LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

dokumen-dokumen yang mirip
ENERGI KESETIMBANGAN FASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014

Sistem tiga komponen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Sabtu, 26 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II VISKOSITAS Sabtu, 05 April 2014

Menentukan Kadar Ion Br- dan KSCN dengan Metode Argentometri-Volhard (METODE VOLHARD) Menentukan molaritas KSCN dengan metode titrasi balik

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

Laporan Praktikum Kimia Fisik

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh:

Difusi gas merupakan campuran antara molekul satu gas dengan molekul lainnya yang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

PENENTUAN KADAR ION KLORIDA DENGAN METODE. ARGENTOMETRI (metode mohr)

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

Pembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM (Aluminium Foil)

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

HUKUM RAOULT. campuran

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

Ummu Kalsum Andi Lajeng April 5, 2014 JURNAL PRAKTIKUM DIFUSI GAS. Ummu Kalsum Andi Lajeng, Fitri Rahmadhani, Masfufatul Ilma

MODUL I Pembuatan Larutan

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

Diagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II TERMOKIMIA. Rabu, 2-April-2014 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1:

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

VISKOSITAS CAIRAN. Nurul Mu nisah Awaliyah, Putri Dewi M.F, Ipa Ida Rosita. Pendidikan Kimia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Jurnal Praktikum. Kimia Fisika II. Difusi Gas. Tanggal Percobaan: Senin, 08-April Disusun Oleh: Aida Nadia ( ) Kelompok 3 Kloter I:

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

ABSTRAK. Percobaan dengan judul reaksi orde satu yang bertujuan untuk menguji apakah H 2 O 2

BAB II. KESEIMBANGAN

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Selasa, 22 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha KELOMPOK 4

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

yang lain.. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan

Titik Leleh dan Titik Didih

Jurnal sains kimia Vol.II No.2,2010 PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

BAB I DISTILASI BATCH

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

Laporan Praktikum Kimia

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

DIFUSI GAS. Mashfufatul Ilmah ( ) Ummu Kalsum Andi Lajeng, Fitri Ramadianni

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II Teknik Isolasi Kafein dari Biji Kopi

A. Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu menghasilkan minyak sereh dengan cara destilasi

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Widya Kusumaningrum 1112016200005 Nurul mu nisa A. 1112016200008 Ummu Kalsum A. 1112016200012 Amelia Rahmawati 1112016200025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

I. ABSTRAK Kesetimbangan fasa antara cairan dan uap terjadi ketika kedua proses yang berlawanan itu berlangsung dengan laju yang tepat sama. Kesetimbanagn fasa terdiri dari satu komponen, dua komponen, dan tiga kmponen. Praktikum ini terdiri dari dua komponen yaitu kloroform dan air. Sistem dua komponen dapat terdiri dari fasa cair gas, cair cair, fasa padat cair, ataupun padat padat. Sistem 3 komponen dapat dibagi menjadi sepasang komponen larut sebagian, dua pasang komponen larut sebagian, tiga pasang komponen larut sebagian. Pada saat pencampuran kloroform dan air terdapat dua fasa. Kloroform dan air tidak dapat larut sehingga membentuk dua fasa. Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan sifatsifat fisiknya seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang batas. Dua fasa (kloroform dan air) dapat larut ketika dititrasi dengan asam asetat glasial. Hal ini disebabkan asam asetat glasial bersifat semipolar sehingga dapat larut sebagian dalam air dan sebagiannya lagi dalam kloroform. Untuk menggambarkan perilaku tersebut dibuatlah diagram terner. Kata kunci: Kesettimbangan fasa, Fasa, Diagram terner II. PENDAHULUAN Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan sifatsifat fisiknya seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang batas. Perilaku fasa yang dimiliki oleh suatu zat murni adalah sangat beragam dan sangat rumit, akan tetapi datadatanya dapat dikumpulkan dan kemudian dengan termodinamika dapat dibuat ramalanramalan. Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa gibbs. Hokum fasa gibbs, jumlah terkecil variable bebas yang dilakukan untuk menyatakan keadaan suatu system dengan tepat dengan kesetimbangan diungkapkan sebagai : F = C P + 2 Dimana: F = Jumlah derajat kebebasan C = Jumlah komponen P = Jumlah fasa

Jumlah komponenkomponen dalam suatu system didefinisikan sebagai jumlah minimum dari variable bebas pilihan yang dibutuhkan untuk menggambarkan komposisi tiap fase dari suatu system. (S.K Dogra dan S. Dogra, 2009). Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang sama. Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut : a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan Clausius Clayperon menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada sistem satu komponen. Fasa dapat didefinisikan sebagai setiap bagian sistem yang : a. homogen dan dipisahkan oleh batas yang jelas b. sifat fisik dan sifat kimia berbeda dari bagian sistem lain c. dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain sistem itu (Endang Widjajanti LFK. 2008). Kesetimbangan fasa antara cairan dan uap terjadi ketika kedua proses yang berlawanan itu berlangsung dengan laju yang tepat sama. Maka jika distribusi laju molekuler diketahui untuk berbagai suhu kita dapat membuat perkiraaan teoritis dari tekanan uap sebagai fungsi dari suhu. Ketika cairan menguap molekul dengan kecepatan yang tinggilah yang lepas dari permukaaan. Sementara itu yang tertinggal ratarata memiliki energi yang lebih sedikit; ini memberikan sudut pandang molekuler dari pendinginan dan pengembunan, (Young, Hugh. D. 2002)

