Pengaruh Jenis, Konsentrasi Krioprotektan dan Metode Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Ayam Arab

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Pengaruh Krioprotektan dan Waktu Ekuilibrasi Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa Itik dan Entog

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PEPENGARUH KRIOPROTEKTAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA ENTOG DAN PENURUNAN KUALITASNYA SELAMA PROSES PEMBEKUAN

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam

PENGGUNAAN CATATAN PRODUKSI TELUR BULANAN UNTUK EVALUASI GENETIK AYAM PETELUR

MATERI DAN METODE. Materi

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Pengaruh Jenis dan Aras Krioprotektan Terhadap Daya Hidup Spermatozoa Entog

PENGARUH FREKUENSI PENAMPUNGAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM BANGKOK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam. Abstrak. Abstract

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

Semen beku Bagian 1: Sapi

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

PENDAHULUAN Latar Belakang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

Semen beku Bagian 1: Sapi

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

TEHNIK PENGENCERAN PADA PEMBUATAN CHILLING SEMEN SAPI

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

PENGARUH JENIS PENGENCER SEMEN TERHADAP MOTILITAS, ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA AYAM BURAS PADA PENYIMPANAN SUHU 5 o C

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

KUALITAS SPERMA HASIL PEMISAHAN YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN RAK DINAMIS DAN STATIS

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

PEMBEKUAN VITRIFIKASI SEMEN KAMBING BOER DENGAN TINGKAT GLISEROL BERBEDA

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

Semen beku Bagian 2: Kerbau

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

Transkripsi:

Pengaruh Jenis, Konsentrasi Krioprotektan dan Metode Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Ayam Arab SOFJAN ISKANDAR, RUFIKA MARDALESTARI, RESMI HERNAWATI, ENOK MARDIAH dan ENDANG WAHYU Balai Penelitian Ternak Ciawi, PO. Box 221 Bogor 16002 (Diterima dewan redaksi 4 Oktober 2005) ABSTRACT ISKANDAR, S., R. MARDALESTARI, R. HERNAWATI, E. MARDIAH and E. WAHYU. 2006. The effect of kinds and concentration of cryoprotectant and thawing methods on frozen semen of Arab chicken. JITV 11(1): 34-38. The success of freezing chicken semen is the hope for preserving Indonesian native chickens. Semen from twenty Arab roosters were collected using massage technique once in a week. Cryoprotectant DMA (dimethyl acetamide) or DMF (dimethyl formalmide) of 7 or 9% and thawing A at temperature of 30 o C for 30 seconds or in B at 5 o C for 5 minutes. The volume of fresh semen was 0.3 ± 0.072 ml/ejaculate, white colour, rather thick to thick, with 2200 ± 372 millions sperms/ml and ph 6.95 ± 0.32, 4+/3+ mass movement, 80% motility, 84 ± 4.48% and abnormality of 14.75 ± 1.28%. There were not statistically significant (P>0.05) effect of interaction of treatments (kinds and concentrations of cryoprotectant, and thawing methods) on motility and live-sperms. Sperm motility preserved with DMA (34.69%) significantly higher than with DMF (29.84%). Sperm motility was also significantly higher (34.53%) when preserved with 7% cryoprotectant