BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai bahasa yang ada di dunia. Kata sastra sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta (Sanskerta: shastra) yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Dalam Bahasa Indonesia kata Sastra biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusastraan atau sebuah tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna, Mukarovsky dalam Antoni (2010:1). Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan dan semesta. Karya sastra yang merupakan hasil dari sastra, merupakan pengungkapan diri si pengarang yang bisa saja merupakan pengalaman yang benar benar pernah di alami oleh sastrawan tersebut. Karya sastra tercipta karena adanya luapan perasaan dari pengalaman hidup yang di sampaikan pengarang ketengah tengah masyarakatnya, Siregar dalam Pratama (2011:3). Karya sastra pada dasarnya di bagi menjadi dua macam. Karya sastra yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, essai dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat nonfiksi berupa puisi, 1
drama dan lagu. Dalam kajian penelitian ini penulis akan mengkaji sebuah novel. Menurut Nursisto (2000:168) mengatakan bahwa novel adalah media menuangkan pikiran, perasaan dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya. Ketika di dalam kehidupan muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan suatu cerita. Sedangkan pengertian novel menurut H.B. Jassin dalam Antoni (2010:2) menyatakan bahwa Novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang orang. Pada setiap karya sastra, terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam membangun karya sastra tersebut. Kedua unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik dalam sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud misalnya: cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, peristiwa dan lain lain sebagainya. Sedang yang dimaksud unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem organisme karya sastra tersebut. Wellek dan Warren (1989:75-135) menyatakan bahwa unsur unsur yang dimaksud adalah keadaan subjektivitas individual pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang di tulisnya. Dengan kata lain, unsur biografi pengarang akan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan corak karya sastra yang dihasilkannya. 2
Pembahasan tentang sosiologis tokoh utama dalam suatu karya sastra, maka hal tidak lepas dari unsur ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Sosiologi dalam karya sastra merupakan unsur yang tidak berada di dalam karya sastra tersebut tetapi mempengaruhi jalan cerita dari karya sastra tersebut. Sosiologis tokoh dalam suatu karya sastra berbentuk novel dapat kita lihat dalam karakter tokoh dalam cerita novel tersebut. Untuk mengungkapkan karya sastra ditinjau dari aspek sosiologinya, Wellek dan Wareen (1989:111) mengemukakan tiga jenis pendekatan, yaitu (1) sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial dan lain sebagainya yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra, (2) sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, dan (3) sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosiologi sastra terhadap masyarakat. Selanjutnya, Ian Watt dalam Antoni (2010:3) mengemukakan tiga macam pendekatan sosiologi sastra, yaitu: (1) konteks sosial pengarang, (2) sastra sebagai cermin masyarakat, dan (3) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang. Adapun penelitian yang akan di bahas adalah sebuah karya sastra yang bersifat nonfiksi yang mencerminkan kondisi kehidupan realita yang dituangkan dalam sebuah novel berjudul Saga no Gabai Bachan dimana novel tersebut merupakan pengalaman pribadi si pengarang yaitu Yoshichi Shimada semasa ia kecil. Novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang nenek yang bernama nenek Osano berumur 58 tahun yang berjuang keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan cucunya yang bernama Akihiro Tokunaga yang tidak lain adalah pengarang sendiri yang di titipkan oleh ibunya kepada sang nenek. Dalam kondisi yang serba kekurangan dan bahkan bisa dikatakan sangat miskin ini, banyak ide- 3
