Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

ا ن ف ي خ ل ق الس م او ات و الا ر ض و اخ ت لا ف الل ي ل و الن ه ا ر ل ا ي ات ل ا و ل ي الا ل ب اب

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

I. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna jasa penyuluhan

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

3 KERANGKA PEMIKIRAN

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

IKU TAHUN 2017 SUB BAGIAN UMUM, KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN ASET DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG INDIKATOR KINERJA TARGET

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

4.b PENETAPAN KINERJA (PK) TAHUN 2014 (SEKRETARIS & KEPALA BIDANG)

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Minapolitan

ARAH KEBIJAKAN PENYULUHAN MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Kawasan Cepat Tumbuh

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

V. GAMBARAN UMUM KOMODITAS KOPI LAMPUNG BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional dan Daerah (Agropolitan)

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor 1 Nurfadhilah, 2 Ivan Chofyan 1,2 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: fadhilahdila24@yahoo.co.id, vanchofyan@yahoo.co.id Abstrak: Kecamatan Leuwiliang merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan di Kabupaten Bogor. Kawasan Agropolitan Leuwiliang memiliki produk unggulan yakni manggis yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan, namun tidak didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Tidak adanya fasilitas penunjang ini tentunya akan menurunkan kualitas hasil budidaya manggis sebagai produk unggulan Kecamatan Leuwiliang. Berdasarkan latarbelakang tersebut, maka tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah menentukan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung terhadap pengembangan kawasan agropolitan manggis dan menyusun strategi pengembangan kawasan agropolitan manggis di kecamatan Leuwiliang.Untuk mengembangkan kawasan agropolitan di Kecamatan Leuwiliang ini menggunakan analisis sarana dan prasarana pendukung langsung agropolitan dan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan kawasan agropolitan manggis di wilayah studi. Hasil dari keseluruhan proses analisis maka kawasan agropolitan Leuwiliang masih memiliki kelemahan baik dalam sarana pendukung langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penting memanfaatkan segala kekuatan dalam meminimalisir ancaman, maka strategi atau langkah konkrit utama yang bisa direkomendasikan adalah memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan manggis, pemberian pelatihan dan pendampingan usaha olahan dari manggis agar tercipta nilai tambah dan harga yang kompetitif serta peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur di Kecamatan Leuwiliang. KataKunci: Agropolitan, Sarana dan Prasarana, dan Manggis. A. Pendahuluan Kawasan agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, dan mengacu pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya. Pada kawasan tersebut terdapat komoditas unggulan, yang dikembangkan dalam berbagai sentra kegiatan agribisnis, serta usaha penunjang lainnya, sehingga mendorong kawasan tersebut berkembang menjadi Kawasan Agropolitan. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan agropolitan yang ditetapkan berdasarkan SK Mentan No. 312/TU.210/A/X/2002 perihal penetapan kawasan agropolitan tahun 2002 serta kedudukannya yaitu sebagai hirarki II dalam lingkup Kabupaten Bogor. Dalam penetapan kawasan agropolitan tersebut ditetapkan salah satu desa di Kecamatan Leuwiliang yaitu Desa Karacak yang merupakan pusat kawasan agropolitan dengan komoditas unggulan manggis dan didukung 4 desa lainnya yaitu Desa Karyasari, Desa Barengkok, Desa Leuwiliang, dan Desa Leuwimekar yang terbentuk menjadi Kawasan Agropolitan Leuwiliang. Kebun manggis yang tersebar di wilayah ini berasal dari hutan sekunder dengan tanaman manggis yang sudah ada secara turun temurun. Dengan keseluruhan luas lahan sekitar ±320 Ha dan dengan jumlah pohon mencapai 10.000 pohon yang tersebar di beberapa desa. Kawasan agropolitan Leuwiliang ini merupakan salah satu pemasok manggis yang besar dalam 26

