Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung dalam Pengencer Air Kelapa, NaCl Fisiologis dan Air Kelapa-NaCl Fisiologis pada C

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

Lama Penyimpanan Semen Burung Puyuh pada Suhu 29ºC dengan Pengencer Fosfat Kuning Telur Terhadap Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

PENGARUH JENIS PENGENCER SEMEN TERHADAP MOTILITAS, ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA AYAM BURAS PADA PENYIMPANAN SUHU 5 o C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Sari Buah Lontar Sebagai Pengencer Alami Dalam Mempertahankan Kualitas Spermatozoa Babi. Nancy Diana Frederika Katerina Foeh dan Chyintia Dewi Gaina

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

PENGARUH FREKUENSI PENAMPUNGAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM BANGKOK

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

Pengaruh Pengencer Sintetis dan Alami Terhadap Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman Selama Penyimpanan dalam Suhu Dingin

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA BANGSA PEJANTAN SETELAH PENYIMPANAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MOTILITAS DAN FERTILITAS SPERMATOZOA AYAM KATE LOKAL

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JIMVET. 01(2): (2017) ISSN :

PENGARUH KESEIMBANGAN ENERGI-PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS SEMEN ITIK RAMBON

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Evaluasi Kualitas Semen Entok (Cairina Moschata) Pada Frekuensi Penampungan Berbeda

Indonesia Medicus Veterinus Juni (3) : pissn : ; eissn :

PERSENTASE MOTILITAS SPERMATOZOA BABI YORKSHIRE DALAM PENGENCER BTS (BELTSVILLE THAWING SOLUTION) DAN ZORLESCO

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

I MADE ADITYA SASTRAWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI


BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Burung Puyuh (Coturunix coturnix japonica) dalam Pengencer Fosfat Kuning Telur pada Suhu 4ºC

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

BAB III MATERI DAN METODE

Transkripsi:

Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung dalam Pengencer Air Kelapa, NaCl Fisiologis dan Air Kelapa-NaCl Fisiologis pada 25-29 C (Spermatozoa motility of local chicken in coconut water, physiological nacl and physiological nacl-coconut water at 25-29 c) Triva Murtina Lubis 1 1 Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ABSTRACT This study aimed to determine the effect of coconut water diluent, physiological NaCl and combination of coconut water-physiological NaCl to the survival of chicken spermatozoa at room temperature (25-29 C). Semen was collected from a local chicken of 1.5 years old with weight of 2 kg in massage twice a week. Once evaluated, a good quality semen was divided into 3 treatment groups: coconut water (P1), physiological saline (P2), and its combination (P3) with the addition of 20% egg yolk [(P1) 80:0:20 (P2) 0:80:20 and (P3) 40:40:20] and stored at room temperature. Evaluation of spermatozoa motility conducted every 1 hour until reaching 40% of spermatozoa motility. Data obtained were analyzed using analysis of variance (ANOVA) with design patterns Split-plot and if there are differences between treatments tested by Duncan's multiple test. The results showed that motility of spermatozoa is significantly different (p <0.05) between storage time and diluent and there are interactions between storage time and diluent. P2 is able to maintain the minimum percentage of inseminated sperm motility (40%) for 4 hours, followed by P3 for 1 hour, and the lowest percentage motility of spermatozoa present in P1 for 0 hours. It can be concluded that the percentage of spermatozoa motility in group P2 is higher than P1 and P3. Key words : sperm motility, physiological saline, coconut water, local chicken 2011 Agripet : Vol (11) No. 2: 45-50 PENDAHULUAN 1 Ayam kampung mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan dibandingkan dengan ayam ras, yaitu cenderung lebih kuat terhadap penyakit tertentu, mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif mudah. Selain sifatsifat tersebut ayam kampung juga mempunyai beberapa kelemahan seperti pertumbuhan yang lambat, produksi rendah, masih mempunyai sifat mengeram, lambat dewasa kelamin, selang waktu bertelur yang lama akibat mengasuh anak, rendahnya mutu genetik dan harganya relatif lebih mahal dari hasil ternak unggas lainnya karena permintaan yang tinggi tidak diimbangi oleh peningkatan produksi (Solihati dkk., 2006). Untuk memperbaiki mutu genetik ternak, salah satunya dapat dilakukan dengan cara inseminasi buatan (IB). Inseminasi merupakan suatu teknik peternakan modern Corresponding author: trivamurtina@yahoo.com yang diterapkan secara efisien pada peternakan yang sudah maju. Inseminasi juga dapat digunakan untuk memaksimalkan penggunaan pejantan, serta mencegah penularan penyakit (Ax dkk., 2000a). Keberhasilan IB dipengaruhi oleh kualitas semen dan bahan pengencer yang digunakan untuk penyimpanannya (Ax dkk., 2000a). Air kelapa merupakan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengencer semen karena kaya akan potasium hingga 17%, gula antara 1,7-2,6% dan protein 0,07-0,55% (Anonimus, 2010). Natrium klorida (NaCl) fisiologis juga dapat digunakan sebagai pengencer semen karena dapat mempertahankan motilitas spermatozoa di luar tubuh ayam sampai 12 jam setelah penampungan (Tanaka dkk., 1994). Penambahan pengencer bertujuan untuk memperpanjang daya tahan hidup spermatozoa. Pada suhu kamar, spermatozoa segar ayam mampu hidup selama 30-45 menit, namun bila ditambah pengencer spermatozoa Agripet Vol 11, No. 2, Oktober 2011 45

