HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA Siti Wahyuningsih STIKES Respati Y ogyakarta ABSTRACT Background : Anemia is one of nutrition problems in Indonesia that have to be solved. One of three female teenagers in Indonesia had it. There are a lot of problems that can causing anemia, one of them are nutrients intakes, which are protein, Fe, folic acid, and vitamin C. Objective : The objective of this research was to know the nutrient intakes (protein, Fe, folic acid, vitamin C), anemia status and the correlation between the nutrient intakes and anemia status. Method : This was an observational research with crossectional design. The respondents are midwifery students at the dormitory of Yogyakarta Respati Health College with 73 students by purposive sampling method. Nutrients intake were obtained by food recall method, while anemia status by Hb level measuring with Cyanmethemoglobin. Data were analyzed by Spearman Rank. Result : The everage of protein intake is 33,7752 g, Fe is 6,5547 mg, folic acid is 1,5458 ug, and vitamin C is 26,3388 mg. Respondent who have anemia are 12 samples and who have not anemia are 61 samples. There are no correlation between protein, Fe, folic acid, vitamin C intakes with anemia status with p value were 0,565 ; 0,333 ; 0,783 ; 0,669. Conclusion : There are no correlation between protein, Fe, folic acid, vitamin C intakes with anemia status. Keyword : Protein, Fe, Folic Acid, Vitamin C, Anemia Status, Midwifery Students. 11

2 Pendahuluan Anemia merupakan salah satu masalah gizi sebagai akibat dari kekurangan zat gizi mikro Fe yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Menurut Gopalan (1994) dalam Syafiq (2007) menyebutkan bahwa hasil survei konsumsi memperlihatkan intake mineral terutama Fe pada remaja masih kurang. Prevalensi anemia pada remaja putri masih merupakan masalah karena tingginya angka prevalensi yang ditunjukan oleh beberapa hasil penelitian (Depkes, 1998). Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51 %. Prevalensi pada wanita tidak hamil 35%. Survei terhadap mahasiswi di Perancis membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan (Arisman, 2004). Menurut hasil penelitian Permiasih (2003) diperoleh data anemia pada remaja umur tahun yang dimana prevalensi anemia pada remaja sebesar 25,5% dengan rincian laki-iaki 21 % dan perempuan 30%. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan asupan zat gizi (protein, Fe, asam folat, vitamin C) dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di Asrama STlKES Respati Y ogyakarta. Metodologi Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di asrama mahasiswi kebidanan STlKES Respati Y ogyakarta dan waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret sampai dengan April Subyek Subyek penelitian adalah mahasiswi kebidanan yang tinggal di asrama STIKES Respati Y ogyakarta dengan kriteria inklusi dan eksklusi tertentu. Jumlah sampel sebanyak 73 mahasiswi, yang ditetapkan secara purposive. 3. Cara Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner untuk mengetahui identitas responden. Asupan zat gizi diperoleh dengan wawancara langsung 12

3 pada responden dengan metode food recall. Kadar Hb diperoleh dengan cara pengambilan sampel darah dari setiap responden yang diuji dengan metode Cyanmethemoglobin. Data sekunder adalah gambaran umum lokasi penelitian. 4. Analisa Data Analisa asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C dengan menggunakan program Nutri Survey. Uji statistik yang digunakan adalah uji Spearman Rank. Pengolahan dan analisa data dilaksanakan dengan menggunakan komputer. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di kampus STIKES Respati Y ogyakarta yang bertempat di Jalan Laksda Adisucipto Km.6,3. STIKES Respati Y ogyakarta menyediakan asrama mahasiswi yang wajib dihuni oleh mahasiswi D3 Kebidanan dan D4 Bidan Pendidik selama satu tahun pertama. 2. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan yang tinggal di asrama STIKES Respati Yogyakarta. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 73 orang. Adapun gambaran karakteristik responden adalah sebagai berikut: a) Umur responden sebagian besar adalah 19 tahun yaitu sebanyak 45 orang (61,64 %). Selebihnya berumur 18 tahun (38,36 %), b) Jenis kelamin seluruh responden (100%) adalah perempuan, c) Pola konsumsi responden meliputi : frekuensi makan sebagian besar responden (65,75%), dalam sehari adalah 3 (tiga) kali dan selebihnya (34,25%) < 3 kali dalam sehari ; susunan hidangan semua responden dalam setiap kali makan merupakan susunan hidangan yang belum lengkap ; seluruh responden (100%) mempunyai kebiasaan jajan. Frekuensi jajan ~ 2 kali dalam sehari ; sebanyak 13 responden (17,81 %) tidak makan pagi sebelum berangkat kuliah. Selebihnya responden mempunyai kebiasaan makan pagi. 3. Asupan Protein Gambaran besarnya asupan protein yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta disajikan pada tabel 3. 13