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor 27 kegiatan ekspor buah-buahan tropika Indonesia. Kawasan Agropolitan Leuwiliang dengan produk unggulan manggis apabila dilihat lebih lanjut memiliki potensi yang cukup tinggi, namun tidak didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Tidak adanya fasilitas penunjang ini tentunya akan menurunkan kualitas hasil budiadaya manggis sebagai produk unggulan Kecamatan Leuwiliang.Dalam rangka mendorong kegiatan off farm di desa maka pengembangan strategi berbasis industri perlu dikedepankan. Strategi ini ditunjang dengan pembagunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pertanian di desa. Seperti halnya kota yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Dengan dilakukannya pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang ini diharapkan dapat menjadi alternatif solusi yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa melupakan pembangunan perkotaan dan diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan dengan wilayah produksi pertanian. Melalui pendekatan sistem Kawasan Agropolitan, manggis akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan sebelum dijual ke pasar (ekspor), sehingga nilai tambah tetap berada di Kawasan Agropolitan. Tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah menentukan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung terhadap pengembangan kawasan agropolitan manggis dan menyusun strategi pengembangan kawasan agropolitan manggis di kecamatan Leuwiliang. B. Landasan Teori Agropolitan terdiri dari dua kata, agro dan politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.konsep pengembangan agropolitan (mengacu pada tulisan Friedmann dan Mike Douglass. Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat b) Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai c) Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain. d) Memiliki sumber daya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan agropolitan secara mandiri e) Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan. Pusat kawasan agropolitan merupakan daerah yang menjadi titik pertumbuhan wilayah inti bagi desa-desa disekitarnya. Wilayah yang menjadi pusat kawasan agropolitan menyediakan fasilias-fasilitas pelayanan dasar dan pasar untuk komoditas yang dihasilkan oleh wilayah pedesaan serta menyediakan infrastruktur perkotaan, seperti pasar, jalan, listrik, balai penyuluhan pertanian, gudang penyimpanan, industri pengolahan. Pengembangan suatu kawasan agropolitan harus mengikuti pengelolaan kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang kawasan agropolitan, arahan pengembangannya sebagai berikut: Perencanaan Wilayah dan Kota, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

28 Nurfadhilah, et.al. a) Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri pertanian secara lokalita c) Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang kegiatan di kawasan agropolitan d) Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan agropolitan dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya aspek kawasan permukiman dan industri. C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dari wilayah studi maka sesuai dengan tujuan penelitian akan dibahas ketersediaan sarana dan prasarana pendukung langsung agropolitan dan strategi pengembangan sebagai berikut: 1. Analisis ketersediaan sarana pendukung langsung agropolitan dalam Wilayah Studi dilakukan terhadap: a) Gudang Penyimpanan Ketentuan ukuran gudang yang digunakan untuk penyimpanan hasil panen buah manggis ini pun merupakan ukuran kecil, seperti yang tertera pada pasal 2 Permendagri tersebut, yakni dengan ukuran luas 10x10 m 2 yang dapat menampung hasil produksi sebanyak 13.403,53 ton pada tahun 2013 dengan fasilitas gudang pencucian, pengepakan dan penyimpanan hasil produksi. Keadaan gudang yang terdapat di Kecamatan Leuwiliang ini terletak di Desa Karacak kampung Cengal dengan keadaan saat ini sudah memadai namun gudang penyimpanan ini hanya berfungsi sebagai gudang penyimpanan saja belum terdapat kegiatan produksi seperti pengolahan buah manggis. Sehingga perlu peningkatan serta pemeliharaan luasan gedung untuk dijadikan tempat pengolahan buah manggis dan penambahan alat-alat pendukung produksi buah manggis. b) Pasar Di Kawasan Agropolitan Leuwiliang sudah tersedia pasar umum 4 unit namun di Kecamatan Leuwiliang belum memiliki pasar khusus agropolitan yang memadai. Berdasarkan hasil analisis Pasar agropolitan yang dipusatkan di Desa Karacak ini nantinya akan berfungsi sebagai wadah untuk para petani dalam menjual hasil pertanianya baik dalam bentuk buah manggis utuh maupun dalam bentuk olahan manggis seperti jus buah manggis, dodol manggis dan olahan buah manggis lainnya, serta sebagai tempat untuk membeli keperluan pertanian seperti sarana produksi pertanian (benih, pupuk, dan obat-obatan), dan alat pertanian lainnya. Selain itu pasar agropolitan ini bisa berfungsi sebagai sarana promosi dan pusat informasi pengembangan agribisnis. c) Balai Penyuluhan Pertanian Aktivitas penyuluhan pertanian di Kawasan Agropolitan Leuwiliang dilaksanakan oleh Balai Pasca Panen yang berlokasi di pusat pertumbuhan yakni Desa Karacak. Proses penyuluhan pertanian dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Aktivitas penyuluhan dan pendampingan kepada petani di zona ini juga telah diimplementasikan oleh Balai Pasca Panen bekerjasama dengan LSM. Keberadaan LSM inilah yang kemudian mengenalkan petani dengan teknik budidaya yang lebih baik dari kebiasaan yang dilakukan. Pendekatan demplot (demonstrasi plot) dengan praktek langsung yang dilakukan oleh anggota LSM terutama LSM Serikat Petani Indonesia dan Nastari membuat minat masyarakat untuk mencoba hal baru menjadi tinggi. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sains dan Teknologi)

