Septia Dewi Arianti 1, Agustin Syamsianah 2, Erma Handarsari 3. Universitas Muhamadiyah Semarang ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

KONSUMSI SAYURAN-BUAH DAN KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTERI DI PESANTREN IBADURRAHMAN, TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Anak Usia Sekolah Dasar 6 12 Tahun Di SD N 1 Rowosari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DAWE KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia Bulan

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA KELUARGA PETANI (Studi di Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Ch Retnaningsih, Bayu Satria Putra, Sumardi Program Studi Teknologi Pangan, Unika Soegijapranata ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

KAJIAN ANEMIA PADA SISWI SMA DI KABUPATEN SEMARANG

Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Protein Dengan Kejadian. Gizi Kurang Anak Usia 2-5 Tahun

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA REMAJA HAMIL USIA TAHUN (Studi pada Kelurahan Rowosari Kota Semarang)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI

Hubungan Pengetahuan Makanan Sumber Fe Dan Vitamin C Dengan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Post Hiperemesis Gravidarum di Rumah Bersalin Budi Rahayu Semarang

FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN GIZI KURANG ANAK USIA 2-5 TAHUN DI DESA PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA. Hapsari Sulistya K 1, Sunarto 2

Keywords: Anemia, Social Economy

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

Artikel Penelitian. Disusun oleh : P R I S W A N T I G2C203094

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

Pengaruh Status Gizi, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein terhadap VO2 Maks

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

Transkripsi:

Hubungan Kontribusi Lauk Hewani, Nabati dan Sayuran dengan Tingkat Konsumsi Protein dan Zat Besi pada Mahasiswi yang Tinggal di Rusunawa Residence 1 Unimus ABSTRACT Septia Dewi Arianti 1, Agustin Syamsianah 2, Erma Handarsari 3 1,2,3 Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang agsyams@gmail.com Anemia is a lack of blood diseases are mostly caused by the consumption of food, that s less of iron. Lack of iron consumption in Indonesia caused by the people consume more plant foods that are less of iron, more less than the animal foods that are high of iron, The condition is very risky to the occurrence of anemia. The protein consumpsion of Indonesian community are still low. The condition will increase the risk of occurence of anemia. The general objective of this study was to determine the relationship between contribute a side dish of animal, vegetable and vegetable with protein and iron consumption levels of the student who lives in Rusunawa Residence 1 UNIMUS. This research is explanatory research design with cross sectional approach. The number of sample is students who are living in Rusunawa Residence 1 UNIMUS. The sample was put by the simple random sampling tehnique. The bivariate statistical analysis was done by the Pearson correlation test. The results show that the average of contribution of protein animal dishes was 12.68% of AKG and the average of iron was 4.62% of AKG, The average of contribution of protein vegetable side dishes was 36.92% of AKG and the average iron was 40.76% of AKG. The average of protein vegetable contribution was 4.82% of AKG and iron was 6.36% of AKG. There are 29 student (55,8 %) who consume protein under 100% of AKG and there are 48 student (92,3 %) who consume iron under 100% of AKG. Conclusion : There is no relationship between the contribution of protein and iron animal side dish with the protein and iron consumption level. There is a correlation between the contribution of protein and iron vegetable side dish with the protein and iron consumption levels. Keywords: The Contributions of Side Animal, plant and Vegetables., The Protein and Iron Consumption Level. 22 PENDAHULUAN Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kelompok masyarakat yang rawan terkena anemia adalah anak anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah (Almatsier, 2003). Anemia adalah penyakit kurang darah yang sebagian besar disebabkan oleh konsumsi makanan yang kurang mengandung besi (Depkes, 2003).