4 Tabel3. Asupan Protein Responden Asupan Protein (glhari) Maksimum 54,63 Minimum 13,42 Rata-rata ± SD 33,7752 ± 7,72972 Perbandingan asupan protein responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan pada tabel4. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Protein dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Asupan Protein Baik (~ 50 g1hari) Kurang «50 g1hari) Jumlah Frekuensi (n) Prosentase (%) 4,11 95, Asupan Fe Gambaran besarnya asupan Fe yang dikonsumsi mahasisiwi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta dapat dilihat pada tabel 5. Maksimum Minimum Rata-rata ± SD Tabel5. Asupan Fe Responden Asupan Fe (mg/hari) 41,70 1,48 6,5547 ± 5, Perbandingan asupan Fe responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan secara terperinci pada tabel.6. 14

5 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Fe dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan AsupanFe Frekuensi Prosentase (n) (%) Baik (~ 26 mg/hari) 1 1,37 Kurang «26 mg/hari) 72 98,63 Jumlah Asupan Asam Folat Gambaran besarnya asupan asam folat yang dikonsumsi mahasisiwi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Asupan Asam Folat Responden Asupan Asam Folat (ug/hari) Maksimum 28 Minimum 0 Rata-rata ± SD 1,5458 ± 4,10166 Perbandingan asupan asam folat responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan pada tabel 8. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Asam Folat dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Asupan Asam Folat Frekuensi Prosentase (n) (%) Baik (~ 400 ug/hari) 0 0 Kurang «400 ug/hari) Jumlah

6 6. Asupan Vitamin C Gambaran besamya asupan vitamin C yang dikonsumsi mahasisiwi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 9. Tabe19. Asupan Vitamin C Responden Asupan Vitamin C (mglhari) Maksimum 90,70 Minimum 1,77 Rata-rata ± SD 26,3388 ± 17,92752 Perbandingan asupan vitamin C responden dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG, 2004) disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Perbandingan Asupan Asam Folat dengan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Asupan Vitamin C Frekuensi Prosentase (n) (%) Baik (;::: 75 mg/hari) 1 1,37 Kurang «75 mglhari) 72 98,67 Jumlah Status Anemia Responden Status anemia dibagi menjadi 2 yaitu : Anemiajika kadar HB < 12 gldl dan tidak anemia jika kadar Hb ~ 12 g/dl. Kadar Hb responden bervariasi antara 10,18 gldl sampai 17,60 gldl. Gambaran status anemia pada responden dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Anemia Status Anemia Anemia Tidak Anemia Jumlah Frekuensi (n) Prosentase (% ) 16,44 83,

7 Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 61 orang (83,56%). Responden yang mengalami anemia sebanyak 12 orang (16,44%). 8. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Status Anemia Hubungan antara asupan protein dengan status anemia dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Hubungan Antara Protein dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STlKES Respati Y ogyakarta Tingkat Status Anemia Tidak Jumlah Asupan Anemia anemia r p Protein n % n % n % Baik Kurang 12 17, , ,068 0,565 JumJah 12 16, , Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa responden yang tingkat asupan proteinnya baik (~ 50 g/hari) dan tidak mengalami anemia sebanyak 3 orang (100%). Responden yang tingkat asupan proteinnya kurang «50 g/hari) sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 58 orang (82,86%) dan yang mengalami anemia sebanyak 12 orang (17,44%). Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar 0,068 dengan nilai p sebesar 0,565. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status anemia (p< 0,05). 9. Hubungan antara Asupan Fe dengan Status Anemia Hubungan antara asupan Fe dengan status anemia disajikan pada tabel 13. Tabel 13. Hubungan Antara Asupan Fe dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Yogyakarta Tingkat Status Anemia Tidak Jumlah Asupan Anemia anemia r p Fe % % % n n n Baik I I 100 Kurang 11 15, , ,115 0,333 JumJah 12 16, ,