than with 9% (30%). Thawing-A significantly gave higher motility (35.31%) than thawing-b did (29.22%). Live-sperms of semen preserved with DMA (46.75%) was significantly higher than with DMF (41.72%). Cryoprotectant concentration of 7% gave higher live-sperms (46.98%) than of 9% did (41.48%). Thawing-A left live-sperms of 47.14%, which was significantly higher than thawing-b did (41.30%). Key Words: Frozen Semen, Arab Rooster, Cryoprotectants, Thawing Methods ABSTRAK ISKANDAR, S., R. MARDALESTARI, R. HERNAWATI, E. MARDIAH dan E. WAHYU. 2006. Pengaruh jenis, konsentrasi krioprotektan dan metode thawing terhadap kualitas semen beku ayam Arab. JITV 11(1): 34-38. Proses pembekuan sperma yang sering dihadapi adalah cold shock dan kerusakan sel akibat terbentuknya kristal es. Sebanyak 20 ekor ayam Arab jantan dewasa dipergunakan sebagai sumber semen. Krioprotektan yang dipakai DMA (dimetil asetamida) atau DMF (dimetil formalmida) dengan konsentrasi 7 atau 9% dan dua metode thawing yaitu A pada suhu 30 o C selama 30 detik dan B pada suhu 5 o C selama 5 menit. Kualitas semen segar rata-rata per ejakulat per ekor mempunyai volume 0,3 ± 0,072 ml, berwarna putih, konsistensi agak kental ke kental, konsentrasi spermatozoa 2200 ± 372 juta/ml, ph 6,95 ± 0,32, gerakan massa 4+/3+, motilitas 80%, spermatozoa hidup 84 ± 4,48% dan abnormalitas 14,75 ± 1,28%. Pengaruh interaksi faktor perlakuan jenis dan konsentrasi krioprotektan serta metode thawing tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi kualitas semen. Motilitas spermatozoa yang dibekukan dengan DMA (34,69%) nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada yang dibekukan dengan DMF (29,84%); sementara itu yang dibekukan dengan konsentrasi krioprotektan 7% (34,53%) nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada yang dibekukan dengan konsentrasi krioprotektan 9% (30,00%). Motilitas spermatozoa yang dicairkan dengan metode thawing A nyata lebih tinggi (35,31%) daripada yang dicairkan dengan metode thawing B (29,22%). Spermatozoa hidup ratarata dari semen yang dibekukan dengan DMA (46,75%) nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada yang dibekukan dengan DMF (41,72%); sementara yang dibekukan pada konsentrasi krioprotektan 7% (46,98%) nyata (P<0,05) lebih tinggi dari yang dibekukan pada konsentrasi krioprotektan 9% (41,48%). Sementara itu, semen yang dicairkan dengan metode thawing A menyisakan sperma hidup 47,14% yang nyata lebih tinggi dari yang dicairkan dengan metode thawing B (41,30%). Kata Kunci: Semen Beku, Ayam Arab, Kriprotektan, Metode Thawing PENDAHULUAN Pembekuan semen merupakan salah satu cara melestarikan plasma nutfah. Namun dalam proses pembekuan yang sering dihadapi adalah cold shock dan kerusakan sel akibat terbentuknya kristal es. Berbeda dengan spesies lain, unggas, khususnya Galiformis, mempunyai karakter fisiologi unik yang dapat mempengaruhi preservasi semen. Kepala spermatozoa unggas berbentuk silindrik dan tidak begitu panjang dibandingkan dengan ekornya, sekitar 0,5 µm (THURSTON dan HESS, 1987). Untuk mengatasi cold shock dan terbentuknya kristal es, maka dalam proses pembekuan semen ditambahkan zat pelindung yang biasa disebut sebagai krioprotektan yang dapat mencegah terbentuknya kristal es dan menstabilkan membran plasma spermatozoa selama proses pembekuan (LEIBO, 1992). Volume sitoplasma yang 34

