya sebuah pemerintahan Arab yang independen apabila mau melawan Ottoman. Janji Inggris kepada bangsa Arab ini tertuang dalam korespondensi antara Sir Mac Mahon (pejabat tinggi Inggris di Kairo) dengan Sharif Hussein (tokoh bangsa Arab) dan dikenal dengan sebutan Hussein-Mac Mahon Correspondence (Nababan, dikutip dari Sejarah Konflik Palestina Israel, http://en.wikipedia.org/wiki/middleeast). Akan tetapi, janji Inggris terhadap bangsa Arab untuk membantu pembentukan pemerintahan Arab yang independen tidak segera diwujudkan.

2 Inggris bersama dengan Prancis justru membuat perjanjian bilateral yang membagi bekas wilayah Imperium Ottoman untuk negara-negara Eropa. Perjanjian ini dikenal dengan sebutan Sykes-Picot Agreement. Dalam perjanjian tersebut, Inggris mendapatkan Yordania, Irak, dan sebagian wilayah Haifa, sedangkan Prancis mendapatkan wilayah Turki, Irak bagian utara, Suriah, dan Libanon. Sementara itu, negara-negara Eropa lain dibebaskan untuk memilih wilayah yang ingin dikuasainya. Dalam Sykes-Picot Agreement, wilayah Palestina belum diserahkan kepada negara mana pun sehingga dijadikan sebagai sebuah wilayah internasional yang dikelola secara bersama-sama oleh negara-negara pemenang perang (dikutip dari Sykes-Picot Agreement, http://en.wikipedia.org/wiki/sykes-picot Agreement). Dengan adanya Sykes-Picot Agreement, bangsa Arab tidak mendapatkan wilayah bekas Imperium Ottoman dan tidak mungkin dapat membentuk pemerintahan Arab yang independen. Namun, pada saat yang sama pula, Inggris justru berjanji untuk mendukung pendirian negara Yahudi di Palestina. Dukungan Inggris tersebut terdapat dalam dokumen Balfour Declaration, yang menjadi landasan bagi gerakan zionisme untuk membentuk sebuah negara Yahudi di Palestina (Nababan, dikutip dari Sejarah Konflik Palestina Israel, http://en.wikipedia.org/wiki/middleeast). Janji-janji Inggris kepada Arab dan Yahudi membuat kedua bangsa ini merasa berhak atas wilayah Palestina dan merasa mendapat dukungan dari Inggris. Inilah yang kemudian melatarbelakangi konflik Arab-Yahudi yang berkepanjangan hingga konflik Israel-Palestina. Pada tahun 1948, PBB membuat sebuah proposal perdamaian untuk Arab dan Yahudi di Palestina, yaitu dengan membuat pembagian wilayah Palestina sehingga terbentuk negara Arab dan Yahudi secara terpisah. Proposal perdamaian yang dikenal dengan UN Partition Plan ini berisi pembagian wilayah Palestina sebesar 55% untuk negara Yahudi, dan 45% sisanya untuk negara Arab (Harun, 1988: 2). Padahal, secara demografis, komunitas Yahudi hanya ada sekitar 7% dari seluruh penduduk Palestina, dan 93% sisanya merupakan bangsa Arab (Nababan, dikutip dari Sejarah Konflik Palestina Israel, http://en.wikipedia.org/wiki/middleeast). Dengan adanya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan wilayah yang diberikan oleh PBB, protes dari bangsa