dapat hidup selama 6-24 jam pada suhu refrigerator. Keistimewaan spermatozoa unggas yaitu mampu hidup selama 21 hari di dalam saluran reproduksi ayam betina, meskipun kualitasnya semakin menurun (Suprijatna dkk., 2005). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persentase motilitas spermatozoa ayam kampung dalam pengencer air kelapa, NaCl fisiologis dan kombinasi air kelapa-nacl fisiologis dengan penambahan 20% kuning telur pada suhu 25-29 o C. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan semen segar dari satu ekor ayam kampung berumur 1,5 tahun dengan bobot badan 2 kg. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola split-plot yang terdiri dari 3 perlakuan pengencer dengan 5 kali ulangan. Ketiga perlakuan pengencer tersebut terdiri dari: P1 : 80 % Air kelapa + 20 % Kuning telur P2 : 80 % NaCl fisiologis + 20 % Kuning telur P3 : 40 % Air kelapa + 40 % NaCl fisiologis + 20 % Kuning telur Koleksi semen dilakukan 2 kali dalam seminggu pukul 08.00-09.00 WIB dengan metode masase. Koleksi ini dilakukan oleh dua orang, ayam dipegang pada pangkal paha dan sebagian sayapnya ditahan agar tidak dikibaskan. Ayam berada pada posisi horizontal atau menghadap tubuh pemegang. Punggung ayam diurut dengan telapak tangan kanan dari belakang pangkal leher menuju bagian ekor. Pengurutan diulang beberapa kali sampai ayam ereksi yang ditandai dengan peregangan tubuh ayam dan papillae mencuat dari proktodeum kloaka. Jika ereksi sudah maksimal maka ibu jari dan telunjuk tangan kiri memerah semen dengan menekan kedua sisi kloaka sehingga dari papillae keluar semen berwarna putih. Semen yang keluar segera ditampung dengan menggunakan tabung reaksi (Metode Burrows dan Quinn (1937) yang dimodifikasi oleh Suprijatna dkk., 2005). Evaluasi semen dilakukan secara makroskopis (volume, warna, bau, konsistensi dan ph) dan mikroskopis (gerakan massa, konsentrasi spermatozoa, motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup dan abnormalitas spermatozoa). Semen yang mempunyai konsentrasi spermatozoa > 600 x 10 6 /ml, motilitas progresif > 70 %, persentase spermatozoa hidup >75 % dan abnormalitas < 20 % digunakan sebagai sampel penelitian (Ax dkk., 2000). Setelah dievaluasi, semen dimasukkan ke dalam masing-masing kelompok perlakuan. Setiap kelompok pengenceran ditambahkan penisilin 1000 IU/ml dan streptomisin 0,5 mg/ml. Jumlah pengencer yang ditambahkan dihitung dengan rumus: Jumlah Pengencer = Volume semen (ml) x Konsentrasi semen Konsentrasi semen x Motilitas yang diinginkan Volume masing-masing pengenceran yang pertama kali ditambahkan pada semen sesuai dengan volume semen yang diperoleh. Selanjutnya ditambahkan sedikit demi sedikit sampai volume yang diinginkan terpenuhi. Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan gelas obyek yang ditetesi 10-15 µl semen dan ditutup dengan gelas penutup. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. (Hafez, 1993). Pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan setiap 1 jam sekali sampai motilitas spermatozoa berada pada 40%. Data yang diperoleh ditransformasikan ke tabel arc sinus kemudian dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola split-plot. Bila terdapat perbedaan antar perlakuan maka diuji dengan uji berganda Duncan (Gaspersz, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen segar dari 1 ekor ayam kampung jantan dari 5 kali penampungan menunjukkan bahwa semen segar memenuhi syarat dan layak untuk diencerkan (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Evaluasi Semen Segar Ayam Kampung Sebelum Perlakuan Variabel Hasil Pengamatan Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung dalam Pengencer Air Kelapa, NaCl Fisiologis dan (Drh. Triva Murtina Lubis, M.P.) 46