JITV Vol. 11 No. 1 Th. 2006 rendah menyebabkan rendahnya penyebaran krioprotektan di dalam kepala spermatozoa. Keadaan tersebut besar kemungkinan menyebabkan spermatozoa unggas tidak begitu tahan pada saat proses pembekuan yang diperburuk lagi dengan ekor spermatozoa yang cukup panjang, antara 90 100 µm. Panjang ekor spermatozoa unggas delapan kali panjang dari kepalanya (THURSTON dan HESS, 1987). Sementara untuk spermatozoa sapi, hanya 5 kali lebih panjang dari ekornya (SALISBURY dan VANDEMARK, 1961) Upaya kriopreservasi semen ayam di Indonesia belum banyak dilaporkan, sementara pada sapi, domba, dan hewan ruminansia lain serta entog dan itik sudah dilakukan (SETIOKO et al., 2000). Krioprotektan yang umum digunakan pada semen ayam di negara maju adalah DMA (dimetil asetamida), DMF (dimetil formamida), DMSO (dimetil sulfoksida), etilen glikol, propilen glikol dan gliserol (HAMMERSTEDT dan GRAHAM, 1992; SURAI dan WISHART, 1996). Gliserol banyak digunakan sebagai krioprotektan karena kemampuannya memproteksi sangat baik, namun cara kerjanya bersifat kontraseptif secara in vivo saat berlangsung inseminasi (HAMMERSTEDT dan GRAHAM, 1992). GAZALI (2001) menyarankan krioprotektan yang cocok digunakan untuk pembekuan semen ayam adalah DMA dan DMF. Penambahan krioprotektan DMA pada konsentrasi 7% dan metode thawing air es menghasilkan motilitas 35,13% (GAZALI, 2001), sementara pemberian krioprotektan DMF 6% menghasilkan motilitas 40%, pada semen angsa tanpa dijelaskan metode thawing yang digunakan (LUKASZEWICZ, 2002). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas semen ayam Arab (sebagai model untuk preservasi semen ayam lokal), yang dibekukan setelah diberi krioprotektan DMA atau DMF dan di-thawing pada suhu yang berbeda. MATERI DAN METODE Sebanyak 20 ekor ayam Arab jantan dewasa berumur antara 1 2 tahun dipelihara dalam kandang individu. Ransum mengandung protein kasar 15% dengan energi 2850 kkal/kg, yang terdiri dari campuran bahan pakan utama jagung, bungkil kedelai, tepung ikan dan dedak. Ransum dan air untuk minum yang berasal dari sumur bor diberikan ad lib. Pencegahan kesehatan seperti imunisasi terhadap ND, dan snot diberikan sesuai dengan aturan yang dianjurkan dan tertera pada kemasan. Kandang individu ditempatkan dalam bangunan kandang berdekatan dengan ayam betina, sebagai penggairah. Koleksi semen dilakukan satu minggu satu kali dengan satu kali ejakulasi pada setiap ekor tanpa dipuasakan terlebih dahulu. Koleksi semen dilakukan dengan cara urut, kemudian ditampung dalam tabung eppendorf 1,5 ml, untuk dievaluasi volume dan kualitas sebelum dicampurkan menjadi satu pool untuk diproses pembekuan selanjutnya. Pembekuan semen dilakukan berdasarkan prosedur yang dianjurkan BLANCO et al. (2000) dan SETIOKO et al. (2002). Setelah dilakukan evaluasi pada individual semen dalam setiap tabung penampung, semen-semen yang kualitasnya baik kemudian dijadikan satu dalam tabung reaksi steril. Larutan pengencer semen tersusun dari campuran kuning telur 1,5 ml, glukosa 0,57 g, antibiotika penstrep 0,1 ml dan krioprotektan DMA (dimetil asetamida), atau DMF (dimetil formalmida), dengan konsentrasi 7 atau 9%. Kemudian pada setiap botol larutan pengencer ditambahkan air steril sebanyak 7,8 ml, sehingga volume pengencer mencapai 10 ml. Pengenceran kemudian dilakukan dengan mencampurkan larutan pengencer secukupnya untuk mendapatkan konsentrasi spermatozoa 100 juta/0,25 ml (satu straw). Porsi volume larutan pengencer ditentukan oleh konsentrasi spermatozoa yang diperoleh setiap pemerahan. Kualitas semen encer kemudian dievaluasi untuk motilitas, daya hidup, dan abnormalitasnya. Semen yang diencerkan dengan larutan perlakuan, yang terdiri dari jenis krioprotektan (DMA vs DMF) dan konsentrasi (7 vs 9%), dimasukan ke dalam straw (volume 0,25 ml/straw) dan ujung straw ditutup dengan serbuk PVC (poli fenil klorida). Selanjutnya straw yang sudah diisi dengan semen ditempatkan dalam lemari pendingin untuk proses ekuilibrasi, pada suhu 5 o C selama 60 menit. Kemudian evaluasi dilakukan untuk motilitas dan daya hidup spermatozoa dari masingmasing straw per perlakuan secara acak. Straw yang sudah diekuilibrasi kemudian ditempatkan pada sebuah rak kawat, yang ditempatkan 5 cm di atas permukaan nitrogen cair untuk didinginkan dengan uap nitrogen cair pada suhu 110 o C selama 4 menit sebelum dibenamkan ke dalam nitrogen cair pada suhu 196 o C untuk selanjutnya disimpan beku. Semen beku disimpan dalam nitrogen cair selama satu minggu sebelum dilakukan evaluasi untuk motilitas dan daya hidup. Thawing dilakukan dengan dua metode yaitu thawing cepat (A) selama 30 detik pada suhu 35 o C dan thawing lambat (B) selama 5 menit pada suhu 5 o C. Pelaksanaan proses mulai dari pemerahan, evaluasi, pembekuan dan thawing dilakukan 8 kali, satu kali dalam satu minggu. Data setelah pengenceran dan ekuilibrasi dianalisa dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 2 (2 jenis krioprotektan x 2 konsentrasi krioprotektan). Data setelah thawing dianalisa dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 2 x 2 (2 jenis krioprotektan x 2 konsentrasi krioprotektan x 2 perlakuan thawing). Sementara itu, frekuensi proses evaluasi dijadikan sebagai ulangan (8 ulangan). Model matematis (STEEL dan TORIE, 1993) yang dipakai untuk menganalisis data 35