3 Arab pun bermunculan. Kemarahan bangsa Arab pun semakin tersulut setelah bangsa Yahudi memproklamasikan berdirinya negara Israel dan berdirinya negara tersebut pun mendapat pengakuan dari Uni Soviet dan Amerika Serikat. Peperangan pun pecah antara bangsa Arab di Palestina dan Israel pada tahun 1948. Bangsa Arab Palestina yang didukung oleh negara-negara Arab di sekitarnya kalah melawan Israel. Peperangan ini pun dikenal dengan nama Perang Al-Nakba. Konflik berikutnya terjadi pada tahun 1967, antara Israel dengan negara-negara Arab (Mesir, Yordania, Suriah, dan Libanon). Perang yang dikenal dengan nama Six Days War ini kembali dimenangkan oleh Israel, dan tidak hanya itu, Israel berhasil merebut wilayah Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, Jerussalem Timur dan Tepi Barat Yordania, serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Konflik antara Arab dengan Israel masih berlanjut pada tahun 1973 dalam perang yang dikenal dengan nama Yom Kippur War. Dalam perang ini, bangsa Arab menang dan berhasil memaksa Israel untuk mengembalikan Semenanjung Sinai dan Gaza kepada Mesir melalui sebuah perjanjian perdamaian pada tahun 1979. Pada tahun 1988, Palestina dideklarasikan sebagai sebuah negara, meskipun pada tahun-tahun berikutnya PLO (Palestine Liberation Organization) tetap menjadi wakil Palestina untuk berjuang di forum internasional karena status Palestina sebagai negara yang berdaulat belum diakui secara internasional. Sejak saat itu konferensi perdamaian antara Israel dan Palestina mulai marak dilakukan oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan Rusia. Pada tahun 1991 dilakukan Madrid Conference, dilanjutkan dengan konferensi perdamaian Oslo Accords pada tahun 1993, serta Hebron Agreement dan Wye River Memorandum. Namun, seluruh kesepakatan perdamaian tersebut belum dapat menghasilkan perdamaian yang permanen antara Israel dan Palestina. Amerika Serikat kembali berupaya melakukan mediasi bagi perdamaian Israel dan Palestina dengan mengadakan pertemuan Camp David pada tahun 2000. Namun, pertemuan antara Bill Clinton, Ehud Barak, dan Yasser Arafat tersebut kembali tidak menghasilkan kesepakatan atau solusi perdamaian apa pun. Pada tahun 2007 kembali diadakan konferensi untuk membicarakan perdamaian Israel dan Palestina di Annapolis. Namun, kesepakatan perdamaian hasil dari Annapolis

4 Conference juga masih belum diimplementasikan oleh kedua negara. Pascatahun 2007, konflik antara Israel dan Palestina justru semakin rumit. Akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009, konflik Israel-Palestina kembali memanas. Diawali oleh serangan Israel ke Palestina pada tanggal 27 Desember 2008 yang dilakukan secara bertubi-tubi selama beberapa pekan, yang kemudian memicu munculnya serangan-serangan balasan dari pihak Palestina. Dalam kurun waktu tersebut, konflik Israel-Palestina pun kembali menyita perhatian masyarakat dunia, terlebih karena begitu banyaknya korban yang berjatuhan dalam konflik kali ini. Konflik Israel-Palestina sejak 27 Desember 2008 tersebut juga mengundang perhatian media-media massa di dunia, termasuk media-media cetak nasional di Indonesia. Selama beberapa pekan sejak 27 Desember 2008, masalah konflik Israel-Palestina ini selalu mengisi kolom-kolom berita utama media-media cetak nasional. Banyaknya wacana berita konflik Israel-Palestina dalam media-media cetak nasional membuat saya tertarik untuk menjadikan wacana-wacana berita tersebut sebagai bahan penelitian atau kajian. Wacana-wacana berita mengenai konflik Israel-Palestina menarik untuk dikaji dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis, saya ingin melihat bagaimana media-media cetak di Indonesia memberitakan masalah konflik Israel-Palestina ini dalam sebuah wacana untuk dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat Indonesia selaku pembaca. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti mengingat konflik Israel-Palestina merupakan isu yang sangat sensitif terlebih bagi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yang sebagian besar di antaranya seringkali membawa isu konflik Israel- Palestina ke dalam ranah konflik agama (Islam-Yahudi). Lebih lanjut lagi, saya ingin melihat bagaimana pandangan atau ideologi media cetak nasional terhadap masalah konflik Israel-Palestina yang tercermin dalam teks berita. Dalam hal ini, ideologi yang dimaksud bukanlah ideologi sebagai will to power (hasrat untuk berkuasa) seperti yang diungkapkan Foucault (Subagyo dalam Puspitorini, dkk. (ed.), 2008: 399) melainkan ideologi sebagai titik tolak (term of reference) untuk melakukan produksi teks. Kemudian, juga akan saya teliti apakah media cetak nasional mewacanakan masalah konflik

