BAB I PENDAHULUAN. Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah ini diarahkan



dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perangkat aturan maupun penerapan kebijakan pariwisata di Lombok Barat.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan dan investasi senantiasa menjadi dua sektor pendulang pendapatan

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dikembangkan di Indonesia saat ini. Perkembangan industri pariwisata

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

pulau Sumbawa. Lombok baru beberapa tahun saja mencuat sebagai daerah

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. segenap potensi yang dimiliki daerah untuk membangun dan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Sastrayuda, 2010). Bentang alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah ini diarahkan menjadi andalan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi, sekaligus dapat berperan dalam menciptakan peluang lapangan dan kesempatan kerja. Pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan pembangunan daerah Kabupaten Biak Numfor. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha usaha yang terkait di bidang tersebut. Pembangunan sektor kepariwisataan diharapkan akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dan memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat. Berbagai program partisipasi dan bantuan pembangunan kepariwisataan telah dikembangkan di Kabupaten Biak Numfor, khususnya Biak Timur dan Kepulauan Padaido oleh lembanga internasional, pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga ilmiah, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan perseorangan guna menunjang pengembangan sektor kepariwisataan di daerah ini. Program pembangunan wisata bahari di kabupaten Biak Numfor diharapkan dapat menunjang kehidupan ekonomi masyarakat luas, khususnya masyarakat asli (indigenous people) setempat yang berada di sekitar dan atau dalam lokasi wisata bahari. Wisata bahari berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam bahari yang berada di daerah ini untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata bahari. Wisata bahari merupakan kegiatan yang dikaitkan dengan olahraga air, memancing, berjemur, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar,

balapan mendayung, dan berkeliling taman laut. Kegiatan wisata bahari merupakan aktifitas yang memerlukan tempat dan peralatan yang memadai serta pengetahuan yang cukup tentang suatu kawasan bahari. Masyarakat dipandang dapat terlibat dan atau menunjang dalam kegiatan wisata bahari oleh wisatawan mancanegara dan domestik dalam penyediaan makanan dan minuman, tempat tinggal (homestay, cottage), pemandu (guide), pijat tradisional, sarana dan prasarana transportasi, penyediaan peralatan wisata bahari, hiburan berupa tarian, dan kegiatan kegiatan lainnya. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari diharapkan akan mampu memberikan tambahan pendapatan masyarakat secara memadai, disamping pendapatan dari sektor pembangunan lainnya. Pengembangan program pembangunan wisata bahari idealnya akan mengembangkan pula berbagai jenis lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat (insitu) maupun masyarakat diluar wilayah (objek) wisata bahari. Kegiatan wisata bahari idealnya pula akan meningkatkan pelibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat setempat secara aktif didalamnya, sebab masyarakat asli itu bermukim di sekitar dan atau di dalam objek wisata bahari dilakukan, memiliki lokasi wisata tersebut sesuai hak adatnya (hak ulayat), kehidupannya masih tergantung dari potensi sumber daya alam yang ada di wilayahnya (natural endowment), serta kehidupan sosial ekonominya masih sederhana sehingga perlu ditingkatkan. Kegiatan wisata bahari diharapkan akan berdampak positif terhadap kesejahteraan (pendapatan) masyarakat. Finsterbusch (1983 ) mengemukakan studi dampak ekonomi merupakan studi tentang konsekwensi ekonomi dari suatu rencana kegiatan program 2

