Karya ulis FORMULASI PERHIUNGAN KESENJANGAN FISKAL PEMEKARAN PROVINSI APANULI (DANA ALOKASI UMUM APANULI) Murbanto Sinaga DEPAREMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULAS EKONOMI UNIVERSIAS SUMAERA UARA 2005
DAFAR ISI A. PENDAHULUAN... 1 B. KOMPONEN DAU APANULI... 1 C. KEBUUHAN FISKAL APANULI (KbF )... 3 D. KAPASIAS FISKAL APANULI (KpF )... 5 E. KESENJANGAN FISKAL APANULI (KF )... 6 F. BOBO DAERAH APANULI (BD )... 7 G. KESIMPULAN... 7 ii
FORMULASI PERHIUNGAN KESENJANGAN FISKAL PEMEKARAN PROVINSI APANULI (DANA ALOKASI UMUM APANULI) A. PENDAHULUAN DAU apanuli adalah kebutuhan wilayah apanuli dikurangi Potensi Ekonomi apanuli. Atau kebutuhan Fiskal apanuli (KbF ) dikurangi kapasitas fiskal apanuli (KpF ). Jika kebutuhan fiskal apanuli lebih besar daripada kemampuan fiskalnya, maka selisih yang terjadi disebut kesenjangan fiskal. Dengan demikian Dana Alokasi Umum apanuli adalah dana yang diperoleh dari pemerintah pusat (baca: APBN) untuk dipergunakan menutupi kesenjangan fiskal yang terjadi di apanuli. B. KOMPONEN DAU APANULI DAU apanuli terdiri dari Alokasi Minimum untuk Provinsi apanuli ditambah Kesenjangan Fiskalnya. DAU AM + KF 1) Alokasi Minimum apanuli 1
Alokasi Minimum apanuli besarnya adalah 10% Lumpsum ditambah 30% Proporsional Belanja Pegawai apanuli (0,3 x indeks Belanja Pegawai apanuli). 2) Kesenjangan Fiskal apanuli Kesenjangan Fiskal apanuli besarnya adalah besarnya bobot daerah apanuli dikalikan dengan 60% dari total Dana Alokasi Umum secara nasional. Contoh: Menurut PP No. 84 ahun 2001, komposisi AM dan KF untuk provinsi adalah: AM 10% DAU Provinsi (lumpsum) dibagi rata 30% DAU Provinsi dibagi proporsional menurut besarnya belanja pegawai provinsi. KF 60% dari Dau bagian Provinsi dibagi berdasarkan bobot daerah masing-masing provinsi. Dengan demikian penerimaan DAU apanuli adalah : DAU apanuli AM + KF DAU + + 10% DAU Bagian seluruh Provinsi seluruh Provinsi {( 30% x DAU Bagian seluruh Provinsi) ( Indeks Belanja Pegawai) } {( 60% x DAU Bagian seluruh Provinsi) ( Bobot Daerah apanuli) } 2
C. KEBUUHAN FISKAL APANULI (KbF ) Kebutuhan Fiskal apanuli ditentukan dengan formula berikut: KbF PR (α 1 IP + α 2 IW + α 3 IKR + α 4 IH ) PR (0,4 IP + 0,1 IW + 0,1 IKR + 0,4 IH ) Keterangan: 1. PR otal pengeluaran daerah rata-rata dalam APBD Jumlah Pengeluaran Seluruh Daerah Jumlah Daerah 2. IP Indeks Variabel Penduduk apanuli Populasi Daerah apanuli Rata - rata Populasi Daerah Secara Nasional 3. IW Indeks variabel luas Wilayah apanuli Luas Daerah apanuli Rata - rata Luas Daerah secara nasional 4. IKR Indeks Kemiskinan Relatif apanuli Jumlah Penduduk Miskin apanuli Rata - rata Jumlah Penduduk Miskin Daerah Indeks Kemiskinan Relatif dapat dicari sebagai berikut: 3
