Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta

dokumen-dokumen yang mirip
Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

Timbulnya Kata Imperialisme

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

Pendekatan Historis Struktural

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

2. SEJARAH INVESTASI. Page9 POKOK POKOK HUKUM INVESTASI INDONESIA

BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

10 Cara China Salip Ekonomi Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni

EKONOMI KERAKYATAN. Endang Mulyani

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

1. Perusahaan jaket kulit Isakuiki di daerah Y berproduksi untuk memenuhi permintaan pangsa pasar Eropa karena kualitasnya berstandar internasional

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

AMBIGUITAS POLITIK LUAR NEGERI BEBAS AKTIF: TERBELENGGU ATAU MERDEKA?

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Konsep-Konsep Dasar Ekonomi 1. Para Pelaku Pada dasarnya pembagian pelaku ekonomi hanya 2, yaitu: 1. Konsumen dan Produsen Konsumen adalah para

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Etika Bisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

JURUS-JURUS KAPITALISME MENGUASAI DUNIA

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

Tanggapan Anda dengan pernyataan Rektor UGM yang menyebut persen aset

PERKUMPULAN DHARMAPUTRI SMP KATOLIK STELLA MARIS SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pemikiran itu Takano Fusataro, salah satu pelopor Gerakan Buruh Jepang, mengemukakan bahwa:

Menjelaskan pengertian dari tenaga eksogen Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkab terjadinya kerusakan hutan


RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

KISI KISI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018

DEPENDENCY THEORY, GLOBALISASI, DAN PASAR TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB II GAMBARAN UMUM

Revolusi Industri: Latar Belakang, Proses Revolusi, & Dampaknya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB IV PENUTUP. UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam

BAB V PENUTUP. didalam ranah kajian ilmu-ilmu sosial bahkan hingga saat ini. Berbagai macam jenis

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Hikayat Kekayaan Yang Terus Mengalir Keluar

Transkripsi:

Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta http://www.aktual.com/membuka-tabir-rahasia-kolonialisme-dan-imperialisme/ Oktober 26, 2016 19:13 Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta. (Ilustrasi/aktual.com) Jakarta, Aktual.com Jadi kalau namanya risis ekonomi, apalagi yang mengarah pada depresi ekonomi atau malaise kalau meminjam istilah krisis ekonomi pada 1930 di AS, akar penyebabnya selalu kapitalisme. Kalau sebelum era kapitalisme, yang sering disebut era zaman abad pertengahan, produksi barang selalu atas dasar pesanan atau permintaan dari. Ada permintaan, ada pesan, baru barang diproduksi. Kalau di era kapitalisme, utamanya sejak abad ke-17 hingga sekarang, produksi dibuat bukan atas dasar pesanan, tapi untuk mengejar pasar. Jadi para juragan menaksir kira kira berapa yang membutuhkan barang yang diproduksi, lantas dilempar ke pasaran. Akibatnya seringkali meleset dari taksiran atau perkiraan para pengusaha yang memproduksi barang yang tanpa tahu persis berapa orang yang butuh, dan apa memang orang orang itu benar benar butuh. Maka, karena meleset, terjadilah over produksi. Nggak sinkron antara produksi dan konsumsi. Karena over produksi, perusahaan ambruk dan guling tikar, para tenaga kerja yang mengandalkan sumber penghidupannya dari perusahaan atau pabrik itu, harus menganggur. 1