pembangunan. Memfokuskan tentang dampak pada manusia sebagai akibat dari penerapan kebijakan, program dan proyek pembangunan ( wisata bahari ). Dampak pembangunan pariwisata bahari terhadap kehidupan ekonomi masyarakat, khususnya pendapatan masyarakat perlu diketahui, dipahami dan didalami secara baik setelah program pembangunan pariwisata bahari dicanangkan di daerah ini. Faktor ini merupakan indikator penting tentang sejauhmana program pembangunan kepariwisataan menguntungkan masyarakat sesuai dengan tujuannya meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat setempat. Kecamatan Biak Timur dan Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi kawasan wisata bahari. Kondisi pesisir pantai, terumbu karang (coral reef) dan lautan dinilai memiliki potensi alam yang sangat potensial dan menarik untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari. Daya tarik pesisir, terumbu karang, dan kelautan inilah yang membuat pemerintah menjadikannya sebagai kawasan wisata bahari melalui SK Menteri Kehutanan No.91/Kpts-97/VI/ 97. Sehubungan dengan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari maka perlu diketahui bagaimana dampak program pembangunan wisata bahari terhadap kondisi sosial ekonomi, khususnya pendapatan masyarakat setempat di kawasan terumbu karang di Biak Timur Daratan dan kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dikemukakan beberapa permasalahan dan atau pertanyaan penelitian sebagai berikut; (1) bagaimanakah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kepariwisataan bahari selama ini di Biak Timur dan Kepulauan Padaido; (2) bagaimanakah kondisi umum pariwisata 3

bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido; (3) sejauhmana kesiapan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari didaerahnya; (4) bagaimana bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di desanya; (5) seberapa banyak pendapatan masyarakat yang diterima dari kegiatan wisata bahari di kampungnya (desanya); (6) faktor faktor apa saja yang menghambat pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari; dan (7) upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari. 1.2 Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana dampak kebijakan pembangunan kepariwisataan bahari di Kabupaten Biak Numfor terhadap perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya pendapatan masyarakat di kawasan pesisir dan terumbu karang (coral reef) di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut: (1) Mengetahui kebijakan, program dan kegiatan pembangunan wisata bahari di Kabupaten Biak Numfor, khususnya di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido. (2) Mengetahui kondisi umum pariwisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido (3) Mengetahui kesiapan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya. (4) Mengetahui bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari dikampungnya. 4

(5) Mengetahui faktor faktor yang menghambat masyarakat terlibat dalam sektor wisata bahari didaerahnya. (6) Mengetahui pendapatan masyarakat yang diterima dari kegiatan wisata bahari di kampungnya. (7) Mengetahui upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari. 1.3 Sasaran Penelitian ini dilakukan untuk ikut menunjang meningkatkan pendapatan dan memberdayakan masyarakat kawasan terumbu karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan Kabupaten Biak Numfor Propinsi Papua. 1.4 Kerangka Konseptual Istilah pariwisata secara populer telah digunakan masyarakat secara luas, baik dikalangan instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat, sungguhpun demikian istilah pariwisata perlu diberi arti sesungguhnya. J. Cristopher Holloway dalam Pendit (1999) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kepergian orang orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari harinya serta kegiatan kegiatan mereka selama berada di tempat tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ ekskursi. Bergeraknya orang orang ini dapat dilukiskan sebagai berikut; banyak orang meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka untuk pergi buat sementara waktu ke tempat lain 5

(orang orang yang berbuat ini kebanyakan berasal dari luar negeri) dengan tujuan benar benar sebagai konsumen biasa dan sama sekali tanpa tujuan mencari nafkah atau pekerjaan di tempat yang dikunjungi sementara itu. Orang orang ini sebagai orang konsumen yang tidak menghasilkan tetapi mengeluarkan uang mereka untuk kebutuhan selama kunjungan mereka. Adanya orang orang luar tersebut dalam kenyataannya menambah hasil pendapatan masyarakat setempat dan perpajakan bagi tempat yang mereka kunjungi. Robert Mc Intosh dalam Pendit (1999) mengemukakan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan wisatawan ini serta para pengunjung lainnya. Didalam Undang Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan dikemukakan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha usaha yang terkait di bidang tersebut. Sesuai PATA (Pasific Asia Travel Association) dalam Twelft Annual Conference Working Paper, Jakarta 1963 dikemukakan bahwa istilah wisatawan pada prinsipnya haruslah diartikan sebagai orang orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 ( tiga ) bulan di dalam suatu negeri yang bukan merupakan negeri dimana biasanya ia tinggal. Mereka ini meliputi : 1. Orang orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya. 2. Orang orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau didalam hubungan sebagai utusan 6