8 17

9 Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa responden yang tingkat asupan Fe-nya baik (> 26 mglhari) mengalami anemia sebanyak 1 orang (100%). Dan tidak ada yang tidak anemia. Responden yang tingkat asupan Fenya kurang «26 mglhari) sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 61 orang (84,72%) dan yang mengalami anemia sebanyak 11 orang (15,28%). Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar -0,115 dengan nilai p sebesar 0,333. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan Fe dengan status anemia (p> 0,05). Status Anemia Tingkat Tidak Jumlah Asupan Anemia r p Vitamin C anemia N % n % n % Baik Kurang 12 16, , ,051 0,669 Jumlah 12 16, , Hubungan antara Asupan Asam Folat dengan Status Anemia tabel 14. Hubungan antara asupan asam folat dengan status anemia disajikan pada Tabel 14. Hubungan Antara Asupan Asam Folat dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta Tingkat Status Anemia Asupan Anemia Tidak Jumlah Asam Folat anemia r p n % n % n % Baik Kurang 12 16, , ,033 0,783 Jumlah 12 16, , Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang tingkat as up an asam folatnya baik (;;::: 400 ug/hari). Responden yang tingkat asupan asam folatnya kurang «400 ug/hari) sebagian besar tidak mengalami 18

10 anernia yaitu sebanyak 61 orang (83,56%) dan yang mengalarni anernia sebanyak 11 orang (15,07%). Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar -0,033 dengan nilai p sebesar 0,783. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat dengan status anernia (p> 0,05). 11. Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Status Anemia Hubungan antara asupan vitamin C dengan status anernia disajikan pada tabel 15.Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa semua responden yang tingkat asupan Vitamin C-nya baik (~ 75 mg/hari) sebanyak 1 orang (100%) dan tidak mengalami anernia. Responden dengan tingkat asupan vitamin C-nya kurang «75 mg/hari) sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 60 orang (83,33%) dan yang mengalami anernia sebanyak 12 orang (16,44% ).Hasil uji statistik dengan Spearman Rank diketahui koefisien korelasi sebesar 0,051 dengan nilai p sebesar 0,669. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia (p> 0,05). Pembahasan 1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan yang tinggal di asrama STlKES Respati Y ogyakarta sebanyak 73 orang. Sebanyak 61,64 % responden berumur 19 tahun dan selebihnya 18 tahun. Menurut Irwin dan Schafder dalam Surjadi (2002) data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori remaja akhir. Berdasarkan jenis kelaminnya, seluruh responden (100%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena asrama disediakan khusus untuk mahasiswi kebidanan pada tahun pertama perkuliahan. Frekuensi makan sebagian besar responden (65,75%) dalam sehari adalah 3 (tiga) kali atau lebih dan selebihnya < 3 kali. Sebanyak 13 responden 19