5 Israel-Palestina secara objektif mengingat masalah yang dijadikan objek pemberitaan merupakan konflik eksternal masyarakat Indonesia, sekaligus karena menyadari posisinya sebagai sebuah media massa yang seringkali dituntut untuk menjunjung tinggi objektivitas dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Ataukah sebaliknya, di dalam teks yang diproduksi media cetak tersebut terlihat adanya kecenderungan pemberitaan tertentu atau keberpihakan sebagai refleksi dari pandangan wartawan/media itu sendiri dan refleksi pandangan masyarakat Indonesia mengenai masalah konflik Israel-Palestina. Karena menurut Van Dijk (Eriyanto, 2001: 274 275), jika suatu teks mempunyai ideologi tertentu atau kecenderungan pemberitaan tertentu, maka itu berarti menandakan dua hal. Pertama, teks tersebut merefleksikan struktur model mental wartawan ketika memandang suatu peristiwa atau persoalan. Kedua, teks tersebut merefleksikan pandangan sosial secara umum, skema kognisi masyarakat atas suatu persoalan. Tinjauan atas keberpihakan media cetak ini juga didasari oleh pendapat bahwa media massa mempunyai potensi memengaruhi masyarakat, katakata di dalamnya tidak netral, tetapi bersifat ideologis (Subagyo dalam Puspitorini, dkk. (ed.), 2008: 401). Penelitian mengenai pandangan dan keberpihakan media cetak nasional ini menjadi sangat penting mengingat masih sedikit penelitian sejenis yang pernah dilakukan, dan belum ada di antara penelitian tersebut yang khusus berfokus pada wacana berita konflik Israel-Palestina. Di samping itu, penelitian ini juga sangat penting karena penulis juga akan membandingkan wacana berita konflik Israel- Palestina yang terdapat dalam dua media cetak nasional di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pandangan dan keberpihakan antara wartawan/media-media tersebut dalam melihat masalah konflik Israel- Palestina, serta membandingkan strategi wacana yang digunakan kedua media cetak tersebut untuk merealisasikan pandangan dan keberpihakannya ke dalam sebuah wacana berita. Dalam hal ini, media cetak yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Surat kabar Kompas dan Media Indonesia merupakan media-media cetak nasional yang sudah mapan dengan

6 cakupan wilayah persebaran yang luas dan jumlah oplah penjualan yang besar di Indonesia. 1 Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa Kompas dan Media Indonesia memiliki jumlah pembaca yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Tiap surat kabar mempunyai cara pandang tersendiri dalam melihat berbagai masalah ataupun peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Demikian pula halnya dengan surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Karena diterbitkan oleh dua institusi berbeda yang mewakili visinya masing-masing, Kompas dan Media Indonesia tentunya mempunyai pandangan berbeda dalam melihat sebuah realitas sosial termasuk dalam memandang masalah konflik Israel- Palestina pascaserangan Israel ke Palestina pada tanggal 27 Desember 2008. Perbedaan pandangan kedua surat kabar tersebut sudah tentu berpengaruh pada proses pemberitaan atau proses produksi wacana berita konflik Israel-Palestina yang dihasilkan keduanya. Kompas dan Media Indonesia tentu saja mengonstruksikan wacana-wacana berita tersebut sesuai pandangannya masing-masing. Oleh karena itu, untuk mengetahui pandangan Kompas dan Media Indonesia mengenai konflik Israel- Palestina, penelitian terhadap wacana-wacana berita konflik tersebut, termasuk di dalamnya wujud-wujud kebahasaan yang merefleksikan pandangan kedua surat kabar, menjadi menarik untuk dilakukan. Secara rinci, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam tiga submasalah berikut. 1. Bagaimana pandangan Kompas dan Media Indonesia yang tercermin dalam wacana berita konflik Israel-Palestina edisi 31 Desember 2008 dan 3 Januari 2009? 1 Berdasarkan survei terakhir (tahun 2008) yang dilakukan detik.com (www.tanyasaja.detik.com/pertanyaan/2260-3-suratkabar-terbesar-di-indonesia-18k), Kompas dan Media Indonesia merupakan dua surat kabar nasional dengan jumlah oplah penjualan terbesar di Indonesia. Kompas berada di urutan pertama dengan jumlah oplah penjualan 300.000 500.000 per hari dan diikuti oleh Media Indonesia di urutan kedua dengan jumlah oplah penjualan 250.000 per hari.

