Seminar Nasional Serealia, 2013 EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Tujuan kegiatan ini adalah mendiseminasikan inovasi teknologi PTT jagung melalui penggunakan varietas unggul baru di Kabupaten Luwu. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu pada bulan Januari - Desember 2013. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan partisipatif yang melibatkan anggota kelompok tani. Analisis yang digunakan adalah: (1) analisis finansial untuk mengetahui kelayakan teknologi kaitannya dengan input-output serta R/C ratio dan (2) analisis respon petani. Hasil dari pelaksanaan demonstrasi teknologi adalah pendapatan petani kooperator Rp.10.525.000/ha, petani nonkooperator Rp 4.790.000/ha dengan Nilai R/C-ratio masing-masing 1,5 dan 0,6. Adapun respon Petani terhadap komponen PTT jagung yang di uji coba/demonstrasi sangat baik yaitu 100% (sebelum nya ragu-ragu 38%, menolak 9 27%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyebaran inovasi teknologi pertanian melalui demonstrasi teknologi sangatlah efektif untuk dilakukan karena petani terlibat langsung dari tahapan awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan yang dipadukan dengan pemberian media cetak baik berupa leaflet, brosur dan juknis guna menambah wawasan petani. Kata kunci: inovasi teknologi, PTT, jagung, demonstrasi PENDAHULUAN Ada dua komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT jagung yaitu komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar harus diterapkan seperti (1) penggunaan varietas unggul baru, (2) penggunaan benih bermutu dan berlabel, (3) populasi 66.000-75.000 tanaman per hektar, dan (4) pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman, sedangkan komponen teknologi pilihan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi agroekosistem. Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit tertentu serta deraan lingkungan. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul baru jagung baik jagung hibrida maupun komposit. Jenis jagung hibrida varietas unggul baru yang dilepas Badan Litbang Pertanian tahun 2001-2008 adalah a) semar-10, b) Bima-1, c) Bima -2, d) Bima-3, e) Bima-4, f) Bima-5, dan g) Bima-6. Jagung hibrida tersebut memiliki kisaran potensi hasil antara 9,0-12 ton/ha. 623
Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi Kegiatan diseminasi teknologi hasil penelitian sangat penting dilakukan, guna memepercepat proses alih teknologi kepada pemangku kepentingan (petani). Kegiatan tersebut dapat berupa demonstrasi plot dan uji adaptasi, atau dalam bentuk tulisan di media massa atau publikasi ilmiah (Puslitbangtan 2009). Tujuan dari kegiatan ini adalah mendiseminasikan inovasi teknologi PTT jagung melalui penggunakan varietas unggul baru di Kabupaten Luwu. MATERI DAN METODE Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2010. Lokasi kegiatan yaitu di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, yaitu pada Kelompok tani Sambua yang tergabung dalam Gapoktan Musyawarah Mufakat. Kegiatan ini bersifat partisipatif dan dilaksanakan dilahan petani pada kelompok tani Sambua, melibatkan 30 orang anggota kelompok tani sebagai kooperator; dikawal dan dibimbing oleh penyuluh, peneliti dan teknisi BPTP Sul-Sel dan penyuluh pendamping Kabupaten. Tahapan Pelaksanaan Demonstrasi/Ujicoba Teknologi 1. Pemilihan lokasi dan petani pelaksana demonstrasi/ujicoba teknologi. 2. Sosialisasi/Apresiasi awal kegiatan, bertujuan untuk memperkenalkan komponen PTT jagung kepada petani dan petani menanggapi/merespon teknologi tersebut kemudian dilakukan pula Focus Group Discussion (FGD). 3. Pelaksanaan demonstrasi teknologi. Kegiatan dilaksanakan secara partisipatif dan dilaksanakan dilahan petani. 4. Temu Lapang, kegiatan temu lapang atau pertemuan kelompok dihadiri oleh petani, penyuluh dan peneliti sebagai nara sumber Komponen Teknologi Yang Didemonstrasikan Adapun komponen teknologi yang didemonstrasikan meliputi : penggunaan varietas unggul baru (Bima 2), penggunaan benih bermutu yang memiliki daya kecambah > 95 %, lahan yang digunakan menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), pembuatan saluran drainase, penyemprotan herbisida 7 hari sebelum tanam, jarak tanam 75 x 40 cm dengan 2 benih perlubang, pemupukan pupuk N berdasarkan BWD, pupuk P dan K berdasarkan status hara tanah, dan pupuk kandang 1,5 2 t/ha sebagai penutup lubang tanam, teknik pengendalian gula secara terpadu, pengendalian hama dan penyakit menggunakan kaidah PHT. 624