berbagai badan atau organisasi ( ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, olahraga, keagamaan, dan sebagainya ). 3. Orang orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis. 4. Pejabat pemerintah dan orang orang militer beserta keluarganya yang diposkan disuatu negara lain hendaknya jangan dimasukkan dalam kategori ini; tetapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka hal ini dapat digolongkan sebagai wisatawan ( PATA, 1963) Wahab (1989) mengemukakan bahwa bentuk pariwisata dapat dibagi sebagai berikut; (1) menurut jumlah orang yang bepergian, dibedakan menjadi : (a) Pariwisata individu (b) Pariwisata rombongan (2) menurut maksud bepergian, dibedakan menjadi ; (a) Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai (b) Pariwisata budaya (c) Pariwisata pulih sehat (d) Pariwisata sport (e) Pariwisata temu wicara (3) menurut alat transportasi, dibedakan menjadi ; (a) Pariwisata darat (bis, mobil pribadi, kereta api) (b) Pariwisata tirta ( laut, danau,sungai ) (c) Pariwisata dirgantara (4) menurut letak geografis (a) Pariwisata domestik nasional (b) Pariwisata regional (c) Pariwisata internasional (5) menurut umur ( umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan ) (a) Pariwisata remaja (b) Pariwisata dewasa (6) menurut jenis kelamin 7

(a) Pariwisata pria (b) Pariwisata wanita (7) menurut tingkat harga dan tingkat sosial (a) Pariwisata taraf lux (b) Pariwisata taraf menengah (c) Pariwisata taraf jelata ( Wahab, 1989 ). Dari kerangka konseptual tentang kepariwisataan diatas menunjukkan bahwa kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan bahari akan berdampak terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan akan berdampak terhadap perkembangan dan atau perubahan kondisi ekonomi setempat dan berbagai pihak lainnya. Para wisatawan sebagai orang konsumen yang tidak menghasilkan tetapi mengeluarkan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan selama kunjungan mereka disuatu tempat wisata yang dalam hal ini adalah Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido dipastikan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Adanya orang orang luar tersebut (wisatawan) dapat menambah hasil pendapatan masyarakat setempat melalui berbagai keterlibatan masyarakat dalam kegiatan dan usaha jasa yang dilakukan oleh masyarakat. Pariwisata adalah gabungan gejala yang timbul dari interaksi wisatawan, swasta, pemerintah, dan masyarakat. Analisa dampak pembangunan wisata bahari terhadap pendapatan masyarakat terumbu karang, dapat diklasifikasikan dalam studi dampak sosial ekonomi. Menurut Carley dan Bustello (1984:5) ruang lingkup dampak sosial meliputi aspek demografi, sosial ekonomi, institusi dan psikologis dan sosial 8

budaya. Dampak ekonomi meliputi angkatan kerja, kesempatan kerja, perubahan pendapatan, kesempatan berusaha, dan pola tenaga kerja. Canadian Environmental Assessment Review Council ( CEARC ) yang dikutip oleh D Amore (1986:2) merumuskan ruang lingkup studi dampak sebagai berikut: 1. Perubahan yang berhubungan dengan kependudukan 2. Perubahan yang berhubungan dengan aspek ekonomi 3. Perubahan yang berhubungan dengan aspek budaya 4. Perubahan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dimana penduduk sangat tergantung (mis. Terumbu karang, pesisir pantai, kelautan, dan lainnya) 5. Perubahan yang berkaitan dengan fasilitas publik (mis. pembangunan sarana dan prasarana wisata bahari, pengembangan jasa wisata bahari, dan lainnya). Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14/ 1994 menyebutkan bahwa rona lingkungan ekonomi dalam analisa dampak meliputi: 1. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha (mis. guide, souvenir, makanan dan minuman). 2. Pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam (penyewaan lokasi wisata bahari untuk lembaga adat atau pemilik hak ulayat) 3. Tingkat pendapatan penduduk (masyarakat Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido) 4. Sarana dan prasarana perekonomian (mis. penyediaan sarana dan prasarana wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido) 5. Pola pemanfaatan sumber daya alam (pola pemanfaatan objek wisata bahari di Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido) Lang dan Armour (1981:89) mengemukakan bahwa perkiraan dampak adalah suatu proses untuk menentukan siapa yang akan terkena dampak, dengan cara (melalui proses) seperti apa dan untuk berapa lama dampak itu berlangsung. Secara ringkas 9

