BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN, SETTING CERITA, SOSIOLOGIS SASTRA DAN RIWAYAT HIDUP PENGARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN, SETTING CERITA, SOSIOLOGIS SASTRA DAN RIWAYAT HIDUP PENGARANG"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN, SETTING CERITA, SOSIOLOGIS SASTRA DAN RIWAYAT HIDUP PENGARANG 2.1 Definisi Novel Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk karya sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel sendiri berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella sendiri mengandung pengertian yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjang cakupannya tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek, Abrams dalam Pratama (2011:15). Novel sebagai sebuah karya sastra fiksi memiliki pengertian sebagai suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata, Nurgiantoro dalam Keliat (2012:13). Sedangkan menurut H.B. Jassin dalam Antoni (2010:17) menyatakan bahwa Novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan orang orang. Pendapat lain menyatakan bahwa novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa 15

2 orang tokoh, Kosasih dalam Pratiwi (2012:14). Kisah novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang dialami tokoh hingga tahap penyelesaiannya. Novel memberi gambaran tentang tokoh, peristiwa dan latarnya secara fisik, seolah dapat dilihat, diraba serta didengar. Selain itu, novel juga menghadirkan pengetahuan tentang hal hal yang mendalam, yang tidak dapat dilihat, dipegang serta didengar namun dapat dirasakan oleh batin yang kesemuanya diperoleh secara tersirat dari gambaran tokoh, peristiwa dan tempat yang diceritakan dalam novel tersebut. Walaupun novel bersifat imajiner, namun ada juga novel yang berdasarkan pada fakta. Karya fiksi yang demikian oleh Abrams dalam Pratiwi (2012:15) digolongkan sebagai karya non fiksi yang terbagi atas (1) fiksi historis atau novel historis, jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta sejarah, (2) fiksi biografis atau novel biografis, jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta biografi seseorang dan (3) fiksi sains atau novel sains, jika yang yang menjadi dasar penulisan adalah fakta ilmu pengetahuan. Novel dapat dibagi menjadi dua golongan menurut pendapat Nurgiantoro dalam Pratama (2011:16), yaitu novel populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang popular dan terkenal pada masanya serta memiliki banyak pengemarnya, terutama pembaca dari kalangan remaja. Novel golongan ini menampilkan permasalahan yang aktual dan sesuai dengan zaman, namun hanya permukaan permasalahan saja. Novel popular tidak membahas permasalahan kehidupan secara lebih mendalam, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Karena novel popular pada umumnya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Novel popular ini 16

3 biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan banyaknya muncul novel novel baru yang lebih popular dan lebih mengikuti perkembangan zaman. Sedangkan golongan berikutnya adalah novel serius, novel serius adalah novel yang isi ceritanya serba berkemungkinan serta dituntut konsentrasi untuk dapat memahami jalan cerita yang dipaparkan dalam novel tersebut. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang disajikan dalam novel ini disoroti dan diungkap sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius selain memberikan hiburan juga memberi pengalaman yang berharga kepada pembacanya, selain itu juga mengajak sang pembaca untuk meresapi permasalahan yang ditampilkan dalam novel tersebut. Hal ini lah yang merupakan kelebihan novel serius dibandingkan novel popular, sehingga tetap dapat bertahan dan tetap menarik di baca sepanjang masa. Jadi, menurut pemaparan defenisi novel diatas. Penulis menarik kesimpulan bahwa novel Saga No Gabagai Baachan karya Yoshichi Shimada yang menjadi objek kajian skripsi ini adalah novel nonfiksi yang berbentuk novel biografis dan tergolong kedalam novel serius, kerena Yoshici Shimada sebagai pengarang novel Saga No Gabai Baachan mengkisahkan tentang kehidupannya bersama neneknya di sebuah desa bernama Saga semasa ia kecil dahulu di sekitar tahun 1958 dan dalam novel ini yang menjadi tokoh utama adalah nenek Osano yang merupakan neneknya sendiri. Banyak hal berharga yang diajarkan nenek Osano sebagai tokoh utama dalam novel Saga No Gabai Baachan ini, terutama bagaimana bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa akan apa yang kita miliki di tengah kondisi yang serba kekurangan atau bisa dikatakan miskin dan tentang bagaimana nenek Osano dengan segala beban hidup sehari harinya menghadapi 17

