POTENSI AIR BERSIH DI KAWASAN SEGARA ANAKAN. Oleh: Agus Riswandi*)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan seperti pembangkit listrik, transportasi, industri, dan lain sebagainya.

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Yuliyanti,2013

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

2016 TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. air terbatas maka produksi pangan akan terhambat. Pada dasarnya permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BATAM PADA TAHUN 2025

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB IV GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUALITAS AIRTANAH PERMUKAAN DAERAH CEKUNGAN AIR KOTA MAKASSAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

KOMPROMI PEMULIHAN AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN *)

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

APLIKASI TEKNIK IRIGASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (STUDI KASUS KEBUN SURYA ADI PT BINA SAWIT MAKMUR)

KONDISI UMUM BANJARMASIN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANENAN AIR HUJAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN SUMBERDAYA AIR DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

Gambar 1.1 Hubungan Permasalahan Banjir dan Sedimentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

Kualitas Airtanah Permukaan Daerah Cekungan Air Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

PEMBUATAN BRONCAPTUR DAN TANDON AIR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN AIR BERSIH PEDESAAN

ABSTRAK PENDAHULUAN. Latar Belakang

MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR Studi Kasus: Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR Studi Kasus: Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH IKK ALALAK

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Transkripsi:

POTENSI AIR BERSIH DI KAWASAN SEGARA ANAKAN Oleh: Agus Riswandi*) Abstrak Indonesia adalah Negara tropis yang hanya memiliki dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan yang tinggi. Kondisi seperti ini menjadikan Indonesia Negara yang melimpah cadanga airnya, tidak akan mengalami kekeringan maupun kesulitan untuk mendapatkan air bersih bagi kebutuhan hidup seharihari. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, masih ada daerah yang kekeringan dan kesulitan untuk mendapatkan air bersih bagi kebutuhan sehari-hari. Fakta ini terjadi pula di kawasan Segara Anakan, dimana Kawasan Segara Anakan memiliki badan air yang luas dan memiliki banyak fungsi antara lain sebagai tempat hijrahnya ikan-ikan di perairan selatan Jawa. Namun, penduduk yang tinggal di Kawasan ini mempunyai kesulitan untuk mendapatkan air bersih, hal ini diperparah lagi dengan tingginya tingkat sedimentasi dikawasan tersebut sehingga ekosistem Segara Anakan menjadi rusak bahkan nyaris punah. Sebagai suatu kawasan yang potensial maka perlu kiranya upaya-upaya penyelamatan yang didasarkan pada identifikasi permasalahan yang muncul di kawasan tersebut dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan kebutuhan penduduk setempat, terutama kebutuhannya terhadap pengadaan air bersih. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara low solution, medium solution, dan high solution. Kata kunci: Potensi air bersih, kawasan Sagara Anakan. *) Agus Riswandi, adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI Angkatan 2005.

1. Pendahuluan Air merupakan unsur vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Karena itu, air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Bumi ini memiliki persediaan air yang sangat banyak, namun yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari terutama untuk minum hanyalah sekitar 5% saja untuk memenuhi kebutuhan air penduduk bumi saat ini. Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan cadangan air terbesar yaitu 15.500 m 3 /kapita/tahun, sedangkan cadangan air dunia berada pada angka 8000 m 3 /kapita/tahun. Jika mengacu pada angka diatas maka Indonesia tidak seharusnya kekurangan cadangan air. Tapi pada faktanya, terutama di pulau jawa krisis air terjadi setiap tahun. Ketersediaan air di Pulau Jawa sebesar 1.750 m 3 /kapita/tahun, di bawah standar kecukupan minimal yaitu 2.000 m 3 /kapita/tahun. Pada tahun 2020 jumlah ini diperkirakan akan semakin menurun hingga 1.200 m 3 /kapita/tahun. Pada tahun 2019 diperkirakan jumlah penduduk perkotaan mencapai 150,2 juta jiwa dengan konsumsi per kapita sebesar 125 liter, sehingga kebutuhan air akan mencapai 18,775 miliar liter/hari. Kebutuhan air untuk industri akan melonjak sebesar 700% pada 2025. Untuk perumahan naik ratarata 65% dan untuk produksi pangan naik 100% (LIPI). Krisis kebutuhan air inipun melanda salah satu kecamatan di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Saat ini krisis air bersih yang melanda Kabupaten Cilacap Jawa Tengah semakin parah terutama di Kawasan Segara Anakan Kecamatan Kampung Laut. Warga dari empat desa di kawasan ini semakin sulit memperoleh air besih yaitu Desa Ujungalang, Ujunggagak, Karanganyar, dan Panikel dengan Total penduduk Kampung Laut tidak kurang dari 15.000 jiwa dan hanya bergantung pada satu mata air yang diambil dari Nusakambangan, padahal desa-desa ini dikelilingi perairan dan hutan mangrove yang mana hutan mangrove ini salah satu hutan terluas di dunia setelah Brazil. Sejak tahun 1980-an sedimentasi di Segara Anakan mulai terlihat jelas dan sampai saat ini sedimentasi terus berlangsung sehingga mengakibatkan bertambah luasnya daratan yang mengakibatkan terjadi pertambahan penduduk dan berpengaruh pada tingginya kebutuhan air bersih.

