GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR DITINGKAT RUMAH TANGGA DAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA SMA DI KABUPATEN GOWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Remaja adalah anak yang berusia tahun. 1 Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAN DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH REMAJA DI KABUPATEN TORAJA UTARA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH REMAJA DI MAKASSAR

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK PRASEKOLAH DI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin


*Korespondensi : :

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH SERTA STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 1 MATTIROBULU KECAMATAN MATTIROBULU KABUPATEN PINRANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN GIZI BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA REMAJA. Oleh : Fitriyani Arbie ABSTRAK

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBEDAAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA SISWA SMA (Survei pada Siswa Kelas XI SMAN 8 Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI PEGAWAI DINAS KESEHATAN SULAWESI SELATAN

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB V HASIL PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi

GAMBARAN TENTANG PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK DALAM KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA KELAS 4 DI SDN 04 CIANGSANA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

METODE. n = Z 2 P (1- P)

Febby Mandira dan Yvonne M. Indrawani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

PERBEDAAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA REMAJA DENGAN ORANG TUA DIABETES MELITUS (DM) DAN NON DM

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR DITINGKAT RUMAH TANGGA DAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA SMA DI KABUPATEN GOWA Description of Knowledge, Attitude, the Availability of Fruit and Vegetables at the Household Consumption Patterns and Fruit and Vegetable Adolescent High School in Gowa Hasra Ryska, Veni Hadju, Saifuddin Sirajuddin Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (hasra_ryeska@ymail.com, phunhas@gmail.com, sirajuddin59@yahoo.com, 082189678918) ABSTRAK Buah dan sayur merupakan bahan makanan yang banyak mengandung nutrisi, tetapi jarang dikonsumsi oleh mayoritas penduduk Indonesia khususnya remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, ketersediaan buah dan sayur di tingkat rumah tangga dan pola konsumsi buah dan sayur pada remaja SMA di Kabupaten Gowa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang dilakukan pada bulan April sampai Mei 2014 di SMA Negeri 1 Bontomarannu dengan 257 siswa kelas 7 dan 8 kemudian SMA Negeri 2 Sungguminasa 219 siswa kelas 7 dan 8. teknik pengambilan sampel proporsional sistematik random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara FFQ semi kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di SMA Negeri 2 Sungguminasa terdapat 54,7% siswa mengonsumsi buah dan 50,6% mengonsumsi sayur, sedangkan di SMA Negeri 1 Bontomarannu terdapat 45,3% siswa mengonsumsi buah dan 49,4% mengonsumsi sayur, kemudian pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Bontomarannu lebih baik 9,3% dibandingkan dengan pengetahuan siswa SMA Negeri 2 Sungguminasa 7,6%, sikap di SMA Negeri 1 Bontomarannu lebih baik 90,7% dibandingkan sikap di SMA Negeri 2 Sungguminasa 90,4%, sedangkan ketersediaan buah dan sayur lebih baik di SMA Negeri 2 Sungguminasa 93,2% dibandingkan SMA Negeri 1 Bontomarannu 89,5%. Pola konsumsi sayur di SMA Negeri 2 Sungguminasa lebih sering 56,8% dibandingkan di SMA Negeri 1 Bontomarannu 43,2% dan pola konsumsi buah di SMA Negeri 2 Sungguminasa lebih baik 53% dibandingkan SMA Negeri 1 Bontomarannu 47%. Kata Kunci : Remaja, pengetahuan, sikap, ketersediaan, konsumsi ABSTRACK Fruits and vegetables are foods that contain lots of nutrients, but it is rarely consumed by the majority of the Indonesian population, especially teenagers. Lack of eating fruits and vegetables can lead to the onset of various diseases. This study aims to describe the knowledge, attitudes, availability of fruit and vegetables at the household level and pattern of consumption of fruits and vegetables in high school adolescents in Gowa. This research uses a cross sectional study conducted in April to May 2014 in SMA 1 Bontomarannu with 257 grade 7 and 8 then SMAN 2 Sungguminasa 219 grade 7 and 8. Proportional systematic sampling technique of random sampling. Data collection using questionnaires and interviews semi- quantitative FFQ. The results showed that at SMAN 2 Sungguminasa contained 54.7 % of students eating fruits and vegetables consumed 50.6 %, whereas in SMA 1 Bontomarannu contained 45.3 % of students eating fruits and vegetables consumed 49.4 %, then the knowledge of students SMA Negeri 1 Bontomarannu 9.3 % better than the knowledge of students of SMA Negeri 2 Sungguminasa 7.6 %, the attitude in SMA 1 Bontomarannu 90.7 % better than the attitude in SMAN 2 Sungguminasa 90.4 %, while the availability of fruit and vegetables better at SMAN 2 Sungguminasa 93.2 % compared to 89.5 Bontomarannu SMA Negeri 1 %. Keywords : Adolescent, knowledge, attitudes, availability, consumption.