Makroskopis : Volume (ml) Warna Bau Konsistensi ph Mikroskopis : Konsentrasi (10 9 /ml) Gerakan Massa Motilitas (%) Spermatozoa hidup (%) Abnormalitas (%) 0,75 ± 0,08 Putih susu Khas Kental 8,3 ± 0,27 1,60 ± 0,09 +++ (Sangat baik) 77,57 ± 3,67 83,87 ± 2,22 6,80 ± 0,78 satu ejakulasi, maka akan menurunkan fertilitas. Penilaian motilitas melibatkan estimasi subjektif terhadap kelangsungan hidup spermatozoa dan kualitas motilitas (Ax dkk., 2000). Rata-rata persentase motilitas spermatozoa ayam kampung pada ketiga kelompok setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Rataan volume (0,75 ± 0,08 ml) dan ph semen (8,3 ± 0,27) yang diperoleh pada penelitian ini termasuk kategori normal. Volume semen unggas yang dihasilkan dalam satu kali ejakulasi adalah 0,2-0,5 ml (Hafez, 1993) atau 0,3-1,0 ml setiap penampungan (Suprijatna dkk., 2005). Menurut Hardiyanto (1993) ph semen ayam kampung bervariasi antara 8,5-9,0 sedangkan Toelihere (1993) menyatakan bahwa ph semen unggas rata-rata antara 7,0-7,6. Motilitas spermatozoa pada penelitian ini adalah 77,57 ± 3,67% (Tabel 1). Motilitas yang baik ini memungkinkan sel spermatozoa dapat mencapai sel telur di dalam saluran oviduk dalam waktu yang relatif singkat, sehingga memungkinkan terjadinya pembuahan yang sempurna. Hafez (1993) menyatakan bahwa semen unggas yang normal mempunyai motilitas individu antara 60-80%. Rata-rata persentase hidup spermatozoa pada sampel semen yang diteliti adalah 83,87 ± 2,22% (Tabel 1). Semen normal memiliki sel spermatozoa yang hidup sekitar 60-80% (Partodihardjo,1992). Menurut Toelihere (1993) semen yang baik adalah semen yang setelah dilakukan penafsiran mikroskopis berdasarkan perbedaan afinitas menghisap zat warna eosin-negrosin oleh spermatozoa mempunyai persentase hidup minimum 50%. Abnormalitas spermatozoa ayam kampung yang diperoleh adalah 6,80 ± 0,78% (Tabel 1). Persentase ini tergolong normal, sesuai dengan pendapat Toelihere (1993) yang menyatakan bahwa pada kebanyakan ejakulat persentase spermatozoa abnormal berkisar antara 5-20%. Bearden dan Fuquay (1984) menyatakan bahwa jika spermatozoa abnormal lebih dari 25% dari total spermatozoa dalam Tabel 2. Rata-rata (±sd) Persentase Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung Setelah Diberi Perlakuan Waktu Perlakuan Pengamatan P1 P2 P3 0 Jam 70,78 ± 5,61 Aa 77,59 ± 2,07 Aa 76,81 ± 2,27 Aa 1 Jam 10,42 ± 4,82 Ba 75,03 ± 2,58 Ab 53,19 ±13,46 Bc 2 Jam 2,22 ± 2,60 Ca 68,61 ± 5,18 Bb 17,70 ± 7,56 Cc 3 Jam 0,00 ± 0,00 Da 55,78 ± 7,34 Cb 4,83 ± 3,07 Dc 4 Jam 0,00 ± 0,00 Da 42,76 ± 4,13 Db 0,00 ± 0,00 Ea Keterangan: Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Rataan motilitas spermatozoa ayam kampung pada semua kelompok perlakuan selama 4 jam pengamatan secara umum menunjukkan penurunan. Penurunan motilitas spermatozoa ayam kampung ini seiring dengan lama waktu penyimpanan, semakin lama waktu penyimpanan menyebabkan persentase motilitas spermatozoa yang diperoleh semakin menurun. Hasil pengamatan pada 0, 1, 2, 3 dan 4 jam menunjukkan motilitas tertinggi terdapat pada P2 sedangkan hasil terendah terlihat pada P1. Hasil ANAVA terhadap motilitas spermatozoa menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) antar bahan pengencer dan lama waktu penyimpanan serta terdapat interaksi antara bahan pengencer dengan lama waktu penyimpanan. Ini menunjukkan bahwa efek bahan pengencer terhadap motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh lama waktu penyimpanan. Menurut Solihati dkk. (2006) semakin lama waktu penyimpanan menyebabkan motilitas spermatozoa terus mengalami penurunan karena persediaan energi semakin terbatas. Selama penyimpanan, Agripet Vol 11, No. 2, Oktober 2011 47

