EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

LAPORAN DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KEBUN KAKAO DI KABUPATEN LUWU ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

Abstrak

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PETANI PADA LAHAN SAWAH di KABUPATEN GOWA DAN TAKALAR

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

JUDUL KEGIATAN: KAJIAN MODEL PTT DALAM BUDIDAYA JAGUNG LOKAL DAN POTENSI PENGEMBANGAN JAGUNG QPM SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko Triastono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Pedoman Umum. PTT Jagung

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

PERAN PTT JAGUNG DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN FINANSIAL: KASUS DI DESA DONGGOBOLO KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA NTB

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

VERIFIKASI DAMPAK PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG KOMPOSIT MENDUKUNG UPAYA PERBAIKAN EKONOMI PEDESAAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

[ nama lembaga ] 2012

LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN SLPTT PADI DAN JAGUNG KABUPATEN ENREKANG. Ir. Syamsu Bahar, MSi, dkk

PERAN KOMPONEN TEKNOLOGI DALAM PERCEPATAN SWASEMBADA PANGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

STRATEGI PEMANFAATAN SAWAH BUKAAN BARU (Kasus di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat)

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Seminar Nasional Serealia, 2013 EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Tujuan kegiatan ini adalah mendiseminasikan inovasi teknologi PTT jagung melalui penggunakan varietas unggul baru di Kabupaten Luwu. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu pada bulan Januari - Desember 2013. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan partisipatif yang melibatkan anggota kelompok tani. Analisis yang digunakan adalah: (1) analisis finansial untuk mengetahui kelayakan teknologi kaitannya dengan input-output serta R/C ratio dan (2) analisis respon petani. Hasil dari pelaksanaan demonstrasi teknologi adalah pendapatan petani kooperator Rp.10.525.000/ha, petani nonkooperator Rp 4.790.000/ha dengan Nilai R/C-ratio masing-masing 1,5 dan 0,6. Adapun respon Petani terhadap komponen PTT jagung yang di uji coba/demonstrasi sangat baik yaitu 100% (sebelum nya ragu-ragu 38%, menolak 9 27%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyebaran inovasi teknologi pertanian melalui demonstrasi teknologi sangatlah efektif untuk dilakukan karena petani terlibat langsung dari tahapan awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan yang dipadukan dengan pemberian media cetak baik berupa leaflet, brosur dan juknis guna menambah wawasan petani. Kata kunci: inovasi teknologi, PTT, jagung, demonstrasi PENDAHULUAN Ada dua komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT jagung yaitu komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar harus diterapkan seperti (1) penggunaan varietas unggul baru, (2) penggunaan benih bermutu dan berlabel, (3) populasi 66.000-75.000 tanaman per hektar, dan (4) pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman, sedangkan komponen teknologi pilihan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi agroekosistem. Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit tertentu serta deraan lingkungan. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul baru jagung baik jagung hibrida maupun komposit. Jenis jagung hibrida varietas unggul baru yang dilepas Badan Litbang Pertanian tahun 2001-2008 adalah a) semar-10, b) Bima-1, c) Bima -2, d) Bima-3, e) Bima-4, f) Bima-5, dan g) Bima-6. Jagung hibrida tersebut memiliki kisaran potensi hasil antara 9,0-12 ton/ha. 623

Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi Kegiatan diseminasi teknologi hasil penelitian sangat penting dilakukan, guna memepercepat proses alih teknologi kepada pemangku kepentingan (petani). Kegiatan tersebut dapat berupa demonstrasi plot dan uji adaptasi, atau dalam bentuk tulisan di media massa atau publikasi ilmiah (Puslitbangtan 2009). Tujuan dari kegiatan ini adalah mendiseminasikan inovasi teknologi PTT jagung melalui penggunakan varietas unggul baru di Kabupaten Luwu. MATERI DAN METODE Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2010. Lokasi kegiatan yaitu di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, yaitu pada Kelompok tani Sambua yang tergabung dalam Gapoktan Musyawarah Mufakat. Kegiatan ini bersifat partisipatif dan dilaksanakan dilahan petani pada kelompok tani Sambua, melibatkan 30 orang anggota kelompok tani sebagai kooperator; dikawal dan dibimbing oleh penyuluh, peneliti dan teknisi BPTP Sul-Sel dan penyuluh pendamping Kabupaten. Tahapan Pelaksanaan Demonstrasi/Ujicoba Teknologi 1. Pemilihan lokasi dan petani pelaksana demonstrasi/ujicoba teknologi. 2. Sosialisasi/Apresiasi awal kegiatan, bertujuan untuk memperkenalkan komponen PTT jagung kepada petani dan petani menanggapi/merespon teknologi tersebut kemudian dilakukan pula Focus Group Discussion (FGD). 3. Pelaksanaan demonstrasi teknologi. Kegiatan dilaksanakan secara partisipatif dan dilaksanakan dilahan petani. 4. Temu Lapang, kegiatan temu lapang atau pertemuan kelompok dihadiri oleh petani, penyuluh dan peneliti sebagai nara sumber Komponen Teknologi Yang Didemonstrasikan Adapun komponen teknologi yang didemonstrasikan meliputi : penggunaan varietas unggul baru (Bima 2), penggunaan benih bermutu yang memiliki daya kecambah > 95 %, lahan yang digunakan menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), pembuatan saluran drainase, penyemprotan herbisida 7 hari sebelum tanam, jarak tanam 75 x 40 cm dengan 2 benih perlubang, pemupukan pupuk N berdasarkan BWD, pupuk P dan K berdasarkan status hara tanah, dan pupuk kandang 1,5 2 t/ha sebagai penutup lubang tanam, teknik pengendalian gula secara terpadu, pengendalian hama dan penyakit menggunakan kaidah PHT. 624

