BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

P E N U T U P P E N U T U P

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BERITA RESMI STATISTIK

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,


LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

FORUM KOMUNIKASI PERENCANA INDUSTRI BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. stabilisasi harga masih menjadi hal yang serius hingga saat ini, khususnya

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

Jumlah Penderita Baru Di Asean Tahun 2012

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia pasca terjadi krisis moneter sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini ditunjukkan oleh grafik akselerasi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian. Percepatan pertumbuhan terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008. Gambar I.1 Akselerasi Laju Pertumbuhan Ekonomi Sesudah Krisis Ekonomi Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2009:2) Akselerasi ini didukung pula dengan makin seimbangnya sumber pertumbuhan ekonomi dimana investasi makin penting perannya, dan konsumsi masyarakat tetap terjaga tingkat pertumbuhannya. Berdasakan grafik pertumbuhan Produk Domestik Bruto perkapita dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2009:2). 1

Gambar I.2 Perkembangan PDB Perkapita Pada tahun 2011 UMKM mampu berandil besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 61,9 persen pemasukan produk domestik bruto (PDB) melalui pembayaran pajak, yang diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang 36,28 persen PDB, sektor usaha kecil 10,9 persen, dan sektor usaha menengah 14,7 persen melalui pembayaran pajak. Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1 persen PDB melalui pembayaran pajak (Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI, 2013) Keberhasilan menciptakan stabilitas ekonomi makro (nilai tukar dan inflasi), pendapatan per kapita Indonesia jika diukur dalam mata uang USD, meningkat 1,8 kali pada akhir 2008 dibandingkan dengan akhir 2004 dan melebihi USD 2.000 per kapita pada akhir 2008. Stabilitas ekonomi makro yang berkembang begitu baik pada dasarnya tidak akan lepas dari peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan wahana yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara, tidak jarang Usaha Mikro Kecil dan Menengah menjadi engine of growth bagi suatu negara. Beberapa alasan penting yang memberikan Indikasi posisi penting Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam perekonomian nasional adalah sebagai berikut : 2

1. Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4.8% tahun 2000 dimana usaha besar belum bangkit, banyak pakar memperkirakan karena kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 2. Hasil Survey pada tahun 1998 ketika awal krisis terhadap 225.000 Usaha Mikro Kecil dan Menengah diseluruh Indonesia menunjukkan bahwa hanya 4% yang menghentikan bisnisnya, 64% tidak mengalami perubahan omzet, 31% persen omzetnya menurun, dan bahkan 1 persen justru berkembang. 3. Technical Assistant ADB pada tahun 2001 juga melakukan survey terhadap 500 Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Medan dan Semarang dan Hasilnya 78% Usaha Mikro Kecil dan Menengah tidak terkena dampak dari adanya krisis moneter (Arijanto, 2004) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berpengaruh dalam menciptakan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, bahkan meningkatkan pendapatan nasional. Maka dari itu dukungan terhadap pertumbuhan UMKM berarti juga mengatasi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja. Keberlanjutan Usaha Mikro Kecil dan Menengah harus terus dipertahankan karena memiliki peranan yang positif bagi perekonomian nasional maupun lokal. Sejak tahun 2003 dengan diakuinya perdagangan bebas bagi negara-negara yang terdapat di Benua Asia atau disebut dengan Asean Free Trade Area (AFTA) dan North Asia Free Trade Area (NAFTA) menuntut adanya peningkatan kemampuan pada sektor bisnis pada berbagai skala dan mengukur kesiapan serta kekuatan yang dimiliki oleh sektor bisnis termasuk sektor usaha mikro. Beberapa tahun terakhir, banyak inisiatif ditujukan untuk pengembangan usaha kecil menengah (UMKM) oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun lembaga 3

swasta. Peran UMKM dalam perekonomian sebuah negara, termasuk Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemberdayaan ekonomi masyarakat kelas menengah dan kecil (sektor riil), pemberantasan monopoli dan kartel ekonomi, dapat menciptakan struktur kemandirian ekonomi yang kuat, menarik investasi pengusaha luar negeri, menciptakan ilkim kondusif bagi kewirausahaan dan terakhir pemisahan konstelasi (pemetaan kepetingan) ekonomi dengan politik, budaya, sosial. Hal ini sangat diperlukan guna menjamin ketahanan ekonomi yang berkelanjutan. Peranan penting Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam perekonomian nasional yang mampu mengurangi pengangguran rupanya menghadapi berbagai permasalahan klasik. Permasalahan klasik tersebut menurut Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia tahun 2013 ada dua hal, yaitu masalah internal dan masalah eksternal: 1. Masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran; lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM; dan terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. 2. Masalah eksternal yang biasa dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku. Perolehan legalitas formal hingga saat ini juga masih merupakan persoalan mendasar bagi UMKM di Indonesia, menyusul tingginya biaya yang harus dike-luarkan dalam pengurusan perizinan. Bersamaan dengan masalah tersebut, UMKM juga menghadapi 4