peneliti harus menyajikan; (1) siapa yang terkena dampak (who are going to be affected). Siapa menujukkan pada berapa orang yang terkena, ciri ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan ; sebagai nelayan, petani, pedagang, pemerintahan, dll, pendidikan ; SD, SMP, SMA, Akademi/ Universitas, suku bangsa ; Biak dan non Biak, kelompok masyarakat; tokoh masyarakat, pemerintah dan sebagainya). Siapa juga bisa menunjukkan satuan analisa; individu (kepala keluarga), keluarga (istri, anak, menantu,dll) atau masyarakat; (2) dalam bentuk apa ( in what way ) mereka terkena dampak, misalnya penduduk yang berada di sekitar atau dalam kawasan wisata bahari berdampak dalam bentuk pekerjaan sebagai pemandu, penyedia transportasi, pengelola cottage/ homestay, penyedia makanan dan minuman, penyedia honai/ pondokan, dll; dan (3) berapa lama dampak itu berlangsung.dalam penelitian diambil rentang waktu 5 tahun kebelakang. Dampak kegiatan pariwisata dari segi ekonomi sangat penting diketahui, karena hampir semua negara (suatu masyarakat) mengukur posisi dan manfaat pariwisata dalam suatu kaitannya dengan penerimaan ekonominya. Dampak ekonomi wisata antara lain: (1) Akibat terhadap neraca pembayaran (2) Akibat untuk kesempatan kerja (3) Akibat dalam mendistribusikan pendapatan (4) Hasil ganda (multiplier effect) (5) Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu (6) Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak) (7) Hasil tiruan yang mempengaruhi masyarakat (8) Keperluan lainnya (wahab, 1989 ) Dalam pemahaman konseptual seperti ini maka penelitian ini berupaya untuk mengetahui secara mendalam tentang sejauhmana kebijakan, program dan kegiatan wisata bahari di Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido berdampak terhadap 10

kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya pendapatan keluarga. Indikator dampak sosial ekonomi menggunakan analisis dalam kerangka konseptual analisis dampak sosial ekonomi. 1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Biak Numfor, khususnya di Biak timur Daratan dan Kepulauan Padaido. Pemilihan lokasi ini didasarkan oleh beberapa pertimbangan; (1) ditetapkan sebagai daerah wisata bahari secara nasional dan daerah; (2) terdapat kebijakan, program dan kegiatan wisata bahari di daerah ini; (3) terdapat masyarakat asli yang berada disekitar dan dalam kawasan wisata bahari; (4) perlu diketahui sejauhmana dampak program pembangunan wisata bahari terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya pendapatan masyarakat di kawasan terumbu karang. (lihat Bagan Alir Penelitian) Tabel 1 Jumlah Responden pada lokasi penelitian di Biak Timur dan Padaido NO BIAK TIMUR Jumlah NO PADAIDO Jumlah Responden Responden 1 Desa Saba 8 1 Desa Wundi 4 2 Desa Wadibu 7 2 Desa Pasi 4 3 Desa Anggopi 6 3 Desa Samber Pasi 3 4 Desa Anggaduber 10 4 Desa Mbromsi 6 5 Desa Animi 4 5 Desa Nyansoren 16 6 Desa Tanjung Barari 5 6 Desa Meosmangguandi 2 7 Desa Padaidori 5 11