Seminar Nasional Serealia, 2013 Jenis Data dan Informasi Yang Dikumpulkan Adapun data yang dikumpulkan meliputi : data teknis (produksi dan komponen hasil), data input-output dan data respon petani meliputi pencatatan dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis sederhana untuk melihat kelayakan teknis teknologi dan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan teknologi kaitannya dengan inputoutput serta R/C ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Pengembangan Jagung Secara umum perekonomian daerah kabupaten Luwu didominasi sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan, selanjutnya sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Produksi jagung khususnya di kecamatan Bajo yaitu rata-rata produksi 1,2 t/ha. Rendahnya produktivitas tersebut akibat belum banyaknya teknologi hasil penelitian yang diterapkan oleh petani, sehingga petani mengusahakan tanaman ini sesuai kebiasaan petani, serta penggunaan input tidak sesuai rekomendasi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak peluang untuk meningkatkan produksi jagung dengan introduksi teknologi dalam budidaya dan pendekatan usaha yang berwawasan spesifik lokasi dengan dimensi agribisnis. Karakteristik Petani Petani kooperator paling muda berusia 24 tahun dan paling tua 61 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani kooperator berada pada Usia produktif yang secara fisik mempunyai kemampuan untuk berusahatani, meskipun demikian usia tidak menjamin keterampilan seseorang dalam berusahatani tapi perlu intervensi teknologi yang berdaya guna serta pengambilan keputusan yang tepat dan dilakukan bersama-sama. Tingkat pendidikan petani kooperator di lokasi uji coba/demonstrasi ditunjukkan oleh waktu yang dihabiskan dalam menuntut ilmu yaitu: 61% menghabiskan waktu 9 tahun setingkat SMP, 27% menghabiskan waktu 12 tahun setingkat SMA, dan 4% menghabiskan waktu 17 tahun setingkat S1. Sehingga dengan demikian dalam melakukan aktifitas usahataninya dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan baik. Namun pada kenyataannya bekal pendidikan yang dimiliki kurang mampu memberi peluang untuk menambah wawasan secara inovatif karena besarnya pengaruh budaya dalam wilayah masing-masing. Pengalaman berusahatani jagung petani kooperator dilokasi ujicoba/ demonstrasi PTT Jagung relatif kurang yaitu rata-rata 3 5 tahun. Pergeseran pola 625

Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi usahatani tradisional ke komersil masih belum terlihat meskipun sudah mampu memberikan keuntungan yang memadai, sehingga merupakan peluang bagi petani untuk meningkatkan produktifitas usahataninya. Untuk mencapai efisiensi usaha dapat dilakukan dengan perbaikan teknologi budidaya lainnya, sehinggga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Jumlah tanggungan rata-rata 5 orang, hal ini di satu sisi merupakan tantangan untuk lebih meningkatkan produksi dan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Analisis Usahatani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan serta keuntungan yang diperoleh petani dalam berusahatani jagung dengan metode PTT. Adapun biaya produksi yang dikeluarkan, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh, secara rinci disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis usahatani ujicoba/demonstrasi komponen PTT jagung di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, 2010. Komponen Biaya (Rp) Varietas Bima Lokal (Cara petani) (Kooperator) Tenaga Kerja (Rp) 2,535.000 2.450.000 Saprodi (Rp) 4,320.000 3.100.000 Biaya Produksi (Rp/ha) 6.855.000 5.550.000 Produksi (kg/ha) 7.900 4.200 Nilai Produksi (Rp/ha) 17.380.000 9.240.000 Keuntungan (Rp) 10.525.000 3.690.000 R/C 1,5 0,6 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 *) Harga per kg Jagung pipilan Rp. 2.200 Pada Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan petani kooperator yaitu : Rp. 6.855.000/ha, sedangkan petani non kooperator sebesar Rp 5.550.000/ha dengan selisih Rp.1.305.000/ha, dengan persentase peningkatan pendapatan sebesar 64,9%. Tingkat kelayakan teknologi yang diindikasikan dengan nilai R/C-ratio masingmasing adalah untuk petani kooperator 1,5 dan non petani kooperator 0,6. Analisis Respon Petani Analisis ini digunakan untuk mengetahui respon/tangapan petani terhadap teknologi yang diuji cobakan/didemontrasikan dalam PTT Jagung. Respon petani direkam melalui wawancara pada saat sosialisasi dan temu lapang akhir guna mengetahui tanggapan, tingkat pemahaman baik sebelum maupun sesudah 626