4 permasalahan yang timbul di sekelillingnya baik dari cucunya Akihiro Tokunaga maupun dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan kecerdikan dan segala ide ide cemerlangnya. Kemiskinan membuat nenek Osano menjadi seorang pekerja keras, bahkan di usianya yang sudah tua dan dengan ide ide cemerlangnya ia membuat kehidupannya menjadi mudah namun tetap terhormat di mata orang orang di sekitarnya. 2.2 Unsur Intrinsik Novel Saga No Gabai Baachan Sebuah karya sastra seperti novel, pada dasarnya dibagun atas unsur unsur berupa tema, alur (plot), setting (latar), penokohan (perwatakan) dan sudut pandang (pusat pengisahan). Struktur formal novel ini dapat di sebut sebagai element atau unsur unsur yang dapat menentukan situasi umum dalam sebuah novel. Unsur unsur struktur formal novel ini lah yang menjadi fokus untuk di telaah dalam bagian ini, berikut adalah telaah umum terhadap unsur unsur struktur formal dalam novel Saga No Gabai Baachan Tema Tema berasal dari bahasa latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat, Aminuddin dalam Keliat (2012:14). Dikatakan demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita, sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya yang diciptakannya. Sementara itu pendapat lain mengatakan bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra, Fananie dalam Pratama (2011:20). 18

5 Sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra sangatlah beragam. Tema dapat berupa segala hal berkaitan dengan permasalahan kehidupan, seperti moral, etika, agama, sosial budaya, tradisi dan teknologi. Namun, tema juga bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam menyikapi persoalan yang muncul. Berdasarkan pengertian tema yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tema dari novel Saga no Gabai Baachan adalah tentang perjuangan seorang nenek dalam membesarkan seorang cucu yang dititipkan kepadanya dalam kondisi ekonomi mereka yang serba kekurangan namun dengan kerja keras dan ide cemerlang sang nenek, mereka dapat menjalani kehidupan dengan penuh kegembiraan tanpa mengharap belas kasihan dari orang lain Alur (Plot) Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain, Stanton dalam Pratama (2011:20). Alur atau plot adalah suatu struktur yang merupakan rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai penghubung antar bagian bagian dalam keseluruhan pada sebuah karya sastra fiksi. Menurut susunan urutan waktunya, maka alur dibagi dua jenis, yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunan waktunya bergerak maju seiring munculnya peristiwa serta permasalahan dalam cerita dan diakhiri 19

6 dengan suatu peristiwa puncak serta penyelesaian di akhir cerita. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari suatu peristiwa dimana peristiwa tersebut merupakan bagian dari peristiwa puncak atau peristiwa di akhir cerita yang kemudian jalan cerita tersebut kembali ke suatu peristiwa yang menyebabkan terjadinya peristiwa puncak atau akhir cerita tersebut. Sedangkan menurut Aminuddin dalam Pratama (2011:21), alur cerita prosa fiksi pada umunya disusun berdasarkan urutan berikut: 1. Perkenalan Pada bagian ini pengarang menggambarkan sitauasi dan memperkenalkan tokoh tokohnya. 2. Pertikaian Pada bagian ini pengarang mulai memunculkan pertikaian yang dialami para tokoh. 3. Perumitan Pada bagian ini pertikaian para tokoh semakin menghebat. 4. Klimaks Pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul. 5. Peleraian Pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan. Adapun alur atau plot yang terdapat pada novel Saga no Gabai Baachan ini adalah alur mundur, dikarenakan novel ini bercerita tentang masa kecil sang pengarang yaitu Yoshichi Shimada ketika ia dititipkan ibunya pada neneknya. Cerita pada novel ini dimulai ketika sang pengarang teringat akan masa kecilnya 20