ide cemerlang yang dilakukan oleh nenek Osano untuk bertahan hidup. Tanpa pernah mengeluh serta menyerah pada keadaan dan dengan segala ide ide cemerlang sang nenek, mereka selalu menjalani kehidupannya dengan tawa, senyuman dan penuh kesabaran. Novel ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa akan apa yang kita miliki, karena kemiskinan bisa membuat seseorang merasa sedih, murung, putus asa dan pada akhirnya melakukan tindakan kejahatan seperti mencuri, merampok dan menipu dengan alasan ekonomi. Namun demikian, hal tersebut tidak pernah terpikirkan oleh nenek Osano. Kemiskinan membuatnya menjadi seorang pekerja keras bahkan di usianya yang sudah tua dan dengan ide ide cemerlangnya ia membuat kehidupannya menjadi mudah namun tetap terhormat di mata orang orang di sekitarnya. Hal ini menarik untuk dibahas lebih lanjut, terlebih tentang bagaimana nenek Osano dengan segala beban hidup sehari harinya menghadapi permasalahan yang timbul di sekelillingnya baik dari cucunya Akihiro Tokunaga maupun dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan kecerdikan dan ide ide cemerlangnya. Melalui tokoh nenek Osano dalam novel yang merupakan karya cucunya sendiri yang bernama Akihiro Tokunaga atau yang lebih dikenal sebagai Yoshichi Shimada. Dengan kajian secara sosiologis, penulis berusaha memahami aspek perspektif atau imajinasi sosiologis serta sifat dan sikap para tokoh utama dalam menjalani kehidupan yang terdapat dalam cerita novel Saga no Gabai Bachan. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas keadaan sosiologis tokoh utama dalam novel Saga no Gabai Bachan, sehingga penulis akan membahasnya melalui penelitian yang berjudul: Analisis 4
Sosiologis Terhadap Tokoh Utama Dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada. 1.2 Rumusan Permasalahan Sesuai dengan judul penelitian, yaitu Analisis Sosiologis Terhadap Tokoh Utama Dalam Novel Saga No Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada, maka penelitian ini akan membahas mengenai sosiologis tokoh utama dalam melalui hari-harinya. Novel Saga No Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada ini, merupakan sebuah novel yang bercerita tentang kehidupan neneknya sendiri yaitu nenek Osano sebagai tokoh utama. Sebagai pengarang novel Saga No Gabai Baachan ini Yoshichi Shimada menceritakan tentang keseharian nenek Osano dan cucunya Akihiro Tokunaga yang hidup dalam kondisi yang serba kekurangan dan bahkan bisa dikatakan sangat miskin. Tanpa pernah mengeluh serta menyerah pada keadaan dan dengan segala ide ide cemerlang sang nenek, mereka selalu menjalani kehidupannya dengan tawa, senyuman dan penuh kesabaran. Novel ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa akan apa yang kita miliki, karena kemiskinan bisa membuat seseorang merasa sedih, murung, putus asa dan pada akhirnya melakukan tindakan kejahatan seperti mencuri, merampok dan menipu dengan alasan ekonomi. Namun demikian, hal tersebut tidak pernah terpikirkan oleh nenek Osano. Kemiskinan membuatnya menjadi seorang pekerja keras bahkan di usianya yang sudah tua dan dengan ide ide cemerlangnya ia membuat 5
kehidupannya menjadi mudah namun tetap terhormat di mata orang orang di sekitarnya. Berdasarkan alasan alasan tersebut dan berkaitan dengan pendekatan sosiologis yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam bentuk pertanyaan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana nenek Osano menjalani kehidupan sehari harinya dengan kondisi yang serba kekurangan? 2. Nilai luhur apa yang digambarkan tokoh nenek Osano dalam novel Saga no Gabai Baachan ini? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya pada analisis terhadap kesederhanaan cara hidup nenek Osano dan nilai nilai baik yang dapat di ambil dari hal tersebut. Dalam hal ini nenek Osano selaku tokoh utama dalam novel Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada. Novel Saga no Gabai Baachan ini sendiri terdiri dari 264 halaman dan dicetak dalam edisi Bahasa Indonesia yang merupakan hasil terjemahan dari Bahasa Jepang oleh pihak penerbit di Indonesia. Dan untuk penelitian ini, peneliti mengambil 10 cuplikan dari novel Saga no Gabai Baachan untuk dianalisis. Agar pembahasan skripsi ini lebih akurat, maka penulis sebelum bab pembahasan, akan menjelaskan juga tentang definisi novel, setting cerita Saga no Gabai Baachan, riwayat hidup pengarang (Yoshichi Shimada) dan sosiologi sastra. Kemudian data yang telah terkumpul akan diinterpretasikan, dianalisis, 6
dirangkum dan kemudian akan didistribusikan ke dalam setiap bab dan sub bab dalam penelitian ini. 1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya, maka sastra tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau pikiran manusia. Dewantara dalam Antoni (2010:8) mengungkapkan bahwa setiap manusia merupaka individu yang berbeda dengan individu lainnya. Manusia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan dan perasaan sendiri yang berbeda dengan yang lainnya. Karya sastra sebagai hasil dari sastra itu sendiri, pada hakikatnya merupakan replika dari kehidupan nyata atau penggambaran dari kehidupan nyata itu sendiri. Hal ini dikarenakan obyek sastra adalah pengalaman hidup manusia menyangkut sosial budaya, kesenian dan sistem berfikir. Menurut Pradopo (1994:59), karya sastra adalah karya seni, suatu karya yang menghendaki kreativitas. Karya sastra digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang sesuatu yang ada dalam ralitas yang dihadapi ataupun yang pernah dihadapinya. Realitas itu merupakan faktor penyebab pengarang mencipakan sebuah karya, di samping unsur imajinasi. Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara imajinatif. Hal ini 7
dikarenakan persoalan yang diangkat dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan. Pengertian novel dalam pandangan H.B. Jassin dalam Antoni (2010:9) menyatakan bahwa Novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orangorang. Sedangkan menurut Nursisto (2000:168) mengatakan bahwa novel adalah media menuangkan pikiran, perasaan dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya. Ketika di dalam kehidupan muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan suatu cerita. Dalam menganalisis karya sastra berdasarkan teori, hendaknya dilakukan dengan cara objektif dan tidak memihak. Swingewood dalam Antoni (2010:10) menjelaskan bahwa sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Sedangkan Ritzer dalam Antoni (2010:10) menyatakan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang multiparadigma. Ritzer menemukan tiga paradigma yang mendasar dalam sosiologi, yaitu paradigma fakta-fakta sosial, paradigma defenisi sosial dan paradigma prilaku sosial. Paradigma yang pertama adalah fakta sosial yang berupa lembaga-lembaga dan struktur sosial. Fakta sosial itu sendiri dianggap sebagai sesuatu yang nyata yang berbeda dan berada diluar individu. Paradigma yang kedua yaitu defenisi sosial yang memusatkan perhatian terhadap cara individu-individu mendefinisikan situasi sosial mereka dan efek dari defenisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya. Dalam paradigma ini yang dianggap sebagai pokok persoalan sosiologi bukanlah fakta sosial yang objektif melainkan secara subjektif menghayati fakta fakta sosial tersebut. Sedangkan 8
yang dianggap pokok persoalan sosiologi oleh paradigma ketiga adalah perilaku manusia sebagai subjek yang nyata. Berdasarkan penjelasan di atas, dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis untuk menelaah novel Saga no Gabai Baachan. Di dalam novel Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada dapat dilihat bagaimana nenek Osano sebagai tokoh utama menjalani kehidupannya yang miskin namun tetap bahagia dan ceria bersama cucunya. 1.4.2 Kerangka Teori Dalam menganalisis suatu karya sastra, diperlukan suatu teori pendekatan yang berfungsi sebagai acuan dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren, serta semiotika sebagai landasan teori dalam menganalisis novel Saga no Gabai Baachan ini. Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra memiliki cakupan wilayah yang luas. Menurut Wellek dan Warren dalam Asking (2012: 22), cakupan karya sastra dengan pendekatan sosiologis dibagi atas 3 klasifikasi, yaitu: 1. Sosiologi pengarang. Hal ini berkaitan dengan profesi pengarang, latar belakang sosial status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga 9
masyarakat, dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang. 2. Sosiologi karya sastra. Hal ini berkaitan dengan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial. 3. Sosiologi sastra. Hal ini berkaitan dengan pembaca dan dampak sosial karya sastra, mempengaruhi masyarakat. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya. Penelitian menurut Warren dan Wallek akan melihat sejauh mana karya sastra ini menggambarkan kebenaran kehidupan sosial dilihat dalam teks teks yang ditulis oleh pengarang dalam novelnya dan juga kaitan antara unsur pembentuk karya sastra tersebut yakni pengarangnya dengan lingkungannya terutama lingkungan masa kecilnya. Kemudian untuk menganalisis bagaimana kondisi sosial yang terjadi dalam cuplikan isi novel tersebut, penulis menggunakan pendekatan semiotika. 10
Menurut Pradopo, dkk (2001:270) semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari system sistem, aturan aturan dan konvensi konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Penggunaan metode semiotika sebagai pendekatan yang digunakan dalam penelitian karya sastra didasarkan pada pengertian tentang tanda, cara kerjanya dan pengunaannya. Menurut Peirce dalam Antoni (2010:12) tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas batas tertentu. Tanda memungkin kita berfikir, berhubungan dengan orang lain dan memberikan makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Melalui pendekatan semiotik ini, penulis berusaha untuk menginterpretasikan setiap tanda tanda dan bahasa bahasa yang ada dalam novel ini agar dapat diketahui gambaran jelas tentang bagaimana kehidupan nenek Osano yang selalu hidup dalam kesederhanaan dan dapat menjadi panutan bagi pembaca novel Saga no Gabai Baachan ini. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Alasan alasan yang telah dikemukakan dalam bagian latar belakang merupaka faktor utama dilakukannya penelitian ini. Secara ringkas dapat di jabarkan tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana nenek Osano menjalani kehidupan sehari harinya dalam keadaan yang serba kekurangan. 11
2. Untuk mengetahui nilai nilai luhur yang digambarkan oleh tokoh nenek Osano dalam novel Saga no Gabai Baachan ini. 1.5.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sosiologis tokoh dalam suatu karya sastra. 2. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kesederhanaan hidup seorang manusia yang dalam hal ini di wakili oleh tokoh nenek Osano yang rela bekerja keras demi memenuhi kehidupannya dan seorang cucu yang tinggal bersamanya. 3. Bagi peneliti dan penulis lain, agar menjadi sumber masukkan dan referensi untuk menganalisis karya sastra novel lainnya yang menggunakan pendekatan sosiologis sastra dimasa yang akan datang. 1.6 Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, dibutuhkan sebuah metode sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan. Menurut Wiradi dalam Pratiwi (2012:11), metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun 12
secara sistematis (urutannya logis). Berdasarkan permasalahan yang dianalisis dalam novel Saga no Gabai Baachan ini, maka metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif. Berbagai macam defenisi tentang penelitian deskriptif, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain menurut Sugiyono dalam Antoni (2010:14). Pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan menurut Arikunto dalam Antoni (2010:15). Jadi tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta fakta dan sifat sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini, pada penelitian deskriptif sebenarnya tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis. Namun demikian, dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang sudah berlangsung sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain. Dalam penulisan ini peneliti menguraikan dan menjelaskan secermat mungkin masalah masalah sosiologis tokoh utama yang terdapat dalam novel Saga no Gabai Baachan karangan Yoshichi Shimada dengan teori teori yang telah ada. Teori teori tersebut adalah teori sosiologis khususnya teori sosiologis Soerjono Soekanto. Sementara itu teknik yang penulis gunakan untuk 13
mengumpulkan data adalah dengan metode studi kepustakaan (Library Research), yaitu teknik mengumpulkan data tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi yang ada hubungannya dengan penelitian ini baik berupa buku buku, majalah, laporan hasil penelitian ilmiah (skripsi, tesis, jurnal ilmiah, dsb), maupun non ilmiah. Selain itu, penulis juga melakukan pencarian data melalui media internet mengenai pemasalahan yang berkenaan dengan penelitian ini. Kemudian setelah itu membaca dan menganalisis masalah masalah yang ada dengan teoriteori yang berhubungan dengan penulisan ini. 14