PENDAHULUAN Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh untuk mengatur proses dalam tubuh. Apabila konsumsi vitamin dan mineral ini tidak memenuhi kebutuhan tubuh, maka tubuh akan mengalami defisiensi vitamin dan mineral yang dapat mengakibatkan berkurangnya daya tahan tubuh. Tubuh manusia terdiri dari jaringan-jaringan, otot, darah, dan organ- organ sebenarnya terdiri dari air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Tubuh membutuhkan berbagai zat gizi untuk mempertahankan kesehatan. Selain zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak), tubuh juga membutuhkan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) dan fitokimia (seperti flavonoid, inositol, gluthation, dan quercetin). 1 International Food Policy Reasearch institute, World Health Organization, (2004) mengatakan bahwa data konsumsi buah dan sayur pada 21 negara berkembang menunjukkan bahwa rata-rata asupan konsumsi sayur dan buah masih kurang. Kemudian negara yang asupan sayur dan buahnya mencapai rekomendasi minimum WHO/FAO 400 g per kapita per hari (146 kg per tahun) hanya tiga negara yaitu Israel, Italia dan Spanyol. 2 Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2007 dan 2013 mengumpulkan data yang sama yaitu melakukan analisis kecenderungan proporsi penduduk umur 10 tahun yang kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Dari data Riskesdas 2013 ditemukan bahwa tidak terjadi perubahan yang berarti yaitu dari 93,5% menjadi 93,6%. Hasil RISKESDAS 2007 hingga 2013 juga menunjukkan bahwa prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah di provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat dari 93,7% menjadi 96%. 3 Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, kabupaten dengan presentasi mengkonsumsi buah dan sayur yang paling sering adalah Enrekang (14,6%) sedangkan Pinrang merupakan kabupaten yang paling kurang mengkonsumsi buah dan sayur (1%). Sementara untuk Kabupaten Gowa 90,9% penduduknya kurang mengkonsumsi sayur dan buah, yang artinya hanya 9,1% penduduk yang lebih sering mengkonsumsi sayur dan buah. 4 Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dalam Laporan Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di Provinsi Sulawesi Selatan prevalensi keluarga yang mengkonsumsi buah dan sayur yang terendah ke enam adalah Gowa yaitu 49,6% dan yang paling tinggi adalah Kota Pare-Pare yaitu 65,5%. Dari data Dinas Kesehatan tersebut menunjukan bahwa rata-rata keluarga yang mengonsumsi sayur dan buah di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 40,9% keluarga. 5 Pengetahuan gizi berperan dalam memberikan cara memilih pangan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Tingkat pengetahuan yang menentukan