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor 29 d) Lembaga Keuangan Lembaga keuangan yang terdapat di beberapa desa di Kecamatan Leuwiliang ini terdapat BRI dan BPR selain itu terdapat koperasi dan micro finance yang dikelola oleh LSM. e) Jaringan Jalan Terkait dengan sarana transportasi dan jaringan jalan untuk mendukung Kawasan Agropolitan Leuwiliang yang berbasis komoditas manggis sampai saat ini masih belum terealisasi. Hasil observasi yang dilakukan penulis belum ada transportasi khusus yang mengangkut hasil panen, biasanya petani manggis menggunakan alat transportasi masing-masing dari petani atau melakukan penyewaan mobil losbak atau ojek. Padahal jarak yang harus ditempuh dari desa utama (Desa Karacak) ke kebun manggis cukup jauh. f) Industri Pengolahan Dalam perencanaan jangka panjang, potensi kulit manggis di Kawasan Agropolitan Leuwiliang idealnya dapat diolah dari kulit bagian dalam dan luar dalam bentuk bubuk untuk dijadikan bahan baku industri tepung kulit manggis dan obatan-obatan. Proses pengolahan kulit manggis menjadi bentuk bubuk dapat dlakukan di Desa Utama yakni Desa Karacak dengan bekerjasama dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Kulit manggis yang sudah berbentuk bubuk ini tentunya dapat dijadikan bahan baku industri lain seperti obatan-obatan yang diproduksi oleh PT. Inti Kiat Alam (PT IKA) dan PT.Holding yang berlokasi diluar kawasan. 2. Strategi pengembangan kawasan agropolitan Selanjutnya dilakukan analisi SWOT untuk mengetahui strategi apa yang dibutuhkan dalam dipengembangan kawasan agropolitan Leuwiliang ini. Berdasarkan hasil analisis diketahui strategi terletak pada koordinat X = 0,15 dan koordinat Y = (- 0,48), selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut: Peluang Kelemahan 0,05 0,10 0,15 0,15 0,20 0,20 Kekuatan 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45-0,48 0,50 (0,15, -0,48) Ancaman Perencanaan Wilayah dan Kota, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

30 Nurfadhilah, et.al. Berdasarkan grafik di atas, strategi terletak di kuadran IV yang artinya Kawasan Agropolitan Leuwiliang memiliki pengaruh dominan dari kekuatan dan ancaman. Sehingga perlu adanya antisipasi ancaman melalui kekuatan yang dimiliki dalam seluruh potensi aspek-aspek agar ancaman yang muncul dapat diminimalisir, maka strategi atau langkah konkrit utama yang bisa dilakukan terdapat pada strategi S-T. dimana bisa mencakup 3 komponen utama yaitu: a) Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan manggis, seperti bahan pewarna, tepung kulit buah, jus, cocktail, sirup, dan kapsul ekstrak herbal kulit manggis. b) Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha olahan dari manggis agar tercipta nilai tambah dan harga yang kompetitif c) Peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur di Kecamatan Leuwiliang D. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan baik dari analisis ketersediaan sarana dan prasarana langsung agropolitan maupun dari analisis SWOT. Hasil analisinya adalah: 1. Sarana pendukung langsung agropolitan cukup mendukung kegiatan agropolitan berada di Kecamatan Leuwiliang karena dikecamatan tersebut didukung oleh sarana yang memadai seperti gudang penyimpanan, pasar, jaringan jalan, BPP, Lembaga Keuangan (Bank dan Koperasi) serta industri pengolahan akan tetapi dari segi kuantitas dan kualitas masih membutuhkan pengembangan terutama industri pengolahan dari kulit manggis yang baru dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil dengan kapasitas yang terbatas. 2. Gudang penyimpanan perlu dilakukan peningkatan luasan serta pemeliharaan gedung untuk dijadikan tempat pengolahan buah manggis dan penambahan alatalat pendukung produksi buah manggis. 3. Kawasan agropolitan di Kecamatan Leuwiliang belum tersedianya lembaga khusus yang menjadi wadah untuk memasarkan hasil panen (buah manggis). Pada saat ini hanya tersedia pasar umum dan penjualan hasil panen masih dilakukan oleh masing-masing petani atau para pedagang yang membeli secara langsug ke gudang penyimpanan artinya proses pemasaran masih bersifat parsial. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan pasar agropolitan yang dipusatkan di Desa Karacak. Pasar agropolitan ini nantinya akan berfungsi sebagai wadah untuk para petani dalam menjual hasil pertanianya baik dalam bentuk buah manggis utuh maupun dalam bentuk olahan manggis seperti jus buah manggis, dodol manggis dan olahan buah manggis lainnya, serta sebagai tempat untuk membeli keperluan pertanian seperti sarana produksi pertanian (benih, pupuk, dan obat-obatan), dan alat pertanian lainnya. 4. Tingkat aksesibilitas antar wilayah yang mengacu pada konsep pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Bogor menunjukan peluang pemasaran manggis termasuk kulit manggis untuk bahan baku industri keluar wilayah sangat strategis mengingat Kabupaten Bogor merupakan penyangga wilayah ibukota Jakarta sebagai pusat pertumbuhan ekonomi nasional Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sains dan Teknologi)