2. Standar Kebutuhan Air Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari. Untuk kebutuhan tubuh manusia air yang diperlukan adalah 2,5 lt perhari. Standar kebutuhan air pada manusia biasanya mengikuti rumus 30 cc per kilo gram berat badan per hari. Artinya, jika seseorang dengan berat badan 60 kg, maka kebutuhan air tiap harinya sebanyak 1.800 cc atau 1,8 liter. Badan dunia UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu sebesar 60 ltr/org/hari. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut: a. Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter / per kapita / hari. b. Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter / per kapita / hari. c. Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter / per kapita / hari. d. Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter / per kapita / hari. e. Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter / per kapita / hari. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa, standar kebutuhan pokok air minum adalah kebutuhan air sebesar 10 m 3 /KK/bln atau 60 liter/orang/hr, atau sebesar satuan volume lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air. Untuk kebutuhan air minum nasional data dari Departemen PU menunjukkan, bahwa kebutuhan air minum nasional sebanyak 272.107 liter per detik, sedangkan kapasitas air minum eksistingnya sebanyak 105.000 liter perdetik. 3. Potensi air daerah penelitian Curah hujan rata-rata tertinggi di Kabupaten Cilacap terjadi pada bulan Desember (488 mm) dan terendah bulan Juli (43 mm). Rata-rata curah hujan 2940 mm/tahun dengan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember sebanyak 21 hari sedangkan hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Juli sebanyak 2 hari, sedangkan pada bulan Agustus tidak terjadi hujan. Suhu maksimum 32,30 o C terjadi pada bulan Mei, suhu minimum 30,20 o C terjadi pada bulan Agustus.

Tabel 1: Luasan rumah penduduk di Segaraanakan Desa < 36 m 2 36 44m 2 45 53m 2 > 54 m 2 Jumlah Ujunggagak 147 141 233 340 861 Ujungalang 467 103 84 233 887 Klaces 101 30 38 73 242 Panikel 497 102 85 407 1091 Jumlah 1.210 376 440 1.053 3.081 Sumber : BPS Kabupaten Cilacap Potensi air merupakan jumlah air yang tersedia, berupa air permukaan dan air tanah yang dinyatakan dalam satuan waktu satu tahun. Data di atas dapat dihitung hubungan antara potensi dengan curah hujan dan kondisi rumah. Tabel 2: Hubungan antara potensi, curah hujan dan kondisi rumah Luas Rumah (m2) Banyaknya Rumah Total Luas Area (m2) Curah Hujan (mm/tahun) Potensi Air Tertampung (m 3 ) < 36 1212 43632 2.940 128278 36-44 376 11040 2.940 32458 45-53 440 21560 2.940 63386 > 54 1053 56862 2.940 167174 Jumlah 3081 133094 2.940 391296 Dari tabel tersebut dapat diketahui potensi daya tangkapan air maksimal dengan asumsi semua rumah memiliki alat penampang air hujan sesuai dengan luas rumah tanpa adanya penyusutan tangkapan. i). Tipe rumah <36 m 2 Daya Tampung air = luas rumah x curah hujan = 36m 2 x 2,94 m/tahun = 105,84 m 3 /tahun ii). Tipe rumah 36 44 m 2 Daya Tampung air = luas rumah x curah hujanss = 40 m 2 x 2,94 m/tahun = 117,6 m 3 /tahun iii).tipe rumah 45 53 m 2 Daya Tampung air = luas rumah x curah hujan