perilaku konsumsi pangan salah satunya didapat melalui jalur pendidikan gizi yang umumnya dipndang lebih baik diberikan sedini mungkin untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki konsumsi pangan. 6 Pada penelitian Noia dan Jennifer tahun 2010 ketersediaan buah dan sayur di rumah dan di sekolah berhubungan positif dengan konsumsi buah sayur pada remaja. 7 Penelitian yang dilakukan oleh Wulansari tahun 2009 mengatakan bahwa Perlu peningkatan konsumsi buah dan sayur pada usia remaja, mengingat pentingnya mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah dan frekuensi yang cukup agar kebutuhan tubuh akan zat gizi yang terkandung dalam buah dan sayur dapat terpenuhi. 8 Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak menular. 9 Salah satu kelompok usia yang paling rentan jika kurang konsumsi buah dan sayur yaitu remaja karena masa remaja merupakan periode yang penting pada pertumbuhan dan kematangan manusia. Periode ini merupakan saat yang tepat untuk membangun tubuh dan menanam kebiasaan pola makan yang sehat, karena jika sejak remaja pola makan seseorang sudah tidak sehat, maka hal tersebut akan berdampak pada kesehatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, membiasakan pola makan sehat pada remaja menjadi penting sebagai upaya untuk mencegah munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa dewasa dan tua nanti. 8 BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bontomarannu dan SMA Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa pada bulan april sampai Mei 2014. Populasi pada penelitian ini adalah 775 orang di SMA Negeri 1 Bontomarannu dan 528 orang di SMA Negeri 2 Sungguminasa. penarikan sampel dilakukan dengan teknik proporsional sistematik random sampling besarnya sampel ditentukan berdasarkan rumus lemeshow dengan besar sampel 257 orang di SMA Negeri 1 Bontomarannu dan 219 orang di SMA Negeri 2 Sungguminasa. Data primer diperoleh dari data hasil penelitian langsung di lapangan mengenai identitas dan karakteristik responden diperoleh dengan pengisian kesioner. Pengetahuan, sikap, ketersediaan buah dan sayur di tingkat rumah tangga diukur menggunakan instrumen kuesioner, pola konsumsi diperoleh menggunakan kuesioner FFQ. Data sekunder meliputi keadaan dan gambaran umum wilayah serta lokasi penelitian. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang dilakukan

untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang diteliti. Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di SMA Negeri 1 Bontomarannu sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (61,5%) (Tabel 1), dengan kelompok umur 16-17 tahun (51,8%) (Tabel 2). Sedangkan di SMA Negeri 2 Sungguminasa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (56,6%) (Tabel 1), dengan kelompok umur 16-17 tahun (68%) (Tabel 2). Pada variabel pengetahuan, di SMA Negeri 1 Bontomarannu terdapat 24 responden (9,3%) dengan tingkat pengetahuan baik, 123 responden (47,9%) dengan tingkat pengetahuan kategori cukup dan 110 responden (42,8%) dengan tingkat pengetahuan kategori kurang. Sedangkan di SMA Negeri 2 Sungguminasa terdapat 12 responden (7,6%) dengan tingkat pengetahuan baik, 50 responden (36,3%) dengan tingkat pengetahuan kategori cukup dan 157 responden (56,1%) dengan tingkat pengetahuan kategori kurang penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian farisa 2012 yang mengatakan bahwa pengetahuan buah dan sayur pada responden terdapat 68,8% yang baik (Tabel 3). Pada variabel sikap di SMA Negeri 1 Bontomarannu terdapat 233 responden (90,7%) yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur dan 24 responden (9,3%) yang memiliki sikap kurang terhadap buah dan sayur. Sedangkan di SMA Negeri 2 Sungguminasa terdapat 198 responden (90,4%) yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur dan 21 responden (9,6%) yang memiliki sikap kurang terhadap buah dan sayur (Tabel 4). Variabel ketersediaan buah dan sayur di tingkat rumah tangga, di SMA Negeri 1 Bontomarannu terdapat 230 responden (89,5%) yang ketersediaan buah dan sayurnya di rumh baik dan terdapat 27 responden (10,5%) yang ketersediaan buah dan sayur di rumahnya kurang. Sedangkan di SMA Negeri 2 Sungguminasa terdapat 204 responden (93,2%) yang ketersediaan buah dan sayurnya di rumah baik dan 15 responden (6,8%) yang ketersediaan buah dan sayur di rumahnya kurang (Tabel 5). Pada variabel pola konsumsi bauh dan sayur, untuk bahan makanan jenis buah di SMA Negeri 1 Bontomarannu terdapat 134 responden (47%) yang sering mengonsumsi, terdapat 118 responden (63,8%) yang kadang-kadang dan terdapat 5 responden (83,3%) yang jarang mengonsumsi buah. Sedangkan di SMA Negeri 2 Sungguminasa terdapat 151 responden (53%) yang sering mengonsumsi buah, terdapat 67 responden (36,2%) yang kadang-kadang dan terdapat 1 responden (16,7%) yang jarang mengonsumsi buah (Tabel 6). Untuk bahan makanan jenis sayur di SMA Negeri 1 Bontomarannu terdapat 16 responden (43,2%) yang sering mengonsumsi sayur, terdapat 178