11 (17,81 %) tidak makan pagi sebelum berangkat kuliah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sayogo (2006) pada tahap remaja mempunyai persepsi terhadap body image. Susunan hidangan dalam setiap kali makan semua responden (100%) termasuk dalam kategori belum lengkap. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kesukaan, biaya makan dan kebiasaan makan. Seluruh responden (100%) mempunyai kebiasaan jajan. Frekuensi jajan >2 kali dalam sehari. Hal ini karena asrama STIKES Respati Yogyakarta tidak menyediakan makan untuk mahasiswi (tidak melayani jasa katering). Meskipun asrama memiliki fasilitas berupa dapur untuk setiap lantai tetapi mahasiswi mal as untuk masak sendiri (mencari praktisnya). Hal ini sesuai dengan pendapat Khomsan (2003) bahwa pada masa remaja pengaruh kelompok/rekan sebaya lebih menonjol daripada keluarga, apalagi mereka tinggal di asrama dan jauh dari keluarga. 2. Asupan Zat Gizi ( Protein, Fe, Asam Folat, Vitamin C) Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta masih kurang dari AKG yang dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh intake protein, Fe, asam folat dan vitamin C dari makanan yang dikonsumsi masih rendah. Asupan protein responden rata-rata sebesar 33,7752 ± 7,72972 g/hari, asupan Fe responden rata-rata sebesar 6,5547 ± 5, mg/hari, asupan asam folat responden rata-rata sebesar 1,5458 ± 4,10166 ug/hari, asupan vitamin C responden rata-rata sebesar 26,3388 ± 17,92752 mg/hari. Hal ini menunjukkan sebagian besar asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C responden termasuk dalam kategori kurang (belum memenuhi AKG yaitu : protein ~ 50 g/hari, Fe ~ 26 mg/hari, asam folat ~ 400 ug/hari, vitamin C ~ 75 mg/hari). Meskipun sumber makanan yang dikonsumsi sudah bervariasi tetapi jumlahnya belum sesuai dengan AKG. Hal ini disebabkan oleh faktor 20

12 kesukaan, biaya dan kebiasaan makan. Selain itu pemahaman responden mengenai gizi masih kurang dengan dibuktikan kebiasaan makan mereka yang belum sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi. Hal ini sesuai dengan pendapat Khomsan (2003) ada beberapa faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada remaja antara lain : kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang buruk, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu, promosi yang berlebihan melalui media massa dan masuknya produk-produk makanan baru. Selain itu remaja putri cenderung untuk membatasi asupan makan karena mereka ingin langsing. Mereka sering terlalu ketat dalam pengaturan po la makan dalam menjaga penampilannya. 3.Status Anemia Menurut Karakteristik Responden Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar Hb, Ht dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal ( sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan essensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta sebesar 16,44 %. Hal ini lebih rendah dari penelitian pada remaja putri tahun 30% (SKRT 2001) dan SKRT (1995) bahwa anemia pada WUS di Indonesia sebesar 39,5% dan SKIA (Survei Kesehatan Ibu dan Anak) 2001 sebesar 27,7%. Meskipun demikian kejadian anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya masih di atas 15% ( Pada masa remaja kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian karena kebutuhan nutrisi yang meningkat karena adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada kebutuhan dan asupan zat gizi/ nutrient, kebutuhan khusus nutrient perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang mempunyai 21

13 3. aktifitas olah raga, gangguan perilaku makan, restriksi asupan makan, konsumsi alkohol dan obat-obatan (Sayogo, 2006). 4. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta Protein dalam bahan makanan yang berasal dari hewan selain sebagai sumber protein juga sumber zat besi heme pembentuk hemoglobin darah. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,565) antara asupan protein dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya infeksi yang tidak diketahui dan gangguan pencemaan sehingga peranan protein dalam pembentukan hemoglobin berkurang. 5. Hubungan Antara Asupan Fe dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta Fe merupakan zat yang esensial bagi tubuh terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Sediaoetama,2006). Menurut Budiyanto (2001) fungsi lain zat besi dalam tubuh adalah mengembalikan hemoglobin ke nilai normal setelah terjadi perdarahan dan menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh. Akan tetapi berdasarakan uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,333) antara asupan Fe dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta. Hal ini disebabkan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status anemia pada remaja putri. Penyebab lain zat besi tidak dapat diabsorpsi dengan baik adalah adanya faktor-faktor penghambat penyerapan. Selain itu, menurut Linder (1991) kekurangan besi terutama, bersangkutan dengan peningkatan kegiatan hemopoiesis dan cadangan besi yang rendah. Kondisi ini dapat menjawab gambaran situasi responden yang 22