a) Head Count Index apanuli Penduduk Miskin Daerah apanuli Jumlah Penduduk Daerah apanuli b) Income Gap Daerah apanuli Poverty Gap apanuli Head Count Indeks apanuli c) IKR Indeks Kemiskinan Relatif apanuli Income Gap Daerah apanuli Rata - rata Income Gap Seluruh Indonesia Keterangan: a) Head Count Indeks : indeks jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan. b) Poverty Gap : Jumlah dana yang dibutuhkan agar pendapatan penduduk miskin sama dengan garis kemiskinan (standard kemiskinan). 5. IH Indeks kemahalan Harga apanuli Indeks Kemahalan Konstruksi apanuli Rata - rata Indeks Kemahalan Konstruksi apanuli 4
D. KAPASIAS FISKAL APANULI (KpF ) Kapasitas Fiskal apanuli atau potensi ekonomi apanuli ditentukan dengan formula sebagai berikut: KpF PAD + Bagi Hasil (PBB + BPHB + PPh + SDA ) Keterangan: 1. PAD Pendapatan Asli Daerah apanuli Estimasi β 0 + β 1 PDRB industri jasa apanuli Catatan: PAD apanuli diperkirakan dari faktor PDRB sektor industri jasa apanuli berdasarkan rumus: Indeks industri apanuli PDRB Industri Jasa apanuli Rata - rata PDRB Industri Jasa Nasional PDRB Industri Jasa PDB Industri Jasa apanuli 2. PBB Pajak Bumi dan Bangunan apanuli diperoleh dari bagi hasil sebesar 16,2 % bagian Provinsi apanuli dari total PBB apanuli 3. BPHB Bea Perolehan Hak atas anah dan Bangunan diperoleh dari bagi hasil sebesar 16 % bagian Provinsi apanuli dari total peroleh pajak BPHB di apanuli 4. PPh PPh orang pribadi diperoleh dari bagi hasil 5
5. SDA Penerimaan apanuli atas bagi hasil sektor kehutanan, pertambangan umum, minyak bumi dan gas alam, sektor perikanan. E. KESENJANGAN FISKAL APANULI (KF ) Kesenjangan Fiskal apanuli (KF ) adalah selisih antara Kebutuhan Fiskal apanuli (KbF ) dengan Kapasitas Fiskal apanuli (KpF ). Besarnya angka indeks Kesenjangan Fiskal apanuli dicari dengan formulasi: IKF Kesenjangan Fiskal apanuli Kesenjangan Seluruh Provinsi Besarnya bagian DAU akibat kesenjangan fiskal Provinsi apanuli diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian antara Indeks Kesenjangan Fiskal apanuli dengan persentase Dana Alokasi Umum yang dialokasikan untuk seluruh Provinsi akibat adanya kesenjangan fiskal. Formulanya adalah: DAU KF IKF ( 60 % DAU bagian seluruh Provinsi untuk Kesenjangan Fiskal) 6
F. BOBO DAERAH APANULI (BD ) Bobot Daerah apanuli adalah proporsi kebutuhan dana alokasi umum (DAU) daerah apanuli dengan total kebutuhan dana alokasi umum (DAU) seluruh daerah di Indonesia. Kebutuhan DAU apanuli Bobot DAU apanuli Kebutuhan DAU seluruh Daerah G. KESIMPULAN 1. Komponen DAU Provinsi apanuli terdiri dari Alokasi Minimum untuk Provinsi apanuli (AM ) ditambah Kesenjangan Fiskal apanuli (KF ). 2. Formula Kesenjangan Fiskal apanuli (KF ) mengacu pada PP No.84 ahun 2001 dengan formula sebagai: KF KbF KpF KbF PR (α 1 IP + α 2 IW + α 3 IKR + α 4 IH ) KpF PAD + Bagi Hasil (PBB + BPHB + PPh + SDA ) 3. Komposisi Alokasi Minimum Provinsi apanuli (AM ) terdiri atas pembagian dari 10 % Lumpsum yang dibagi rata untuk seluruh provinsi ditambah hasil perkalian indeks gaji pegawai apanuli dengan 30 % yang dialokasikan untuk belanja pegawai seluruh daerah. 7
4. Komposisi Kesenjangan Fiskal apanuli (KF ) terdiri dari 60 % otal seluruh Provinsi yang dibagikan kepada Provinsi apanuli berdasarkan Kesenjangan Fiskal Provinsi apanuli. 8