Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sifat Benda Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SDN 1 Kalangkangan Tolitoli

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

Penggunaan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas X B di SMA Negeri 1 Gumbasa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelas IV SDN Tolole

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. melakukan suatu perbaikan yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Dalam

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai.jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Penerapan Teknik Pembelajaran Probing -Prompting Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

Bambang Supriyanto 36

BAB III METODE PENELITIAN

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 181 Pekanbaru tahun ajaran. 2013/2014 yang terdiri dari 46 orang siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

Oleh: KOMAROSIDAH Guru SD Negeri Buahkapas Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

p BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Diskusi di SDN Siney

ABSTRAK. Oleh : Nura, Aminuddin P.Putra, St. Wahidah Arsyad

Transkripsi:

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-A MTs MIFTAHUL ULUM BATOK, MADIUN Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang 1 Mahasiswa Fisika Universitas Negeri Malang 2,3 Dosen Fisika Universitas Negeri Malang E-mail: prillianafitria@yahoo.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) keterlaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, (2) peningkatan keaktifan, dan (3) peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun. Jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian berupa paparan data tentang keaktifan dan hasil belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan tes tulis. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi keaktifan, soal tes hasil belajar ranah kognitif, lembar observasi psikomotor, dan lembar observasi afektif. Analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: model inkuiri terbimbing, keaktifan, hasil belajar Hasil wawancara dengan guru fisika MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun diperoleh informasi bahwa pembelajaran fisika di MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun masih menggunakan metode konvensional yaitu pola pembelajaran yang berorientasi pada penyelesaian materi dengan menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Selama pembelajaran, guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa pasif dalam menerima pelajaran. Aktivitas yang dilakukan siswa pada umumnya mencatat, mendengar, mengerjakan soal-soal latihan pada buku teks yang telah ditentukan. Padahal belajar fisika tidak hanya berbatas pada proses memindahkan informasi dari guru pada siswa saja, akan tetapi siswa juga harus mampu mengartikan yang telah diajarkan oleh guru sesuai dengan pengetahuan awal dan pengalaman mereka. Metode pembelajaran seperti ini mengakibatkan kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep fisika yang diajarkan menjadi tidak maksimal. Selain fakta di atas, kecenderungan yang ada pada siswa kelas VIII-A saat mengikuti mata pelajaran fisika, yaitu siswa yang aktif (baik bertanya maupun mengutarakan pendapat) jika ditunjuk oleh guru. Siswa mencatat materi yang diajarkan oleh guru jika disuruh mencatat oleh guru. Terlihat sekali bahwa siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan pembelajaran yang dilakukan masih terpusat pada guru.