Seminar Nasional Serealia, 2013 Jenis Data dan Informasi Yang Dikumpulkan Adapun data yang dikumpulkan meliputi : data teknis (produksi dan komponen hasil), data input-output dan data respon petani meliputi pencatatan dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis sederhana untuk melihat kelayakan teknis teknologi dan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan teknologi kaitannya dengan inputoutput serta R/C ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Pengembangan Jagung Secara umum perekonomian daerah kabupaten Luwu didominasi sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan, selanjutnya sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Produksi jagung khususnya di kecamatan Bajo yaitu rata-rata produksi 1,2 t/ha. Rendahnya produktivitas tersebut akibat belum banyaknya teknologi hasil penelitian yang diterapkan oleh petani, sehingga petani mengusahakan tanaman ini sesuai kebiasaan petani, serta penggunaan input tidak sesuai rekomendasi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak peluang untuk meningkatkan produksi jagung dengan introduksi teknologi dalam budidaya dan pendekatan usaha yang berwawasan spesifik lokasi dengan dimensi agribisnis. Karakteristik Petani Petani kooperator paling muda berusia 24 tahun dan paling tua 61 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani kooperator berada pada Usia produktif yang secara fisik mempunyai kemampuan untuk berusahatani, meskipun demikian usia tidak menjamin keterampilan seseorang dalam berusahatani tapi perlu intervensi teknologi yang berdaya guna serta pengambilan keputusan yang tepat dan dilakukan bersama-sama. Tingkat pendidikan petani kooperator di lokasi uji coba/demonstrasi ditunjukkan oleh waktu yang dihabiskan dalam menuntut ilmu yaitu: 61% menghabiskan waktu 9 tahun setingkat SMP, 27% menghabiskan waktu 12 tahun setingkat SMA, dan 4% menghabiskan waktu 17 tahun setingkat S1. Sehingga dengan demikian dalam melakukan aktifitas usahataninya dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan baik. Namun pada kenyataannya bekal pendidikan yang dimiliki kurang mampu memberi peluang untuk menambah wawasan secara inovatif karena besarnya pengaruh budaya dalam wilayah masing-masing. Pengalaman berusahatani jagung petani kooperator dilokasi ujicoba/ demonstrasi PTT Jagung relatif kurang yaitu rata-rata 3 5 tahun. Pergeseran pola 625
Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi usahatani tradisional ke komersil masih belum terlihat meskipun sudah mampu memberikan keuntungan yang memadai, sehingga merupakan peluang bagi petani untuk meningkatkan produktifitas usahataninya. Untuk mencapai efisiensi usaha dapat dilakukan dengan perbaikan teknologi budidaya lainnya, sehinggga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Jumlah tanggungan rata-rata 5 orang, hal ini di satu sisi merupakan tantangan untuk lebih meningkatkan produksi dan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Analisis Usahatani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan serta keuntungan yang diperoleh petani dalam berusahatani jagung dengan metode PTT. Adapun biaya produksi yang dikeluarkan, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh, secara rinci disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis usahatani ujicoba/demonstrasi komponen PTT jagung di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, 2010. Komponen Biaya (Rp) Varietas Bima Lokal (Cara petani) (Kooperator) Tenaga Kerja (Rp) 2,535.000 2.450.000 Saprodi (Rp) 4,320.000 3.100.000 Biaya Produksi (Rp/ha) 6.855.000 5.550.000 Produksi (kg/ha) 7.900 4.200 Nilai Produksi (Rp/ha) 17.380.000 9.240.000 Keuntungan (Rp) 10.525.000 3.690.000 R/C 1,5 0,6 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 *) Harga per kg Jagung pipilan Rp. 2.200 Pada Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan petani kooperator yaitu : Rp. 6.855.000/ha, sedangkan petani non kooperator sebesar Rp 5.550.000/ha dengan selisih Rp.1.305.000/ha, dengan persentase peningkatan pendapatan sebesar 64,9%. Tingkat kelayakan teknologi yang diindikasikan dengan nilai R/C-ratio masingmasing adalah untuk petani kooperator 1,5 dan non petani kooperator 0,6. Analisis Respon Petani Analisis ini digunakan untuk mengetahui respon/tangapan petani terhadap teknologi yang diuji cobakan/didemontrasikan dalam PTT Jagung. Respon petani direkam melalui wawancara pada saat sosialisasi dan temu lapang akhir guna mengetahui tanggapan, tingkat pemahaman baik sebelum maupun sesudah 626
Seminar Nasional Serealia, 2013 pelaksanaan di lapangan tentang komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung antara lain : (1). Varietas Unggul Baru Hibrida Bima 2, (2) Perlakuan benih (3) Penyiapan Lahan TOT, Drainase (4) Jarak tanam/jumlah benih (5) Penggunaan pupuk anorganik (6) Penggunaan pupuk organik (7) Pemupukan berdasarkan BWD. Tabel 2 menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru (Bima 2) yang diintroduksi memberikan nuansa baru dalam usahatani jagung di Desa Jambu Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu, dimana 64% petani di gapoktan Musyawarah Mufakat, langsung menerima, % ragu-ragu serta % menolak. Setelah dilaksanakan uji coba/ demonstrasi semua petani menerima penggunaan varietas unggul baru yaitu Jagung hibrida Bima 2, karena jagung hibrida Bima 2 memperlihatkan daya tumbuh tinggi, adaptasi yang bagus dan produksinya lebih banyak yaitu 7.900 kg/ha jagung pipilan kering dibanding kebiasaan petani 4.200 kg/ha (Tabel 1). Perlakuan benih sebelum penanaman menggunakan saromil diterima oleh 60% petani gapoktan musyawarah mufakat karena petani menyakini akan mengurangi serangan penyakit bulai pada tanaman jagung, 30% ragu-ragu karena belum tahu cara menggunakannya dan 10% menolak karena obat-obatan sangat mahal. Setelah dilaksanakan ujicoba/demonstrasi semua petani menerima penggunaan perlakuan benih sebelum penanaman karena tanaman jagung yang terserang hama belalang tidak melewati ambang ekonomi dan tidak terserang penyakit bulai pada usia tanaman muda. Teknologi Penyiapan Lahan Tanpa Olah Tanah (TOT), pembuatan drainase setiap 2 meter diterima oleh 55% oleh petani gapoktan musyawarah mufakat karena lokasi penanaman jagung curah hujannya tinggi, % ragu-ragu karena pertumbuhan tanaman jagung terganggu, hasilnya belum diketahui dan 27% menolak karena membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Setelah dilaksanakan ujicoba/demonstrasi semua petani menerima penyiapan lahan dengan membuat saluran drainase karena prosentase tumbuh tanaman jagung tinggi (tidak tergenang air). Pengaturan jarak tanam dan jumlah benih 2 per lubang direspon baik oleh petani dimana 67% petani langsung menerima dengan alasan tanaman teratur, % ragu-ragu karena banyak benih yang dibutuhkan dan 15% menolak karena butuh waktu yang lama saat penanaman. Namun setelah dilaksanakan ujicoba/demonstrasi semua petani menerima karena tanaman teratur sehingga memudahkan pemeliharaan tanaman jagung dan populasi tanaman bertambah yang pada akhirnya meningkatkan produksi. Pemupukan dengan pupuk anorganik dimana dosis dan cara pemberian direspon baik oleh petani masing masing 53% dan 45% menerima, ragu ragu 38%, sedangkan pada cara pemberian pupuk yaitu dengan tugal ragu ragu 46%, serta 627
Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi menolak 9%. Hal ini disebabkan pupuk dipasaran sering tidak tersedia (P, K) dan harganya mahal, sedangkan pemberian pupuk dengan cara tugal membutuhkan waktu dan tenaga kerja otomatis serta menambah biaya dan sudah merupakan kebiasaan petani tanpa menutup tanah. Setelah pelaksanaan di lapang petani yakin bahwa pemberian pupuk berimbang tepat dosis, waktu dan cara memperlihatkan pertumbuhan tanaman bagus sehingga produksinya tinggi. Pemupukan Organik diterima baik oleh petani yaitu 91%, namun sebagian kecil ragu-ragu 9% dengan alasan pupuk kandang tidak tersedia dilapangan. Pada akhirnya semua menerima dengan baik dengan mengantisipasi ketersediaan pupuk kandang menggunakan pupuk organik granuler. Komponen teknologi lain pemberian pupuk N berdasarkan Bagan Warna daun (BWD) diterima oleh 45% petani, ragu-ragu 37% dan menolak %, karena belum tahu hasilnya dan cara penggunaannya, namun pada akhirnya semua menerima karena dapat mengurangi biaya produksi sebab dosis yang diberikan sesuai kebutuhan tanaman. Dari hasil evaluasi keseluruhan respon petani terhadap semua komponen PTT Jagung umumnya baik (100%) setelah melihat, melakukan dan merasakan manfaat yang diperoleh dari penerapan komponen-komponen teknologi PTT Jagung selama Uji Coba/Demonstrasi. Namun demikian untuk penerapan komponen PTT secara keseluruhan dilahan petani masing-masing masih membutuhkan waktu untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang meliputi pembentukan opini, pembentukan sikap dan pengambilan keputusan untuk mengadopsi. Selain itu juga setiap pengaplikasian teknologi yaitu pada saat temu lapang petani dibagikan berbagai media tercetak baik berupa leaflet, brosur maupun juknis yang berisi kumpulan inovasi teknologi yang didemonstrasikan. Hal ini merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan pengetahuan petani pelaksana demonstrasi yang dapat digunakan sebagai media transfer teknologi kepetani lainnya. 628
Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 2. Respon petani terhadap ujicoba/demonstrasi plot PTT jagung di Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, 2010. Komponen PTT Varietas Unggul: Bima 2 Perlakuan Benih Respon Alasan % Sebelum % Sesudah 64 60 30 10 Hasilnya tinggi Hasilnya belum diketahui Harga mahal Serangan Hama dan Penyakit kurang Belum tau cara perlakuan Obat-obatan mahal 100 Daya tumbuh, hasil dan adaptasi yang tinggi, 100 Tidak terserang hama dan penyakit bulai pada usia tanaman muda Penyiapan Lahan TOT, Drainase 55 27 Curah Hujan Tinggi Pertumbuhan terganggu Hasil belum diketahui Butuh tenaga kerja 100 Prosentase tumbuh Tanaman tinggi Jarak tanam / Jumlah benih 67 15 Tanaman teratur Banyak benih dibutuhkan Butuh waktu lama 100 Tanaman teratur, populasi tanaman bertambah Pemupukan An Organik Dosis 53 38 9 Hasil tinggi Harga pupuk mahal Tidak tersedia di lokasi 100 Pertumbuhan tanaman bagus, sehingga produksi tanaman tinggi Cara 45 46 9 Pupuk tidak menguap (N) Butuh waktu lama Butuh tenaga kerja 100 Pengggunaan pupuk tepat sasaran, pupuk tidak menguap (N) dan tanaman bagus pertumbuhannya Organik 91 9 0 Pertumbuhan tanaman bagus dan seragam Pupuk organic tidak tersedia di lokasi 100 Pertumbuhan tanaman bagus, seragam, hasil dan adaptasinya tinggi Pemupukan BWD 45 37 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 Efisiensi pemupukan N Belum tau hasilnya Pertama kali digunakan 100 Efisiensi Pemupukan Nitrogen, mengurangi biaya produksi. KESIMPULAN 1. Pendapatan petani kooperator Rp.10.525.000/ha, petani nonkooperator Rp 4.790.000/ha dengan Nilai R/C-ratio masing-masing 1,5 dan 0,6. 2. Respon Petani (Kelompok tani Sambua/Gapoktan Musyawarah Mufakat) terhadap komponen PTT jagung yang di Uji Coba/Demonstrasi sangat baik yaitu 100% (sebelum nya ragu-ragu 38%, menolak 9 27%). 3. Demonstrasi teknologi merupakan media diseminasi yang sangat efektif untuk menyebarkan inovasi teknologi PTT jagung kepetani 629
Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah: Efektivitas Penyebaran Inovasi DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI. BPTP, 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI Sulawesi Selatan. Direktorat Serealia, 2001. Hasil Pengumpulan Data Base Tanaman Jagung. Direktorat Jenderal Bina Produksi. Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Pingali, P (ed), 2001. CYMMIT 1990/2000. World Maize Fact and trend Meeting World Maize Need Puslitbangtan, 2009. Pedoman Umum Diseminasi Inovasi Pertanian BPTP. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Pengembangan SDM Pertanian. 2007. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Yang Dikelola Oleh Petani. 630