spermatozoa tetap melakukan aktivitas seperti pergerakan dan metabolisme. Semakin lama waktu penyimpanan menyebabkan tingkat penurunan ph juga semakin besar karena selama penyimpanan proses metabolisme spermatozoa terus berlangsung baik secara aerob maupun anaerob. Toelihere (1993) dan Bearden dan Fuquay (1984) menyatakan bahwa metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerob menghasilkan asam laktat yang kian tertimbun dan menurunkan ph semen yang akhirnya menurunkan motilitas dan daya hidup spermatozoa. Menurut Toelihere (1993), kadar asam laktat yang cukup tinggi akan menghambat aktivitas metabolisme spermatozoa dan juga merupakan racun bagi spematozoa. Motilitas yang tinggi pada awal penelitian terjadi karena tersedianya sumber energi yang dibutuhkan, dimana motilitas sel spermatozoa berhubungan erat dengan proses metabolisme spermatozoa. Metabolisme bertujuan untuk menghasilkan ATP dan ADP yang dipergunakan untuk motilitas sel spermatozoa. Bila persediaan fosfat organik dalam ATP habis, maka kontraksi fibril sel spermatozoa akan berhenti sehingga motilitas juga berhenti. Motilitas spermatozoa juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan (Ax dkk., 2000). Pada riset ini spermatozoa disimpan pada suhu kamar (25-29 C) akibatnya motilitas individu pada semen yang telah diencerkan mengalami penurunan. Penurunan ini dapat disebabkan oleh penurunan suhu mulai dari dalam tubuh hewan jantan menuju suhu lingkungan dimana semen diproses (25-29 C). Disamping itu juga terjadi perubahan lingkungan yang berbeda dari kondisi lingkungan cair hasil sekresi kelenjar kelamin jantan menuju cairan pengencer yang digunakan serta kondisi proses keseimbangan sel-sel spermatozoa selama proses pengenceran. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya shock pada sel-sel spermatozoa sehingga motilitas individu menurun. Evans dan Maxwell (1987) menyatakan bahwa penurunan temperatur akan menurunkan metabolisme spermatozoa yang berakibat pada menurunnya produksi energi yang dapat dipergunakan sebagai energi mekanik (pergerakan) atau sebagai energi kimiawi (biosintesis). Selanjutnya Sexton (1978) menyatakan bahwa suhu penyimpanan yang ideal untuk menghasilkan fertilitas spermatozoa yang baik adalah 2,5 C. Makin tinggi suhu penyimpanan mengakibatkan metabolisme spermatozoa berlangsung lebih cepat sehingga sumber energi yang digunakan semakin cepat habis. Habisnya nutrien dan terjadinya penurunan ph akibat peningkatan kadar asam laktat akan menyebabkan kematian spermatozoa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengaruh bahan pengencer terhadap motilitas spermatozoa berbeda antar waktu pengamatan. Pada pengamatan 0 hingga 4 jam, motilitas spermatozoa pada P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P1 dan P3. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada P2 terdapat NaCl fisiologis, suatu larutan yang mempunyai daya penyangga ph (buffer) (Hunter, 1985) dan isotonik (Toelihere, 1993) sehingga dapat mendukung motilitas spermatozoa dalam waktu yang lebih lama. Hasil motilitas spermatozoa ayam kampung yang diencerkan dengan 80% NaCl fisiologis dengan penambahan 20% kuning telur menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa yang layak untuk diinseminasi dapat dicapai selama 4 jam dengan rataan motilitas 42,76 ± 4,13%. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Amah dkk. (2008) terhadap motilitas spermatozoa itik Manila yang diencerkan dengan NaCl fisiologis masih mencapai 44 ± 3,79% selama 4 jam. Motilitas spermatozoa yang diencerkan dengan 80% air kelapa dengan penambahan 20% kuning telur (P1) hanya mampu bertahan selama 0 jam (70,78 ± 5,61%). Demikian juga dengan P2, hanya mampu bertahan selama 1 jam (53,19 ± 13,46%). Hal ini diduga karena pada P1 dan P2 terdapat air kelapa yang kandungan mineralnya cukup tinggi sehingga menjadikan ph air kelapa cenderung asam yaitu 5,5 (Barliana dkk., 2007). Menurut Susilawati dan Hernawati (1992) ph merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya hidup spermatozoa sehingga berpengaruh terhadap motilitas dan daya fertilitas. Lake (1971) menyatakan bahwa Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung dalam Pengencer Air Kelapa, NaCl Fisiologis dan (Drh. Triva Murtina Lubis, M.P.) 48