kinerja sperma setelah pengenceran dan ekuilibrasi adalah: Y ij = μ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk keterangan: Yij = Pengamatan pada perlakuan jenis dan konsentrasi krioprotektan dan interaksinya μ = Nilai rata-rata umum α I = Pengaruh perlakuan jenis krioprotektan β j = Perlakuan konsentrasi krioprotektan (αβ) ij = Pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi krioprotektan ε ijk = Galat Adapun model matematis yang dipakai untuk menganalisis kinerja sperma setelah perlakuan thawing adalah: Y ijk = μ + α i + β j + γ k + (αβ) ij + (αγ) ik + (βγ) jk + (αβγ) ijk + ε ijkl keterangan: Yij = Pengamatan pada perlakuan jenis dan konsentrasi krioprotektan dan interaksinya μ = nilai rata-rata umum α I = Pengaruh perlakuan jenis krioprotektan, β j = Perlakuan konsentrasi krioprotektan γ k = Perlakuan thawing (αβ) ij = Pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi krioprotektan (αγ) ik = Pengaruh interaksi jenis krioprotektan dan metode thawing (βγ) jk = Pengaruh interaksi konsentrasi krioprotektan dan metoda thawing (αβγ) ijk = Pengaruh interaksi jenis dan konsentrasi krioprotektan dan metode thawing ε ijkl = Galat Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap nilai ratarata perlakuan pada tingkat P<0,05 (STEEL dan TORIE, 1993). Pengolahan statistik dilakukan dengan menggunakan program MSUSTAT (LUND, 1983). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi makroskopis dan mikroskopis yang dilakukan pada semen segar (Tabel 1) menunjukkan bahwa secara umum, semen segar yang diperoleh layak untuk dibekukan. Volume semen per ejakulasi 0,30 ml ternyata lebih banyak dibandingkan dengan yang dilaporkan ISNAINI (2000) pada ayam Arab, yang hanya mencapai 0,24 ml atau pada ayam kampung 0,27 ml (ABDILLAH, 1996). Warna dan konsistensi semen yang putih, kental ke agak kental terlihat lebih baik dibandingkan dengan hasil pada kedua laporan di atas. Derajat keasaman ph yang hanya mencapai 6,95 ternyata lebih rendah dibanding dengan yang dilaporkan sekitar 7,3 (ABDILLAH, 1996) dan 7,4 (ISNAINI, 2000). Tabel 1. Kualitas semen segar ayam Arab Peubah Rata-rata (± standar deviasi) Volume (ml/ejakulasi ) 0,30 ± 0,072 Warna Putih Konsistensi Agak kental kental Konsentrasi spermatozoa (juta/ml) 2200 ±372 ph (derajat keasaman) 6,95 ± 0,32 Gerakan massa (++++/+++) Motilitas (%) 80,00 Persentase spermatozoa hidup (%) 84 ± 4,48 Abnormalitas spermatozoa (%) 14,75 ± 1,28 Gerakan massa mencerminkan gerakan individu spermatozoa. Semakin aktif dan semakin banyak spermatozoa yang bergerak ke depan, maka semen ini mempunyai kualitas yang semakin baik (semakin tebal dan pergerakannya semakin cepat). Tingkat motilitas 80%, masih dapat dinilai baik sebagaimana dilaporkan GARNER dan HAFEZ (2000) yakni berkisar antara 60 80%. Abnormalitas yang dilihat dari banyaknya spermatozoa tidak normal seperti kepala patah, kepala rusak, kepala berkait, kepala pecah, ekor melingkar, ekor patah dan ekor putus, yang mencapai 14,75% dapat dikatakan cukup kritis. Semen segar unggas pada umumya yang memenuhi syarat berada pada tingkat abnormalitas kurang dari 15%. Abnormalitas yang relatif tinggi ini, besar kemungkinan disebabkan oleh teknik koleksi yang kurang sempurna, misalnya pemijitan kloaka yang kadang-kadang tidak disadari terlalu kuat, sehingga semen terkontaminasi cairan kuning feses dan atau darah, yang kadang-kadang tidak tampak dengan jelas. Oleh karena itu suatu prosedur koleksi semen yang hati-hati perlu dilakukan, misalnya dengan memuasakan ayam jago 12 jam sebelum dilakukan koleksi, kemudian dengan penerangan yang cukup sehingga kondisi semen yang terkontaminasi dapat terlihat dengan jelas. Kualitas spermatozoa setelah pengenceran dan ekuilibrasi disajikan dalam Tabel 2. Setelah diencerkan dengan media yang mengandung krioprotektan, hasilnya menunjukkan bahwa jenis dan tingkat konsentrasi krioprotektan menurunkan motilitas sampai tingkat 71,25% dan daya hidup sampai tingkat 79,25%, dari tingkat motilitas 80% dan daya hidup 84% semen segar. Namun baik motilitas maupun daya hidup spermatozoa yang dibandingkan dengan di antara perlakuan, secara statistik tidak nyata berbeda (P>0,05). 36