7 dahulu semasa ia tinggal dengan sang nenek di sebuah desa bernama Saga dan membandingkan masa itu dengan masa sekarang ini. Kemudian dilanjutkan dengan mencerikan tentang awal bagaimana ia bisa sampai dititipkan kepada sang nenek oleh ibunya pada usia 8 tahun, cerita terus berlanjut sampai si pengarang menyelesaikan sekolah menengah pertamanya pada usia 16 tahun dan akhirnya kembali tinggal bersama sang ibu di kota Hiroshima Latar (Setting) Dalam karya sastra fiksi, latar (setting) merupakan salah satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting. Karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya, Abrams dalam Pratama (2011:22). Kemudian menurut Abrams dalam Pratiwi (2012:21), menyatakan bahwa secara garis besar, latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yaitu: 1. Latar Tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat dengan nama, inisial atau lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Dalam novel Saga no Gabai Baachan ini, lokasi tempat berlangsungnya cerita adalah sebuah kota kecil bernama Saga yang terletak di Prefektur Saga di Jepang bagian selatan. 21

8 2. Latar Waktu Latar waktu mengacu kepada saat terjadinya peristiwa atau waktu ketika peristiwa dalam cerita dalam novel tersebut terjadi. Latar waktu meliputi hari, tanggal, bulan, tahun dan bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut. Dalam novel Saga no Gabai Baachan ini, latar waktu berlangsungnya cerita adalah tahun 1958 atau tahun ke 33 era Showa sampai dengan tahun 1966 atau tahun ke 41 era Showa. 3. Latar Sosial Latar sosial mengacu kepada hal hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat atau tokoh yang pada satu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun non fiksi. Latar sosial di sini dapat berupa kebiasaan hidup, cara berfikir, pandangan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan dan cara bersikap. Latar sosial ini juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau tinggi. Dalam novel Saga no Gabai Baachan ini, tokoh utama yaitu nenek Osano memiliki peran sebagai seorang nenek di rumah dan sebagai seorang petugas bersih bersih di lingkungan sekolah dan universitas Saga di kota Saga. Sedangkan di lingkungan rumahnya, nenek Osano memiliki status yang terhormat. Karena nenek Osano 22

9 termasuk tokoh yang dituakan dan dihormati di lingkungan tempat tinggalnya Penokohan (Perwatakan) Jones dalam Pratama (2011:22), menyatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang di tampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dalam karya sastra merujuk pada pelaku atau tokoh ceritanya. Menurut Abrams dalam Pratama (2011:22), menyatakan bahwa tokoh cerita adalah orang orang yang ditampilkan dalam karya naratif yang ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Jadi, tokoh cerita memiliki peran penting sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau segala sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Adapun tokoh tokoh dalam novel Saga on Gabai Baachan adalah sebagai berikut : 1. Nenek Osano Nenek Osano adalah merupakan tokoh utama dalam novel Saga no Gabai Baachan. Ia adalah seorang nenek yang mandiri, pekerja keras, tegar dan rela berkorban demi cucu yang dititipkan anaknya kepadanya. Nenek Osano tidak pernah menyerah dan putus asa terhadap kehidupannya yang sangat miskin. 23