23 Kurangnya konsumsi zat besi pada masyarakat Indonesia disebabkan masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang memiliki kandungan zat besi lebih rendah dibanding makanan hewani. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terhadap anemia, dan terjadi sebagai akibat kemampuan ekonomi yang rendah. Pangan nabati relatife lebih murah dibandingkan pangan hewani (Depkes, 2003). Zat besi yang terkandung dalam makanan hewani lebih mudah diserap. Contoh bahan makanan hewani yang kaya akan zat besi diantaranya adalah hati, ikan, daging, dan telur. Zat dalam makanan yang meningkatkan absorpsi zat besi antara lain adalah protein, vitamin C, dan vitamin B12. Sedangkan zat-zat makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah asam fitat, asam oksalat, tanin, kafein, bekatul dan fosfitin (Wirakusumah, 1999). Prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia, tahun 2006, adalah 28%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SK RT) di Indonesia tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi zat besi pada remaja putri usia 10-18 tahun adalah 57,1% dan pada usia 19-45 tahun adalah 39,5%. Wanita mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita anemia dibanding laki-laki, terutama pada masa remaja (Depkes RI, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kontribusi lauk hewani, nabati dan sayuran dengan tingkat konsumsi protein dan zat besi pada mahasiswi yang tinggal di rusunawa residence 1 UNIMUS. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah explanatory research design, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis dengan desain menggunakan pendekatan cross sectional yaitu menganalisis beberapa variabel pada waktu yang bersamaan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Agustus 2012, dengan jumlah sampel orang mahasiswa. Unit analisis adalah mahasiswi UNIMUS yang tinggal di Rusunawa Residence 1 UNIMUS. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson test, sebab data kontribusi lauk hewani, nabati dan sayuran (variabel independen) serta protein dan zat besi berdistribusi normal. HASIL DAN PEMBAHASAN tingkat konsumsi (variabel dependen) Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian UNIMUS Residence I adalah asrama bagi mahasiswi tingkat I yang diterima di Universitas Muhammadiyah Semarang. tanah Luas dan bangunan di Komplek Kampus Terpadu Kedungmundu, adalah 42.000 m2 yang dimanfaatkan untuk Rektorat, Rusunawa dan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.

24 Asrama merupakan salah satu fasilitas tempat tinggal mahasiswa di UNIMUS, yang memilki 5 lantai. Dalam mengelola Residence I, UNIMUS bekerja sama dengan Lembaga Studi Keislaman dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Semarang ( LSIK UNIMUS ) yang menawarkan nilai plus dalam hal pembinaan karakter Islam dan pembekalan sebagai kader yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih untuk persyarikatan. Karakteristik Responden 1. Umur Umur responden rata-rata adalah 19,02 tahun dengan standar deviasi 1,057 tahun. Umur termuda adalah 17 tahun dan tertua adalah 22 tahun. Secara lengkap, umur responden dapat dibaca pada tabel 1 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2. Berat Badan Umur (tahun) Jumlah Persentase 17 3 5,8 18 13 25,0 19 21 40,4 20 11 21,2 21 3 5,8 22 1 1,9 Jumlah 100 Berat badan responden yang terendah adalah 38 kg, dan tertinggi adalah 70 kg. Ratarata berat badan responden adalah 50,67 kg, dengan simpangan baku 7,540 kg. Kontribusi Protein dan Zat Besi Lauk Hewani Kontribusi Protein dan Zat Besi Lauk Hewani dapat dibaca pada tabel 2 : Tabel 2 Kontribusi Protein dan Zat Besi Lauk Hewani, Mahasiswi yang Tinggal di Residence 1 UNIMUS % protein lauk hewani % zat besi lauk hewani Penelitian ini mengungkapkan adanya mahasiswi yang tidak mengkonsumsi lauk hewani sehingga presentase kontribusi protein dan zat besi lauk hewani adalah 0%. Lauk hewani yang dikonsumsi mahasiswi, pada umumnya adalah telur dan ayam. Sebagian besar mahasiswi jarang mengkonsumsi lauk hewani sebab harga lauk hewani relatif lebih mahal, apa lagi bila dibanding harga lauk nabati Kontribusi Protein dan Zat Besi Lauk Nabati Pada umumnya, lauk nabati yang dikonsumsi mahasiswi adalah tahu dan tempe, sebab harga lauk tersebut relatif lebih murah, apalagi bila dibanding N Min Mak Rerata 0 0 34 12 12.68 4.62 harga lauk hewani. Lebih jelasnya dapat dibaca pada tabel 3. Simpangan Baku 7.233 4.62