JITV Vol. 11 No. 1 Th. 2006 Tabel 2. Motilitas dan daya hidup spermatozoa ayam Arab setelah pengenceran dan ekulibrasi Setelah pengenceran Setelah ekuilibrasi Perlakuan Motilitas (%) Daya hidup (%) Motilitas (%) Daya hidup (%) Krioprotektan (P) DMA (dimetil asetamida) 73,75 a 81,34 a 67,50 a 78,06 a DMF (dimetil formalmida) 72,50 a 79,31 a 62,50 b 75,56 a Galat 8,34 4,37 6,75 4,23 Konsentrasi krioprotektan (K) 7% 75,00 a 82,00 a 66,88 a 77,88 a 9% 71,25 a 79,25 a 63,13 a 75,75 a Galat 8,34 4,37 6,75 4,23 Interaksi (PxK) ns Ns Ns ns Nilai dengan superskrip berbeda pada kolom dan kelompok perlakuan sama, menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Kualitas semen setelah disimpan dalam nitrogen cair, disajikan pada Tabel 3. Motilitas setelah bekuthawing untuk semen yang diberi krioprotektan DMA nyata (P<0,05) lebih tinggi (34,69%) daripada semen yang diberi krioprotektan DMF (29,84%). Demikian pula dengan pengaruh konsentrasi krioprotektan 7% masih menunjukkan motilitas yang lebih tinggi (35,31%) dari pengaruh konsentrasi yang 9% (30,00%). Hasil yang ditunjukkan pada ayam Arab ini, ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan SETIOKO et al. (2002) yang hanya mencapai 23,76% pada itik, namun lebih rendah dari entog (34,76%), pada lama ekuilibrasi yang sama selama 60 menit. Perbedaan ini tentunya disebabkan oleh perbedaan spesies, bahkan strain (BUSS, 1993). Thawing cepat memberikan tingkat motilitas yang lebih tinggi (35,31%) dari thawing lambat (29,22%). Indikasi ini juga disampaikan oleh TSELUTIN et al. (1999), yang melaporkan bahwa fertilitas yang dihasilkan dari thawing cepat lebih baik dibandingkan dengan thawing lambat. Respon pada pola daya hidup menunjukkan pola seperti pada respon motilitas, meskipun nilainya relatif lebih tinggi dari nilai yang ditunjukkan pada tingkat motilitas. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan teknik pengukuran. Evaluasi kualitas semen sebelum dilakukan inseminasi, merupakan ukuran kualitas yang sebenarnya, dan dapat memberikan gambaran tingkat fertilitas yang akan dicapai. Namun demikian banyak faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas sperma beku-thawing, diantaranya adalah jenis krioprotektan (DONOGHUE dan WISHART, 2000), tingkat sensitifitas terhadap proses beku-thawing disamping fungsi sistem trasportasi dan penyimpanan dalam saluran reproduksi betina (BAKS et al., 1994). Tabel 3. Motilitas dan daya hidup spermatozoa ayam Arab setelah dibekukan dengan menggunakan krioprotektan DMA atau DMF dan teknik thawing Perlakuan Krioprotektan (P) Motilitas (%) Daya hidup (%) DMA (dimetil asetamida) 34,69 a 46,75 a DMF (dimetil formalmida) 29,84 b 41,72 b Konsentrasi krioprotektan (K) 7% 34,53 a 46,98 a 9% 30,00 b 41,48 b Thawing (T) Cepat (35 o C/30 detik) 35,31 a 47,17 a Lambat (5 o C/5 menit) 29,22 b 41,30 b Interaksi PxK ns ns PxT ns ns KxT ns ns PxKxT ns ns Nilai dengan tanda superskrip beda pada kolom dan kelompok perlakuan sama, menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) 37