7 2. Apakah ada keberpihakan dalam wacana berita konflik Israel-Palestina pada kedua surat kabar (Kompas dan Media Indonesia)? Jika ada, apakah ada perbedaan keberpihakan di antara kedua surat kabar? 3. Bagaimana pula strategi wacana yang digunakan oleh masing-masing surat kabar (Kompas dan Media Indonesia) untuk merealisasikan pandangan dan keberpihakannya secara implisit ke dalam wacana berita? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pandangan-pandangan yang tercermin dalam wacana berita konflik Israel-Palestina pada surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Tambahan pula, penelitian ini juga bertujuan membandingkan keberpihakan dan strategi wacana yang terlihat dalam wacana berita konflik Israel-Palestina kedua surat kabar tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Secara teoretis, penelitian berdasarkan pendekatan analisis wacana kritis ini bermanfaat dalam mengungkapkan pandangan surat kabar, dalam hal ini Kompas dan Media Indonesia, mengenai masalah konflik Israel-Palestina serta cara kedua surat kabar tersebut merealisasikan pandangannya secara implisit ke dalam wujud-wujud kebahasaan sebagai sebuah strategi pemberitaan. Di samping itu, penelitian ini juga dapat memperkaya bidang kajian analisis wacana kritis. Sementara itu, secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat guna mengetahui dan memahami karakteristik media massa, khususnya media-media cetak nasional, dalam mewacanakan sebuah masalah atau peristiwa. Di samping itu, penelitian ini bermanfaat pula untuk menambah pengetahuan dan kepekaan para pembaca yang juga tertarik mengkaji atau meneliti wacana media massa secara kritis. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal. Pertama, wacana yang akan dianalisis adalah wacana berita langsung (hard news) konflik Israel-Palestina yang terdapat dalam surat kabar Kompas dan Media Indonesia edisi 31 Desember 2008

8 dan 3 Januari 2009. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan pandangan, keberpihakan serta strategi wacana kedua surat kabar tersebut. Kedua, saya akan membatasi fokus penelitian terhadap pandangan dan keberpihakan surat kabar ini pada tiga aspek yang didasarkan pada metode analisis wacana kritis Norman Fairclough, yaitu representasi, identitas, dan relasi. Ketiga, aspek produksi dan konsumsi teks juga dikaji dalam penelitian ini, namun hanya terbatas pada aspek produksi dan konsumsi yang tercermin dalam teks. Misalnya, saya tidak menggunakan objek penelitian berupa surat kabar-surat kabar dengan ideologi tertentu, melainkan surat kabar nasional dengan khalayak pembaca dari seluruh golongan karena saya tidak melihat aspek konsumsi teks secara lebih intensif. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berupa metode analisis wacana kritis yang diterapkan oleh Norman Fairclough. Metode ini menitikberatkan pengkajian pada analisis teks, praktik wacana, dan praktik sosial budaya. Pembahasan mengenai metode penelitian ini akan diuraikan secara lebih terperinci dan mendalam pada bab tersendiri, yaitu pada bab III. 1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab pertama adalah bab pendahuluan yang terdiri atas subbab latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab Kedua merupakan bab landasan teori, yang berisi uraian teori-teori yang mendasari penelitian ini. Bab ini terbagi menjadi beberapa subbab, yaitu tinjauan pustaka, kerangka analisis berdasarkan model analisis wacana kritis Norman Fairclough, dan model analisis fungsi gramatikal David Butt. Selanjutnya, bab ketiga, metode penelitian, berisi uraian atau penjelasan mengenai metode-metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data hingga proses analisis data. Bab ini terdiri atas beberapa subbab, yaitu metode analisis wacana kritis, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab keempat adalah bab pembahasan. Bab ini berisi analisis data yang dibagi ke dalam

9 beberapa subbab, yaitu analisis wacana kritis terhadap wacana berita konflik Israel Palestina dalam Kompas edisi 31 Desember 2008, analisis wacana kritis terhadap wacana berita konflik Israel-Palestina dalam Kompas edisi 3 Januari 2009, analisis wacana kritis terhadap wacana berita konflik Israel-Palestina dalam Media Indonesia edisi 31 Desember 2008, analisis wacana kritis terhadap wacana berita konflik Israel-Palestina dalam Media Indonesia edisi 3 Januari 2009, dan perbandingan keberpihakan dan strategi wacana antara Kompas dan Media Indonesia berdasarkan analisis teks dan intertekstualitas. Bab terakhir atau bab kelima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan. Bab ini terdiri atas dua subbab, yaitu kesimpulan dan saran.