responden (54,1%) yang kadang-kadang mengonsumsi sayur dan terdapat 63 responden (57,3%) yang jarang mengonsumsi sayur. Sedangkan di SMA Negeri 2 Sungguminasa terdapat 21 responden (56,8%) yang sering mengonsumsi sayur, terdapat 151 responden (45,9%) yang kadang-kadang mengonsumsi sayur dan terdapat 47 responden (42,7%) yang jarang mengonsumsi sayur (Tabel 7). PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh dari variabel pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan siswa yang bersekolah di tengah kota tidak selamanya lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan siswa yang di pinggir kota hal ini dapat dilihat dari persentase pengetahuan siswa SMA Negeri 1 Bontomarannu lebih baik dibandingkan dengan persentase pengetahuan siswa SMA Negeri 2 Sungguminasa. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi juga merupakan faktor penting dalam masalah gizi, sebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 6 Hasil penelitian pada variabel sikap juga diberikan kategori baik dan kurang, pada penelitian ini lebih banyak responden yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur yaitu 90,7% di SMA Negeri 1 Bontomarannu dan 90,4% di SMA Negeri 2 Sungguminasa, sedangkan yang memiliki sikap kurang terhadap buah dan sayur 9,3% di SMA Negeri 1 Bontomarannu dan 9,6% di SMA Negeri 2 Sungguminasa. Hal ini sejalan dengan penelitian Farisa yang menyatakan bahwa konsumsi buah dan sayur yang baik lebih banyak pada responden yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur. Ketersediaan buah-buahan juga bergantung terhadap musim buah tertentu, orang akan makan banyak mangga, jambu, nanas atau jeruk, tetapi hanya jika ada dimusimnya dan jika mereka punya pohon atau ada orang lain yang memberikan mereka buah tersebut. Pada penenlitian ini ketersediaan buah dan sayur di SMA Negeri 2 Sungguminasa (Kota) 93,2% lebih baik dibandingkan dengan ketersediaan buah dan sayur di SMA Negeri 1 Bontomarannu (Desa) 89,5% padahal kita ketahui bahwa ketersediaan buah di desa lebih besar dibandingkan di kota karena di desa masyarakatnya lebih banyak yang bercocok tanam dan berkebun buah dan sayur pun di ekspor dari desa ke kota. Hasil penelitian ini disebabkan dalam penelitian ini ketersediaan buah dan sayur di ukur dalam tingkat rumah tangganya bukan dalam wilayah atau lokasi responden tinggal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian gustiara yang mengatakan bahwa ketersediaan buah dan sayur di rumah hanya 49%. 11