10 2. Akihiro Tokunaga Akihiro Tokunaga adalah merupakan cucu dari nenek Osano. Ia seorang anak yang periang, baik, mudah memaafkan orang lain, menghargai orang tua, penyayang dan memiliki semangat yang tinggi dalam menggapai cita-citanya. Namun terkadang Akihiro memiliki sikap yang usil dan nakal yang tidak jarang membuat nenek Osano kesal, walau demikian Akihiro merupakan cucu yang sangat disayangi oleh nenek Osano. 3. Yoshiko Yoshiko adalah seorang wanita dewasa yang merupakan ibu dari Akihiro Tokunaga yang memiliki sifat penyayang, baik, bertanggung jawab, perhatian dan pekerja keras. Karena kesibukkannya bekerja mencari uang membuat ia tidak memiliki waktu untuk membesarkan anaknya, maka Akihiro dititipkan pada ibunya untuk dididik dan dibesarkan di kota Saga. 4. Kisako Kisako adalah adik dari Yoshiko yang juga merupakan bibi dari Akihiro Tokunaga. Bibi Kisako adalah seorang wanita dewasa yang penyayang, ialah yang dimintai tolong oleh Yoshiko untuk membawa Akihiro dari Hiroshima ke Saga untuk dititipkan pada nenek Osano. 24

11 5. Tanaka Sensei Tanaka Sensei adalah seorang guru yang merupakan penasehat klub baseball di sekolah menengah pertama tempat Akihiro Tokunaga bersekolah. Ia sangat akrab dan baik kepada Akhiro karena pada saat itu Akihiro adalah kapten tim baseball di sekolahnya. Walau demikian Tanaka sensei memilki sifat penolong, perhatian, baik hati dan bijaksana Sudut Pandang (Pusat Pengisahan) Sudut pandang atau point of view merupakan cara sebuah cerita dikisahkan. Aminudin dalam Pratama (2011:24) menyatakan bahwa sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita. Selain itu, pendapat lain menyatakan bahwa sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca, Abrams dalam Pratama (2011:24). Sudut pandang merupakan strategi, teknik dan siasat, dari pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya, selain itu posisi pengarang dalam cerita tersebut pula lah yang menjadi sudut pandang pembaca dalam mengikuti dan memahami jalannya cerita tersebut. Terdapat beberapa jenis sudut pandang (point of view), yaitu: 25

12 1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri. 2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Disini pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita. Akan tetapi ia menceritakan sang tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif. 3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita. Disini pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal. Dalam novel Saga no Gabai Baachan, Yoshichi Shimada bertindak sebagai tokoh sampingan. Ia bertindak sebagai tokoh Akihiro Tokunaga yang tidak lain merupakan dirinya sendiri semasa kecil dan menceritkan tentang kisah neneknya yaitu nenek Osano sebagai tokoh utama dalam novel tersebut. 2.3 Biografi Pengarang Yoshichi Shimada lahir di Hiroshima tahun 1950, ia terlahir dengan nama Akihiro Tokunaga. Ayahnya meninggal ketika ia kecil karena penyakit yang di derita sang ayah akibat efek radioaktif yang tersisa dari bom atom pada saat Perang Dunia II di Hiroshima. Karena kesibukan sang ibu dan suasana kota Hiroshima yang tidak baik untuk pertumbuhan Akihiro kecil, maka ia pun dititipkan ibunya ke pada nenek nya di sebuah kota kecil bernama Saga. 26