14 umumnya mempunyai asupan Fe yang rendah namun cadangan besi masih berada dalam selang nilai normal sehingga kebutuhan Fe tubuh diambil dari cadangan Fe dalam tubuh. 6. Hubungan Antara Asupan Asam Folat dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta Asam folat dibutuhkan untuk menghindarkan anemia (Sediaoetama, 2006). Menurut Yuniastuti (2008) asam folat mempunyai peranan spesifik dalam hemopoiesis (pembentukan sel darah) dalam sumsum tulang, dan untuk pendewasaanya (Almatsier, 2004). Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,783) antara as up an asam folat dengan status anemia pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta. Hal ini disebabkan karena defisiensi asam folat dalam serum darah pada responden belum terjadi. Konsentrasi folat dalam serum darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intake asam folat dari makanan, metabolisme asam folat, dan simpanan asam folat dalam tubuh (Gibson, 1990). Meskipun asupan asam folat responden belum memenuhi AKG tetapi simpanan dalam tubuh masih stabil dan dapat memenuhi kebutuhan. 7. Hubungan Antara Asupan Vitamin C dengan Status Anemia pada Mahasiswi Kebidanan di Asrama STIKES Respati Y ogyakarta Vitamin C mempunyai peranan dalam proses penyerapan zat besi. Menurut Almatsier (2004) absorpsi besi dalam bentuk non hem meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Konsumsi vitamin C sebesar 200 mg lebih dalam sehari akan meningkatkan penyerapan zat be si (Nursanyoto, 1992). Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia (p=0,669) pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta. Tidak adanya hubungan antara as up an vitamin C dengan status anemia disebabkan oleh tingkat kecukupan vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh

15 23

16 untuk meningkatkan penyerapan zat besi belum terpenuhi sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimanamestinya. Hal ini disebabkan sebagian besar responden masih kurang asupan vitamin C. Se lain itu dimungkinkan karena adanya gangguan absorpsi seperti adanya konsumsi tanin, fitat, oksalat maupun serat yang berlebih dalam makanan yang bisa menghambat penyerapan besi dalam tubuh. Selain hal tersebut di atas dapat juga disebabkan oleh adanya infeksi yang tidak diketahui dan gangguan pencernaan sehingga tidak dapat mengabsorpsi zat besi dengan baik. Kesimpulan 1. Rata-rata jumlah asupan protein yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 33,7752 ± 7,72972 glhari. 2. Rata-rata jumlah asupan Fe yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 6,5547 ± 5,63910 mglhari. 3. Rata-rata jumlah asupan asam folat yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 1,5458 ±_4,l0166 ug/hari, 4. Rata-rata jumlah asupan vitamin C yang dikonsumsi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta adalah sebesar 26,3388 ± 17,92752 mglhari 5. Kadar Hb responden bervariasi antara 10,18 g/dl sampai 17,60 gldl. Mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta yang berstatus anemia sebanyak 12 orang (16,44%) dan yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 61 orang (83,56%). 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status anemia (p=0,565) pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta. 7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan Fe dengan status anemia (p=0,333) pada mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Yogyakarta. 24

17 8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat dengan status anemia (p=0,783) pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta. 9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia (p=0,669) pada mahasiswi kebidanan di asrama STlKES Respati Y ogyakarta. Saran 1. Perlu adanya peningkatan asupan protein, Fe, asam folat dan vitamin C bagi mahasiswi kebidanan di asrama STIKES Respati Y ogyakarta untuk mencegah tetjadinya anemia. 2. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor lain yang terkait dengan anemia. Daftar Pustaka Almatsier, S, Prinsip Dasar Ilmu Giri. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama Arisman, M.B, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Budiyanto, M.A.K, Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Malang : UMM. Depkes RI, Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Gibson, Rosalind S, Principles of Nutritional Assesment. New York: Oxford University Press. Khomsan, A, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Linder, MC, Nutritional Biochemistry and Metabolism with Clinical Application. California: EIsevier. Nursanyoto, Hertog, Ilmu Giri, Zat Gizi Utama. Jakarta PT Golden Terayon Press. 25

18 Permiasih, Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jkpkbppk -gdl-res permiasih-886-gizi Sayogo, Savitri, Gizi Remaja Putri. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Surjadi, C, Pelayanan Kesehatan Bagi Remaja: Tantangan Bagi Lulusan fakultas Kedokteran di indonesia. Majalah Kedokteran Atmajaya, Vol. I, No. I. Syafiq, Ahmad, Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Yuniastuti, Ari, Gizi dan Kesehatan. Y ogyakarta : Graha Ilmu, 2007 Suplementasi Iron Zinc Antisipasi Anemia Remaja Put isti 19 cantik.wordpress.coml 2007/ 07 (Diakses tanggal 20 September 2008)., Survei Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Sleman persagi jogja.wordpress.coml 2008/ / survei-anemia-pada-remajaputri-di-kabupaten-sleman (Diakses tanggal 20 september 2008). j 26