Nah, ketika pengangguran meningkat, apalagi ketika teknologi modern semakin pesat, tenaga kerja mulai tergeser. Ketika orang orang menganggur semakin tinggi di Eropa, maka negara harus membiayai hidup para pengangguran tersebut. Darimana biaya untuk membiayai hidup para pengangguran itu? Dari keuntungan dunia usaha yang diberikan kepada negara melalui pajak. Tapi, begitu keuntungan dunia usaha mulai berkurang dan lantas habis, ke mana cari sumberdaya ekonomi baru untuk membiayai para pengangguran itu, agar para kapitalis itu tidak jadi amuk massa ketika mereka kelaparan? Solusinya adalah, melancarkan imperialisme dengan menjadikan negara-negara berkembang di dunia timur, sebagai daerah-daerah jajahan baru. Berarti, rakyat di negara-negara jajahan itulah yang dipaksa membiayai para pengangguran di Eropa dan Amerika Serikat, sejak abad ke-17 di era Kolonialisme klasik, hingga era neo-kolonialisme seperti sekarang ini. Ketika di negaranya sendiri over produksi, dan masyarakat negaranya tidak ada yang, mau beli barang hasil produksi para kapitalis itu, maka barang-barang itu mereka jual ke negara-negara jajahannya sebagai wilayah pasar baru buat mereka. Ketika di negaranya over produksi, kemudian terjadi pengurangan tenaga kerja, buruh kasar jadi langka, dan karena buruh sudah punya serikat buruh yang cukup kuat tawar menawar kepada majikannya, upah buruh jadi besar. Solusinya, mereka mengeksploitasi buruh murah di negara-negara jajahannya. Dengan begitu, pasar baru mereka dapat, bahan-bahan mentah buat diproduksi dalam rangka mengembangkan industri dalam negerinya juga dapat. Bahkan ketika over produksi dan produksi barang di negaranya tidak lagi prospektif, maka para kapitalis dengan restu negaranya, kemudian mengembangkan industrinya di negara-negara jajahan dengan dalih investasi asing. Begitulah, asal-usul kolonialisme dan imperialisme. Bedanya, kalau dulu namanya Kolonialisme Klasik, kalau sekarang Neo-Kolonialisme. Di tengah-tengah menajamnya persaingan global antara Amerika Serikat versus Republik Rakyat Cina di Asia Pasifik saat ini, ada baiknya kita merujuk kembali pada analisis-analisis ekonomi-politik Mohammad Hatta, mantan Wakil Presiden RI pertama. Dalam pandangannya yang disampaikan di depan para anggota Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda pada 1926, Hatta sangat tepat dan jitu dalam membedah akar-akar 2

timbulnya kolonialisme dan imperialisme kala itu. Yang nyatanya, masih relevan hingga sekarang. Sebab utama ekspansi kolonial terletak pada kebutuhan besar akan suplai dari pihak masyarakat yang dijajah. Sekarang ini faktanya kebutuhan setiap orang secara umum, dan terutama orang Barat yang karakternya sangat kuat berciri selfish, menunjukkan suatu konflik yang aneh, yang bermuara pada tindakan terorganisasi; jumlah kebutuhan yang tidak terbatas diperhadapkan dengan jumlah sarana pemuasan kebutuhan yang tidak mencukupi. Selanjutnya Hatta juga menyorot adanya indikasi kuat bahwa kolonialisme sejak awal mendapat dukungan dari sistem internasional yang ada: Dorongan untuk self-preservation akan menciptakan dalam diri masyarakat sebagai keseluruhan dalam sistem hukum internasional yang ada sekarang, suatu sifat yang sedikit banyak agresif. Mata mereka yang menatap penuh hasrat untuk memiliki segera akan mengarah pada wilayah-wilayah yang subur, di situ sumber-sumber kemakmuran berada di tangan penduduk asli setempat. Jalan damai untuk mendapatkan kekayaan produk itu tentulah lewat perdagangan yang intensif dengan daerah itu. Tetapi, sikap takut bersaing di satu pihak dan hasrat untuk mendapatkan monopoli sumber-sumber pendapatan di lain pihak, akhirnya berbuah penundukan secara kasar rakyat yang ada di situ dengan eksploitasi atas tenaga fisik dan Tanah Air mereka. Untuk mendukung skema kapitalisme global melalui metode kolonialisme dan imperialisme, Hatta memandang sistem internasional yang diberlakukan terhadap masyarakat internasional sama sekali tidak berbasis keadilan. Lebih lanjut Hatta mengatakan: Di dalam masyarakat internasional setiap tindakan dari yang terkuat dapat disebut benar, sekalipun itu mungkin berarti perampokan atau kekerasan. Itulah kenapa setiap dorongan rakyat terjajah demi rasa keadilan umum minta untuk diakui haknya untuk merdeka hampir selalu sia-sia dan sarana-sarana untuk mencapai kebebasan itu dapat diberangus. Kita tahu bahwa opini umum selalu dibentuk sebagian besar oleh opini masyarakat penjajah dan sekutu-sekutu mereka. Sebuah bangsa taklukkan harus menciptakan under its own steam(dengan uapnya sendiri) hak untuk hadir sebagai bangsa. Bagi Hatta, kolonialisme berarti merupakan penerapan hasrat-hasrat untuk merampok dan kerakusan negeri-negeri yang lebih kuat secara material untuk dapat memuaskan kepentingan ekonomi dan komersial mereka atas tanggungan negeri-negeri yang lebih lemah. 3