13 Namun di kota kecil bernama Saga ini, bukan kehidupan yang lebih enak yang didapatinya. Tetapi kehidupan yang lebih miskin daripada kehidupannya ketika tinggal di Hiroshima. Walau hidup dalam kemiskinan, di bawah asuhan dan kasih sayang sang nenek ia menjalani kehidupannya dengan ceria dan selalu optimis akan segala tantangan hidup. Baginya, delapan tahun di Saga tinggal bersama sang nenek membuatnya banyak belajar tentang nilai nilai kebahagian sejati manusia. Karena walau mereka berdua hidup miskin, tetapi tetap bahagia dan ceria dalam menghadapi kesehariannya. Setelah menyelesaikan sekolah menengah pertamanya di Saga, ia kembali ke Hiroshima untuk tinggal bersama sang ibu dan melanjutkan sekolahnya. Meski tadinya ia bermimpi menjadi pemain baseball profesional, entah bagaimana ia malah melakukan debut sebagai kelompok lawak manzai B&B, kemudian menjadi salah satu yang terkenal saat manzai booming di tahun Dalam kehidupannya dewasa ini, Akihiro menikah dan memiliki dua orang anak. Namun walau demikian, ia tetap memegang teguh prinsip prinsip hidup yang diajarkan nenek Osano semasa ia kecil dulu di Saga. Ia tidak mengenal kata kata barang bermerek, interior canggih ataupun sajian mewah. Ia tetap hidup dalam kesederhanaan sesuai dengan ajaran sang nenek. Novel Saga on Gabai Baachan pertama kali terbit tahun 2001, tujuan awal Akhiro menulis novel ini adalah agar semua orang tahu tentang cara hidup nenek Osano. Di tahun 2003 dalam acara Tetsuko no Heya yang sangat terkenal di Asahi TV yang dipandu oleh Tetsuko Kuroyanagi yang juga merupakan penulis novel Totto Chan : Gadis Cilik di Jendela, Akhiro 27

14 diundang sebagai bintang tamu dan diperkenankan memperkenalkan novel Saga no Gabai Baachan ini. Kisah nenek hebat dari Saga ini begitu terkenal di Jepang dan telah diadaptasi menjadi film layar lebar, game dan manga. Dan hingga saat ini Akhiro masih berkarya di dunia pertelevisian, panggung dan sebagainya. 2.4 Sosiologis dan Semiotik dalam Kajian Sastra Sosiologis dalam Kajian Sastra Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman dan logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra berasal dari akar kata sas yang berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk pada definisi diatas, keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Ada beberapa alasan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat. Ratna dalam Asking (2012:19), menyatakan sebagai berikut : 1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh pengarang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat. 2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. 28

15 3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan. 4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut. 5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya. Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi pengarang dan pembaca. Maksudnya adalah karya sastra tersebut dilihat hubungannya dengan kenyataan, baik dari kenyataan yang dilihat oleh pengarang atau dari pembacanya. Menurut Siti Aida Azis dalam Asking (2012:20), Sastra menyajikan gambaran kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Tetapi, pendapat lain menyatakan bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya, Warren dan Wellek dalam Asking (2012:20). Seorang pengarang merupakan anggota masyarakat yang hidup dan berhubungan dengan orang-orang yang berada disekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihayati dan dialami si pengarang itu sendiri dalam kehidupannya. Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari 29

16 kekosongan sosial. Maksudnya adalah karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu serta menceritakan tentang kebudayaan yang melatarbelakanginya. Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra memiliki cakupan wilayah yang luas. Menurut Wellek dan Warren dalam Asking (2012:22), cakupan karya sastra dengan pendekatan sosiologis dibagi atas 3 klasifikasi, yaitu: 1. Sosiologi pengarang. Hal ini berkaitan dengan profesi pengarang, latar belakang sosial status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang. 2. Sosiologi karya sastra. Hal ini berkaitan dengan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial. 30

17 3. Sosiologi sastra. Hal ini berkaitan dengan pembaca dan dampak sosial karya sastra, mempengaruhi masyarakat. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya. Dengan pertimbangan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka modal analisis yang dapat dilakukan menurut Nyoman dalam Antoni (2010:30) meliputi tiga macam, yaitu: 1. Menganalisis masalah masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya hal tersebut sebagai aspek intrinsik, model hubungan yang disebut refleksi. 2. Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antara struktur, bukan aspek aspek tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialektika. 3. Menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan karya sastra gejala kedua. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan model analisis yang diungkapkan oleh Wellek dan Warren. Penelitian menurut Warren dan Wallek akan melihat sejauh mana karya sastra ini menggambarkan kebenaran kehidupan sosial dilihat dalam teks teks yang ditulis oleh pengarang dalam novelnya dan juga kaitan antara unsur pembentuk karya sastra tersebut yakni pengarangnya dengan lingkungannya terutama lingkungan masa kecilnya. 31