tantangan terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi. Permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah seharusnya menjadi prioritas pemerintah pusat maupun daerah karena dengan melakukan kebijakan dalam sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah maka pemerintah telah menyelesaikan dua masalah sekaligus yaitu memperkuat perekonomian lokal maupun nasional dan mengurangi jumlah pengangguran. Atas segala permasalahan dalam pengembangan UMKM, harus ada kesadaran kolektif, bahwa saat ini produk-produk asing telah membanjiri pasar domestik Indonesia sampai ke tingkat daerah, khususnya Jawa Timur. Jika kita berkunjung dan bekeliling ke pusat-pusat pertokoan di Jawa Timur, maka kita akan dengan mudah menemukan berbagai jenis produk asing yang sejenis dengan produk hasil karya UMKM di Jawa Timur. Seperti produk mainan anak-anak, makanan dan buah-buahan, pakaian, sandal dan sepatu serta produk-produk lain. Produk asing sudah mengalir deras ke berbagai daerah, termasuk ke Jawa Timur. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah diterapkan diseluruh kota dan kabupaten di Indonesia, sangat berperan dalam pertumbuhan pembangunan dan ekonomi negara. Peran otonomi daerah sangatlah penting dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang bersifat lokal. Posisi kewenangan penuh pemerintah ini telah direspon positif oleh masyarakat daerah guna adanya kestabilan ekonomi, politik, budaya dan sosial yang bersifat permanen. Pengembangan ekonomi berbasis UMKM ini dapat diperoleh keuntungan ganda. Pertama, nilai strategisnya sektor ini dalam skema pertumbuhan ekonomi yang dikontribusikan oleh sektor manufaktur, bisnis eceran dan penyerapan tenaga 5

kerja. Kedua, memiliki potensi untuk menjadi lokomotif pemerataan. Selama ini perekonomian nasional diwarnai ketimpangan akibat tidak meratanya penyebaran dan perputaran uang yang terkonsentrasi di Jakarta dan kota besar lain. Kantongkantong kemiskinan tumbuh dimana-mana dan disparitas ekonomi-sosial semakin melebar. Disinilah sektor UMKM sangat berperan mendorong tumbuhnya industri kecil, kerajinan rakyat, dan sektor informal maupun koperasi. Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dimana mayoritas pelaku ekonominya adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sangat berkepentingan untuk melakukan program pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang bertujuan untuk meningkatkan kemandiran pelaku usaha untuk mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Prinsip-prinsip dasar pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah telah diatur dalam Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pada tingkat provinsi, selain Undang- Undang No 20 tahun 2008 juga terdapat Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 4 Tahun 2007 tentang pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Untuk merespon situasi dan kondisi kekinian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dibutuhkan Peraturan Daerah yang lebih terfokus dan mampu memenuhi kebutuhan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Disamping itu Peraturan Daerah juga harus mengungkapkan secara eksplisit perlunya program pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang komprehensif, berkelanjutan dan bersifat lintas sektoral. Terkait dengan hal tersebut Pemerintah Provinsi menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk menjadi 6

landasan hukum program pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di wilayah Jawa Timur yaitu Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Saat ini di Jatim menurut data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur terdapat kurang lebih 8 juta unit pelaku usaha, di mana 6,8 juta unit usaha masuk kategori mikro, kecil, dan menengah. Dengan jumlah cukup besar ini, memiliki potensi yang besar dan menjanjikan bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Lebih khusus lagi, dengan jumlah UMKM sebesar itu, telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dan menjanjikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Jatim. Maka kedepan sektor UMKM dipastikan akan menjadi penopang perekonomian Jatim. Karena itu, kepedulian dan keberpihakan pada UMKM ini harus digalakkan. Tabel I.1 Jumlah UMKM Tiap Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 NO NAMA KAB/ KOTA PENGUSAHA JUMLAH MIKRO KECIL MENENGAH 1 KAB. BANGKALAN 164.015 2.606 147 166.768 2 KAB. BANYUWANGI 280.204 15.269 1.233 296.706 3 KAB. BLITAR 242.838 11.362 1.422 255.622 4 KAB. BOJONEGORO 274.902 6.497 568 281.967 5 KAB. BONDOWOSO 168.041 3.928 409 172.378 6 KAB. GRESIK 157.977 9.569 847 168.393 7 KAB. JEMBER 418.164 4.669 1.318 424.151 8 KAB. JOMBANG 179.300 8.587 727 188.614 9 KAB. KEDIRI 243.969 7.001 523 251.493 10 KAB. LAMONGAN 243.602 8.535 597 252.734 11 KAB. LUMAJANG 187.444 8.254 748 196.446 12 KAB. MADIUN 142.381 3.952 229 146.562 13 KAB. MAGETAN 149.473 5.093 234 154.800 14 KAB. MALANG 387.607 24.372 2.537 414.516 15 KAB. MOJOKERTO 145.520 7.279 2.611 155.410 16 KAB. NGANJUK 196.351 4.546 566 201.463 17 KAB. NGAWI 181.573 2.884 855 185.312 18 KAB. PACITAN 178.402 2.616 97 181.115 7

19 KAB. PAMEKASAN 194.458 1.009 87 195.554 20 KAB. PASURUAN 237.353 10.564 885 248.802 21 KAB. PONOROGO 202.774 4.353 434 207.561 22 KAB. PROBOLINGGO 227.155 7.378 753 235.286 23 KAB. SAMPANG 193.082 1.838 295 195.215 24 KAB. SIDOARJO 154.892 14.836 1.536 171.264 25 KAB. SITUBONDO 150.635 5.678 414 156.727 26 KAB. SUMENEP 264.062 4.763 180 269.005 27 KAB. TRENGGALEK 140.497 2.716 242 143.455 28 KAB. TUBAN 215.147 8.111 740 223.998 29 KAB. TULUNGAGUNG 174.030 7.034 345 181.409 30 KOTA BATU 20.673 2.623 248 23.544 31 KOTA BLITAR 18.946 2.106 239 21.291 32 KOTA KEDIRI 25.877 3.066 363 29.306 33 KOTA MADIUN 20.287 2.084 291 22.662 34 KOTA MALANG 67.167 9.414 1.197 77.778 35 KOTA MOJOKERTO 16.059 1.324 97 17.480 36 KOTA PASURUAN 21.669 2.397 191 24.257 37 KOTA PROBOLINGGO 24.312 1.647 166 26.125 38 KOTA SURABAYA 222.856 31.867 6.039 260.762 JUMLAH 6.533.694 261.827 30.410 6.825.931 Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Jombang ikut berperan dalam menunjang perekonomian Jawa Timur. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya Kabupaten Jombang menjadi Wilayah Pengembangan Gerbangkertosusila Plus, dimana kawasan tersebut merupakan kawasan ekonomi unggulan Provinsi Jawa Timur yang kedepannya diharapkan dapat menjadi pelopor pemerataan ekonomi Jawa Timur (RTRW 2011-2031 Provinsi Jawa Timur). Wilayah yang masuk dalam pengembangan Gerbangkertosusila Plus meliputi: Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten dan Kota Pasuruan Selain itu wilayah Jombang memiliki akses yang tinggi terhadap kegiatan ekonomi Surabaya dan sekitarnya. Sebagai wilayah dengan peringkat 5 8

jumlah UMKM terbanyak diantara kab/kota wilayah pengembangan Gerbangkertosusila Plus, pemerintah Kabupaten Jombang merasa perlu untuk mengembangkan ekonomi lokalnya khususnya memaksimalkan peran UMKM agar mempunyai produk ekonomi unggulan sebagai penunjang ekonomi di kawasan pengembangan tersebut. Sehingga Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Dinas Koperasi dan UMKM membuat Kebijakan adanya pemberdayaan ekonomi lokal melalui UMKM, dimana pemberdayaan ini merupakan implementasi dari Perda Provinsi Jawa Timur No 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan UMKM. Penelitian implementasi perda ini mengambil wilayah Kabupaten Jombang sebab Kabupaten Jombang selain masuk sebagai salah satu kawasan ekonomi unggulan untuk Provinsi Jawa Timur juga merupakan wilayah yang sedang berkembang dijalur akses ekonomi dari wilayah bagian Barat Provinsi Jawa Timur menuju pusat kegiatan Jawa Timur. Perkembangan ini patut untuk dikawal dan diarahkan dengan baik. Pemberdayaan yang dilakukan meliputi pembekalan dan pelatihan manajemen SDM UMKM, kerjasama pemerintah Kabupaten Jombang dengan pihak BUMD (Bank Jombang) dalam pemberian program kredit lunak ke pada UMKM, serta pemberian kesempatan para pelaku UMKM untuk mengembangkan produknya dalam kegiatan pengenalan produk unggulan dan hal ini berlangsung sejak tahun 2010. Adapun permasalahan UMKM di Jombang selama ini selain modal adalah masalah pemasaran. Hal ini ditunjukan oleh data tahun 2006 dari 7.750 UMKM di Jombang dimana sebanyak 24,20 persen UMKM mengalami masalah pemasaran. Selain itu 6,80 persen adanya kurang mengusainya bidang usaha yang dilakukan, sebanyak 50,20 persen permasalahan UMKM adalah permasalahan modal. 9