Dengan demikian, mustahil suatu hubungan internasional tercipta atas dasar kesetaraan dan keadilan, dan melalui perjanjian internasional yang saling menguntungkan. Sebab dalam realitasnya merupakan perampasan dengan cara kekerasan oleh suatu negara dengan mengeksploitasi penduduk suatu negeri, karena memiliki kekuatan dan potensi untuk menindas. Sehingga dalam kerangka hubungan yang diwarnai oleh kolonialisme dan imperialisme, yang dikedepankan adalah kepentingan dan kekuasaan. Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme yang diungkap Hatta pada 1926 ketika beliau masih berusia 24 tahun, nampaknya masih relevan hingga sekarang. Kalau dulu ketika Belanda menjajah Indonesia demi merebut bahan mentah pertanian seperti Rempah-Rempah dan Cengkeh, metode yang diterapkan adalah Kolonialisme Klasik, yang bersifat langsung dan menggunakan kekuatan bersenjata dalam menjajah bumi nusantara yang kala itu bernama Hindia Belanda. Sekarang, ganti kulit dengan sebutan Neo-Kolonialisme, yang bersifat tidak langsung dan non-militer, dalam menaklukkan geopolitik Indonesia. Metode yang dilakukan adalah melakukan penetrasi kepentingan korporasi-korporasi multinasional dan modal asing di beberapa sektor strategis negara seperti energi, migas, pertambangan dan bahkan pertanian, terhadap sektor-sektor strategis. Keberhasilan Freeport, Newmont dalam menguasai sektor mineral dan batubara dengan melumpuhkan Undang-Undang No 9 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara berdasarkan terbitnya PP No 1/2014 sehingga Freeport dan Newmont tetap mendapatkan hak-hak istimewa dari pemerintah Indonesia, merupakan bukti nyata diterapkannya Neo-Kolonialisme ala Amerika Serikat. Di sektor pertanian, Monsanto dan Dupont, beberapa waktu lalu, berupaya menyetir arah kebijakan pemerintah Indonesia, agar kedua korporasi multinasional yang bergerak di bidang Agro Ekonomi tersebut, mendapatkan hak-hak istimewa untuk memegang monopoli dalam penguasaan pasar pertanian di Indonesia, khususnya terkait Proyek Genetically Modified Organism(GMO) semacam Proyek Teknologi Rekayasa Genetika di Indonesia. Freeport, Newmont, Monsanto dan Dupont, sejatinya merupakan VOC-VOC gaya baru yang meneruskan metode Neo-Kolonialisme di Indonesia, sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sejak 1947, menyusul berakhirnya Perang Dunia II, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat, menggelar pertemuan Bretton Wood, yang kelak melahirkan dua organisasi bidang moneter berskala internasional: Bank Dunia dan IMF. 4

Keduanya menandai sebuah era baru dari metode Kolonialisme Klasik ke Metode Neo-Kolonialisme. Yang mana korporasi-korporasi multinasional menjadi kekuatan ekonomi global yang menggunakan modal asing sebagai senjata untuk menaklukkan negara-negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin, untuk merebut bahan-bahan mentah bagi pengembangan industri negara-negara mereka, dan mengurai pasar yang seluas-luasnya di negeri-negeri yang jadi sasaran kolonisasi mereka. Itulah sebabnya, Analisis Hatta dalam mengungkap Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme lebih dari satu abad yang lalu, nampaknya masih tetap berlangsung hingga sekarang. Hendrajit 5