18 Tujuan dari pendekatan sosiologi sastra ini adalah untuk mendapat gambaran yang lengkap, utuh serta menyeluruh tentang hubungan timbal balik sastrawan, karya sastra dan masyarakat. Pada penelitian ini, karya sastra digunakan sebagai cerminan kehidupan masyarakat dengan berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh tokoh utama dalam novel Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada khususnya tentang kehidupan masyarakat Jepang pada masa awal setelah Perang Dunia II Semiotik dalam Kajian Sastra Media sastra adalah bahasa. Menurut Saussure dalam Pratiwi (2012:30), bahasa adalah sistem tanda. Tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Dimana ada tanda di sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yaitu yang ditangkap oleh indera kita yang disebut signifier (penanda) dan bentuk atau aspek lainnya yang disebut signified (petanda). Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama. Pradopo dalam Pratiwi (2011:1) menjelaskan, tanda itu tidak hanya satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungannya antara penanda dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang menandai hewan kuda (petanda) sebagai 32

19 artinya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandai adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hugungan bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. Misalnya kata ibu adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat pengguna bahasa (Indonesia). Inggris menyebutnya mother, Perancis menyebutnya la mere, dan sebagainya. Adanya bermacam-macam tanda untuk satu arti itu menunjukkan kesemenamenaan tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol. Dengan demikian, uraian tentang kajian semiotik yang berupa notasi simbol-simbol kemudian coba dijelaskan apa fungsi dan maknanya. Dalam hal ini, kajian semiotik ini akan dipergunakan oleh penulis untuk dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam teks-teks pada novel Saga no Gabai Baachan. 2.5 Nilai Nilai Budaya Luhur Menurut Pandangan Masyarakat Jepang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh. Misalnya saja nilai nilai luhur yang terkandung di dalam budaya Jepang. Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang sangat menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai tradisional di tengah tengah pola kehidupannya yang sudah modern. Hal tersebut membuat Jepang menjadi sebuah bangsa yang maju yang sangat disegani oleh bangsa bangsa lainnya di dunia. 33

20 Di antara banyaknya nilai nilai tradisional Jepang yang berakar dari budaya luhur mereka, terdapat beberapa nilai budaya yang dapat ditemukan dalam teks teks novel Saga no Gabai Baachan ini. Nilai nilai itu seperti on, gimu, giri, ninjou dan haji. Berikut penjelasan dari nilai nilai budaya tersebut. a. On Menurut Benedict (1982:105), di dalam semua pemakaiannya on mengandung arti suatu beban, suatu hutang, sesuatu yang harus dipikul seseorang sebaik mungkin. Seseorang yang menerima on dari atasannya, dan tindakan menerima on dari siapa saja yang belum tentu atasannya atau setidaknya orang setingkat, menimbulkan perasaan bahwa orang itu lebih rendah daripada si pemberi on. On bila dilihat dari si pemberi, maka dapat di bagi menjadi lima (Benedict, 1982:125). Ko on adalah on yang diterima dari kaisar. Oya on adalah on yang diterima dari orang tua. Nushi no on adalah on yang diterima dari majikan atau tuan. Shi no on adalah on yang diterima dari guru. Dan on yang diterima dalam semua hubungan dengan orang lain selama masa hidup si penerima. Seseorang yang telah menerima on wajib membayar kembali on yang ia terima tersebut. Pemenuhan on ini memiliki arti bahwa si penerima on membayar kembali utang utangnya atau pemenuhan kembali kewajiban atas si pemberi on (Benedict, 1982:125). Pemenuhan kembali atas on seseorang bila dilihat dari sudut pemenuhannya ada dua macam, yaitu gimu dan giri. 34