Hasil penelitian pada variabel pola konsumsi buah dan sayur adalah di SMA Negeri 2 Sungguminasa, konsumsi sayur lebih baik 56,8% dibandingkan dengan di SMA Negeri 1 Bontomarannu 43,2% sedangkan untuk konsumsi buah di SMA Negeri 2 Sungguminasa lebih sering 53% dibandingkn di SMA Negeri 1 Bontomarannu 47%. Hal ini disebabkan karena jenis makanan yang tersedia lebih banyak mempunyai peluang yang lebih besar untuk dikonsumsi, sedangkan jenis makanan yang tidak tersedia tidak akan dikonsumsi orang. Jadi upaya untuk menyediakan lebih banyak buah dan sayuran direstoran, sekolah, dan rumah dapat meningkatkan konsumsi jenis makanan ini. 10 KESIMPULAN DAN SARAN Pengetahuan dan sikap responden di SMA Negeri 1 Bontomarannu lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan dan sikap responden di SMA Negeri 2 Sungguminasa. Sedangkan untuk ketersediaan buah dan sayur di tingkat rumah tangga, dan pola konsumsi buah dan sayur lebih baik responden di SMA Negeri 2 Sungguminasa dibandingkan dengan responden di SMA Negeri 1 Bontomarannu. Saran kepada pihak sekolah untuk memberikan sosialisasi kepada siswa tentang pentingnya buah dan sayur, kepada orangtua untuk selalu menyediakan buah dan sayur di rumah dan pemerintah setempat untuk melakukan penyuluhan dan penyebaran informasi ke masyarakat mengenai pentingnya konsumsi buah dan sayur dan dampak yang akan ditimbulkan jika tidak mengonsumsi buah dan sayur. DAFTAR PUSTAKA 1. Ramadan A. Status gizi, Resep Sayur dan Buah berkhasiat Obat. Yogyakarta: Razan Media Press; 2012 2. Ruel, Marie T, Minot N, Smith L. Pattern and Determinants Of Fruit and Vegetable Consumption in Sub-Sharan Africa: A multicountry Comparison. International food policy research institute: world Health Organization; 2004; 1(2):211-215 3. Depkes. Profil Kesehatan Indonesia. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: 2013 4. Dinkes. Riset Kesehatan Dasar 2007. Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa:2012 5. Dinkes. Laporan Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Provins Sulawesi Selatan tahun 2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sul-Sel. Makassar: 2009 6. Suhardjo. Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta: PT. Bumi Aksara; 2003

7. Noia JD, Contento IR. Fruit and Vegetable Availability enables adolescent consuption that exceeds national average. Nutrition Research: 2010;30(6):396-402 8. Wulansari ND. Konsumsi serta preferensi buah dan sayur pada remaja SMA dengan status social Ekonomi yang berbeda di Bogor. IPB: 2009; 2(2):7-12 9. DJBKKK. Pedoman Gizi Seimbang (Pedoman Teknis Bagi Petugas dalam Memberikan Penyuluhan Gizi Seimbang). Jakarta: 2013 10. Gustiara I. Gambaran Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SMA Negeri 1 Pekanbaru tahun 2012. Sumatera: Universitas Sumatera Utara: 2012; 2(2):36-38 11. Reynolds, Kim D, klepp K-I, yaroch. strategi gizi kesehatan masyarakat untuk intervensi di tingkat ekologis: 2004

LAMPIRAN Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan umur pada siswa SMA Negeri 1 Bontomarannu (Desa) dan SMA Negeri 2 Sungguminasa (Kota) Lokasi Total Karakteristik Desa Kota Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kelompok Umur (Tahun) 14-15 16-17 18-19 n % n % n % 99 158 123 133 1 38,5 61,5 47,9 51,8 4 95 124 70 149 0 43,4 56,6 32,0 68,0 0 190 282 193 282 1 Total 257 219 476 Sumber : Data Primer, 2014 40,8 59,2 40,5 59,2 2

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan, Sikap, tentang buah dan sayur dan ketersediaannya ditingkat rumah tangga pada siswa SMA Negeri 1 Bontomarannu (Desa) dan SMA Negeri 2 Sungguminasa (Kota) Lokasi Total Pengetahuan Desa Kota Pengetahuan Kurang Cukup Baik n % n % n % \ 110 123 24 42,8 47,9 9,3 157 50 12 56,1 36,3 7,6 267 173 36 56,1 36,3 7,6 Sikap Kurang Baik 24 233 9,3 90,7 21 198 9,6 90,4 45 431 9,5 90,5 Ketersediaan Kurang Baik 27 230 10,5 89,5 15 204 6,8 93,2 42 434 8,8 91,2 Total 257 219 476 Sumber : Data Primer, 2014 Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pola konsumsi buah dan sayur pada siswa SMA Negeri 1 Bontomarannu (Desa) dan SMA Negeri 2 Sungguminasa (Kota) Lokasi Total Desa Kota Pola Konsumsi Buah Sering Kadang-kadang Jarang Pola Konsumsi Sayur Sering Kadang-kadang Jarang n % n % n % 134 118 5 16 178 63 47 63,8 83,3 43,2 54,1 57,3 151 67 1 21 151 47 53 36,2 16,7 56,8 45,9 42,7 285 185 6 37 329 110 Total 257,0 219,0 476 Sumber : Data Primer, 2014