Menurut Djamarah (dalam Azizah, 2013) bahwa penggunaan satu metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar-mengajar (KBM) yang membosankan bagi anak, sedangkan penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam KBM di sekolah. Pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan jarangnya melakukan kegiatan praktikum mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk belajar sehingga mengakibatkan siswa tidak aktif. Hal ini terbukti berdasarkan wawancara dengan guru, ketika melakukan praktikum, sebagian besar siswa masih kesulitan mengoperasikan alat-alat praktikum. Siswa juga sering salah melakukan kegiatan praktikum karena tidak mengikuti langkah kerja yang telah tersedia melalui LKS. Selain itu, dalam menganalisis data dan membuat kesimpulan siswa juga masih belum terlatih, serta siswa kurang berani untuk mengkomunikasikan hasil praktikum. Pembelajaran model inkuiri terbimbing, siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaanpertanyaan yang bersifat membimbing. Siswa biasanya dituntut untuk aktif menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung tetapi guru tetap berperan sebagai pembimbing dan fasilitator belajar. Hasil belajar siswa kelas VIII-A di MTs Miftahul Ulum Batok masih dikatakan rendah karena dari 25 siswa yang nilainya di atas atau sama dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya lima siswa. Dua siswa di atas KKM dan tiga siswa sama dengan KKM, dua puluh siswa nilainya di bawah KKM. KKM untuk mata pelajaran IPA di MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun adalah 70. Jarangnya kegiatan praktikum membuat psikomotor siswa tidak terlatihkan. Berdasarkan keterangan guru, afektif yang dimiliki siswa juga masih rendah, yaitu sikap disiplin, jujur, peduli lingkungan dan sebagainya. Guru jarang melakukan penilaian terhadap psikomotor dan afektif siswa, sehingga psikomotor dan afektif siswa tidak terlihat. Melalui model inkuiri terbimbing, siswa diperkenalkan dan dilatih dengan seperangkat prosedur yang biasa dilakukan oleh para ahli dalam mengorganisasikan pengetahuan sampai menghasilkan prinsip yang menjelaskan sebab akibat. Siswa dilatih mengidentifikasi variabel dan menggali informasi melalui pengajuan pertanyaan, membuat hipotesis dan menguji hipotesis dengan cara mengumpulkan data. Setelah data terkumpul siswa dilatih untuk menganalisisnya melalui kegiatan praktikum. Kemudian menarik kesimpulan dengan manganalisis data dari informasi yang diperoleh selama melakukan praktikum, dan tahap terakhir yaitu menganalisis proses inkuiri. Melalui serangkaian kegiatan tersebut, sangat dimungkinkan keaktifan siswa akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun, (2) peningkatan keaktifan siswa kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun, dan (3) peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun. 2

3 METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau yang dalam bahasa inggris Classroom Action Research (CAR). PTK yaitu penelitian yang dilakukan di kelas sebagai upaya untuk mengkaji, dan merefleksi secara kritis suatu rencana terhadap kinerja (performance) guru. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun yang berlokasi di Desa Batok Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A dengan jumlah siswa 25 yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Penelitian ini dirancang menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan alur kegiatan yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa dan metode observasi untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, keaktifan psikomotor, dan afektif siswa. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi keaktifan, lembar observasi psikomotor, lembar observasi afektif, dan soal tes hasil belajar ranah kognitif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila skor hasil belajar siswa VIII-A pada pokok bahasan cahaya dan optik secara individu mencapai KKM yaitu 70 sedangkan dikatakan tuntas belajar klasikal apabila dari siswa satu kelas yang mencapai KKM minimal 70% dan untuk keaktifan siswa secara klasikal persentase minimal yang diharapkan sebesar 70% untuk setiap aspek keaktifan yang diamati. Dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu 1)reduksi data, 2)paparan data, dan 3)penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterlaksanaan Pembelajaran Pada hasil pengamatan observer terhadap keterlaksanaan pembelajaran di kelas oleh guru mendapatkan persentase rata-rata pada siklus I sebesar 83,33% dan mendapatkan kategori baik berdasarkan standar kualitas pencapaian keberhasilan (Arikunto, 2003: 245). Pada siklus II persentasenya sebesar 94,24% dengan kategori sangat baik. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran ini seiring dengan telah dilakukannya perbaikan terhadap kualitas mengajar pada siklus II. Pada siklus II ini, guru berusaha melakukan beberapa hal, yaitu (1) memancing siswa untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga guru juga bisa mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah didapatkan siswa, dan (2) menegur siswa yang bercanda dan kurang aktif saat pembelajaran, hal ini bertujuan agar semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa juga memperoleh pengetahuan yang maksimal mengenai materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran pada penelitian ini berjalan dengan baik. Keaktifan Penerapan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan

4 refklesi keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II. Pada aspek keaktifan siswa yang dinilai meliputi: bertanya, menjawab pertanyaan, melakukan eksperimen, diskusi kelompok, dan mengumpulkan tugas. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I ke Siklus II Keaktifan Siklus I Siklus II Persentase % Kategori Persentase % Kategori Bertanya 58 Cukup 73,6 Baik Menjawab Pertanyaan 56 Cukup 72,4 Baik Diskusi Kelompok 74,8 Baik 79,6 Baik Mengumpulkan Tugas 64,2 Cukup 71 Baik Rata-rata 63,25 Cukup 74,15 Baik Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada siklus I persentase keaktifan sebesar 63,25% dengan kriteria cukup dan belum memenuhi target ketercapaian. Pada siklus II persentase keaktifan sebesar 74,15% dengan kriteria baik dan sudah memenuhi target ketercapaian. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa meningkat sebesar 10,9%. Siklus I hampir seluruh siswa belum menunjukkan karakter keaktifan yang diharapkan. Sebagian besar siswa bertanya hanya ketika ditunjuk guru. Mereka ragu-ragu untuk bertanya. Siswa lebih sering menjawab secara serentak. Guru harus menunjuk salah satu siswa agar menjawab secara individu. Siswa masih kebingungan dalam mengoperasikan alat sesuai petunjuk praktikum. Siswa masih harus membutuhkan bimbingan guru dalam praktkum secara berlebih. Siswa sudah terbiasa berdiskusi dengan teman-temannya. Selain itu, kesadaran siswa untuk mengumpulkan tugas juga masih kurang. Siklus II keaktifan siswa yang telah tampak memuaskan adalah dalam hal menjawab pertanyaan. Siswa lebih berani untuk menyampaikan pendapatnya, meskipun dalam hal bertanya juga ada peningkatan tetapi dalam hal menjawab pertanyaan terlihat jelas peningkatannya. Dalam hal mengumpulkan tugas juga telah mengalami peningkatan. Dari peningkatan keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berdampak positif bagi peningkatan keaktifan siswa dan menjadikan siswa lebih semangat dalam belajar. Karena pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri terbimbing memberikan pengalaman belajar berupa kegiatan demonstrasi, eksperimen, diskusi, ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Sehingga pembelajaran yang dilalui siswa tidak membosankan dan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (dalam Azizah, 2013) bahwa penggunaan satu metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar-mengajar (KBM) yang membosankan bagi anak, sedangkan penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam KBM di sekolah. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Jadi secara tidak langsung, hasil belajar berpengaruh terhadap pembelajaran. Hasil belajar dalam hal ini adalah hasil belajar fisika yang merupakan suatu nilai untuk menunjukan hasil tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa

5 dalam proses belajar, berupa pemikiran dan tingkah lakunya. Pada Tabel 2 terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif. Tabel 2 Peningkatan Kognitif Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II Skor ulangan tertinggi 92 94 Skor ulangan terendah 28 66 Skor rata-rata kelas 60,2 77,1 Jumlah siswa yang mencapai KKM 5 11 22 Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 20 14 3 Persentase ketuntasan kelas 20% 44% 88% Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa ranah kognitif. Pada siklus I mengalami peningkatan persentase ketuntasan kelas sebesar 14%. Pada siklus II mengalami peningkatan persentase ketuntasan kelas sebesar 68%. Peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif ini dapat disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil belajar ranah kognitif pada siklus I diperoleh siswa yang mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau 44% dengan skor rata-rata kelas sebesar 60,2. Siswa mengerjakan 10 soal yang terdiri dari tingkat kognitif C1 sampai C3. Masih banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan dikarenakan kurangnya latihan soal. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal- soal, sehingga ketika diberi soal mereka masih sulit untuk memahami yang ditanyakan. Data hasil belajar siswa ranah kognitif siklus I. Hasil belajar ranah kognitif pada siklus II diperoleh siswa yang mencapai KKM sebanyak 22 siswa atau 88% dengan skor rata-rata kelas sebesar 77,1. Siswa mengerjakan 10 soal yang terdiri dari tingkat kognitif C1 sampai C3. Banyaknya siswa yang dapat mencapai ketuntasan dikarenakan banyaknya latihan soal. Siswa terbiasa mengerjakan soal- soal, sehingga ketika diberi soal mereka dapat dengan mudah untuk mengerjakannya. Dalam hal ini kriteria ketercapaian peneliti untuk hasil belajar berhasil jika rata-rata nilai kognitif sebesar 70. Pada siklus I rata-rata kelas mencapai 60,2 yang berarti bahwa hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan. Tetapi, setelah dilakukannya perbaikan dalam proses pembelajaran di siklus II, rata-rata kelas mencapai 77,1 yang berarti bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan. Tabel 3 Peningkatan Psikomotor Siswa Psikomotor Persentase % Kategori Persentase % Kategori Ketercapaian Target Melakukan percobaan 68,8 Baik 79,2 Baik Tercapai Pengumpulan data 66,7 Baik 74,1 Baik Tercapai Pembacaan skala 77,6 Baik 84,8 Baik Tercapai Penggunaan alat 71,6 Baik 74,8 Baik Tercapai Kerapian 60 Cukup 71,2 Baik Tercapai Rata-rata Siklus I 68,7 Baik 75,9 Baik Tercapai Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa ranah psikomotor. Pada siklus I rata-rata persentase psikomotor sebesar 68,7%. Pada siklus II rata-rata persentase psikomotor sebesar 75,9%, sehingga peningkatannya adalah 7,2%. Peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah

6 psikomotor ini dapat disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam hal ini kriteria ketercapaian peneliti untuk hasil belajar berhasil jika rata-rata nilai psikomotor sebesar 70. Pada siklus I dan siklus II rata-rata kelas mencapai >70 yang berarti bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan. Tabel 4 Peningkatan Afektif Siswa Afektif Persentase % Kategori Persentase % Kategori Ketercapaian Target Ingin tahu 71,2 Baik 77,6 Baik Tercapai Peduli Lingkungan 68,8 Baik 84,8 Baik Tercapai Toleran 72,8 Baik 87,2 Baik Tercapai Disiplin 72,8 Baik 78,4 Baik Tercapai Teliti 76 Baik 79,2 Baik Tercapai Jujur 78,4 Baik 84,4 Baik Tercapai Rata-rata Siklus I 73,33 Baik 81,9 Baik Tercapai Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa ranah afektif. Pada siklus I rata-rata persentase afektif sebesar 73,33%. Pada siklus II rata-rata persentase afektif sebesar 81,9%, sehingga peningkatannya adalah 8,6%. Peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah afektif ini dapat disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam hal ini kriteria ketercapaian peneliti untuk hasil belajar berhasil jika rata-rata nilai afektif sebesar 70. Pada siklus I dan siklus II rata-rata kelas mencapai >70 yang berarti bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan. Hasil belajar fisika siswa yang menngkat tidak terlepas dari peningkatan keaktifan siswa. Pemikiran siswa serta tingkah laku yang menjadi baik merupakan hasil dari pengalaman siswa dalam proses pembelajaran. Indikator keaktifan siswa berupa mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, diskusi kelompok, dan mengumpulkan tugas yang meningkat menyebabkan siswa memperoleh banyak pengalaman belajar, sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Zahara (2011:20) yang menyatakan bahwa penerapan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan siswa mengalami peningkatan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini adalah 1) Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun semester genap tahun pelajaran 2014/2015 terlaksana dengan baik di siklus I maupun siklus II, peningkatannya terjadi pada semua tahapan pembelajaran yang meliputi konfrontasi dengan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengorganisasi dan merumuskan penjelasan, dan menganalisis proses inkuiri. 2) Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah siswa yang

7 mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, diskusi, dan mengumpulkan tugas selama proses pembelajaran dalam siklus I dan siklus II. 3) Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII-A MTs Miftahul Ulum Batok, Madiun. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya nilai kognitif, psikomotor, maupun afektif siswa. DAFTAR PUSTAKA Azizah, Nurul. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-H MAN Malang 1. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA UM Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Zahara, Laxmi. 2011. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa. (online) (http:// download.portalgaruda.org. Diakses 6 April 2015)