= 49 m 2 x 2,94 m/tahun = 144,06 m 3 /tahun iv).tipe rumah > 54 m 2 Daya Tampung air = luas rumah x curah hujan = 54 m 2 x 2,94 m/tahun = 158,76 m 3 /tahun 4. Kebutuhan Air Cilacap Berdasarkan standar kebutuhan air tersebut, Kecamatan Kampung Laut dengan jumlah penduduk 14.907 jiwa dapat dihitung kebutuhan airnya dengan mengacu pada standar kebutuhan air, yaitu : Kebutuhan air = 42 liter x 14.907 orang = 626.094 liter/hari = 125 tangki 5000 L/hari = 228.524.310 L/tahun = 45.705 tangki 5000 L/tahun untuk tahun 2007 5. Proyeksi 10 tahun yang akan datang Kebutuhan air bersih penduduk di Kawasan Segara Anakan pada 10 tahun yang akan datang atau pada tahun 2018 sangat bergantung pada dua faktor utama, yaitu sedimentasi sebesar 64,73 ha/tahun (PPGL) dan juga peningkatan jumlah penduduk. Tabel 3:Laju Sedimentasi Segara Anakan No. Tahun Luas Permukan (ha) 1. 1944 5.350 2. 1963 5.632,15 3. 1989 2.957 4. 1992 1.973 5. 1994 1.925,60 6. 1999 1.595,10 7. 2002 1.596,11 8. 2010 0 (tidak ada laguna) Sumber : PPPGL Tabel menunjukkan bahwa pada tahun 2010 Laguna Segara Anakan telah menjadi daratan total tanpa ada lagi badan air, sehingga penduduk akan bertambah banyak baik itu penduduk asli maupun

ditambah dengan penduduk pendatang. Jika mengacu pada laju pertumbuhan penduduk tahun 2007 yaitu sebesar 2,7% dan angka laju pertumbuhan tersebut dianggap tetap hingga tahun 2017, maka jumlah penduduk akan berjumlah 19.458 jiwa. Sehingga proyeksi kebutuhan air bersih di kawasan segara anakan pada tahun 2017 yaitu sebesar 298.288.m 3 dengan perhitungan. Kebutuhan air = 42 liter x 19.458 orang = 817.229 L/hari = 163 tangki 5000 L/hari = 298.288.728 L/tahun = 59.658 tangki 5000 L/thn (2017) 6. Upaya Pemecahan Masalah a. Low Solution 1) Pengambilan air secara langsung Cara ini dianggap paling efektif dilakukan pada waktu sekarang ini, yaitu dengan mengambil air ke sumber air yaitu di pulau Nusakambangan dengan menggunakan alat angkut berupa perahu kecil (compreng). Teknik ini memiliki banyak kekurangan jika dilakukan untuk jangka 10 tahun ke depan, diantaranya adalah biaya sewa perahu yang sangat mahal antara Rp 20.000 Rp 50.000 per perahu setiap kali angkut air sebesar 500 liter, hal ini dikarenakan tingginya beban BBM. Teknik seperti ini pun akan hilang dan berhenti dengan sendirinya, seiring dengan tingginya tingkat sedimentasi. Jika prediksi pada tahun 2010 segara anakan akan menjadi daratan, maka pada tahun yang sama teknik ini sudah tidak dapat lagi digunakan, dan jika masih belum ditemukan solusi penggantinya, maka pada tahun yang sama penduduk akan mengalami kekurangan air yang sangat besar. 2) Sumur Pembuatan sumur yang dilakukan warga mengalami kendala sangat besar, yaitu sumur yang telah digali hingga 11 meter tapi masih belum di dapatkan air, dan kalaupun air didapatkan, air tersebbut sudah terakontaminasi oleh air laut sehingga berasa payau bahkan ada yang berasa asin. 3) Menampung air Hujan Teknik ini merupakan teknik sederhana dan sangat ramah lingkungan, dan dapat berlangsung lama tanpa terpengaruh

perubahan Segara Anakan yang diprediksi akan menjadi daratan pada tahun 2010. Tapi, teknik ini sangat bergantung pada alam, karena hanya dapat berfungsi pada musim hujan saja. Teknik ini dilakukan dengan cara membuat penampungan air hujan berupa bak penampungan maupun talang penangkapan air, kemudian air tersebut di alirkan ke tempat penampungan air. Teknik ini saudah dilakukan oleh sebagian kecil penduduk. b. Medium Solution Medium solution merupakan alternatif pemecahan masalah menengah dalam pemenuhan kebutuhan air di Segara Anakan, diantaranya: 1) Tangki terapung Pengadaan tangki air bersih terapung dari PDAM. Penduduk Kampung laut biasa mendapatkan air dengan biaya Rp 30.000,-/500 liter air atau penduduk sekitar biasanya menyebut satu fiber, yang digunakan oleh 4 orang dan dapat mencukupi hingga 3 hari. Hal ini sama dengan setiap jiwa menggunakan air sebanyak 42 L/hari atau seharga Rp 2520,-/hari/ jiwa. Jika menggunakan tangki terapung yang berkapasitas 5000 liter maka untuk memenuhi kebutuhan air warga yang berjumlah lebih kurang 14.907 jiwa dibutuhkan air bersih sebanyak 630.000 liter/per hari atau setara dengan 126 tangki air. 1 tangki air biasanya di jual dengan harga Rp 85.000,- di daerah Jawa Barat, Jika 1 tangki air di Cilacap diasumsikan dua kali lipat harga di Jawa Barat sekitar Rp 170.000,- per 5000 liter, maka setiap 1 liter setara dengan Rp 34,-. Jika setiap jiwa di asumsikan sama yaitu mengkonsumsi air sebanyak 42 liter per hari, maka setiap jiwa hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1428,-/hari dengan menggunakan tangki terapung atau lebih irit Rp 1092,-/hari dari pada mengambil sendiri ke Nusakambangan atau lebih hemat sekitar 44% dari biaya dengan mengambil sendiri ke Nusakambangan. 2) Sumur Bor Percobaan pembuatan sumur bor pernah dilakukan oleh warga yang didukung oleh pemerintah setempat, tapi hasilnya nihil, pemboran yang sudah dilakukan lebih dari 20 meter belum