Metode Pengumpulan data Pengumpulan data lapangan menggunakan metode observasi, wawancara menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (depth interview) dan dokumentasi. Metode wawancara menggunakan kuesioner dilakukan terhadap sejumlah anggota masyarakat di kedua wilayah wisata bahari yang diketahui pernah terlibat kegiatan wisata bahari di daerahnya. Metode depth interview menggunakan pedoman wawancara dilakukan terhadap stakeholder tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, swasta, pemerintah dan pihak Coral Reef Management Program (COREMAP) yang merupakan pihak pihak yang dipandang lebih mengetahui baik perkembangan dan persoalan pembangunan wisata bahari di daerah Biak timur daratan, kepulauan Padaido dan Kabupaten Biak Numfor umumnya. Kesulitan yang dihadapi dalam penghitungan pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari antara lain: (1) periode waktu penerimaan pendapatan dari sektor wisata diperhitungkan 5 (lima ) tahun terakhir sehingga cukup sulit bagi masyarakat untuk memastikan jumlah penerimaan pendapatan yang diterima secara pasti, tepat dan rinci serta bentuk bentuk pengeluaran pendapatan, (2) sumber pendapatan dari sektor wisata bahari tidak secara terus menerus sepanjang tahun sehingga cukup sulit untuk menentukan secara pasti rata-rata pendapatan selama 5 (lima) tahun terakhir,(3) penerimaan pendapatan dari sektor wisata bahari terkadang bukan dalam bentuk uang tunai (cash), (4) tidak semua kegiatan wisata bahari di kampungnya, (5) kemampuan masyarakat untuk mengingat yang relatif masih lemah (terbatas), (6) kadang masyarakat tidak menyadari bahwa kegiatan dan pendapatan yang dikerjakan dan diperoleh merupakan hasil dari sektor wisata 12

bahari. Hambatan teknis lainnya adalah keadaan musim angin dan gelombang yang terjadi dimana dalam sebulan cuaca bisa berubah dalam hitungan minggu.bila minggu pertama teduh dan tenang maka minggu berikutnya angin dan bergelombang. Tabel 2 Stakeholder Biak Timur Dan Padaido Jabatan Stakeholder Keterangan Stakeholder Keterangan Biak Timur Padaido TOMAS 2 orang 5 orang Ka. Adat LSM 1 orang Runsram 1 orang Runsram, Pengelola cottage Pemerintahan 3 orang Kades, Sekdes 2 orang Camat, kades Tabel 3 STAKEHOLDER KOTA BIAK Jabatan Jumlah Keterangan Stakeholder DIPARDA 1 Ka. Diparda BAPPEDA 1 Ka. Bappeda COREMAP 2 Koord. MCS AKADEMI 3 LIPI, Uncen HOTEL 1 Manager Hotel Arumbai TRAVEL 1 Manager Biak Paradise DIVING CENTRE 1 Pemandu selam pada Biak Diving 13

Pengumpulan data data sekunder juga dilakukan di berbagai institusi yaitu; Diparda, Coremap, Biak Diving untuk mendapatkan gambaran (kejelasan) yang lebih baik tentang semua aspek yang berhubungan dengan pembangunan wisata bahari dan aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan wisata bahari di kawasan Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Data primer yang diperoleh dari kuesioner diproses menggunakan SPSSpc untuk mendapatkan berbagai hasil analisis antara lain; jenis, intensitas, ciri, determinan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari, perubahan pendapatan responden, jenis imbalan jasa, bentuk pelayanan dan biayanya, serta jenis pekerjaan dan jumlah pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari yang dibutuhkan untuk menjelaskan dampak pembangunan pariwisata bahari terhadap sosial ekonomi masyarakat. Analisis data menggunakan metode deskriptif analisis memanfaatkan data-data hasil pengolahan SPSSpc, wawancara mendalam dan data sekunder. 14

Bagan Alir Penelitian Dampak Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan Hipotesis Observasi Awal Studi Literatur Analisis Permasalahan Penentuan Teknik Pendekatan Penelitian Kondisi Sosek Masyarakat Pengumpulan Data Primer Pengolahan Data Analisis dan Interpretasi Output Penelitian Laporan Peta Selam dan gambar Wisata Bahari 15