25 Tabel 3.Kontribusi Protein dan Zat Besi Lauk Nabati pada Mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS % Protein lauk nabati % Zat besi lauk nabati N Min Mak Rerata 6 7 82 99 36,92 40,76 Simpangan baku 18,247 22,123 Kontribusi Protein dan Zat Besi Sayuran Pada umumnya, sayur yang dikonsumsi mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS adalah sayur bayam dan sop. Mahasiswi jarang mengkonsumsi sayuran, disebabkan oleh faktor selera. Penelitian ini mengungkapkan bahwa mahasiswi tidak menyukai sayuran dan lebih menyukai makanan yang digoreng dan makanan kering. Tabel 4. Kontribusi Protein dan Zat Besi Sayuran pada Mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS % Protein sayuran % Zat besi sayuran N Min Mak Rerata 2 1 17 15 4,82 6,36 Simpangan Baku 2,787 3,432 protein adalah 99,58% dan simpangan baku adalah 27,531. Secara lengkap tingkat konsumsi protein mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS dapat dibaca pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein Tingkat Konsumsi N % 100% (AKG) 23 44,2 < 100% (AKG) 29 55,8 Tingkat Konsumsi Zat Besi Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi zat besi mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS, yang terendah adalah 17% tertinggi adalah 108% dari AKG dengan rata rata tingkat konsumsi zat besi adalah 59,98%, dan simpangan baku adalah 21,680 %. Secara lengkap tingkat konsumsi zat besi mahasiswi yang tinggaldi Residence 1 UNIMUS dapat dibaca pada tabel 6. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Zat Besi Tingkat Konsumsi N % 100% 4 7,7 < 100% 48 92,3 Tingkat Konsumsi Protein Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi protein mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS, yang terendah adalah 50% tertinggi adalah 160% dari AKG, dengan rata rata tingkat konsumsi

26 Hubungan Kontribusi Protein Lauk Hewani Dengan Tingkat Konsumsi Protein Gambar 1 Hubungan Kontribusi Protein Lauk Hewani Dengan Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorof-Smirnov diketahui data berdistribusi normal dengan p-value =0,949 dan 0,736 sehingga hubungan kontribusi protein lauk hewani dengan tingkat konsumsi protein diuji dengan menggunakan uji Korelasi Pearson. Pada uji tersebut diperoleh r = 0,166 dan p-value= 0,241. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara kontribusi protein lauk hewani dengan tingkat konsumsi protein. Hubungan Kontribusi Protein Lauk Nabati Dengan Tingkat Konsumsi Protein Gambar 2. Hubungan Kontribusi Protein Lauk Nabati Dengan Tingkat Konsumsi Protein Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi kontribusi protein lauk nabati maka tingkat konsumsi protein semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorof-Smirnov diketahui data berdistribusi normal dengan p-value =0,215 dan 0,736 sehingga hubungan kontribusi protein lauk nabati dengan tingkat konsumsi protein diuji dengan menggunakan uji Korelasi Pearson. Pada uji tersebut diperoleh r = 0,635 dan p- value= 0,000 Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kontribusi protein lauk nabati dengan tingkat konsumsi protein. Hubungan Kontribusi Protein Sayuran Dengan Tingkat Konsumsi Protein Gambar 3 Hubungan Kontribusi Sayuran Dengan Tingkat Konsumsi Protein Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi kontribusi protein sayuran maka tingkat konsumsi protein semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorof-Smirnov diketahui data berdistribusi normal dengan p-value =0,078 dan 0,736 sehingga hubungan kontribusi aayuran dengan tingkat konsumsi protein diuji dengan menggunakan uji Korelasi Pearson. Pada uji tersebut diperoleh r = 0,436 dan p-value = 0,001 Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kontribusi protein sayuran dengan tingkat konsumsi protein.