KESIMPULAN Kualitas spermatozoa mulai dari segar, setelah pengenceran, setelah ekuilibrasi dan setelah beku thawing mengalami penurunan, namun penurunan ini masih dalam rentang kualitas normal spermatozoa ayam pada umumnya. Kualitas semen ayam Arab pada percobaan ini ditunjukkan dengan volume per ejakulasi sebesar 0,30 ml/ekor dan konsentrasi rata-rata 2200 juta spermatozoa per ml semen. Krioprotektan DMA maupun DMF masih memberikan proteksi pada spermatozoa ayam Arab pasca beku-thawing. Sementara itu krioprotektan DMA lebih baik dari DMF dan dengan konsentrasi 7% lebih baik dari 9%. Thawing cepat (30 detik dalam suhu 35 o C) lebih baik daripada thawing lambat (5 menit dalam suhu 5 o C). DAFTAR PUSTAKA ABDILLAH. 1996. Pengaruh Beberapa Pengencer Semen, Lama penyimpanan Semen dan Waktu Inseminasi terhadap Fertilitas Spermatozoa Ayam Buras. Thesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. hlm. 7-13. BAKS, M.R., G.J. WISHART and J.P. BRILLARD. 1994. Oviduct sperm selection, transport and storage in poultry. Poult. Sci. Rev. 5: 117-143. BLANCO, J.M., G. GEE, D.E. WILDT and A.M. DONOGHUE. 2000. Species variation in osmotic, cryoprotectant and cooling rate tolerance in poultry, eagle and pregrine falcon spermatozoa. Bio. Reprod. 63: 1164-1171. BUSS, E.G. 1993. Cryopreservation of rooster sperm. Poult. Sci. 72: 944-954. DONOGHUE, A.M. and G.J. WISHART. 2000. Storage of poultry semen. Anim. Reprod. Sci. 62: 213-232. GARNER, D.L. and E.S.E. HAFEZ. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Reproduction in Farm Animal, 7 th Edition. E.S.E. HAFEZ (Ed.). Lea and Febiger, Philadelphia. p. 1930. GAZALI, M. 2001. Kriopreservasi Semen Entog Dalam Upaya Produksi Itik Serati Menggunakan Teknologi Inseminasi Buatan. Thesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. hlm. 12-20. HAMMERSTEDT, R. and J.K. GRAHAM. 1992. Cryopreservation of poultry semen: The enigma of glycerol. Cryobiology 29: 26-38. ISNAINI, N. 2000. Kualitas semen ayam Arab dalam pengencer NaCl fisiologis dan Ringers pada suhu kamar. J. Habitat 11: 233-237. LEIBO, S.P. 1992. A one step method for direct non surgical transfer of frozen thawed bovine embrio. Theriogenology 21: 767-787. LUKASZEWICZ, E. 2002. An effective method for freezing white Italian Gander semen. Theriogenology 57: 227-235. LUND, R.E. 1983. MSUSTAT, An interactive Statistical Analysis Package. Montana State University, Bozeman, USA. SALISBURY, G.W. and N.L. VANDEMARK. 1961. Physiology of Reproduction and Artificial Insemination of Cattle. Freeman, San Fransisco. SETIOKO, A.R., P. SITUMORANG dan E. TRIWULANNINGSIH. 2000. Pengaruh diluent, krioprotektan dan waktu ekuilibrasi serta temperatur pra-pembekuan terhadap kualitas dan fertilitas spermatozoa itik dan entog. Kumpulan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak. hlm. 157-163. SETIOKO, A.R., P. SITUMORANG, E. TRIWULANINGSIH, T. SUGIARTI dan D.A. KUSUMANINGRUM. 2002. Pengaruh krioprotektan dan waktu ekuilibrasi terhadap kualitas dan fertilitas spermatozoa itik dan entog. JITV: 237-243. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. hlm. 455-470. SURAI, P.F. and G.J. WISHART. 1996. Poultry artificial insemination technology in the countries of the former USSR. World Poult. Sci. 52: 27-43. TSELUTIN, K., F. SEIGEURIN and E. BLESBOIS. 1999. Comparison of cryoprotectant and method of cryopreservation of fowl spermatozoa. Poult. Sci. 78: 586-590. THURSTON, R.J. and B.L. HESS. 1987. Ultrastructure of spermatozoa from domesticated birds: comparative study of turkey, chicken, and guinea fowl. Scanning Microse 1: 1829-1838. 38