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor 31 5. Kondisi jalan di kawasan agropolitanperlu perbaiki terutama jalan desa yang menghubungkan pusat kawasan menuju areal pertanian (jalan Cimanggu - jalal Ciranji. Sadengkolot)agar aksesibilitas masyarakat tidak terganggu. 6. Membutuhkan fasilitas alat transportasi angkutan khusus untuk hasil panen supaya dapat menghemat biaya yang digunakan untuk menyewa mobil losbak atau ojek. 7. Dalam perencanaan jangka panjang, potensi kulit manggis di Kawasan Agropolitan Leuwiliang idealnya dapat diolah dari kulit bagiandalam danluar dalam bentuk bubuk untuk dijadikan bahan baku industri tepung kulit manggis dan obatan-obatan. Proses pengolahan kulit manggis menjadi bentuk bubuk dapat dilakukan di Desa Utama yakni Desa Karacak dengan bekerjasama dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Di Desa Karacak proses pengolahan yan dilakukan hanya sebatas menjadi tepung kulit manggis saja selanjutnya kulit manggis yang sudah berbentuk bubuk ini dapat dijadikan bahan baku industri lain seperti obatan-obatan yang diproduksi oleh PT. Inti Kiat Alam (PT IKA) dan PT.Holding yang berlokasi diluar kawasan agropolitan Leuwiliang. 8. Dari hasil analisis SWOT kawasan agropolitan Leuwiliang berada pada kuadran IV yaitu strategi ST memiliki pengaruh dominan dari kekuatan dan ancaman. Sehingga perlu adanya antisipasi ancaman melalui kekuatan yang dimiliki dalam seluruh potensi aspek-aspek agar ancaman yang muncul dapat diminimalisir. Daftar Pustaka Astri Rezeki. 2006. Penentuan Lokasi Kawasan Agropolitan Di kabupaten Subang. Tugas Akhir. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, 2003 Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur an dan Terjemahan. Percetakan Negara. Jakarta.. Fadli hasan. 2010. Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Pahuwato Berbasis Potensi Komiditi Jagung. Tugas Akhir. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung. Friedmann, John and Douglass, Mike, 1974. Agropolitan Development: Towards A New Strategy For Regional Planning In Asia. UNCRD, Japan. Kimpraswil.go.id/ditjen_ruang/nspm/pedoman_agropolitan-21-11-2006.doc Pedoman Identifikasi Penentuan Kawasan Agropolitan, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, 2006 Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan, Departemen Pertanian, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, hal 10, tahun 2003 Perda No. 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor. Perda No. 22 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Perencanaan Wilayah dan Kota, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

32 Nurfadhilah, et.al. Scribd.com, 2010. Pedoman Pengelolaan Ruang (Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional dan Daerah Agropolitan). Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang www.wikipedia.com Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sains dan Teknologi)