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati 1, Dwi Sarbini 1, Susy Dyah P 2 1 Prodi Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nur Khatim AH Tiaki 201510104338 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kecukupan zat gizi individu maupun kelompok masyarakat dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi pangan ada 2 macam, yaitu secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN ASUPAN VITAMIN C DENGAN STATUS ANEMIA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI LINGKUNGAN AMPERA UTARA DESA SEKIP KECAMATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK. Satiti Setiyo Siwi, S.S.T.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK. Satiti Setiyo Siwi, S.S.T. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK Satiti Setiyo Siwi, S.S.T. Penyebab tak langsung kematian ibu di Indonesia diantaranya

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS Media Gizi Pangan, Vol. IX, Edisi, Januari Juni PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN RUMBIA KABUPATEN MAROS Sukmawati, Sitti Fatimah, Lydia Fanny Jurusan Gizi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin merupakan protein berpigmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap seseorang mengalami masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak berakhir. Hal ini ditandai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru dalam periode pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tubuh, zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2009). Besi dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO Agustian Ipa 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT Background : Physical growth and maturation

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL Nuraenny Ratna Bauw 1, Aryu Candra K. 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TABLET Fe PASCA MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN Khoirotul Ummah*, Sulistiyowati**, Cucuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang asupan zat besi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul

Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul Prasetya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO Sendy Seflin Assa 1) Nova H. Kapantow 1), Budi T. Ratag 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRAT Manado,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) 54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YULINAR IKHMAWATI J310 080 018 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR Hapzah 1), Ramlah Yulita 2) 1) STIKES Bina Bangsa Majene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik dan mental yang

Lebih terperinci

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO Sitti Rahmini Paputungan 1), Nova H. Kapantow 1), A. J. M. Rattu 1) 1) Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa pertumbuhan yang pesat. Namun, masa ini tidak luput dari munculnya masalah kesehatan. Salah satunya anemia. Anemia remaja merupakan salah satu

Lebih terperinci

Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia Bulan

Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia Bulan Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia 13 36 Bulan Dewi Andarina* dan Sri Sumarmi** * RSU Dr. Soetomo Surabaya ** Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA. Hera Ariyani 1, Ekawati 1

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA. Hera Ariyani 1, Ekawati 1 188 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015 TINGKAT ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA 1 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Hera Ariyani 1, Ekawati 1 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan status gizi untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 Nurbaiti Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abstrak Penyebab anemia adalah kurangnya konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI FE TERHADAP KADAR HB SAAT MENSTRUASI PADA MAHASISWA DIV BIDAN PENDIDIK SEMESTER IV DI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH KONSUMSI FE TERHADAP KADAR HB SAAT MENSTRUASI PADA MAHASISWA DIV BIDAN PENDIDIK SEMESTER IV DI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA PENGARUH KONSUMSI FE TERHADAP KADAR HB SAAT MENSTRUASI PADA MAHASISWA DIV BIDAN PENDIDIK SEMESTER IV DI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI DisusunOleh: Amelia Nida 1610104301 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

KONSUMSI SAYURAN-BUAH DAN KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTERI DI PESANTREN IBADURRAHMAN, TANGERANG

KONSUMSI SAYURAN-BUAH DAN KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTERI DI PESANTREN IBADURRAHMAN, TANGERANG KONSUMSI SAYURAN-BUAH DAN KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTERI DI PESANTREN IBADURRAHMAN, TANGERANG Erlita Febriani 1, Marudut 2 1 PT. Kalbe Nutritional 2 Polytechnic of Health Jakarta II, Department of Nutrition,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola makan vegetarian telah menjadi pola makan yang mulai banyak menjadi pilihan masyarakat saat ini. Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengkonsumsi produk yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Lebih terperinci