menghasilkan air dan kalaupun ada air tapi berasa payau bahkan asin. Pemboran dilakukan di Dusun Mekarsari Desa Panikel yang merupakan wilayah tanah timbul, sehingga jika di buat sumur bor di lokasi tersebut jelas akan terkontaminasi oleh air laut. c. High Solution High solution merupakan solusi yang memiliki hubungan dan campur tangan pemerintah secara penuh dalam upaya pemenuhan kebutuhan air lokal setempat. High solution yang sedang direncanakan adalah pembuatan pipa PDAM bawah laut, yang berasal baik dari Cilacap maupun dari Nusakambangan ataupun dari daerah Kawunganten. Pipa tersebut dibuat dan ditanam di bawah laut yang bersumber dari reservoir PDAM, yang disalurkan ke semua daerah tujuan baik secara langsung ke masing-masing rumah warga maupun disalurkan ke bak penampungan air yang berada di pusat dusun sehingga semua warga bisa mengambil. Tapi solusi ini memiliki beberapa hambatan diantaranya, debit air yang dapt disalurkan PDAM ketika musim kemarau sangat terbatas, dikarenakan kondisi sungai serayu yang menjadi sumber air PDAM sudah mulai berkurang debitnya, selain itu biaya instalasi pipa PDAM yang memakan biaya yang tidak sedikit. 7. Penutup Sebagai suatu kawasan unik bukan hanya di Indonesia melainkan di dunia, layaknya Segara Anakan harus diperlakukan secara khusus, baik oleh pemerintah maupun penduduk yang tinggal di kawasan tersebut. Sedimentasi yang tinggi mengakibatkan multiproblem yang pemecahannya tidak mudah untuk dilakukan. Masalah yang paling sulit adalah pemenuhan kebutuhan air bersih. Sebagai upaya untuk menutupi kekurangan air bersih bagi penduduk di Kawasan Segara Anakan, dapat dilakukan sebagai program jangka pendek diantaranya adalah memaksimalkan potensi air hujan. Dengan curah hujan rata-rata pertahun sebesar 2940 mm, maka setiap m 2 lahan dapat menampung air hujan kurang lebih 3 m 3, cara ini selain mudah dilakukan juga biaya yang dikeluarkan juga minimal. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka kebutuhan air bersih pun akan terus meningkat, sebenarnya potensi air bersih dikawasan Segara Anakan masih cukup besar, baik yang

berasal dari potensi air hujan maupun potensi air yang berada di guagua dan sungai bawah tanah di pulau Nusakambangan. Akan tetapi dalam pemanfaatannya masih kurang optimal sehingga kekurangan air bersih akan terus terjadi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. S. 1997. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Diktat Geomorfologi. Klasifikasi Satuan dan Detil Geomorfologi. Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 8. Seyhan Ersin, 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Soekardi, R., Nota Singkat Tentang Penyediaan Air Di Daerah Cilacap Dan Gombong. Pusat Djawatan Geologi Bagian Geo Hidrologi. Sosrodarsono Suryono, 1987. Hidrologi Untuk Pengairan Jakarta: PT Pradnya Paramita. Badan Pengelolaan Kawasan Segara Anakan dan BPS Kabupaten Cilacap. 2007. Survey Sosial Ekonomi Rumah Tangga Daerah (SUSEDA) Di Kawasan Segara Anakan. http://ciptakarya.pu.go.id/_pam/mdg/about%20mdg.htm http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?berita=opini&i d=16610.