Sehingga sekitar 49,80 persen Usaha Mikro Kecil dan Menengah dapat dikatakan belum mempunyai rencana pengembangan atau memperluas usahanya jangka waktu yang akan datang. Gambar I.3 Permasalahan yang dihadapi UMKM di Kabupaten Jombang Sumber : Disperindagkop Kab. Jombang tahun 2007 Segala permasalahan yang terjadi terhadap UMKM di Jombang, Pemerintah Kabupaten Jombang berupaya mengatasinya dengan Kebijakan Pemberdayaan UMKM. Kebijakan tersebut berupaya memberdayakan para pelaku UMKM, sehingga dapat menciptakan UMKM mandiri, sehat, dan berdaya saing global. Data Dinas Koperasi dan UMKM menunjukan bahwa jumlah UMKM tahun 2011 sekitar 26.600 UMKM dan menurut Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jombang dapat semakin tumbuh tiap tahunnya. Tabel I.2 Jumlah UMKM di Jombang UMKM 2009 2010 2011 10

Jumlah UMKM Berdaya 2.988 3.198 3.348 Jumlah UMKM Tidak/Kurang Berdaya 21.142 22.452 23.252 Jumlah UMKM 24.130 25.650 26.600 Sumber : Laporan Capaian Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Jombang Tahun 2011 Dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM menyebutkan bahwa Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. Sehingga program ini dapat dijadikan ajang promosi dan pengembangan lebih lanjut bagi para pelaku UMKM di Jombang. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang mengimplementasikan Kebijakan Provinsi Jawa Timur yaitu Perda No 6 Tahun 2011 dalam mengembangkann UMKM Jombang agar lebih dikenal dan diketahui masyarakat umum, khususnya para pelaku UMKM yang mempunyai produk makanan minuman dan kerajinan. Dan juga sebagai upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang untuk memberdayakan UMKM sebagai kekuatan ekonomi daerah. Permasalahan ini diangkat untuk dituliskan dalam sebuah tesis yang berjudul Implementasi Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 11

Tentang Pemberdayaan UMKM (Studi Deskriptif Tentang Pemberdayaan UMKM di Kabupaten Jombang). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi kebijakan pemberdayaan UMKM di Kabupaten Jombang melalui Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan UMKM? 2. Apa faktor pendorong dan penghambat dari implemntasi kebijakan pemberdayaan UMKM di Kabupaten Jombang melalui Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan UMKM? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah berusaha untuk menjawab perumusan masalah yang telah dilakukan. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan implementasi kebijakan Pemberdayaan UMKM di kabupaten Jombang melalui Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pemberdayaan UMKM. 1.4. Manfaat Penelitian 12

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai (value), baik secara teoritis maupun praktis terhadap kebijakan pemerintah daerah melalui implementasi kebijakan Pemberdayaan UMKM melalui program Pengenalan Produk sebagai wadah pemasaran UMKM, sehingga dapat dijadikan kajian bagi praktisi, peneliti, akademisi dan pemerintah untuk menambah khazanah pengetahuan dalam kebijakan publik. Adapun kontribusi penelitian yang ingin dicapai antara lain : 1. Manfaat Akademis a) Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam kebijakan atau program-program yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di bidang UMKM. b) Sebagai wacana dan rujukan bagi praktisi, peneliti, dan akademisi dalam menelaah kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya dalam peningkatan ekonomi UMKM. 2. Kegunaan Praktis a) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah lain dalam menerapkan kebijakan yang sesuai dengan keunggulan lokal sehingga dapat lebih mengembangkan potensi UMKM di daerah. b) Sebagai bahan diskusi bagi akademisi, praktisi dan peminat administrasi publik khususnya bidang kajian kebijakan publik. c) Memberikan sumbangan pemikiran kepada para ilmuwan dan praktisi tentang implementasi kebijakan pemberdayaan UMKM. 13