spermatozoa unggas dapat bertahan pada ph terendah dengan rataan 6,8. KESIMPULAN Motilitas spermatozoa ayam kampung dalam pengencer NaCl fisiologis dengan penambahan 20% kuning telur setelah penyimpanan pada suhu 25-29 C lebih tinggi dibandingkan dengan motilitas spermatozoa ayam kampung dalam pengencer air kelapa dan kombinasi air kelapa-nacl fisiologis dengan penambahan 20% kuning telur. DAFTAR PUSTAKA Amah, S. K., Hariadi, M., dan Sabdoningrum, E.K., 2008. Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Itik Manila (Cairina moschata) dalam Pengencer Sari Buah Pisang dan Sari Buah Pepaya. Tesis. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya. Anonimus, 2010. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek. http://www. anggek. Org/ air-kelapa pemacu pertumbuhandan-pembungaan anggrek.html. [5 Januari 2011] Ax, R. L., Dally, M., Didion, B. A., Lenz, R.W., Love, C. C., Varner, D. D., Hafez, B., and Bellin, M. E., 2000. Semen Evaluation. In: B. Hafez & Hafez, E.S.E. (Ed.) Reproduction in Farm Animals. 7 th ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Ax, R. L., Dally, M., Didion, B. A., Lenz, R.W., Love, C. C., Varner, D. D., Hafez, B., and Bellin, M. E., 2000a. Artificial Insemination. In: B. Hafez & Hafez, E.S.E. (Ed.) Reproduction in Farm Animals. 7 th ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Barliana, R., Karouw, S., Towaha, J., dan Hutapea, R., 2007. Pengaruh Perbandingan Air Kelapa dan Penambahan Daging Kelapa Muda Serta Lama Penyimpanan Terhadap Serbuk Minuman Kelapa. J. Littri 13(12):73-80. Bearden, H. J. and Fuquay, J.W., 1984. Applied Animal Reproduction. 6 th ed. Prentice Hall. Upper Saddle River. New Jersey. Burrows, W. H and Quinn J. P., 1937. The collection of spermatozoa from the domestics fowl and turkey. Poult. Sci. 16:19-24. Evans, G. and Maxwell, W.M.C., 1987. Salmon s Artificial Insemination of Sheep and Goats. Worths, Sidney. Gaspersz, V., 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico, Bandung. Hafez, E. S. E., 1993. Semen Evaluation. In: Hafez, E.S.E. (Ed.) Reproduction in Farm Animals. 6 th ed. Lea & Febiger, Philadelphia. pp:405-423. Hardiyanto, 1993. Pengaruh Semen Ayam Segar Maupun Setelah Diencerkan dan Disimpan Melalui Inseminasi Buatan Terhadap Fertilitas dan Kematian Embrio Telur Ayam Kampung. J. Ilmiah Ilmu Ilmu Peternakan. 3(4): 47-56. Hunter, R. H. F., 1985. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Domestik. Diterjemahkan oleh H. Putra dan B. Matram. ITB, Bandung. Lake, P. E., 1971. The Male in Reproduction. In : D.J. Bell and B.M. Freeman (Ed). Physiology and Biochemistry of Domestic Fowl. Academic Press, London. pp : 246-267. Partodiharjo, S., 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Sexton, T. J., 1978. A new poultry semen extender 3. effect of storage condition on fertilizing capacity semen storage at 5 C. Poult. Sci. 28:283-288. Solihati, N., Idi, R., Setiawan, R., Asmara, I.Y. dan Sujana, B. I., 2006. Pengaruh Lama Penyimpanan Semen Cair Ayam Buras pada Suhu 5 C Terhadap Periode Fertil dan Fertilitas Sperma. J. Ilmu Ternak. 6 (1) : 7-11. Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan Kartasudjana, R., 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Susilawati, S. dan Hernawati, T., 1992. Penggunaan Pengencer Larutan Buah Agripet Vol 11, No. 2, Oktober 2011 49

Untuk Penyimpanan Semen Domba. Media Kedokteran Hewan. (3):3 Tanaka, K., Wada, T., Koga, O., Nishio, Y., and Hertelendy, F., 1994. Chick production by in vitro fertilization of the fowl ovum. J. Reprod. Fert. 100:447-449. Toelihere, M. R., 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung. Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung dalam Pengencer Air Kelapa, NaCl Fisiologis dan (Drh. Triva Murtina Lubis, M.P.) 50