21 b. Gimu Bangsa Jepang membagi ke dalam kategori yang jelas tentang pembayaran kembali on, mana on yang jumlahnya dan jangka waktunya pembayarannya tanpa batas, dan mana on yang sama secara kuantitatif serta sudah harus dibayar pada kesempatan kesempatan khusus. Gimu adalah pembayaran dan pengembalian tanpa batas utang on atau pembayaran kembali yang secara maksimal dari utang on yang dianggap masih belum cukup dan tidak ada batas waktu pembayarannya (Benedict, 1982: ). Gimu dibagi menjadi dua kelompok kewajiban yang berbeda. Gimu yang merupakan pembayaran kembali on kepada orang tua sendiri dan nenek moyang disebut ko, sedangkan gimu yang merupakan pembayaran kembali on kepada Kaisar, hukum, dan negara disebut chu (Benedict, 1982:122). Selain itu ada juga gimu yang disebut nimmu yang merupakan kewajiban terhadap pekerjaan seseorang (Benedict, 1982:125). c. Giri Berdasarkan Encyclopedia Wikipedia (2013) giri adalah nilai nilai budaya Jepang yang dalam bahasa Inggris kurang lebih diartikan sebagai tugas atau kewajiban, atau bahkan beban kewajiban, dengan penekanan pada pengaruh budaya dan kultur Jepang, daripada hanya sekedar arti dari kata tersebut. Sedangkan menurut Benedict (1982:141), giri adalah suatu kewajiban untuk mengembalikan atau membalas semua pemberian yang telah diterima 35

22 dengan nilai yang sama harganya dari apa yang telah diterima sebelumnya. Hubungan antara kedua belah pihak tersebut pun tidak hanya berlaku di antara mereka yang memiliki hubungan khusus, tetapi juga antara teman ataupun kolega dan relasi. Giri memiliki dua pembagian yang jelas, yang oleh Benedict (1982:141) dinamakan giri kepada dunia dan giri kepada nama sendiri. Giri kepada dunia adalah kewajiban seseorang untuk membayar on kepada sesamanya, sedangkan giri kepada nama sendiri adalah kewajiban untuk tetap menjaga kebersihan nama serta reputasi seseorang dari noda fitnah (Benedict, 1982:141). d. Ninjou Menurut Befu dalam Setiawan (2009:2) ninjou terdiri dari dua karakter kanji, yaitu nin yang memiliki arti orang atau manusia, dan, jou yang memiliki arti emosi, perasaan hati, cinta kasih, simpati, ketulusan. Dalam penggunaannya kata ninjou merujuk kepada kecenderungan perasaan peri kemanusiaan, kebaikan hati, dan keinginan keinginan yang bersifat alamiah. Sedangkan ninjou menurut kamus besar Kojien dalam Setiawan (2009:21) didefinisikan sebagai kebaikan hati, tenggang rasa, kasih sayang, getaran alami hati manusia. Pada awalnya istilah ninjou berasal dari kata nasake yang berarti kasih sayang. Ninjou adalah perasaan kasih sayang manusia yang dicurahkan kepada sesamanya. Perasaan ini adalah perasaan yang murni dari hati yang paling dalam dan dipunyai oleh setiap umat manusia di dunia ini. Ninjou dilakukan oleh seseorang terutama bila ia 36