27 Hubungan Kontribusi Zat Besi Lauk Hewani Gambar 4 Hubungan Kontribusi Zat Besi Lauk Hewani Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorof-Smirnov diketahui data berdistribusi normal dengan p-value =0,583 dan 0,513 sehingga hubungan kontribusi zat besi lauk hewani dengan tingkat konsumsi zat besi diuji dengan menggunakan uji Korelasi Pearson. Pada uji tersebut diperoleh r = -0,199 dan p-value= 0,157 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kontribusi zat besi lauk hewani dengan tingkat konsumsi zat besi. Hubungan Kontribusi Zat Besi Lauk Nabati Gambar 5 Hubungan Kontribusi Zat Besi Lauk Nabati Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi kontribusi zat besi lauk nabati maka tingkat konsumsi zat besi semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorof-Smirnov diketahui data berdistribusi normal dengan p-value =0,096 dan 0,513 sehingga menggunakan uji Korelasi Pearson. Pada uji tersebut diperoleh r = 0,698 dan p-value= 0,000 atau p < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kontribusi zat besi lauk nabati dengan tingkat konsumsi zat besi Hubungan Kontribusi Zat Besi Sayuran Gambar 6 Hubungan Kontribusi Zat Besi Sayuran Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin kontribusi zat besi sayuran tinggi maka tingkat konsumsi zat besi semakin baik. Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorof-Smirnov diketahui data berdistribusi normal dengan p-value =0,224 dan 0,513 sehingga hubungan kontribusi zat besi lauk nabati dengan tingkat konsumsi zat besi diuji dengan menggunakan uji Korelasi Pearson. Pada uji tersebut diperoleh r = 0,641 dan p-value= 0,000 Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kontribusi zat besi sayuran dengan tingkat konsumsi zat besi.

28 KESIMPULAN Tidak ada hubungan kontribusi protein dan zat besi lauk hewani dengan tingkat konsumsi protein dan zat besi. Ada hubungan kontribusi protein dan zat besi lauk nabati dan sayuran dengan tingkat konsumsi protein dan zat besi pada mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS. SARAN Perlu dilakukan pendidikan gizi kepada mahasiswi yang tinggal di Residence 1 UNIMUS untuk selalu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, terutama lauk hewani, nabati dan sayuran guna mencapai kebutuhan zat gizi dan mencegah terjadinya anemia defisiensi zat besi. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Arisman, MB., 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta. Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Sayuran. Dian Rakyat. Jakarta. Baliwati, YF., Khomsan, A., dan Dwiriani, CM. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. Farida, Ida. 2007. Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. [Skripsi]. Semarang. UNDIP. Gibson R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.University Press, Oxford. Gunarsa SD, Gunarsa YS. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia Hardiansyah. 2008. Cerdas dengan Pangan Hewani. http://www.- trobos.com/show_article.php?rid=22&aid =1079. [18 Jul 2009]. I. Dewa Nyoman S, Bachyar B, Ibnu F. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001;191-208. Khomsan, A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. IPB. Linder, M.C., 1992. Biokimia, Nutrisi & Metabolisme (Parakhasi, A.penerjemah). UI Press, Jakarta, p:264 Marotz, Cross, Rush. 2004. Health, Safety, and Nutrition for Young Children 6th Ed. New York : Thomson Delmar Learning. Martianto D, Ariani M. 2004. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat dalam Dekade Terakhir. Dalam Soekirman et al., editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi ; Jakarta 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI. Nuraieni E. 2007. Analisis Motivasi, Tingkat Konsumsi, dan Status Gizi Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Pekerja Tahu (Studi kasus di PT.Unitex, Tbk Tajur Kota Bogor). [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Petterson RE, Pietinen P. 2009. Pengkajian Status Gizi pada Perorangan Dan Masyarakat. Di dalam : Hartono A, penerjemah; Gibnery MJ, Margetts BM,Kaenney JM, Arab L, editor. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari : Public Health Nutrition. Supariasa., IDN., Bakri B., dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Wirakusumah, E. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwidya. Jakarta. WHO. 2007. Iron Deficiency Anemia Assesment, Prevention And Control.