Seminar Nasional Serealia, 2013 pelaksanaan di lapangan tentang komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung antara lain : (1). Varietas Unggul Baru Hibrida Bima 2, (2) Perlakuan benih (3) Penyiapan Lahan TOT, Drainase (4) Jarak tanam/jumlah benih (5) Penggunaan pupuk anorganik (6) Penggunaan pupuk organik (7) Pemupukan berdasarkan BWD. Tabel 2 menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru (Bima 2) yang diintroduksi memberikan nuansa baru dalam usahatani jagung di Desa Jambu Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu, dimana 64% petani di gapoktan Musyawarah Mufakat, langsung menerima, % ragu-ragu serta % menolak. Setelah dilaksanakan uji coba/ demonstrasi semua petani menerima penggunaan varietas unggul baru yaitu Jagung hibrida Bima 2, karena jagung hibrida Bima 2 memperlihatkan daya tumbuh tinggi, adaptasi yang bagus dan produksinya lebih banyak yaitu 7.900 kg/ha jagung pipilan kering dibanding kebiasaan petani 4.200 kg/ha (Tabel 1). Perlakuan benih sebelum penanaman menggunakan saromil diterima oleh 60% petani gapoktan musyawarah mufakat karena petani menyakini akan mengurangi serangan penyakit bulai pada tanaman jagung, 30% ragu-ragu karena belum tahu cara menggunakannya dan 10% menolak karena obat-obatan sangat mahal. Setelah dilaksanakan ujicoba/demonstrasi semua petani menerima penggunaan perlakuan benih sebelum penanaman karena tanaman jagung yang terserang hama belalang tidak melewati ambang ekonomi dan tidak terserang penyakit bulai pada usia tanaman muda. Teknologi Penyiapan Lahan Tanpa Olah Tanah (TOT), pembuatan drainase setiap 2 meter diterima oleh 55% oleh petani gapoktan musyawarah mufakat karena lokasi penanaman jagung curah hujannya tinggi, % ragu-ragu karena pertumbuhan tanaman jagung terganggu, hasilnya belum diketahui dan 27% menolak karena membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Setelah dilaksanakan ujicoba/demonstrasi semua petani menerima penyiapan lahan dengan membuat saluran drainase karena prosentase tumbuh tanaman jagung tinggi (tidak tergenang air). Pengaturan jarak tanam dan jumlah benih 2 per lubang direspon baik oleh petani dimana 67% petani langsung menerima dengan alasan tanaman teratur, % ragu-ragu karena banyak benih yang dibutuhkan dan 15% menolak karena butuh waktu yang lama saat penanaman. Namun setelah dilaksanakan ujicoba/demonstrasi semua petani menerima karena tanaman teratur sehingga memudahkan pemeliharaan tanaman jagung dan populasi tanaman bertambah yang pada akhirnya meningkatkan produksi. Pemupukan dengan pupuk anorganik dimana dosis dan cara pemberian direspon baik oleh petani masing masing 53% dan 45% menerima, ragu ragu 38%, sedangkan pada cara pemberian pupuk yaitu dengan tugal ragu ragu 46%, serta 627

Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi menolak 9%. Hal ini disebabkan pupuk dipasaran sering tidak tersedia (P, K) dan harganya mahal, sedangkan pemberian pupuk dengan cara tugal membutuhkan waktu dan tenaga kerja otomatis serta menambah biaya dan sudah merupakan kebiasaan petani tanpa menutup tanah. Setelah pelaksanaan di lapang petani yakin bahwa pemberian pupuk berimbang tepat dosis, waktu dan cara memperlihatkan pertumbuhan tanaman bagus sehingga produksinya tinggi. Pemupukan Organik diterima baik oleh petani yaitu 91%, namun sebagian kecil ragu-ragu 9% dengan alasan pupuk kandang tidak tersedia dilapangan. Pada akhirnya semua menerima dengan baik dengan mengantisipasi ketersediaan pupuk kandang menggunakan pupuk organik granuler. Komponen teknologi lain pemberian pupuk N berdasarkan Bagan Warna daun (BWD) diterima oleh 45% petani, ragu-ragu 37% dan menolak %, karena belum tahu hasilnya dan cara penggunaannya, namun pada akhirnya semua menerima karena dapat mengurangi biaya produksi sebab dosis yang diberikan sesuai kebutuhan tanaman. Dari hasil evaluasi keseluruhan respon petani terhadap semua komponen PTT Jagung umumnya baik (100%) setelah melihat, melakukan dan merasakan manfaat yang diperoleh dari penerapan komponen-komponen teknologi PTT Jagung selama Uji Coba/Demonstrasi. Namun demikian untuk penerapan komponen PTT secara keseluruhan dilahan petani masing-masing masih membutuhkan waktu untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang meliputi pembentukan opini, pembentukan sikap dan pengambilan keputusan untuk mengadopsi. Selain itu juga setiap pengaplikasian teknologi yaitu pada saat temu lapang petani dibagikan berbagai media tercetak baik berupa leaflet, brosur maupun juknis yang berisi kumpulan inovasi teknologi yang didemonstrasikan. Hal ini merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan pengetahuan petani pelaksana demonstrasi yang dapat digunakan sebagai media transfer teknologi kepetani lainnya. 628

Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 2. Respon petani terhadap ujicoba/demonstrasi plot PTT jagung di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, 2010. Komponen PTT Varietas Unggul: Bima 2 Perlakuan Benih Respon Alasan % Sebelum % Sesudah 64 60 30 10 Hasilnya tinggi Hasilnya belum diketahui Harga mahal Serangan Hama dan Penyakit kurang Belum tau cara perlakuan Obat-obatan mahal 100 Daya tumbuh, hasil dan adaptasi yang tinggi, 100 Tidak terserang hama dan penyakit bulai pada usia tanaman muda Penyiapan Lahan TOT, Drainase 55 27 Curah Hujan Tinggi Pertumbuhan terganggu Hasil belum diketahui Butuh tenaga kerja 100 Prosentase tumbuh Tanaman tinggi Jarak tanam / Jumlah benih 67 15 Tanaman teratur Banyak benih dibutuhkan Butuh waktu lama 100 Tanaman teratur, populasi tanaman bertambah Pemupukan An Organik Dosis 53 38 9 Hasil tinggi Harga pupuk mahal Tidak tersedia di lokasi 100 Pertumbuhan tanaman bagus, sehingga produksi tanaman tinggi Cara 45 46 9 Pupuk tidak menguap (N) Butuh waktu lama Butuh tenaga kerja 100 Pengggunaan pupuk tepat sasaran, pupuk tidak menguap (N) dan tanaman bagus pertumbuhannya Organik 91 9 0 Pertumbuhan tanaman bagus dan seragam Pupuk organic tidak tersedia di lokasi 100 Pertumbuhan tanaman bagus, seragam, hasil dan adaptasinya tinggi Pemupukan BWD 45 37 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 Efisiensi pemupukan N Belum tau hasilnya Pertama kali digunakan 100 Efisiensi Pemupukan Nitrogen, mengurangi biaya produksi. KESIMPULAN 1. Pendapatan petani kooperator Rp.10.525.000/ha, petani nonkooperator Rp 4.790.000/ha dengan Nilai R/C-ratio masing-masing 1,5 dan 0,6. 2. Respon Petani (Kelompok tani Sambua/Gapoktan Musyawarah Mufakat) terhadap komponen PTT jagung yang di Uji Coba/Demonstrasi sangat baik yaitu 100% (sebelum nya ragu-ragu 38%, menolak 9 27%). 3. Demonstrasi teknologi merupakan media diseminasi yang sangat efektif untuk menyebarkan inovasi teknologi PTT jagung kepetani 629

Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI. BPTP, 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI Sulawesi Selatan. Direktorat Serealia, 2001. Hasil Pengumpulan Data Base Tanaman Jagung. Direktorat Jenderal Bina Produksi. Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Pingali, P (ed), 2001. CYMMIT 1990/2000. World Maize Fact and trend Meeting World Maize Need Puslitbangtan, 2009. Pedoman Umum Diseminasi Inovasi Pertanian BPTP. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Pengembangan SDM Pertanian. 2007. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Yang Dikelola Oleh Petani. 630