23 melihat orang lain sedang dalam kesulitan dan membutuhkan pertolongan, Doi dalam Setiawan (2009:21). Ninjou berhubungan erat dengan giri. Dalam kehidupan masyarakat Jepang, ninjou bertugas sebagai rasa ikhlas dalam membalas giri yang telah diterima dari orang lain. Giri mewakili rasa terbeban atas kewajiban seorang untuk membalas kebaikan yang telah ia terima dari orang lain. Menurut Minamoto dalam Setiawan (2009:21) menyatakan ninjou adalah keinginan atau ambisi manusia dan perasaan emosi yang bekerja secara alami, yang mempengaruhi kepribadian manusia di dunia. e. Haji Menurut Benedict (1982:333) haji adalah rasa mau yang sehubungan dengan kehormatan atau harga diri. Rasa malu ini muncul dikarenakan ketidakmampuan membalas on orang lain, yang terdiri dari giri dan gimu. Atau juga dengan adanya penilaian pihak lain yang cenderung negatif, seperti sindiran, kritikan atau cemoohan. Benedict (1989:338) juga menambahkan bahwa, malu yang dimiliki masyarakat Jepang bukan malu yang muncul karena keberadaan Tuhan atau takut karena dosa. Akan tetapi, lebih kepada malu yang muncul dengan adanya keberadaan pihak lain. Menurut paham Shintoisme dan Budhisme diajarkan bahwa nilai yang paling tinggi adalah rasa malu. Oleh sebab itu, seluruh aktivitas mereka difokuskan pada usaha menjaga rasa malu tersebut. 37

24 Dan seseorang yang tahu malu di definisikan sebagai orang yang bajik, bahkan dikatakan sebagai orang terhormat (Benedict, 1989:234). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang bertindak pada suatu ukuran yang dijadikan dasar untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukan akan menimbulkan perasaan malu atau tidak. 38

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. Bisa dikatakan manusia hidup berdampingan dengan problematika tersebut. Demikian juga dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu karya manusia yang menarik untuk dikaji adalah sastra, karena dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nilai-Nilai Kemanusiaan Menurut Clarry Sadadalam http://jhv.sagepub.com&http://www.globalresearch. ca/index.php?contex =view Article)nilai adalah ide atau gagasan, konsep seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN 2.1 Tinjauan pustaka Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil karya seseorang baik lisan maupun tulisan jika mengandung unsur estetik maka akan banyak disukai oleh semua kalangan. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA. Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA. Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA 2.1 Definisi Novel Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi bangsa Jepang, on merupakan rasa berhutang yang utama dan selalu ada dalam kehidupan manusia. Karena adanya rasa berhutang maka orang Jepang merasa berkewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Karya sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Karya sastra pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah bagian dari sebuah karya seni yang dihasilkan dari daya cipta, karsa manusia dimana mengandung nilai seni yang tinggi dan juga merupakan perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

Kehidupan sosial Tokunaga dalam novel yang berjudul Saga No Gabai Bachan karya Shimada Yoshichi

Kehidupan sosial Tokunaga dalam novel yang berjudul Saga No Gabai Bachan karya Shimada Yoshichi Kehidupan sosial Tokunaga dalam novel yang berjudul Saga No Gabai Bachan karya Shimada Yoshichi Adi Bijaksana ABSTRAK Skripsi ini berjudul Kehidupan sosial Tokunaga dalam novel yang berjudul Saga No Gabai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN, KARAKTER

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN, KARAKTER BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN, KARAKTER 1.3 Definisi Biografi Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA, DAN BIOGRAFI PENGARANG

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA, DAN BIOGRAFI PENGARANG BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA, DAN BIOGRAFI PENGARANG 2.1 Defenisi Novel Novel merupakan salah satu jenis karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata sas- yang berarti mengarahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata sas- yang berarti mengarahkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata sas- yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, sedangkan akhiran tra berarti alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu karya sastra tercipta tidak dalam kekosongan sosial budaya. Artinya, pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian dengan elegannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Isi yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra adalah proses karya budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Ada yang menceritakan pengalaman hidup orang lain dan bahkan ada

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Ada yang menceritakan pengalaman hidup orang lain dan bahkan ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memiliki hubungan erat dengan kehidupan nyata yang dialami oleh manusia. Ada yang menceritakan pengalaman hidup orang lain dan bahkan ada pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam sifat yaitu, karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non imajinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile yang berarti menghibur dan mengajar. Kesenangan dan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci