MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR Studi Kasus: Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap
|
|
- Ida Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR Studi Kasus: Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap Dini Kusumawardhani 1, Siska Ayu Mahyaningsih 2, Winni Sharfina 3, Zulaikha Budi Astuti 4 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kusumawardhani.dini@gmail.com 1, mahyaningsih@gmail.com 2, winni.sharfina@gmail.com 3, zulaikhabudiastuti@gmail.com 4 Abstract As a dynamic environment, coastal area was facing prolonged natural changes slowly. Naturally, coastal area was demanded to be adaptive, moreover when this area was changing into coastal settlement. The Klaces Village in Segara Anakan nowadays has transformed into land-based coastal area due to the sedimentation which causes many problems, such as: high and low tide, high soil shrinkage and minimum facilities of clean water and sanitation. The quantitative and qualitative approach were used by combining descriptive method, correlative design to gain an adaptive model for land-based coastal settlement. The analysis has resulted a suitable model of modified stilt house for coastal area. Keywords: coastal area, stilt house, adaptive model Abstrak Sebagai lingkungan yang dinamis, lingkungan pesisir dihadapkan pada perubahan alam menahun secara perlahan. Secara alami, kawasan ini dituntut untuk selalu adaptif terlebih ketika kawasan berubah menjadi permukiman. Saat ini, Desa Klaces di Segara Anakan telah berubah menjadi kawasan pesisir berbasis darat akibat sedimentasi dengan permasalahan antara lain: pasang naik dan pasang surut air laut, tingginya kembang susut tanah dan minimnya fasilitas sanitasi dan air bersih. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode analisis deskriptif, korelasi, sedangkan untuk desain yang digunakan diperuntukkan mendapatkan sebuah model adaptif. Analisis ini, menghasilkan model rumah panggung modifikasi yang sesuai untuk kawasan pesisir. Kata Kunci: kawasan pesisir, rumah panggung, model adaptif Jurnal INFRASTRUKTUR 1-35
2 1. PENDAHULUAN Lingkungan pesisir merupakan lingkungan yang dinamis. Perubahan kondisi alam secara tetap akan berlangsung di pagi hari dan sore hari. Pasang naik yang terjadi di pagi hari mengakibatkan banjir atau masuknya air ke daratan dan pasang surut yang terjadi di sore hari. Perubahan sosial dapat juga berlangsung secara dinamis karena kawasan pesisir merupakan pintu gerbang interaksi dengan komunitas sosial lainnya. Selain perubahan harian tersebut, lingkungan pesisir juga dihadapkan pada perubahan alam menahun yang datang perlahan. Salah satu contoh perubahan alam tersebut adalah sedimentasi yang terjadi di muara sungai dan peningkatan muka air laut sebagai dampak dari pemanasan global. Kemampuan dan kemauan masyarakat, khusus desa Klaces Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, untuk berubah menuju kehidupan yang lebih baik memerlukan proses adaptasi. Lingkungan pesisir yang kaya sumber daya alam, misalnya ikan, menarik minat masyarakat untuk hidup di lingkungan pesisir sebagai pencari ikan. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya desa-desa pesisir. Berdasarkan observasi penulis, kawasan pesisir yang terkena dampak sedimentasi sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikannya. Oleh karena itu masyarakat pesisir tersebut harus berpikir ulang untuk mencari penghidupan baru. Desa Klaces merupakan salah satu desa baru yang muncul sebagai adaptasi munculnya sedimentasi yang terjadi tersebut di Segara Anakan Kabupaten Cilacap. Desa dengan jumlah penduduk sekitar jiwa (2014) ini mulai beradaptasi menjadi desa pesisir berbasis petani. Akan tetapi, jalur air tetap menjadi dasar kehidupan mereka untuk tetap terhubung dengan kawasan lain, khususnya Pulau Jawa. Dari segi lingkungan, Kawasan Pesisir Segara Anakan mengalami penderitaan akibat sedimentasi sehingga kembang susut tanah di Desa Klaces cenderung tinggi. Desa Klaces akan diusulkan menjadi model permukiman adaptif yang mana salah satu rekomendasinya adalah model rumah adaptif sehingga desain rumah dapat disesuaikan terhadap perubahan lingkungan di Desa Klaces yang cepat dan tidak stabil. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu kawasan pesisir memiliki pola kehidupan alam dan sosial yang unik sehingga perlu ditangani secara cermat agar memberikan manfaat sebanyak-banyaknya baik untuk masyarakat maupun kondisi alam. Selain itu, adaptasi kawasan pesisir memberikan peluang kepada para peneliti untuk dapat mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya dan melakukan penelitian lanjutan berbasis pengalaman di lapangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model rumah adaptif terhadap perubahan kawasan pesisir, khususnya Desa Klaces. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang lingkungan permukiman dan perumahan di kawasan pesisir yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2014 (Perubahan Atas Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007) tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi baik di darat maupun di laut. Sugiarto dalam Dahuri (2008) menjelaskan bahwa kawasan pesisir merupakan pertemuan antara darat dan laut. Kawasan yang mengarah ke darat meliputi wilayah daratan kering dan wilayah terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut, seperti pasang surut dan perembesan air asin. Sementara kawasan yang mengarah ke laut meliputi bagian laut yang mengalami proses sedimentasi, memiliki aliran air tawar serta aktivitas manusia, seperti penggundulan hutan bakau dan pencemaran. Kawasan pesisir memiliki ekosistem dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini kaya akan tanaman khas seperti bakau dan padang lamun. Kawasan pesisir merupakan habitat terumbu karang yang merupakan tempat beranekaragam ikan dan hewan laut yang hidup dan berkembangbiak. Sistem lingkungan kawasan pesisir ini membentuk sistem perlindungan alamiah terhadap ancaman badai, banjir dan erosi yang memiliki peran dan fungsi besar untuk menjaga keberlangsungan keseimbangan alam Pola Permukiman Kawasan Pesisir Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang sangat adaptif terhadap pola perubahan lingkungan, khususnya terhadap pasang naik dan pasang surut air laut, angin, hujan dan banjir (Sajid, 2014). Adaptasi ini diterjemahkan dalam wujud polapola permukiman kawasan pesisir yang terbentuk (Depdikbud, dalam Sajid, 2014). Pola permukiman di lingkungan perairan laut pada umumnya berada di lingkungan pantai yang cukup terlindungi dari gelombang dan angin laut. Pada umumnya tata letak bangunan rumah adalah memanjang sejajar dengan garis pantai yang terdiri atas beberapa lapis, baik ke arah darat maupun ke arah laut. Selain itu terdapat pula pola subkelompok komunitas yang mengelompok pada ruang-ruang penting seperti kawasan penjemuran, masjid, maupun ruang terbuka umum. Secara rinci, pola ruang permukiman nelayan, struktur ruang permukiman dan pola perumahan dijelaskan pada Tabel Jurnal INFRASTRUKTUR
3 Secara umum, pola pertapakan bangunan rumah tinggal kawasan pesisir kemudian dibagi menjadi empat tipe bangunan rumah. Pertama, rumah di atas darat yang tidak banyak terdampak pasang surut air laut. Kedua, rumah di atas darat tepi perairan yang terkadang tergenang banjir. Ketiga, rumah yang berada pada peralihan tanah-darat, tepi perairan yang sangat dipengaruhi pasang naik dan pasang surut. Keempat, rumah di atas perairan. Berikut adalah ilustrasi bangunan rumah untuk kawasan pesisir: Perumahan dan permukiman di kawasan pesisir ini dilengkapi dengan fasilitas jembatan dan perahu. Fasilitas penghubung ini menjadi sangat penting sebagai fasilitas untuk mengakses ke darat agar kawasan darat dan laut tetap terhubung secara sosial dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, kawasan pesisir memiliki kesempatan yang luas untuk memiliki sistem transportasi air yang baik. Tabel 1. Tipe Bangunan Rumah di Kawasan Pesisir (Sumber: Taylor dalam Sajid, 2014) Gambar 1. Model permukiman di Volendam (Sumber: meanbackpack.wordpress.com) Gambar 2. Situasi kota Volendam (Sumber: meanbackpack.wordpress.com) Jurnal INFRASTRUKTUR 1-37
4 2.3. Benchmark Kawasan Pesisir di Volendam, Belanda Volendam adalah desa nelayan di Belanda. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Belanda. Hal yang menarik adalah kehidupan penduduk desa ini yang masih mempertahankan kehidupan tradisional, seperti memakai pakaian tradisional Belanda, menggunakan klompen dan melakukan kegiatan pertanian. Dilihat dari model permukiman yang ada di Volendam, model ini terkonsentrasi di antara hamparan lahan pertanian. Hal yang menarik adalah kanal-kanal air masih dipertahankan untuk mengaliri kota seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 2 memperlihatkan lingkungan di Volendam yang sangat bersih. Rumah-rumah dan toko-toko tertata rapi. Walaupun Volendam merupakan kota nelayan namun infrastrukturnya sangat modern. Selain itu, jalur-jalur pejalan kaki banyak dibuat untuk memanjakan para pengunjung untuk menikmati kota ini. Kota ini juga dilengkapi dengan kantung-kantung parkir yang disediakan untuk memarkir kendaraan atau bus wisatawan. Sementara itu, rumah-rumah yang berdekatan dengan air dibangun sebagai rumah panggung. Hal ini dilakukan sebagai adaptasi terhadap perubahan muka air laut akibat pasang naik dan pasang surut. Gambar 3 merupakan salah satu contoh rumah (Sumber: meanbackpack.wordpress.com) 3. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi pemerintah yang ada di Ibukota Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan terhadap data-data yang memerlukan justifikasi ahli, seperti kualitas lingkungan, kualitas sosial dan kebijakan yang menyertainya. Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan dalam penellitian ini, yaitu deskriptif, korelasi dan desain. Analisis deskriptif dilakukan untuk menjabarkan hasil keseluruhan pengumpulan data. Hasil observasi lapangan dan wawancara dideskripsikan sehingga menghasilkan gambaran yang jelas tentang kondisi saat ini, kebutuhan masyarakat dan keinginan masyarakat di masa depan terhadap model rumah adaptif. Deskripsi yang dilakukan meliputi seluruh data primer dan sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Analisis korelasi dilakukan dengan menghubungkan potensi, kekurangan, keterhubungan dengan pihak luar, kebijakan yang ada dan cita-cita yang ingin diwujudkan. Desain merupakan visualisasi dari sebuah konsep yang ingin diwujudkan dan hasil dari perjalanan panjang keseluruhan analisis yang telah saling melebur. Desain di atas kertas merupakan langkah awal untuk mewujudkan model adaptif di lapangan. Alat bantu yang digunakan dalam merancang desain ini adalah perangkat lunak program SketchUp. 4. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Kondisi Segara Anakan Segara Anakan merupakan muara dari beberapa sungai besar seperti Sungai Citanduy, Cibereum, Cimeneng, Cikonde dan beberapa sungai lainnya. Beberapa tahun terakhir, material sedimen yang masuk ke Segara Anakan mencapai 1 juta m 3 per tahun yang didominasi oleh material aliran Sungai Citanduy. Segara Anakan mengalami proses panggung yang terdapat di Volendam. penyempitan yang masif dalam kurun 20 tahun. Pada Gambar 3. Contoh rumah panggung di Volendam Tabel 2, terlihat bahwa Segara Anakan memiliki luas Tabel 2. Jumlah Sedimentasi ke Segara Anakan 1-38 Jurnal INFRASTRUKTUR
5 2.906 Ha pada tahun 1984, Ha pada tahun 1994 dan pada tahun 2003 hanya tersisa 300 Ha Gambaran Kondisi Desa Klaces Desa Klaces merupakan desa termuda di Kecamatan Klaces yang dibentuk pada tahun 2002 (lihat Gambar 4). Desa Klaces dipersiapkan menjadi wilayah administrasi sendiri dan sekaligus menjadi ibukota kecamatan (BPS, 2014). Kondisi topografi Kabupaten Cilacap merupakan Gambar 4. Lokasi Desa Klaces (Sumber: meanbackpack.wordpress.com) Temperatur rata-rata Desa Klaces sebesar 26,9 o C dengan intensitas matahari berkisar 52,8% - 88,2% dan jumlah hari hujan terjadi diatas 20 hari dalam satu bulan pada bulan November April (rentang musim hujan). Curah hujan rata-rata tertinggi perhari terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Agustus. Sebaran curah hujan di Kecamatan Kampng Laut berkisar antara mm/tahun yang merupakan curah hujan terendah (Lihat tabel 3). Sebagai Ibukota Kecamatan kampung Laut, Desa Klaces memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Kampung Laut (Sumber: Data Dasar Kampung Laut, tahun 2014) kawasan pegunungan dengan ketinggian ratarata 400 meter dpl. Di sisi lain, kondisi topografi Kecamatan Kampung Laut merupakan yang terendah di Kabupaten Cilacap dengan ketinggian 0-3 meter dpl. Desa Klaces berada satu daratan dengan Pulau Nusakambangan yang memiliki bentang alam pegunungan dengan topografi ratarata kurang dari 100 meter dpl. Kondisi kelerengan lahan Kecamatan Kampung Laut adalah 0-2% yang merupakan kategori kelerengan landai hampir datar (BPS, 2014). terkecil dibanding desa-desa lainnya. Desa Klaces tercatat memiliki luas wilayah 17,73 km 2 dengan jumlah penduduk jiwa dengan kepadatan 55 penduduk per km 2 (lihat Tabel 3). Penduduk Desa Klaces sudah mengalami perubahan mata pencaharian sebagai petani sawah dengan bercocok tanam di tanah timbul yang subur. Sawah garapan penduduk ini sebagian besar tersebar di bagian selatan desa mendekati daratan Nusa Kambangan dan di bagian timur ke arah Desa Jurnal INFRASTRUKTUR 1-39
6 Ujungalang. Luas sawah tadah hujan di Desa Klaces adalah 144 Ha dengan produk berupa padi, ketela pohon, kacang panjang, kelapa, dan cabai. Berikut diagram jenis mata pencaharian penduduk yang barat. Selain penduduk asli, ada pula pendatang dari daerah lain. Rata-rata tiap rumah terdiri atas 5 anggota. Pekerjaan penduduk di kawasan ini mayoritas adalah petani yang menggarap sawahnya sendiri di area Nusakambangan atau di bagian timur menuju arah Desa Ujungalang. Tiap penduduk yang bekerja sebagai petani mendapatkan penghasilan berbeda-beda tergantung kondisi cuaca dan luas lahan. Penduduk mengatakan bahwa mereka sudah terbiasa dengan kondisi yang ada yang mana banjir selalu datang tiap tahun sekali itu dianggap wajar dan dimaklumi sebagai bagian dari kondisi lingkungan mereka. Letak Pemukiman Tepi perairan dapat dilihat pada Gambar 6. disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Klaces (Sumber: Data Dasar Kampung Laut, 2014) Gambar 5 menunjukkan sebanyak 65% penduduk di Desa Klaces bermatapencaharian sebagai petani, selain itu masih ada 5% penduduk bekerja sebagai nelayan namun hanya nelayan tangkap. Banyak pula penduduk yang bekerja dengan membuka usaha di rumahnya, misalnya sebagai pedagang makanan dan bahan kebutuhan sehari-hari. Kondisi fisik permukiman dapat dijelaskan dari material bangunan yang digunakan oleh masyarakat untuk membangun rumah. Seperti yang terlihat pada Tabel 4, mayoritas rumah yang ada di Kampung Laut sudah menggunakan dinding tembok. Ada pula Tabel 4. Material Rumah Masyarakat Kampung Laut (Sumber: Data Dasar Kampung Laut, 2014) Gambar 6 menunjukkan bangunan rumah mayoritas menggunakan dinding papan, atap asbes atau seng, berlantai papan. Ada pula yang berdinding gedek bambu tergantung kemampuan penduduk. Rumah mereka membelakangi Segara Anakan dan menghadap ke jalan lingkungan. Rumah yang ada juga berupa landed house. Mereka enggan untuk merubah rumah eksisting menjadi rumah panggung karena mereka beranggapan bahwa rumah panggung dirasakan cukup kompleks penggunaannya, misalnya di rumah panggung, mereka hanya dapat menggunakan pintu depan untuk akses masuk. Sedangkan pada rumah tapak, mereka dapat menggunakan banyak akses masuk, baik di samping maupun di depan rumah. Berikut gambar rumah di kawasan tepi perairan yang disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 menujukkan bahwa Penduduk di kawasan ini dilayani oleh bak penampung air dengan sistem yang menggunakan sebagian tembok namun masih banyak juga rumah yang menggunakan papan/kayu dan bambu Pola Permukiman di Tepi Perairan Permukiman di tepi perairan Segara Anakan terletak di sebelah barat Desa Klaces (Gambar 6). Pola permukiman berupa linear mengikuti Segara Anakan. Kawasan ini cukup dekat dengan fasilitas perkantoran dan kesehatan. Penduduk kawasan ini merupakan penduduk asli Desa Klaces. Pada awalnya mereka hidup di kawasan peralihan. Setelah berumah tangga mereka berpindah ke bagian perpipaan yang mana saat musim kemarau air tidak mengalir dan bak penampungan tersebbut terisi air payau. Dengan demikian, penduduk harus mengambil air hingga ke goa-goa di Nusa Kambangan. Kondisi sanitasi dasar hampir sama dengan kawasan lainnya. Akan tetapi, mayoritas penduduk di kawasan ini memiliki rumah dengan bilik terpisah dari rumahnya untuk MCK. Sayangnya, black water dari bilik ini langsung masuk ke badan air Segara Anakan karena letak MCK ini berada di atas perairan Segara Anakan Jurnal INFRASTRUKTUR
7 Gambar 6. Letak Permukiman Tepi Perairan Sebelum memulai melakukan desain terhadap rumah adaptif di Desa Klaces, dipetakan terlebih dahulu tantangan yang dihadapi Desa Klaces, yaitu masih ada rumah yang mempertahankan bentuk panggung sehingga dapat mengantisipasi terjadinya banjir sekaligus mempertahankan corak asli permukiman Kampung Laut yang menggunakan rumah panggung. Jenis rumah panggung saat ini sudah mulai berkurang jumlahnya. Sedimentasi Segara Anakan yang terjadi secara cepat dan masif menyebabkan hasil tangkapan ikan berkurang, alur pelayaran menyempit dan kerusakan hutan bakau. Pada musim hujan setiap tahunnya, Desa Klaces pasti mengalami banjir dan genangan yang diakibatkan oleh pasang dan surut Segara Anakan. Pada kondisi pasang, genangan air dapat mencapai ketinggian 1 meter sehingga air Segara Anakan membanjiri permukiman dan kawasan pertanian penduduk. Selain dari Segara Anakan, pada musim hujan Desa Klaces juga mengalami banjir rob yang berasal dari Nusa Kambangan. Gambar 7. Rumah di Kawasan Tepi Perairan (Sumber: Observasi Lapangan, 2015) terjadi karena adanya perubahan kadar air. Apabila terjadi peningkatan kadar air, tanah ekspansif akan mengembang disertai tekanan air pori dan timbulnya tekanan pengembangan. Sebaliknya jika kadar air berkurang sampai batas susutnya, akan terjadi penyusutan tanah. Kembang susut tanah yang tinggi di Desa Klaces ini menyebabkan rumah retak dan penurunan tanah. Dalam hal infrastruktur permukiman, Desa Klaces memiliki tantangan yang cukup pelik, misalnya pembuangan air limbah ke lingkungan dilakukan masyarakat tanpa adanya pemrosesan terlebih dahulu sehingga dapat mencemari badan air atau tanah. Selain itu, minimnya sumber air bersih mengakibatkan penduduk hanya memanfaatkan sumber mata air goa. Di samping itu, tidak ada pengolahan sampah sehingga sampah dibakar atau ditimbun di pekarangan rumah masing-masing Usulan Desain Rumah Adaptif di Desa Klaces Banyak terdapat balong yang dapat dimanfaatkan khususnya untuk kegiatan perikanan. Saat ini, balong yang ada di Desa Klaces tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh penduduk untuk menambah penghasilan sehingga balong eksisting cenderung terbengkalai. Tantangan selanjutnya adalah adanya kembang susut tanah yang tinggi yang mempengaruhi stabilitas bangunan. Kembang susut tanah ini Desain rumah yang adaptif pada permukiman di Desa Klaces perlu untuk direncanakan sesuai dengan kondisi lingkungannya. Berdasarkan karakteristik lingkungan yang ada di Desa Klaces maka usulan desain rumah yang sesuai adalah berbentuk rumah panggung. Rumah panggung adalah rumah yang dikhususkan untuk kawasan tepi air. Rumah di kawasan pesisir yang diusulkan adalah rumah sehat. Rumah ini memiliki ruang-ruang dasar Jurnal INFRASTRUKTUR 1-41
8 yang cukup dan dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi sehat. Penampilan rumah panggung dibangun sebagai rumah panggung urban yang nampak indah dan bersih. Berikut adalah denah rumah yang diusulkan. Berikut denah rumah panggung yang disajikan dalam Gambar 8. Seperti dalam Gambar 8, Rumah ini didesain dengan empat tiang penyangga berukuran 30x30 sentimeter dengan tinggi 1,8 meter. Rumah dengan luas 36 m 2 ini berdinding papan kayu. Papan kayu dipilih karena kawasan ini merupakan penghasil kayu. Atap rumah yang dipilih adalah atap berjenis perisai yang dimodifikasi pada bagian yang menghadap Segara Anakan. Modifikasi ini berupa atap yang separuh jatuh mengarah ke dinding beranda dan disangga tiang kayu miring di kanan kiri bangunan. Atap yang separuh jatuh ini terdiri dari papan kayu yang menghalangi angin dari arah Segara untuk langsung menerpa dinding rumah. Material penutup atap adalah jenis polimer ringan UPVC. Usulan Model Rumah Panggung disajikan dlam Gambar 9 dan 10. Gambar 8. Denah Rumah Panggung di Tepi Perairan Seperti dalam Gambar 9 dan 10, Usulan model rumah panggung dibuat dengan pertimbangan adanya banjir yang terjadi setiap tahun. Rumah panggung dapat menjadi rumah adaptif sebagai bentuk antisipasi terhadap banjir tersebut. Selain Gambar 9. Usulan Model Rumah Panggung di Tepi Perairan (Tampak Kiri dan Kanan) Gambar 10. Usulan Model Rumah Panggung di Tepi Perairan (Tampak Depan dan Belakang) 1-42 Jurnal INFRASTRUKTUR
9 itu ketika musim kering, bagian bawah rumah panggung dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan komunitas. Parahyangan 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Desa Klaces sebagai Ibu Kota Kecamatan Kampung Laut dan sebagai pintu gerbang ke kawasan Segara Anakan telah beradaptasi dengan perubahan alam air menuju daratan. Penduduk beralih mata pencaharian dari nelayan tangkap menjadi petani. Desa Klaces memiliki masalah yang khas yakni tingginya laju sedimentasi di Segara Anakan dan banjir/ genangan tiap tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa Desa Klaces dapat diusulkan sebagai Model Rumah Adaptif, yang menekankan model hunian adaptif sesuai dengan kondisi lingkungan Desa Klaces Saran Saran yang sekiranya dapat diberikan adalah sekiranya penelitian selanjutnya dapat membahas mengenai penataan kawasan permukiman sesuai dengan keinginan stakeholder (masyarakat setempat, instansi setempat, akademisi, dan swasta yang tertarik melakukan kegiatan CSR). Metode yang digunakan dapat berupa Delphi untuk menggali informasi terkait keinginan stakeholder sehingga hasil yang didapat lebih sesuai. Selain itu, penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk menggali gap antara keinginan dan kondisi eksisting infrastruktur permukiman bagi masyarakat, sehingga dapat diketahui perbedaan antara penyediaan infrastruktur dengan keinginan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kabupaten Cilacap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap tahun BPS Statistik Daerah Kecamatan Kampung Laut 2014 BPS Data Dasar Kampung Laut 2014 Dahuri, R. dkk Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita: Jakarta Direktorat Penataan Ruang Wilayah II. NA. Materi Teknis Penataan Ruang Kawasan DAS Citanduy-Laguna Segara Anakan Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sajid, S. M. (2014). Adaptasi Bentuk Permukiman Pesisir Kampung Laut Segara Anakan Akibat Sedimentasi. Bandung: Universitas Katolik Jurnal INFRASTRUKTUR 1-43
MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR Studi Kasus: Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap
MODEL DESAIN RUMAH ADAPTIF KAWASAN PESISIR Studi Kasus: Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap Dini Kusumawardhani 1 Winni Sharfina 2 Siska Ayu Mahyaningsih 3 Zulaikha Budi Astuti 4 Penyusun
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa
II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),
Lebih terperinciKAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR
KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: PROJO ARIEF BUDIMAN L2D 003 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM LOKASI
6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun
Lebih terperinciMata Pencaharian Penduduk Indonesia
Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan bakau / mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut (pesisir). Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai lebih dari 8.100 km serta memiliki luas laut sekitar 5,8 juta km2 dan memiliki lebih dari 17.508 pulau, sehingga
Lebih terperinciPOTENSI AIR BERSIH DI KAWASAN SEGARA ANAKAN. Oleh: Agus Riswandi*)
POTENSI AIR BERSIH DI KAWASAN SEGARA ANAKAN Oleh: Agus Riswandi*) Abstrak Indonesia adalah Negara tropis yang hanya memiliki dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan yang tinggi.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas
Lebih terperinci3.1 Metode Identifikasi
B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii
ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.
KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan
Lebih terperinciPERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini
PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove tergolong ekosistem yang unik. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di daerah tropis. Selain itu, mangrove
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
Lebih terperinciGeografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn
KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami
Lebih terperinciTANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa
AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI
BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI
III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,
Lebih terperinciV. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan
V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun
Lebih terperinciTabel 3 Kenaikan muka laut Kota Semarang berdasarkan data citra satelit.
11 dianggap nol. Sehingga biaya proteksi pantai dapat diketahui dari biaya kehilangan lahan basah dan biaya kehilangan lahan kering. Lahan basah merupakan lahan yang tergenang sepanjang tahun, dalam hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN - 1 -
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan fisik habitat wilayah pesisir dan lautan di Indonesia mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem. Salah satunya terjadi pada ekosistem mangrove. Hutan mangrove
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI 4.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG Kota Semarang secara geografis terletak pada koordinat 6 0 50-7 0 10 Lintang Selatan dan garis 109 0 35-110 0 50 Bujur Timur
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mangrove di DKI Jakarta tersebar di kawasan hutan mangrove Tegal Alur-Angke Kapuk di Pantai Utara DKI Jakarta dan di sekitar Kepulauan Seribu. Berdasarkan SK Menteri
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan
Lebih terperinci3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.2 1. Tempat pelestarian hewan langka orang hutan di Tanjung Puting bertujuan agar Tidak merusak pertanian dan mampu berkembangbiak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup
Lebih terperinciV. ANALISIS DAN SINTESIS
V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis Fisik 5.1.1.1 Analisis Topografi Wilayah Banjarmasin bagian utara memiliki ketinggian permukaan tanah rata-rata 0,16 m di bawah permukaan air laut,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga memiliki kawasan pesisir yang luas dari tiap wilayah pulaunya. Kawasan pesisir ini digunakan oleh penduduk Indonesia
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi
Lebih terperinciES R K I R P I S P I S SI S S I TEM
69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG
KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperincidua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilewati oleh garis katulistiwa di apit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan
Lebih terperinciBAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis
BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)
PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**) Abtrak Perairan Segara Anakan yang merupakan pertemuan
Lebih terperinciDINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang
1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang
Lebih terperinciLongsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pantai adalah suatu wilayah yang mengalami kontak langsung dengan aktivitas manusia dan kontak dengan fenomena alam terutama yang berasal dari laut. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat
Lebih terperinciKESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR
KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: TAUFIQURROHMAN L2D 004 355 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 KESESUAIAN
Lebih terperinciBAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS
BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciDAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS
Lebih terperinciIDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI. Djumiko.
IDNTIFIKASI CIRI-CIRI PRUMAHAN DI KAWASAN PSISIR KASUS KLURAHAN SAMBULI DAN TODONGGU KCAMATAN ABLI KOTA KNDARI Djumiko Abstrak Kawasan pesisir merupakan daerah pantai/ tepi laut, yaitu kawasan dimana daratan
Lebih terperinci19 Oktober Ema Umilia
19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciMODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.
MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN Faisyal Rani 1 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau 1 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA
PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN
Lebih terperinci