BAB II KONDISI LOKASI PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis dan Kegiatan Wisata Bahari Biak Numfor Secara geografis Kabupaten Biak Numfor terletak pada Bujur Timur 134 47 136, dan Lintang Selatan pada 0 55-30 2. Luas wilayah sekitar 3.130 km 2. Terdapat sekitar 66 pulau terdiri dari 3 (tiga) pulau besar yaitu Pulau Biak, Pulau Supiori dan pulau Numfor, serta terdapat 62 pulau pulau kecil yang berada di sekitarnya, yang merupakan pulau pulau terumbu, seperti Kepulauan Padaido atas, Padaido bawah dan Supiori. Secara administrasi, sebelah Utara berbatasan dengan samudera Pasifik, sebelah Timur berbatasan dengan samudera Pasifik, sebelah Barat berbatasan dengan selat Woniai, dan sebelah selatan berbatasan dengan selat Yapen. Topografi wilayah mempunyai kemiringan yang bervariasi. Daerah dataran terdiri dari dataran rendah, landai, berbukit-bukit, dan berbentuk jajaran perbukitan dengan ketinggian maksimum 150-200 meter diatas permukaan laut. Terdapat daerah dengan ketinggian 10-40% dengan tebing-tebing curam mencapai ketinggian 25-50 meter, serta lereng-lereng curam yang mencapai ketinggian 25-50 meter, serta lereng-lereng karang dalam komposisi berteras dengan kemiringan lebih dari 20%. Gunung tertinggi terdapat di Kepulauan Supiori (100-300 meter). Di sebelah Barat dan Utara pulau Biak terdapat daerah yang bergelombang dengan ketinggian antara 100-200 meter di atas permukaan laut, kemudian membentuk gugusan perbukitan yang membentang dari arah Barat ke Timur. Semakin ke sebelah Timur daerah ini membentuk pesisir, kadang terdapat daerah datar berkarang bergelombang menyebar 16

di sepanjang garis pantai, diselingi dengan pantai berpasir yang panjangnya berkisar 100-200 meter. Pulau-pulau kecil terdapat di sekeliling Pulau Biak dan Supiori, meliputi gugusan pulau-pulau Padaido Atas, Padaido Bawah, Pulau Numfor, Pulau Rani, Meosmangguandi, Meospuri, Meospandi, dan Meoswundi. Topografi pulau-pulau tersebut bervariasi, seperti; daerah dataran, berbukit-bukit kapur di bagian tengahnya atau di sekeliling pesisir pulau. Terdapat pulau-pulau yang datar dengan ketinggian antara 0-5 meter dari permukaan laut, dikelilingi pantai pasir putih yang indah (yenandir bepyun) sebagai objek wisata pantai. Pulau-pulau kecil ini dikelilingi coral reef (rose) yang luas, seperti yang terdapat di Kepulauan Padaido dan Biak timur daratan. Kondisi pasir putih dan dan terumbu karang (coral reef) ini kini telah menjadi potensi wisata bahari yang dikembangkan oleh pemerintah daerah Biak Numfor, lembaga swadaya masyarakat (Runsram), swasta dan masyarakat asli di wilayah tersebut. Iklim di daerah Biak Numfor, khususnya Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido dipengaruhi oleh perubahan cuaca setiap tahun oleh karena bertiup angin secara bergantian dari arah Timur ke Barat disebut wamuren (dalam bahasa daerah setempat), dan dari arah Barat ke Timur disebut wambaren (dalam bahasa daerah setempat). Kondisi angin setiap tahun sangat mempengaruhi pula perilaku atau kegiatan masyarakat setempat didaerah perairan. Pada musim angin menciptakan dan atau menyebabkan gelombang (ombak) besar yang sangat membatasi pergerakan atau aktivitas masyarakat setempat dan wisatawan yang ingin berwisata ke Kepulauan Padaido. Pada bulan-bulan musim gelombang praktis kegiatan wisata bahari di 17

Kepulauan Padaido tidak bisa berlangsung secara baik dan atau sangat terbatas. Pada musim gelombang sekitar bulan September sampai dengan Januari setiap tahun umumnya kegiatan masyarakat nelayan di lautan praktis berhenti pula, seperti pelayaran, penangkaran ikan, mobilitas dari kepulauan Padaido ke kota Biak dan sebaliknya serta penyeberangan antar pulau lainnya. Kondisi arus dipengaruhi pula oleh kondisi musim atau angin juga sehingga mempengaruhi kegiatan dan atau aktifitas masyarakat nelayan dan wisatawan manca negara maupun domestik. Kondisi arus yang cukup bergerak kuat kurang menguntungkan atau memberi keamanan secara tehnis bagi kegiatan penyelaman wisatawan di perairan kepulauan Padaido, sebagimana diungkapkan seorang anggota LSM yang biasa mengelola wisata bahari terhadap wisatawan manca negara atau turis internasional...objek wisata bahari di Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan menghadapi kendala periode musim gelombang yang berlangsung selama kurang lebih 6 (enam) bulan di daerah ini. Praktis semua kegiatan wisata bahari terhenti pada periode musim gelombang. Para wisatawan asing (manca negara) maupun domestik serta masyarakat setempat sudah memahami kondisi alam ini. Kondisi geografis (alam) ini pula yang cukup berpengaruh terhadap pengembangan wisata bahari di wilayah ini, selain faktor-faktor lainnya. Dalam kondisi geografis demikian maka kegiatan wisata bahari praktis hanya bisa berlangsung sekitar 6 (enam) bulan dalan satu tahun. Kondisi seperti ini memang berbeda dengan objek wisata bahari lainnya di Indondesia seperti Bali dan Menado (bunaken) dimana kegiatan wisatanya bisa berlangsung setiap tahun. Pengaruh musim ini berakibat pula terhadap semakin kecilnya dampak pembangunan pariwisata bahari terhadap ekonomi masyarakat kawasan terumbu karang. Posisi geografis kabupaten Biak Numfor memang sangat memungkinkan untuk pengembangan pembangunan pariwisata, khususnya wisata bahari oleh karena secara internal memiliki potensi alam 18

bahari yang sangat menarik untuk pengembangan wisata bahari. Kawasan terumbu karang (coral reef), pesisir, dan biota laut yang ada di daerah ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia sehingga sangat menguntungkan secara ekonomi apabila dikelola secara profesional dan melibatkan masyarakat secara proporsional. Secara eksternal posisi geografis daerah ini juga tidak terlepas dari tata kawasan tersebut terhadap jaringan transportasi nasional dan internasional (apabila penerbangan internasional di buka kembali) yang akan memperlancar pergerakan wisatawan internasional dan mancanegara. Pada saat ini wisatawan internasional ke wilayah ini menggunakan penerbangan rute nasional, tetapi apabila penerbangan internasional dibuka kembali maka akan sangat mendukung mobilitas turis manca negara ke objekobjek wisata bahari di wilayah ini. 2.2 Transportasi dan Wisata Bahari di Biak Kabupaten Biak Numfor pada beberapa saat lalu masih memiliki kemungkinan sebagai bagian dari kecenderungan umum jaringan transportasi (wisatawan) internasional yang melintas dan atau singgah memanfaatkan sarana dan prasarana wisata bahari di Biak Numfor, khususnya wisata bahari di Biak Timur daratan dan kepulauan Padaido, sebelum wisatawan mancanegara itu melanjutkan ke tujuan utama. Keadaan ini bisa dipertahankan dan dikembangkan apabila tersedia sarana dan prasarana wisata bahari yang mampu menarik wisatawan mancanegara. Pembukaan penerbangan internasional akan sangat mendukung pengembangan wisatawan bahari ke daerah ini. Hingga kini (Oktober 2002) penerbangan internasional melalui bandara internasional Frans Kaisepo belum dibuka sejak ditutup beberapa tahun lalu. 19

Pengembangan penerbangan kota besar di Asia Tenggara dan Pasifik atau Australia Utara, sebagai asal generasi wisatawan akan bisa diharapkan untuk menunjang pengembangan wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido. Potensi wisata di daerah ini bisa menjadi pintu gerbang yang berfungsi mendistribusikan dan menahan wisatawan mancanegara dan atau domestik apabila materi wisata bahari dapat semakin berkualitas atau berkembang di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido akan menjadi daya tarik utama wisatawan bahari. Pengembangan pariwisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido serta tempat wisata bahari lainnya, sangat erat kaitannya dengan pengembangan sektor transportasi atau perhubungan, khususnya wisatawan mancanegara atau wisatawan internasional, sebab wisatawan domestik belum bisa diharapkan untuk dapat memanfaatkan, menggunakan dan menikmati secara maksimal objek wisata bahari. Wisatawan domestik secara ekonomi belum terlalu mampu untuk memberikan kontribusi ekonomi atau pendapatan terhadap masyarakat setempat. Kemampuan wisatawan domestik untuk memanfaatkan atau menggunakan sarana dan prasarana penunjang wisata bahari umumnya lebih terbatas di bandingkan wisatawan manca negara. Pengeluaran dana wisatawan mancanegara untuk berbagai kebutuhannya dalam wisata bahari biasanya lebih banyak sehingga akan lebih bisa mendukung secara baik pengembangan wisata bahari di daerah ini. Secara internal kondisi transportasi dari kota Biak ke lokasi wisata bahari di Biak Timur Daratan sudah cukup bagus, karena merupakan jalan raya yang sudah beraspal. Jalan menuju kampung (desa) Saba, Wadibu, Anggopi, Anggaduber, Animi, Tanjung Barari dapat ditempuh melalui rute jalan raya dari Kota Biak. Waktu yang dibutuhkan 20

setiap wisatawan dari kota Biak ke tempat-tempat wisata (kampung-kampung) itu sekitar 45-65 menit sehingga tidak terlalu lama. Sarana transportasi yang dapat dipakai seperti kendaraan umum dan kendaraan roda dua. Sarana dan prasarana trasportasi yang dapat dipakai seperti kendaraan umum dan kendaraan roda dua. Sarana dan prasarana transportasi yang baik sangat menunjang pengembangan kegiatan wisata bahari di Biak Timur Daratan, walaupun memang dipahami kondisi transportasi yang baik itu hanya merupakan salah satu faktor penunjang pengembangan wisata bahari di daerah ini, masih ada determinan lainnya yang mempengaruhi perkembangan wisata bahari di daerah ini. Biasanya para wisatawan mancanegara dan domestik yang ke Biak Timur daratan menggunakan mobil sewaan, sedangkan masyarakat kota lainnya biasanya menggunakan kendaraan umum (angkot), kendaraan pribadi dan roda dua. Sarana transportasi ke Kepulauan Padaido dari kota Biak selama ini menggunakan perahu tempel (motor Jonson) yang jadwal keberangkatannya tidak tetap. Biasanya jadwal keberangkatan masyarakat pulang pergi dari kota Biak ke Kepulauan Padaido ini disesuaikan dengan kepentingan pemilik perahu, kecuali apabila ada seseorang dan atau suatu kelompok orang mampu menyewa perahu motor maka ia dapat saja langsung menyewa untuk berbagai kepentingannya, termasuk kepentingan melakukan kegiatan wisata bahari. Terdapat kebiasaan masyarakat apabila hari pasar maka masyarakat secara bersama-sama menyewa perahu untuk membawa hasil produksi rumah tangga untuk dipasarkan didaerah perkotaan Biak. Wisatawan sebagian besar menggunakan perahu sewaan (carteran) menuju objek-objek wisata bahari, namun ada pula wisatawan yang ikut bersama-sama rute perjalanan masyarakat menuju 21