III. ALAT DAN METODE a. Alat dan bahan 1. Buret 2. Labu Erlenmeyer 3. Klem + statif 4. Gelas ukur 5. Piknometer 6. Neraca ohauss 7. Spatula 8. Pipet tetes 9. Gelas kimia 10. Kloroform 11. Asam asetat glasial 12. Akuades b. Metode Sistem tiga komponen 1. Menyediakan buret yang bersih dan kering lalu mengisinya dengan asam asetat glasial 2. Menyediakan labu Erlenmeyer sebanyak 3 buah, masingmasing diisi dengan 3 ml, 5 ml, dan 6 ml kloroform. Kerjakan satu persatu mengingat kloroform mudah menguap dan toksik. 3. Menambahkan masingmasing 5 ml akuades ke dalam labu Erlenmeyer yang telah diisi dengan kloroform, mengocok sebentar, campuran akan membentuk dua lapisan. 4. Menitrasi dengan asam asetat glasial sampai kedua lapisan membentuk satu fasa. Mencatat volume asam asetat glasial yang ditambahkan. 5. Mengulangi untuk labu Erlenmeyer kedua dan seterusnya. 6. Membuat diagram fasa terner. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Volume kloroform Volume aquades Volume (titrasi) asam

asetat glasial 3 ml 5 ml 7,5 ml 4ml 5 ml 6 ml 6 ml 5 ml 9,3 ml Analisis Data : n = 1. Labu pertama (3 ml kloroform + 5 ml aquades): na = n b n c = n total = 0,036 + 0,2775 + 0,1308 = 0,4442 mol X a = 100% = 7,5% X b = 100% = 58, 21% X c = 100% = 27,44 % 2. Labu kedua (4 ml kloroform + 5 ml air) n a = = 0,047 mol n b = = 0,266 mol n c = = 0,100 mol n total = 0,047 + 0,266 + 0,100 = 0,413 mol X a = 100% = 19,38 %

X b = 100% = 53,09 % X c = 100% = 19,96 % 3. Labu ketiga (6 ml kloroform + 5 ml air) n a = =0,069 mol n b = = 0,266 mol n c = = 0,155 mol n total = 0,069 + 0,266 + 0,155 = 0,49 mol X a = 100% = 14,08% X b = 100% = 54,29% X c = 100% = 31,63 % X a Ratarata = = 13,65 % X b Ratarata = = 55,19% X c Ratarata = = 26,34 % C 20 80 40 26 60 55 60 40 80 20 A 13 20 40 60 80 B

Diagram fasa turner Pada praktikum kali ini mengenai kesetimbangan fasa. Di mana dalam praktikum ini melakukan titrasi terhadap kloroform (bersifat nonpolar) yang ditambahkan dengan air (bersifat polar), lalu dititras dengan larutan asam asetat glasial (bersifat semipolar). Hal ini dilakukan untuk mengamati besarnya pengaruh kloroform terhadap banyaknya volume asam asetat glasial yang dibutuhkan untuk membentuk satu fasa antara air dan kloroform, karena ketika kloroform dan air dicampurkan terbentuk dua fasa. Terbentuknya dua fasa ini disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran yakni kloroform bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Sehingga air dan kloroform tidak dapat larut secara sempurna. Kemudian campuran air dan kloroform dititrasi menggunakan asam asetat glasial sebagai titran. Asam asetat glasial merupakan suatu senyawa yang bersifat semipolar sehingga dapat membuat air dan kloroform membentuk 1 fasa. Selain itu kesetimbangan fasa juga dipengaruhi oleh massa jenis. Menerut literatur massa jenis air adalah 1,04 g/ml dan massa jenis asam asetat glasial adalah 1 g/ml sedangankan massa jenis kloroform adalah 1,47 g/ml. Jadi dapat diketahui bahwa asam asetat glasia lebih suka larut dengan air daripada kloroform. Asam asetat glasial larut dalam kloroform namun hanya sebagian kecil saja yang larut. Pada grafik nilai fraksi mol airasam asetat glasial lebih besar daripada airkoroform. Air lebih larut dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial bersifat semi polar sedangkan kloroform bersifat non polar. Diketahui bahwa pelarut polar akan larut dengan pelarut polar pula. Hal ini sesuai dengan teori bahwa asam asettat glasial lebih suka larut pada air dibandingkan dengan kloroform. V. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan sifatsifat fisiknya seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang batas. 2. Terjadinya dua fasa antara air dan kloroform terajdi karena perbedaan kepolaran antara keduanya. Air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat nonpolar 3. Asam asetat glasial dapat melarutkan larutan air dan kloroform yang memiliki dua fasa, hal ini dikarenakan sifatnya yang semipolar.

VI. DAFTAR PUSTAKA Dogra, SK dan S. Dogra. 1990. KIMIA FISIK DAN SOALSOAL. Jakarta: UIPRESS Hugh D. Young. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 Edisi 10. Jakarta. Erlangga. Widjajanti, Endang. LFK. 2008. Kesetimbangan Fasa. (http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endangwidjajantilfxmsdr/kesetimbangan%2520fasa.pdf). Diakses pada tanggal 10 April 2014 pukul 16:09 WIB